Anda di halaman 1dari 6

VARIASI INTRA POPULASI

Oleh :
Nama : Siska Noviana Dewi
NIM : B1A017018
Rombongan :V
Kelompok :6
Asisten : Pradina Damayanti

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan beranak pada
suatu daerah tertentu. Contohnya populasi rusa di pulau Jawa, populasi banteng di
Ujung Kulon, populasi badak di Ujung Kulon, dan populasi ayam kampung di Jawa
Barat ( Utomo et al., 2014). Populasi berasal dari bahasa latin populous yang artinya
semua orang menempati daerah tertentu. Berdasarkan konsep ekosistem, bahwa
populasi diartikan sebagai kumpulan makhluk hidup sejenis yang menempati suatu
daerah pada waktu tertentu. Populasi adalah kumpulan individu sebuah spesies yang
mempunyai potensi untuk berbiak silang antarsatu individu dengan individu yang lain.
Populasi merupakan sekelompok individu dari spesies yang sama menempati area
tertentu pada waktu tertentu (Jasin, 2010).
Variasi intra populasi adalah keanekaragam baik bersifat morfologi maupun
genetik yang dimiliki oleh suatu spesies dalam suatu populasi. Hal ini bisa disebabkan
oleh morfologi yang erat kaitannya dengan umur, status sosial, habitat, dan juga
pengaruh musim. Kasus kelainan beberapa spesies dalam satu populasi secara genetik
sangat sering terjadi pada lalat buah (Drosophila melanogaster). Hal ini disebabkan
adanya kelainan penempatan kromosom sehingga menentukan perubahan jenis kelamin
terutama pada lalat buah yang bersifat intersex sehingga jenis kelaminnya belum jelas
hingga bentuk dewasa bahkan, bisa berubah –ubah menjadi jantan dan betina (Campbell
& Campbell, 2009). Variasi intrapopulasi dalam waktu transisi ini yang mungkin
berbeda pengaruhnya pada tingkat kelangsungan hidup di tahap remaja dan lintasan
populasi secara keseluruhan (Tomaszewicz et al., 2016).
Phena merupakan istilah untuk menunjuk perbedaan bentuk atau fenotip yang
terjadi dalam satu populasi (varian individu). Populasi dari kebanyakan hewan terdiri
atas beberapa phena yang berbeda, sebagai hasil beberapa proses seperti variasi umur,
variasi seksual, variasi musiman, polimorfisme dan sebagainya. Kegagalan mengenali
variasi ini akan berakibat pada kesalahan dalam penentuan suatu spesies dankategori
tertentu. Pemahaman mengenai variasi yang terjadi pada populasi hewan sangat penting
dalam taksonomi (Inger & Iskandar, 2005).

B. Tujuan
Tujuan praktikum acara Variasi Intra Populasi antara lain:
1. Praktikan mengenali berbagai variasi (umur, seksual, musiman, polimorfisme, dsb)
pada suatu populasi hewan.
2. Praktikan dapat menentukan spesies hewan berdasarkan berbagai variasi yang
terdapat pada suatu populasi hewan.
3. Praktikan dapat menggunakan software aplikasi komputer dalam penelitian tentang
variasi intra atau inter populasi
II. TINJAUAN PUSTAKA

Variasi intra populasi merupakan variasi yang dapat terjadi dalam suatu populasi,
terjadi pada spesies yang sama, tetapi memiliki phena yang berbeda. Variasi intra
populasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu 1) variasi umur, bahwa bahwa suatu
spesies hewan dapat memiliki variasi dalam proses perkembangannya dan berbeda
dengan dewasanya. Hewan akan melewati fase juvenil atau larva yang sangat berbeda
dari fase dewasa. Contoh variasi ini pada katak yang mengalami perubahan morfologi
dan fisiologi selama metamorfosis. 2) Variasi musiman, bahwa bahwa hewan yang
hidupnya melalui beberapa musim dapat memperlihatkan variasi individu. Contoh pada
burung akan memiliki warna yang lebih cerah pada musim kawin dan pucat. 3) Variasi
seksual, bahwa variasi ini dikenali dengan adanya perubahan pada organ seks primer,
sekunder, gynandromorfi, dan interseksnya. Contohnya pada spesies kadal yang
mempunyai perbedaan morfologi pada organ seksualnya antara jantan dan betina
(Walbot, 1987).
Variasi intra populasi disebabkan oleh dua macam faktor yaitu genetik dan non
genetik. Variasi non genetik dapat terjadi karena adanya variasi umur, variasi musiman
pada suatu individu, variasi musiman pada beberapa keturunan, variasi sosial, variasi
habitat, variasi karena induksi kondisi iklim temporer, variasi yang ditentukan oleh
inang, variasi tergantung kepadatan, variasi alometrik, variasi neurogenik, variasi
traumatik dan variasi induksi parasit serta perubahan pasca kematian. Variasi genetik
terjadi karena adanya seksual dimorfisme seperti perbedaan sek primer dan sek
sekunder, gynandromorfi dan intersek, strain seksual dan uniparental serta variasi
diskontinyu dan variasi kontinyu (Brotowidjoyo, 1990). Keadaan genetik merupakan
faktor yang sangat berperan dalam menentukan karakter makhluk hidup. Interaksi gen
yang terjadi melalui pengendalian terhadap reaksi-reaksi biokimia yang menyusun suatu
lintasan metabolisme adalah gambaran bahwa faktor genetik menentukan ekspresi sifat
makhluk hidup (Ramadani et al., 2016). Perbedaan relung intra populasi telah
menangkap minat ahli ekologi, sebab individualitas yang dimiliki dalam populasi
memiliki nilai penting dalam ekologi dan evolusi. Beberapa peneliti menyelidiki tentang
banyak perbedaan yang dapat memengaruhi hubungan kesamaaan ekologi dan spesies
simpatrik (Cloyed & Perri, 2017).
Spesies sibling merupakan spesies yang sulit untuk dibedakan berdasarkan
karakter morfologi, namun setiap spesies tersebut mempunyai perilaku bionomik yang
berbeda (Chakim, 2015). Fenomena cryptic species maupun siblings species dapat
menyebabkan kesalahan identifikasi morfologi. Fenomena tersebut dapat menyebabkan
masalah sinonim yaitu terdapat nama ganda pada satu spesies yang sama. Penyelesaikan
masalah tersebut dapat digunakan teknik DNA Barkode (Purnamasari et al, 2016).
Arlequin berasal dari bahasa Perancis “Arlecchino”. Arlequin dirancang dengan
kemampuan polimorfik.Arlequin digunakan untuk metode uji statistik, mengekstrak
informasi mengenai genetika, melihat variasi intra populasi serta demografi koleksi
sampel populasi. Uji statistik yang diterapkan pada Arlequin telah dipilih untuk
meminimalkan asumsi yang tersembunyi (Bondone, 2012). Perangkat lunak Arlequin
digunakan untuk menghitung frekuensi haplotype yang terkait dengan mutasi pada
kedua populasi dengan nilai frekuensi yang sama. Perangkat lunak Arlequin dapat
memberikan keuntungan penting dalam menentukan proses perkembangan historis
populasi. Perangkat lunak Arlequin melakukan analisis dengan membandingkan setiap
lokus, lokus tetangga, dan lokus non-tetangga. Perangkat lunak Arlequin lebih berguna
karena memberikan parameter uji yang digunakan dan hasil untuk setiap lokus,
parameter seperti perhitungan frekuensi alel, perhitungan frekuensi alel, regresi
kecenderungan haplotipe lebih mudah dipahami (Ertas et al., 2018).
DnaSP adalah sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis data
DNA polimorfisme secara komprehensif. Fitur yang disediakan pada Dnasp
memungkinkan untuk analisis DNA polimorfisme pada set data yang besar. Sekuen
DNA yang didapat dibandingkan dengan sekuen DNA pada basis data (Gen Bank) untuk
memastikan spesies tersebut ialah spesies yang dimaksudkan atau tidak. Software
DNAsp digunakan untuk mengetahui keanekaragaman haplotype dan keanekaragaman
nukleotida pada masing-masing populasi (Kusuma et al., 2016).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum acara variasi intra populasi adalah bak
preparat, pinset, gloves, kaca pembesar, mikroskop, kamera, alat tulis, software Arlequin
3.5 masker, dan komputer.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum acara variasi intra populasi adalah
spesimen pada setiap tahapan hidup katak, kadal, jangkrik jantan dan betina, koloni
lebah, sequen nukleotida beberapa spesies hewa, dan chloroform.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum acara identifikasi karakter taksonomi


vertebrata adalah:
1. Tahapan hidup katak digambar atau diambil gambarnya dan didefinisikan jenis
variasi yang terjadi.
2. Kadal dan/atau jangkrik jantan dan betina serta organ reproduksinya digambar atau
diambil gambarnya kemudian didefiniskan jenis variasi yang terjadi.
3. Awetan koloni lebah diamati dan didefinisikan jenis variasi yang terjadi.
4. Polimorfisme dari ikan mas koki diamati dan dideskripsikan jenis variasinya.
5. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Bondone, Monte., 2012. Classical Population Genetics and Molecular Population


Genetics. Population Genetics Course, 3(4), pp. 1003-1035.

Brotowidjoyo., 1990. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Campbell, K. L., & Campbell, J. R., 2009. Companion Animals Their Biology, Care,
Health and Mangement Second Edition. London: Pearson Prentice Hall.

Cloyed, C.S. & Perri, K.E., 2017. Niche partitioning and the role of intraspecific niche
variation in structuring a guild of generalist anurans. R. Soc. open sci, 4, pp. 1-
14.

Ertas, T., Celal, G., & Onur, O., 2018. Bioinformatics; The comparison of softwares
based on genetics data analysis. Medicine Science, 7(4), pp. 852-856.

Inger, R. F., & Iskandar, J. T., 2005. A Collection of Amphibians From West Sumatra
With Description of A New Species of Megrophys (Amphibia:Anura). The
Raffles Bulletin Zoology, 53(1), pp. 133-142.

Jasin, M., 2010. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kusuma, A.B., Dietrich, G.B., Hawis, M., Beginer, S., & Dondy.A., 2016.
Keankearagaman Genetik Karang Lunak Sarcophyton trocheliophorum pada
Populasi Laut Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Jurnal Enggano, 1(1), pp.
89-96.

Purnamasari, L., Achmad, F., & Daisy, W., 2016. Aplikasi DNA Barcode pada
Penentuan Spesies Udang Air Tawar yang Berasal dari Provinsi Jambi. Jurnal
BioConcetta, 2(1), pp. 50-59.

Ramadani, S. D., Corebima, A. D., & Zubaidah, S., 2016. Pemanfaatan Drosophila
melanogaster sebagai organisme model untuk mempelajari pengaruh faktor
lingkungan terhadap ekspresi sifat makhluk hidup pada perkuliahan Genetika.
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(5), pp. 806-813.

Tomaszewicz, C.N.T., Jeffrey, A.S., Peckham, S.H., Larisa, A., & Carolyne, M.K., 2016.
Intrapopulation variability in the timing of ontogenetic habitat shifts in sea
turtles revealed using d15N values from bone growth rings. Journal of Animal
Ecology, 86(3), pp. 1-11.

Utomo, S.W., Sutriyono, & Reda, R., 2014. Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan
Ekosistem. Jakarta: Universitas terbuka.

Walbot, V., 1987. Developmental Biology. Random House, New York.

Anda mungkin juga menyukai