Anda di halaman 1dari 12

Nama : Ayu Listyowati

NIM : 201704006

Kelas : 3A D3 Keperawatan

TUGAS KEMOTERAPI PADA CA VERVIX

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas :

1. Jelaskan definisi kemoterapi


Kemoterapi adalah suatu cara mengobati kanker secara SISTEMIK (efek seluruh tubuh)
dengan obat – obat / bahan kimia
Tujuan : menghentikan, menghambat & menghancurkan inti sel untuk membelah diri
dalam siklus kehidupan sel
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Tidak seperti radiasi
atau operasi yang bersifat local, kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat
menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau
metastase ke tempat lain. (Rasjidi, 2007)
2. Apa indikasi dilakukannya kemoterapi
Menurut Brule, Cs (WHO. 1973) ada 7 indikasi pemberian kemoterapi yaitu :

1) Untuk menyembuhkan kanker


Hanya beberapa jenis kanker yang dapat disembuhkan oleh khemoterapi, seperti :
akut limfoblastik leukemia, burkit limfoma, Wilm tumor pada anak-anak,
choriokarsinoma
2) Memperpanjam hidup dan remisi
Kanker yang sensitive terhadap khemoterapi dan walaupun penyakit progresif,
seperti : akut myeloblastik leukemia, limfoma maligna stadium III atau IV,
myloma, metastase melanoma.
3) Memperpanjang interval bebas kanker
Walaupun kanker kelihatan masih local setelah operasi atau radioterapi, seperti :
limfoma stadium II, melanoma malogna, kanker mamma, kolon, ovarium.
Pengobatan perlu waktu cukup lama dan dosis tinggi dengan interval yang
panjang untuk memeberikan kesempatan jaringan normal pulih diantara
pengobatan
4) Menghentikan Progresi Kanker
Progresi penyakit ditunjukkan secara subyektif, seperti anoreksia, penurunan berat
badan, nyeri tulang, dsb atau terdapat kelainan obyektif seperti penurunan fungsi-
fungsi organ dapat diberikan sitostatika, asalkan kemungkinan berhasilnya 25%
atau lebih. Misalnya pada metastase kanker mamna, kolon, dsb.
5) Paliasi Symtom
Pada kanker yang terdapat pada tempat-tempat yang tidak cocok untuk radiasi,
dapat diberikan sitostatika walaupun obat itu tidak memberi respons yang baik
sebagai terapi sistemik. Misalnya dapat diberikan instalasi sitostatika intrapleural,
injeksi intratumoral dengan thiotepa, dsb.
6) Mengecilkan volume cairan
Mengecilkan tumor pra bedah atau pra-radioterapi seperti pemberian bleomycin
untuk kanker mulut, saluran nafas bagian atas atau pemberian alkylator dengan
kombinasinya pada limfoma stadium II
7) Menghilangkan gejala para neoplasma
Pada metastase kanker yang memberikan sindroma para neoplasma, misalnya
pemberian kortikosteroid pada anemia hemolitik, fibrinolysis, dermatomyositis,
neuropathi perifer, degenerasi cerebelair, pemberian androgen pada kakeksia,
anoreksia atau pemberian mithramycin pada hiperkalsemia.
3. Pemeriksaan apa yang di lakukan sebelum kemoterapi (fisik maupun laboratorium)
a) Pemeriksaan darah yang digunakan untuk mengukur bagaimana darah merespon
kemo, hemoglobin lebih dari 10g%, leukosit lebih dari 5000/mm3, dan trombosit
lebih dari 150.000/mm3
b) Pemeriksaan Radiologi seperti : tes ultrasound, Xray, MRI, CT San
c) Pemeriksaan gigi : untuk mengetahui adanya tandatanda infeksi yang memicu
komplikasi dapat diketahui.
d) Pemeriksaan fungsi hepar, fungsi ginjal, dan EKG.
e) Keadaan umum pasien harus sehat. (Rasjidi, 2007)
4. Jelaskan jenis obat kemoterapi
1) Alkilator : Mostar Nitrogen, Siklofosfamid, Ifosfamid, TtioTepa, Myleran,
Melfalan, Karmustin, Lomustin, MeCCNU, Cisplatin, Karboplatin,
Oksaliplatin, Dakarbazin, Temozolamid, Prokarbazin.
2) Antimetabolit : Metotreksat, Merkaptopurin, Tioguanin, Fluorourasil, Ftorafur,
Urasil Tegafur, Xeloda, Sitarabin, Gemsitabin, Fludarabin, Hidroksiurea,
LAsparaginase.
3) Antimikrotubular : Onkovin/Vinkristin, Vinblastin, Vindesin, Navelbin, Taksol,
Taksoter.
4) Inhibitor topoisomerase : Etoposid, Vumon, Topotekan, Irinotekan.
5) Antibiotic : Adriamisin, Epirubisin, Daunorubisin, Pirarubisin, Bleomisin,
MitomisinC, Aktinomisin D, Doksil.
6) Hormonal : Tamoksifen, Toremifen, MedroksiProgesteron, Megestrol,
Flutamid, Aminoglutotimid, Lentaron, Letrozol, Anastrozol, Eksemestran,
Goserelin, Lupron.
7) Target molecular : Gleevac, Mabthera, Herceptin, Iressa, Erbitux, Tarceva,
Avastin. (Desen, 2008)

5. Jelaskan prosedur pemberian kemoterapi

a) Pemberian per oral


Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral, diantaranya
adalah chlorambucil dan etoposide (vp16).
b) Pemberian secara intra muskulus
Pemberian dengan cara ini relative lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak
diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian duatiga kali berturutturut
yang dapat diberikan secara intra muscular antara lain bleomicin dan
methotrexate.
c) Pemberian secara intravena
Pemberian secara intravena dapat dengan bolus perlahanlahan atau diberikan
secara infuse ( drip). Cara ini merupakan cara pemberian kemoterapi yang paling
umum dan banyak digunakan.
d) Pemberian secara intra arteri
Pemberia secara inta arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang
cukup banyak antara lain alat radiologi diagnostic, mesin, atau alat filter, serta
memerlukan keterampilan sendiri

6. Apa efek samping penggunaan kemoterapi

Efek toksik Kemoterapi terdiri atas efek toksik jangka pendek dan jangka panjang

a. Efek toksik jangka pendek


1) Depresi sumsum tulang belakang
Depresi sumsum tulang merupakan hambatan terbesar kemoterapi.
Kebanyakan obat anti tumor, kecuali hormon, bleomisin, L-asparaginase,
semuanya menimbulkan leukopenia, trombositopenia, dan anemia dengan
derajat bervariasi. Diantaranya obat golongan nitrosourea (BCNU,CCNU
dan Me-CCNU) dan prokar bazin dapat menimbulkan depresi sumsum
tulang tertunda selama 6-8 minggu. Depresi sumsum tulang yang parah
dapat menyebabkan timbulnya infeksi seperti septicemia dan hemoragi
visera.
2) Reaksi Gastrointestinal
Banyak obat antitumor sering menimbulkan mual,muntah dengan derajat
bervariasi. Diantaranya dosis tinggi DDP, DTIC, HN2, Ara-C, CTX,
BCNU menimbulkan mual muntah yang hebat. Pemberian penyekat
resptor 5-hidroksitriptamin 3 (5-HT 3), sepertin ondansentron,
granisentron, tropisentron, ramosentron, azasentron, dll.
3) Rudapaksa Fungsi Hati
Rudapaksa fungsi hati terutama disebabkan oleh MTX, 6MP, 5FU, DTIC,
VP-16, aspraginase, dll. Peninggian bilirubin, ALK mempengaruhi
ekskresi obat golongan antrasiklin (missal, adriamisin) dan golongan
vinka alkaloid. Berdasarkan tingkat keparahan rudapaksa fungsi hati perlu
dilakukan penyesuaian dosis obat. Perlu perhatian khusus, bahwa obat
kemoterapi menyebabkan infeksi virus hepatitis laten memburuk tiba-tiba
menimbulkan nekrosis hati akut atau subakut (hepatitis berat ).
4) Rudapaksa Fungsi Ginjal
Dosis tinggi siklofosfamid.ifosfamid dapat menimbulkan sistitis herogaik,
penggunaan bersama merkaptoetan sulfonat (mesna) dapat menghambat
pembentukan metabolic aktifnya, akrilaldehid, mencegah terjadinya
sisititis hemoragik. Dosis tinggi MTX yang diekskresi lewat urine dapat
menyumbat duktuli renalis hingga menimbulkan oliguria,uremia. Untuk
menjamin keamanan harus dilakukan serentak hidrasi, alkalinisasi,
pertolongan CF atau memantau konsentrasi MTX darah. Cisplatinum
secara langsung merusak parenkim ginjal,pemakaian dosis tinggi
memerlukan hidrasi dan diuresis. Tumor massif yang peka kemoterapi
seperti leukemia, limfoma, nefoblastoma anak, neuroblastoma, dll. Bila
menjalani kemoterapi sel tumor akan lisis mati dalam jumlah besar, timbul
asam urat dalam waktu singkat yang dapat menimbulkan nefropati asam
urat.
5) Kardiotoksisitas
Adriamisisn, danuribisin, dapat menimbulkan efek kardiotoksik terutama
efek kardiotoksik kumulatif. Dosis total adriamisin harus dikendalikan
<550 mg/m2 bila dipakai tunggal, dan <4500 mg/m2 bila dalam
kemoterapi kombinasi. Pada pasien dengan EKG abnormal atau infusiensi
jantung, perlu pemantauan jantung selama terapi.
6) Pulmotoksisitas
Penggunaan jangka panjang bleomisin, busulfan (Myleran) dapat
menimbulkan fibrosis kronis paru, secara klinis harus mengendalikan
dosis totalnya. Obat baru dengan target molecular iressa dapat
menimbulkan pneumonitis interstisial, sebagaian fatal harus diwaspadai.
7) Neurotoksisitas
Vinkristin, cisplastin, oksaliplatin, taksol dll dapat menimbulkan
perineuritis. Dosis ≤2 mg dan dosis total oksaliplatin ≤800 mg/m2 harus
ditaati benar. Untuk mengurangi neurotoksisitas oksaliplatin, sewaktu
terapi hindari minum air dingin dan mencuci tangan dengan air dingin.
8) Reaksi Alergi
Bleomisin, asparaginase, taksol, taksotere, dll. Dapat menimbulkan
mengigil, demam, syok anafilaktik, oedema. Untuk mencegah dang
mengurangi reaksi demikian, sebelum memakai bleomisisn dapat minum
indometasin.
9) Efek Toksik Lokal
Umumnya obat antikanker bersifat iritasi kuat, missal HN2, ADR, MMC,
NVB dll. Sering menimbulkan trombofelebritis bervariasi pada pasien
yang berulang menerima obat sabaiknya mellaui kateter yang dipasang ke
vena sentral atau vena dalam. Bila terjadi ekstravasasi obat-obat itu keluar
vena dan menimbulkan nekrosis jaringan local.
b. Efek Toksik Jangka Panjang
1) Karsinogenisitas
Beberapa obat antitumor seperti HN2, prokarbazin, melfalan, dll beberapa
bulan atau tahun setelah digunakan meningkatkan peluang terjadinya
tumor primer kedua.
2) Infertilitas
Umumnya obat antikanker dapat menekan fungsi spermatozoa dan
ovarium hingga timbul penurunan fertilitas. Anak dalam masa
pertumbuhan harus menghindarai overterapi. (IKAPI, 2013)

7. Bagaimana tatalaksana nutrisi pada pasien paksa kemoterapi


a) Makanan yang tinggi protein : 1,5  2,0 g/kgBB untuk mengganti kehilangan
berat badan
b) Makanan yang tinggi kalori : 25  35 kcal/kg BB, dan 40  50 kcal/kg BB untuk
mengganti simpanan dalam tubuh bila pasien berat badannya kurang, bila terjadi
infeksi perlu tambahan kalori sesuai dengan keadaan infeksi
c) Makanan sebaiknya diberikan lebih banyak pada pagi hari. diberikan porsi kecil
dan sering. Makanan formula sonde dapat diberikan sesuai dengan kondisi pasien.
d) Berikan vitamin B kompleks ( vitamin B6, asam pantotenik, asam folat ), vitamin
A, dan vitamin C (Kusumawardani, 2017)
8. Susunlah satu masalah keperawatan lengkap (assesment, dan intervensi
keperawatannya) secara detail. Silahkan dipilih, Pra kemoterapi, In kemoterapi
atau Paksa kemoterapi.

Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien Kanker Serviks Post Kemoterapi

1. Pengkajian

1. Identitas pasien Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, ,
agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no
medical record (MR), nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan
pasien.
3. Riwayat kesehatan :
a) Keluhan utama
Pada pasien kanker serviks post kemoterap datang dengan keluhan mual muntah
yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami keluhan mual muntah
yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang perlu
diketahui adalah: a.Keluhan haid Dikaji tentang riwayat menarche dan haid
terakhir, sebab kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan
mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau
terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.
d) Riwayat kehamilan dan persalinan Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna
kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus
semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma serviks.
e) Riwayat psikososial
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan cemas
dan ketakutan.
f) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak
nafsu makan, kelehan, gangguan pola tidur.
g) Pemeriksaan fisik, meliputi :
1) Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal, mengalami penurunan BB
sebelum dan setelah Kemoterapi
2) Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
rambut rontok, mudah tercabut.
3) Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
4) Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner &
suddarth, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami perdarahan pervaginam.
h) Pemeriksaan penunjang.
1) Pemeriksaan hematologi Biasanya pada pasien kanker serviks post
kemoterapi mengalami anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai
normalnya Haemoglobin wanita (12-16 gr/dl).
Analisa Data

No. Symptom Etiologi Problem

1. DS : Pada pasien kanker serviks post Post Kemoterapi Defisit Nutrisi (D0019)
kemoterap datang dengan keluhan
mual muntah yang berlebihan, tidak
nafsu makan, anemia. Efek obat kemoterapi

DO : Pasien kanker serviks post


kemoterapi sadar,lemah dan tanda- Reaksi Gastrointestinal
tanda vital normal, mengalami
penurunan BB sebelum dan setelah
Kemoterapi Peningkatan Asam
- Mengalami rambut rontok, Lambung
mudah tercabut.
- konjungtiva anemis dan
skelera ikterik. Mual & Muntah
- perdarahan pervaginam.

Ketidakmampuan mencerna
makanan

Defisit Nutrisi
2. Diagnosis Keperawatan
1. Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan Ketidakmampuan Mencerna Makanan
ditandi dengan kpasien mengeluh mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu
makan dan anemia (SDKI, 2016)

3. Intervensi
Diagnose Keperawatan : Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan Ketidakmampuan
Mencerna Makanan (SDKI, 2016)
Tujuan : Setelah diberi Asuhan Keperawatan Selama 3x 24 jam diharapkan nafsu makan
pasien membaik
Kriteria Hasil :
o frekuensi makan pasien normal 3x sehari
o tidak mual dan muntah
o berat badan normal (SLKI, 2018)
Intervensi :
1. obsevasi
- pantau intake dan output mkanan tiap hari
Rasional : untuk identifikasi nutrisi yang masuk dan yang keluar
- Monitor BB
Rasional : untuk memantau apakah terjadi penurunan BB
2. Terapeutik
- Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
- Anjurkan pasien untuk makan tinggi protein
Rasional : untuk memenuhi jaringan metabolik pasien
- Anjurkan pasien untuk makan selagi masih hangat
Rasional : untuk menambah nafsu makan pasien
3. Edukasi
- Beri penjelasan pada pasien bahwa efek mual dan muntah setelah dilakukan
kemoterapi adalah wajar
Rasional : agar pasien tetap mau menjalani kemoterapi dan dapat
meningkatkan nafsu makannya
4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan anti gizi untuk diet pasien
Rasional : untuk memenuhi diet pasien (SIKI, 2018)

Email : Indah@yahoo.com

Note : sertakan literatur di setiap jawaban.


DAFTAR PUSTAKA

Desen, W. (2008). Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2 . Jakarta : Baalai Penerbit FKUI.

IKAPI. (2013). Bandung Controversies and Consensus in Obstetrics & Gynecology. Jakarta:
FKUI .

Kusumawardani, N. (2017). Penanganan Nutrisi Pada Penderita Kanker. Media Litbangkes Vol.
VI No. 04, 14 .

Rasjidi, I. (2007). Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik Sehari-hari . Jakarta : Sangs
Seto .

SDKI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta.

SIKI, T. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta .

SLKI, T. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta .

Anda mungkin juga menyukai