Dosen Pengampu :
Di susun oleh:
UNIVERSITAS JAMBI
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan atribut sensori dari
3 sampel produk teh hitam dengan metode QDA (Quantitative Descriptive
Analysis) .
Pengujian QDA ini dilakukan pada 3 sampel produk teh hitam yang telah terkenal
di pasaran yaitu teh kayu aro, teh prendjak , teh sari wangi dengan penilaian dari
artribut sensori dari masing - masing produk. Lakukan pengujian untuk mengetahu
deskripsi dari masing masing produk tersebut, dan pengujian apa yg dipilih?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji organoleptik adalah cara untuk mengukur, menilai atau menguji mutu
komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indra manusia, yaitu mata, hidung,
mulut dan ujung jari tangan. Uji organoleptik juga disebut pengukuran subyektif
karena didasarkan pada respon subyektif manusia sebagai alat ukur. Penilaian
organoleptik diperlukan panel. Dalam penilaian suatu mutu atau analisis
sifatsifatsensorik atau kamoditi, panel bertindak sebagai instrument atau alat. Panel
ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi
berdasarkan kesan subyektif dan orang yang menjadi panel disebut panelis(
Tarwendah, 2017).
Penilaian bahan pakan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu
produk adalah sifat indrawinya. Penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu pertama
menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan,
mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat
indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan dalam menilai sifat indrawi suatu
produk adalah:
2.2 Panelis
a. Panel perseorangan
Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik
yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat
intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan
bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisis organoleptik
dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaannya
tinggi, bias dapat dihindari, penilaian cepat, efisien, dan tidak cepat fatik. Panel
perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak
terlalu banyak dan mengenali penyebabnya. Keputusan sepenuhnya ada pada
seseorang.
b. Panel terbatas
c. Panel terlatih
25 orang Panel agak terlatih terdiri dari 15 yang sebelumnya dilatih untuk
mengetahui sifat sensorik tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji kepekaannya terlebih dahulu, sedangkan data yang sangat
menyimpang boleh tidak digunakan data analisis.
Panel tidak terlatih terdiri lebih dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak
terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana,
seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan data uji pembedaan. Untuk itu,
panel tidak terlatih hanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria
sama dengan panelis wanita.
f. Panel konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran suatu komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan
dapat ditentukan berdasarkan daerah atau kelompok tertentu.
g. Panel anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan 10 tahun. Biasanya anak-
anak digunakan sebagai panelis anak-anak berusia 3 dalam penilaian produk-
produk pangan yang disukai anak-anak, seperti cokelat, permen, es krim. Cara
penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan atau
undangan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responsnya
terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka Snoopy yang
sedang sedih, biasa atau tertawa. Keahlian seorang panelis biasanya diperoleh
melalui pengalaman dan latihan yang lama. Meskipun keahlian yang diperoleh itu
merupakan bawaan sejak lahir, tetapi untuk mendapatkannya perlu latihan yang
tekun dan terusmenerus.
Uji deskriptif tgerdiri atas Uji Scoring atau Skaling, Flavor Profile &
Texture Profile Test dan Qualitative Descriptive Analysis (QDA). Uji skoring dan
skaling dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang
dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem
skoringf, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan
meningkat atau menurun (Sarastani, 2011).
Panelis kepala atau panel leader menerangkan tujuan dari pengujian dan
menyajikan contoh yang akan diuji, termasuk produk yang ada di pasaran. Istilah-
istilah yang akan digunakan dikembangkan dalam diskusi dan digunakan juga
contoh referensi. Pengujian dilakukan dua sesi, yaitu sesi tertutup dan sesi terbuka.
Pada sesi tertutup setiap panelis melakukan pengujian secara individu dan mencatat
hasilnya, sedangkan pada sesi terbuka setiap panelis melaporkan hasilnya dan
didiskusikan dengan pemimpin analisa. Analisis dan interpretasi data merupakan
tanggung jawab pemimpin analisa yang harus mampu mengekspresikan hasil dari
panelis, sehingga bisa dengan mudah dimengerti. Biasanya dalam uji ini tidak ada
analisis statistik (Sarastani, 2011).
Analisis deskriptif kuantitatif (QDA) adalah salah satu uji analisis sensori
deskriptif yang didasarkan pada kemampuan panelis dalam mengekspresikan
persepsi produk dengan kata – kata menggunakan cara yang terpercaya. Analisis
ini meliputi seleksi panelis, pelatihan, metode pengembangan bahasa atau kata –
kata sebagai wujud ekspresi terhadap contoh, pemberian skor pada contoh, dan
akhirnya pengolahan data – data yang telah diperoleh secara statistic. Unsur – unsur
pada metode QDA meliputi kesepakatan panel dalam pengembangan atribut
sensori, arutan kemunculan atribut, pengukuran intensitas relatif dari masing –
masing atribut, analisis statistik (sensometrik) (Setyaningsih, 2010).
Teh bubuk adalah teh yang terbentuk bubuk halus dan dikemas dalam
wadah kedap udara. Cara pengujian nya yaitu dengan memasukkan teh bubuk
kedalam gelas, menuang dengan air matang, kemudian diaduk hingga larut dan
ditambah gula secukupnya (Fitri, 2008).
BAB III
METEDOLOGI
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan digital, alat
penyeduh teh, termos air panas, tea pot, gelas cup plastic (45 buah ), kertas label,
nampan, alat tulis, dan kertas kuesioner.Bahan utama yang digunakan teh hitam
bubuk dari 3 produkteh dipasaran , Yaitu teh bubuk kayu aro teh (517), teh bubuk
prendjak(281), teh sari wangi (347) dan air mineral.
Persiapan Panelis
3.3.1.Persiapan Panelis
Panelis yang digunakan adalah panelis terlatih yang didapat dari seleksi
panelis. Tahap-tahap seleksiPanelis sebagai berikut :
Ruangan yang digunakan untuk sensori juga harus sesuai dengan kriteria,
yaitu terisolasi, kedap suara dan bau, memiliki suhu ruangan antara 20-250C,
kelembaban 40-60%, sumber cahaya untuk ruangan harus mencukupi dan dinding
berwarna netral karena cahaya dan warna ruangan akan mempengaruhi penilaian
sensori untuk atribut yang akan diuji (SNI 01-2346-2006). PT Frisian Flag
Indonesia memiliki 2 ruang sensori, yaitu tasting booth dan meeting room
b. Meeting room
Penyajian sampel disajikan oleh team penyaji , sampel gelas yang berisi
larutan teh hitam yang diberi kode sampel secara acak. Sampel larutan teh hitam
diletakan diatas nampan , dan team penyaji menyajikan sampelpada tiap panelis . 3
sampel disajikan secara bersamaan .Dibagi menjadi 3 sesi , setiap sesi
beranggotakan 5 orang panelis.
4.1. Hasil
Keterangan : 1
15 15 2 TEH KAYU ARO(517)
517 = Teh Kayu Aro
14 10 3 TEH PRENDJAK(281)
281 = Teh Prendjak
374 TEH SARIWANGI(347)
13 = Teh Sariwangi
5 4
0
12 5
11 6
10 7
9 8
1
15 TEH KAYU ARO(517)
15 2
14 3 TEH PRENDJAK(281)
10
TEH SARIWANGI(347)
13 5 4
0
12 5
11 6
10 7
9 8
1
15 15 2 TEH KAYU ARO(517)
14 10 3 TEH PRENDJAK(281)
TEH SARIWANGI(347)
13 5 4
0
12 5
11 6
10 7
9 8
1
15 14 2 TEH KAYU ARO(517)
12
14 10 3 TEH PRENDJAK(281)
8
6 TEH SARIWANGI(347)
13 4 4
2
0
12 5
11 6
10 7
9 8
4.2 Pembahasan
Karakteristik Sensori teh hitam dinilai menggunakan QDA. Pada
pengujian QDA (Quantitative Descriptive Analysis) panelis melakukan
pengujian intensitas berbagai macam atribut warna,aroma, rasa, after taste
menggunakan skala garis 0 hingga 15, dimana skala 0 menunjukkan intensitas
paling rendah dan skala 15 menunjukan intensitas paling tinggi
Panelis terlatih yang berjumlah 15 orang harus paham benar akan sifat
sensoris yang diperkenalkan pada pengujian terbuka yang telah dilakukan dengan
panel leader. Panelis yang digunakan dalam pengujian ini adalah panelis terlatih
karena diperlukan memori yang kuat. Semua panelis dalam pengujian ini
diasumsikan sebagai panelis terlatih. Dalam pengujian ini panelis harus memahami
cara penilaian/ pengujian yang sedang dilakukan. Bila panelis mengalami kesulitan
untuk memahami pengujian maka panelis berhak bertanya kepada preparator.
Panelis yang tidak membaca borang kemungkinan akan melakukan pengujian dan
penilaian sampel dengan cara yang salah sehingga hasil yang diperoleh tidak
memiliki presisi yang tinggi. Selanjutnya, panelis melakukan pengecekan terhadap
jumlah sampel dan pencatatan kode pada borang dan dilanjutkan dengan pengujian.
Menurut Setyaningsih (2010), data yang diperoleh dari uji QDA disajikan
dalam bentuk grafik jaring laba-laba atau spider web. Dengan nilai nol pada titik
pusat untuk setiap atribut. Selain itu hasil pengujian pada metode ini juga dapat
diolah dengan Principal Component Analysis (PCA). Pada pengujian kali ini, data
QDA disajikan dalam bentuk jaring laba-laba.
Warna
Rasa
Karakteristik rasa dari teh hitam adalah campuran dari rasa pahit dan sepat,
dan berdasarkan hal tersebut rasadari ketiga teh.Jika dilihat tabel hasil dari
pengukuran skala garis didapatkan sampel teh Sari wangi ( 347) memiliki rata rata
teh kayu aro (517) memiliki rata-rata sebesar didapatkan skala garis, Sampel teh
Sari wangi ( 347) .
Sampel teh Sari wangi ( 347), didapatkan skala garis 13,1.Teh kayu aro
(517) memiliki rata-rata sebesar 7,7 sampel Prendjak (281) skala garisnya memiliki
rata –rata 4,2.Dan jika data dilihat dari hasil Diagram sarang laba-laba (spider
web)maka titik-titik pada masing-masing atribut sensoris yang dihubungkan
menunjukkan nilai atribut sensoris dari suatu produk.
Pada spider web dari parameter Rasa didapatkan bahwa pada sampel Teh
Sari wangi ( 347) terletak jarak titik nya jauh dari titik pusat dan hal ini menunjukan
bahwa Teh Sari wangi ( 347) memiliki rasa yang sangat sepat dan terasa pahit nya
.Pada sampel teh selanjutnya yang memiliki rasa yang sedang yaitu Teh Kayu Aro
( 347 ) Spider webnya menggambarkan bahwa produk Teh Kayu Aro ( 347 ) jarak
titik nya tidak terlalu jauh dari titik pusat atau jarak titiknya tergolong sedang. Hal
ini menggambarkan atau mendeskripsikan bahwa produk Teh Kayu Aro ( 347 )
memiliki rasa teh yang rasa pahit dan sepatnya sedang. Teh Sari Prendjak (347)
pada spider web jarak titiknya dekat dengan titik pusat . Hal ini menggambarkan
bahwa Teh Sari Prendjak (347) memiliki rasa teh sedikit sepat dan pahit.
Rasa sepat pada teh disebabkan oleh kandungan tanin/ katekhin yang berada
pada sampel teh. Pahit Popularitas teh sebagian besar disebabkan oleh adanya
alkaloid yang dikandungnya. Sifat penyegar teh berasal dari bahan tersebut yang
menyusun 3- 4% berat kering. Alkaloid utama dalam daun teh adalah kafein, selain
theobromin dan theofilin. Kafein tidak mengalami perubahan selama pengolahan
teh hitam, tetapi dipandang sebagai bahan yang menentukan kualitas. Kafein akan
bereaksi dengan catechin atau hasil oksidasinya membentuk senyawa yang
menentukan 13 brightness dari seduhan teh (Kustamiyati,1994).
Aroma
Aroma pada teh hitam sudah mucul / ada pada bahan baku pembuatan teh
hitam yaitu pucuk daun teh segar. Besarnya aroma yang terdapat pada teh hitam ini
dipengaruhi oleh terdapatnya senyawa aromatis pada pucuk daun teh yang
digunakan sebagai bahan baku. Substansi pektin terutama terdiri atas pektin dan
asam pektat, besarnya bervariasi 4,9-7,6% berat kering daun atau tangkai. Substansi
ini dianggap ikut menentukan sifat baik dari teh hitam karena dua hal. Pertama,
pektin akan mengurai menjadi asam pektat dan metil alkohol akibat adanya enzim
pektin metil esterase. Metil alkohol ini akan menguap ke udara, tetapi sebagian yang
kembali akan berubah menjadi ester-ester dengan asam organik yang ada. Seperti
pada bahan makanan lain, ester menyusun aroma teh (Kustamiyati, 1994).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pada pucuk daun teh yang
digunakan sebagai bahan baku teh Sari wangi (347) terdapat senyawa aromatis dari
pucuk daun yang segar.
After Taste
Aftertaste adalah flavour atau rasa yang tertinggal di mulut. Pada atribut
rasa, suhu menjadi salah satu hal yang mempengaruhi kemampuan indera pengecap
untuk menangkap rangsangan. Perbedaan suhu dapat mempengaruhi penerimaan
rasa yang berbeda(Anjarsari, 2010). Atribut aftertaste seduhan the merupakan
atribut aftertaste yang memiliki nilai rata-rata intensitas paling tinggi yaitu pada the
Sariwangi(347) sebesar 10,8 dan nilai rata-rata intensitas atribut aftertaste yang
terendah yaitu pada sampel prendjak (281) sebesar 4,2.Sedangkan pada teh kayu
aro (517) sebesar 7,3.
Hasil penilaian panelis atribut aroma pada teh hitam dalam bentuk Spider
web atau jaring laba-laba menunjukkan bahwa teh sari wangi (347) memiliki
aftertaste yang palingkuat dibandingkan dengan teh prendjak (281) dan teh kayu
aro (517). Sedangkan aftertaste teh yang lemah adalah teh prendjak (281).
Berdasarkan penelitian Agus (2014) menyatakan bahwa lama pengeringan
berpengaruh terhadap after taste seduhan teh. Semakin lama pengeringan maka
semakin pahit rasa yang tertinggal lama.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari penelitian pendeskripsian atribut mutu sensori
berdasarkan metode QDA. Didapatkan bahwa dari segi deskripsi atribut warna teh
hitam yang paling ideal adalah Teh Kayu Aro (517) dengan warna teh merah
kecoklatan.Teh Sari Wangi(281)warna merah kecoklatan sedang, dan Teh Prendjak
(347) warna teh sedikit merah kecoklatan, Atribut Aroma Teh Sari Wangi(281)
aroma teh sangat kuat.Teh Kayu Aro (517) aroma teh sedang, dan Teh Prendjak
(347) aroma teh lemah(sedikit ). Pada atribut rasa Teh Sari Wangi(281), rasa pahit
dan sepat kuat, Teh Kayu Aro (517) rasa pahit dan sepat sedang Teh Prendjak (347)
kurang memiliki rasa pahit dan sepat(agak lemah ) .Sedangkan atribut after taste
Teh Sari Wangi(281),kesan sepat lebih kuat,Teh Kayu Aro (517) kesan sepat
sedang,Teh Prendjak (347) kesan sepat kurang (sedikit).
5.2. Saran
Saran dari penelitian ini adalah baiknya dilakukan uji lanjut untuk
mengetahui intensitas yag paling baik dari masing –masing atribut sensori .
DAFTAR PUSTAKA
Agus, W.S., Luh P.W., Gusti A.L.T. 2014. Pengaruh Suhu Pengeringan dan
Ukuran Potongan Terhadap Karakteristik Teh Hitam. Universitas
Udayana. Bali
Anjarsari, B. 2010. Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi. Graha
Ilmu. Yogyakarta
Aziz, M. Abdul. 2017. Karakterisasi profil sensori teh dengan dengan metode
quantitative descriptive analysis dan CATA (Check All That Apply. Bogor
: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Fitri. 2008. Pengaruh Berat dan Waktu penyeduhan terhadap Kadar Kafein dari
(GB): ITC.
Nuryati L dan Noviati. 2015. Outlook Teh. Jakarta (ID): Sekretariat Jenderal
Bratura
Tarwendah, ivani. 2017. Studi Komposisi Atribut Sensori dan Kesadaran Merk
Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta