Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat
digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini
dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama
kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan
menjadikannya indicator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan (Depkes RI,
2013).

Faktor yang berperan pada komplikasi persalinan yang menyebabkan


kematian ibu salah satunya adalah kelainan letak presentasi bokong (sungsang).
Presentasi bokong terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada di dunia. Mortalitas
perinatal 13 kali lebih tinggi dari pada kematian perinatal pada presentasi kepala.
Sedangkan morbiditas perinatan 5-7 kali lebih tinggi dari pada presentasi kepala (Sari,
2014).

Persalinan presentasi bokong atau sungsang merupakan suatu persalinan


patologis, oleh karena sering terjadi komplikasi terutama pada bayi. Angka kesakitan
dan kematian akibat persalinan sungsang 3-4% dari semua persalinan. Penyebab
kematian akibat persalinan sungsang adalah kelainan kongenital, prematuritas dan
trauma persalinan. Salah satu morbiditas persalinan sungsang adalah asfiksia

1
neonatorum. Asfiksia ini disertai hipoksia hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.
Konsekuensi fisiologis pada asfiksia adalah depresi susunan saraf pusat. Kerusakan
otak sebagai akibat dari hipoksia-iskemik serebral merupakan penyebab utama dari
kesakitan dan kematian pada bayi dan anak.

Pada Global Survey WHO tentangKesehatan Maternal dan Perinatal bahwa


pada tahun 2005 di sejumlah Negara di Amerika Latin, insidensi dari presentasi
bokong dan malpresentasi lainnya adalah sebesar 11%. Pada tahun 2007-2008 tercatat
di Asia insidensi presentasi bokong dan malpresentasi lainnya adalah 5%. Pada Afrika
Selatan di District Hospital, insidensi presentasi bokong adalah 2,4%.

Pada Clinics of Gynecology and Obstetrics, ministry of Health of Bakirkoy


Training and Research Hospital, Istanbul, Turkey, insidensi persalinan presentasi
bokong pada tahun 2003-2004 berjumlah 2,39%. Pada Siriraj Hospital Thailand pada
tahun 2003, tercatat angka kejadian presentasi bokong sebesar 2,83% (Lumbiganon,
2010). Beberapa angka kejadian presentasi bokong yang tercatat di Indonesia seperti
di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang adalah 7,6%. Pada tahun 2007
tercatat frekuensi dari letak sungsang di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan 4,4% dan di
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 4,6%. Di RSUD dr. R Koesma Tuban tercatat
pada tahun 2007 ditemukan 98 kasus persalinan letak sungsang dari 987 persalinan
(Sari, 2014).

Letak sungsang tentunya dapat mempengaruhi proses persalinan. Jika yang


terjadi adalah presentasi bokong murni, maka persalinan normal masih relatif mudah
pada multipara. Sedangkan jika yang terjadi adalah presentasi kaki, pada saat ketuban
pecah spontan mungkin saja tali pusat ikut keluar (prolapsus tali pusat). Jika tidak
segera dilakukan persalinan, janin mungkin tidak terselamatkan. Untuk mencegahnya,
persalinan dapat dilakukan dengan cara seksio sesaria. Walaupun demikian, terapi
terbaik adalah pencegahan. Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga adalah

2
penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah
dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik (Sari, 2014).

3
BAB II

ILUSTRASI KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Usia : 32 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Jalan Dahlia desa seiha mulia kec. kalkunak

No MR : 002796xx

2.2 ANAMNESIS

 Keluhan utama
Nyeri perut mau melahirkan
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan nyeri pada perut, nyeri hilang timbul, makin lama makin
sering. Keluar lendir darah (+) pada saat pukul 03.00 subuh tadi. Keluar air-air (+).
Pasien lalu ke bidan di puskesmas pagatan II, setelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan bayi dalam posisi letak sungsang kemudian langsung dirujuk ke RSUD
Murjani Sampit. Pasien mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih
dirasakan.

4
 Riwayat Hamil Muda
Mual (+), muntah (+) tetapi tidak mengganggu aktivitas, tekanan darah tinggi
(-), diabetes mellitus (-), perdarahan (-), keputihan (-).
 Riwayat Prenatal Care
Kontrol kehamilan di Bidan 2 kali, dan tidak pernah dilakukan pemeriksaan
usg.
 Riwayat Minum Obat
Konsumsi vitamin berupa asam folat dari bidan
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), asma (-), diabetes mellitus (-), penyakit jantung (-),
kelainan darah (-) dan alergi (-).
 Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-), asma (-), diabetes mellitus (-), penyakit jantung (-), kelainan
darah dan alergi disangkal.
 Riwayat Menstruasi
Haid pertama kali pada usia 13 tahun, siklus haid 26 hari, lama haid 5-7 hari,
ganti pembalut 2-3 kali setiap harinya, dan tidak ada keluhan nyeri pada saat
haid.
 Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada saat usia 16 tahun
 Riwayat Obstetri
G3p2A0 :
1. Perempuan, aterm, BBL ibu lupa, spontan, normal, bidan, sehat.
2. Perempuan, aterm, BBL ibu lupa, spontan, normal, bidan, sehat.
3. Hamil ini
 Riwayat KB
Memakai Pil KB, lama pemakaian selama ± 8 tahun

5
 Riwayat sosial ekonomi

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD.
Suami pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan pendidikan terakhir SD.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis kooperatif

Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Pernapasan : 18 x/menit

Suhu : 360 C

TB : 153 cm

BB : 55 kg

Status Generalis

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan peningkatan JVP tidak


ditemukan

Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal, vesikuler (+/+),


ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Status obstetrikus

6
Genitalia : Status obstetrikus

Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2 detik, sianosis (-/-)

Status obstetrik

Abdomen

Inspeksi : Tampak membuncit, striae gravidarum (+),

Palpasi : Leopold I : - TFU 3 jari dibawah prosesus xiphoideus

- Teraba massa keras, bulat, melenting, kesan


kepala
Leopold II : Pada sisi kanan abdomen ibu teraba tahanan
memanjang, kesan punggung kanan

Leopold III : Teraba massa lunak, bulat, tidak melenting,


kesan bokong

Leopold IV : penurunan bokong 1/5, DJJ (+)

TFU : 33 cm

His : (-)

TBJ klinis : 3288 gr

DJJ : 140 x/menit

Pemeriksaan Genitalia

Genitalia eksterna

Inspeksi : Vulva / muara uretra tenang, perdarahan aktif (-)

7
Genitalia interna:

Inspekulo : Tidak dilakukan

VT:

- Janin: Presentasi : bokong

Station : Hodge III-IV

Posisi : Sulit dinilai

Ketuban : (-) mekonium

2.4 RESUME PEMERIKSAAN

Pasien Ny S usia 32 tahun datang dengan keluhan nyeri pada perut, nyeri
hilang timbul, makin lama makin sering. Keluar lendir darah (+) pada saat pukul
03.00 subuh tadi. Keluar air-air (+). Pasien lalu ke bidan di puskesmas pagatan II,
setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan bayi dalam posisi letak sungsang
kemudian langsung dirujuk ke RSUD Murjani Sampit. Pasien mengaku hamil cukup
bulan dan gerakan anak masih dirasakan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 88


x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu 360 C, pemeriksaan obstetri L1 kesan
kepala, L2 kesan punggung kanan, L3 kesan bokong, L4 divergen, TFU 33 cm, His
(-), TBJ klinis 3288 gram, DJJ 140 dpm. Presentasi bokong, station Hodge III-IV ,
posisi sulit dinilai, ketuban (-) mekonium.

8
2.5 TATALAKSANA AWAL
Pro SC
Pasang DC
Injeksi cinam 1,5 gr
IVFD RL 16 tpm

2.6 DIAGNOSIS KERJA


G3P2A0 hamil aterm inpartu kala II Janin tunggal hidup presentasi bokong.

2.7 LAPORAN SC tanggal 13/05/2019


 Pasien diposisikan telentang
 Disenfeksi area operasi dengan menggunakan iodin povidion 10%
 Mempersempit area operasi dengan memasang duk steril, kemudian di fiksasi
dengan towel klem
 Insisi pfaneinsteil
 Peritoneum dibuka nampak uterus sesuai kehamilan 36 minggu
 Insisi U pada segmen bawah rahim
 Dengan menarik kaki, lahir bayi BBL: 3100 gr, PB: 50 cm, LK: 48 cm,
menangis kuat, air ketuban (-), hijau, bau (-), plasenta di fundus dengan lepas
manual
 Uterus dijahit 1 lapis dengan assucryl no.1
 Tuba normal
 Ovarium kanan dan kiri dalam batas normal
 Abdomen di cuci tidak ada perdarahan
 Kasa dan instrument lengkap
 Abdomen ditutup lapis demi lapis
 Perdarahan 400 cc

9
 Prosedur selesai

2.8 Follow up

Tanggal S O A P

14 Mei Nyeri perut (-), Kesadaran: CM P3AO Post SC - IVFD RL 16


2019 keluar darah dari H-1 a/I Pres- tpm
TD :111/75
jalan lahir Bo + HBsAg - Inj. Cinam 3 x
Post SC mmHg
sedikit, flatus (-), (+) 1,5 gr
BAK terpasang HR : 80 x/i - Aff DC
DC - Mobilisasi
RR : 18 x/i
T : 360 C - Besok GV

St. Generalis :
Konjungtiva
anemis (-/-)

St. Obstretri
Abdomen :
TFU teraba 2 jari
dibawah pusat,
kontraksi baik,
soepel, BU (+)
normal

Genitalia : v/u
tenang,

10
perdarahan
pervaginam (+)
tidak aktif .

15 Mei Nyeri luka post Kesadaran: CM P3A0 Post SC - Asam


2019 op berkurang, H-2 a/i Pres- mefenamat
TD : 95/65
BAK (+) lancar, Bo + HBsAg 3x500mg (p.o)
mmHg
flatus (+) (+) - Cefadroxil
HR : 80 x/i 2x500mg (p.o)
- SF 1 x 1 (p.o)
RR : 16 x/i
- Pasien
T : 36,50 C
dibolehkan
pulang

St. Generalis :
dalam batas
normal

St. Obstretri
Abdomen :
TFU teraba 2 jari
dibawah simfisis,
kontraksi baik,
supel, BU (+)
normal, nyeri
tekan (-).

Genitalia : v/u
tenang,

11
perdarahan
pervaginam (-).

12
BAB III

TINJAUAN TEORI

3.1 Definisi dan Klasifikasi

Presentasi janin dalam uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki
rongga panggul, terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong
berada di bawah kavum uteri. Presentasi bokong dapat diklasifikasikan dengan bagian
tubuh janin berdasarkan presentasi dan posisi janin (Prawirohardjo, 2013).

Gambar 2.1 Klasifikasi Presentasi Bokong

1. Frank Breech ( Extended Breech)


• Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan
ekstensi total di bagian lutut

13
• Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala dan bokong
menempati segmen bawah uterus

2. Complete Breech ( Flexed Breech)


• Pada keadaan ini, bagian bokong dan lutut dalam keadaan fleksi total
sehingga bagian kaki yang menempati pelvis

3. Incomplete Breech ( Footling Breech)


• Terdiri dari satu atau kedua kaki berada paling rendah (Cunningham,
2009).

Frank Breech sangat membantu saat proses dilatasi serviks tetapi posisi frank
breech sulit untuk dilakukan External Cephalic Version (ECV) yang bertujuan untuk
mengembalikan posisi janin ke posisi yang seharusnya yaitu kepala janin yang berada
pada kavum dibawah uterus. Pada posisi ini sangat jarang terjadi prolaps tali pusat
dan janin juga jarang terjebak di serviks. Sebaliknya flexed dan footling dapat
meningkatakan terjadinya prolaps tali pusat dan kepala janin sering terjebak di
serviks (Gimovsky, 1995).

3.2 Epidemiologi

Pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Saint Louis University di


Missouri pada tahun 2013 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 475.551 dari
519.504 kelahiran. Kelompok presentasi bokong sebanyak 14.811 (3,2%). Presentasi
bokong dengan kelahiran cukup bulan 2,8% dan 9,5% kelahiran prematur (Mostello
et al, 2014).

Di RSUD dr. Soedarso Pontianak angka persalinan presentasi bokong pada


tahun 2008-2010 menemukan 289 kasus (6,48%) dengan persalinan sebesar 45,7%
dan persalinan pervaginam sebesar 54,3%. Di RSUD dr.Soedarso menerapkan bahwa
untuk paritas primigravida dengan presentasi bokong dianjurkan menjalani persalinan

14
SC untuk mengurangi dan menekan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi,
sedangkan untuk kasus persalinan non-pramigravida, persalinan seksio sesaria baru
dianjurkan apabila terdapat indikasi penyulit tambahan. Pada penelitian di rumah
sakit ini mendapatkan hasil bahwa pada primigravida dengan presentasi bokong yang
menjalani persalinan pervaginam prognosisnya lebih buruk dibandingkan dengan
persalinan seksio sesaria. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 jenis
persalinan dalam terminasi kehamilan pada primigravida lebih tinggi dengan
persalinan seksio sesaria sebesar 41% dibandingkan dengan persalinan pervaginam
hanya 36,5% (Heristanto, 2013).

Presentasi bokong dikaitkan dengan peningkatan insiden dari kedua operasi


seksio sesaria elektif dan darurat, terutama pada primigravida. Dokter kandungan di
Coombe Women’s Hospital mencoba menghindari risiko hipoksia janin dan trauma
yang terkait dengan persalinan bokong pervaginam (Turner, 2006).

3.3 Etiologi

Hanya 15% dari seluruh kasus presentasi bokong yang diketahui etiologinya.
Penyebab presentasi bokong yang lain belum diketahui tetapi berhubungan dengan
abnormalitas yang bisa menyebabkan terjadinya presentasi bokong. Selama 35
minggu pertama kehamilan janin biasanya masih sering berubah presentasinya,
seperti normalnya janin dalam rahim. Ketika janin prematur ukuran janin lebih kecil
dari ukuran rahim. Karena alasan inilah presentasi bokong terjadi lebih sering pada
bayi prematur dari pada bayi yang cukup minggu. Presentasi bokong juga bisa terjadi
karena gangguan dengan proses normal di antara kepala janin, cavum uteri dan
rongga pelvis. Plasenta previa, anomali uteri, tumor pelvik, kelainan kongenital janin
khususnya hidrosefalus dan anensefalus, semuanya dapat mengganggu posisi janin.

Relaksasi uterus juga berhubungan dengan persalinan sungsang sebelumnya,


janin ganda dan polihidramnion bisa menyebabkan presentasi bokong (Gimovsky,
1995). Saat ini perguruan tinggi di Amerika dari dokter kandungan dan ginekologi

15
merekomendasikan bahwa pasien dengan presentasi bokong aterm dalam kehamilan
tunggal harus merencanakan persalinan seksio sesaria (Walsh et al, 2010).

3.4 Diagnosis

Dalam anamnesis mungkin dikemukakan bahwa terasa sesak pada abdomen


bagian atas akibat sering terdorongnya kepala dari gerakan kaki janin. Presentasi
bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen. Maneuver Leopold
perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila usia kehamilan ≤34
minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada pemeriksaan
palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina atau pemeriksaan USG (Prawirohardjo,
2013).

3.4.1 Pemeriksaan Dalam (Vaginal Touches)

Pada presentasi bokong murni, kedua tuberositas iskiadikus, sakrum


maupun anus biasanya teraba, dan setelah terjadi penurunan lebih lanjut,
genitalia eksterna dapat dikenali. Pada presentasi bokong sempurna kaki dapat
diraba disebelah bokong, sedangkan pada presentasi kaki, kaki kanan atau
kaki kiri dapat ditentukan berdasarkan hubungannya dengan ibu jari kaki.
Ketika bokong lebih turun lebih jauh dari panggul, genitalia dapat diraba
(Cunningham, 2009).

3.4.2 Pemeriksaan USG

Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian risiko


pada presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban,
konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi
kepala, kelainan kongenital. Berat janin dapat diperkirakan secara

16
ultrasonografis berdasarkan ukuran diameter biparietal, lingkar kepala, lingkar
perut dan panjang tulang femur. Gambaran ultrasonografi tentang ekstremitas
bawah dapat memberikan informasi tentang jenis presentasi bokong
(Prawirohardjo, 2013).

3.5 Jenis-jenis Persalinan Presentasi Bokong

Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian


persalinan bokong. Metode penilaian adalah dari Zatuchni-Andros.

Skor 0 1 2

Paritas Primigravida Multigravida -

Masa gestasi ≥39 minggu 38 minggu ≤37 minggu

Taksiran ≥3130 gr 3629-3175 gr ≤3175 gr


Berat
Janin
Riwayat - 1x 2x
presentasi bokong

Station -3 -2 -1 atau
lebih
rendah
Pembukaan <2 cm 3 cm >4 cm

Penurunan -3/> tinggi -2 -1/> rendah


Bokong
Keterangan :
<3 : perabdominan
4 : reevaluasi
>5 : pervaginam

17
Prinsip dasar persalinan dengan presentasi bokong
1. Persalinan pervaginam
a. Persalinan spontan (spontaneous breech)
Janin di lahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini
disebut cara Bracht.

b. Manual aid (partial breech extraction)


Janin di lahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu, sebagian
lagi dengan tenaga penolong. Cara melahirkan bahu menurut : Muller,
Klasik, Lovset, Bickenbach, Potter. Cara melahirkan kepala menurut :
Mariceau-Veit-Smellie, De Snoo, Wigand-Martind-Winckel, Naujoks,
Prague terbalik, forcep Pfiper.

c. Ekstraksi bokong (total breech extraction)


Janin di lahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
2. Persalinan perabdominan (sectio caesarean) (Heristanto, 2013).

3.6 Teknik Persalinan Pervaginam


1. Pada persalinan kala II jelaskan cara mengedan yang efektif
2. Pastikan analgesia yang adekuat
3. Tunggu proses penurunan bokong hingga tali pusat keluar biarkan ini
berlangsung spontan dengan dorongan hanya dari ibu. Jangan tarik bagian
bokong bayi.

4. Tunggu bayi melakukan rotasi ke posisi sakrum anterior


5. Episiotomi dapat dipertimbangkan setelah bokong anterior dan anus terlihat.
6. Jika kaki tidak lahir spontan lakukan Manuver Pinard, dengan cara bila satu
atau dua kaki di depan vulva maka dua jari operator memegang sepanjang
ekstremitas hingga ke lutut dan memisahkan garis tengah bersamaan akan

18
meregangkan kaki di bagian pinggul. Kemudian terjadi fleksi spontan lutut
dan dilanjutkan dengan lahirnya kaki.

Gambar 2.2 Manuver Pinard


7. Pegang di bagian pinggul dan biarkan dari tenaga ibu mengejan hingga
skapula terlihat. Jangan pegang di bagian perut hal ini dapat menyebabkan
kerusakan ginjal atau hati. Menjaga fleksi kepala dan menjaga tubuh bawah.

19
Gambar 2.3 Langkah 7
8. Putar badan bayi untuk melahirkan lengan hingga dada (Loveset Manoeuvre).

20
Gambar 2.4 Loveset Manoeuvre
9. Jaga kepala dalam posisi fleksi dengan memberi tekanan pada bagian
suprapubik ibu.

Gambar 2.5 Langkah 9

21
10. Badan bayi didukung dalam posisi horizontal atau dibiarkan menggantung
hingga leher muncul di introitus vagina. Kemudian lahirkan kepala bayi
(Saxena, 2013).

3.7 Teknik persalinan dengan cara Bracht


Dalam melakukan observasi perjalanan persalinan dengan
presentasi bokong, bila tidak dijumpai kelainan maka masih ada
kemungkinan untuk persalinan bokong normal dengan metode Bracht.
Pertolongan secara bracht dilakukan setelah bokong dan pangkal paha
lahir, dilakukan pegangan secara bracht yaitu ibu jari pada pangkal paha
dan empat jarinya di punggung bayi. Bokong ini dibawa ke atas, ke arah
perut ibu dan sedikit ke kiri dan ke kanan sesuai dengan letak punggung
bayi. Sama sekali tidak boleh dilakukan tarikan karena dengan tarikan
lengan dapat menjungkit. Pada saat itu disuntikan oksitosin 5 unit secara
intramuskular. Seorang asisten memberikan tekanan pada fundus uteri
dengan dorongan kristheller. Dorongan kristheller dilakukan untuk
mempertahankan agar hiperlordosis kepala janin tetap dapat di
pertahankan agar tidak terdapat ruangan kosong antara bayi dan dinding
fundus uteri. Dorongan diarahkan menuju jalan lahir, sehingga akan
membantu persalinan kepala. Bayi yang telah dipegang secara bracht,

22
posisinya tetap dipertahankan sehingga akan lahir berturut-turut dagu,
mulut, hidung, dahi, dan kepala bayi seluruhnya, dan teknik tetap
dipertahankan seperti cara di atas dengan mengarahkan terus ke arah
perut ibu hingga kepala selesai lahir (Sastrawinata, 2005).

3.8 Komplikasi

3.8.1 Fetal Komplikasi

Mortalitas dan morbiditas janin diperkirakan berkali-kali


agar dapat sebanding dengan janin yang letak normal (vertex
presentation). Komplikasi janin pada persalinan presentasi
bokong meliputi:

1. Asfiksia akibat :

• Prolaps tali pusat / kompresi tali pusat, hipoksia Perkembangan


janin terhambat (PJT), dan persalinan cepat

2. Trauma saat kelahiran akibat dari:


• Feto-pelvic disproporsi
• Tidak terampilnya pemimpin persalinan (tidak semestinya menarik
danmenyebabkan trauma pada bayi)

Kematian perinatal lebih tinggi dengan presentasi bokong karena prematuritas


dan malformasi kongenital.

3.8.3 Maternal Komplikasi

Gangguan alat genitalia


 Robekan luas pada perineum
 Servic tears

23
 Ruptur uterus
• Komplikasi dariLSCS, forcep, dan vacum saat persalinan
• Infeksi karena manipulasi

3.9 Prognosis

Risiko janin dalam hal kematian perinatal cukup besar dalam persalinan
bokong pervaginam. Dua per tiga kematian ini adalah hasil dari kelainan bawaan atau
infeksi dan satu per tiga dari trauma dan asfiksia. Faktor-faktor rumit seperti
prematuritas, trauma persalinan, malformasi kongenital sangat membahayakan janin.
Dikoreksi perinatal mortalitas berkisar 5-35 per 1000 kelahiran.

Mortalitas perinatal secara keseluruhan dalam presentasi bokong masih tetap


9-25% dibandingkan dengan 1-2% untuk kematian perinatal non presentasi bokong.
Berarti 3-5 kali lebih tinggi dari presentasi non bokong. Faktor-faktor yang signifikan
mempengaruhi risiko janin:

• Keterampilan dokter kandungan


• Berat bayi
• Posisi kaki
• Jenis panggul
Mortalitas meningkat pada frank breech dan maksimum pada footling breech,
dimana sering terjadi kemungkinan prolaps tali pusat. Risiko janin pada multipara
tidak kurang dari primigravida, hal ini karena kemungkinan prolaps tali pusat terkait
dengan flexed breech (Ratcliffe, 2008).

24
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien Ny S usia 32 tahun datang dengan keluhan nyeri pada perut, nyeri
hilang timbul, makin lama makin sering. Keluar lendir darah (+) pada saat pukul
03.00 subuh tadi. Keluar air-air (+). Pasien lalu ke bidan di puskesmas pagatan II,
setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan bayi dalam posisi letak sungsang
kemudian langsung dirujuk ke RSUD Murjani Sampit. Pasien mengaku hamil cukup
bulan dan gerakan anak masih dirasakan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 88


x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu 360 C, pemeriksaan obstetri L1 kesan
kepala, L2 kesan punggung kanan, L3 kesan bokong, L4 divergen, TFU 33 cm, His
(-), TBJ klinis 3288 gram, DJJ 140 dpm. Presentasi bokong, station Hodge III-IV ,
posisi sulit dinilai, ketuban (-) mekonium. Persentasi bokong adalah janin letak
memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya.

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Presentasi bokong umumnya terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan atau
mendekati aterm. Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain usia kehamilan
adalah relaksasi uterus yang dapat disebabkan oleh multiparitas, bayi multipel,
hidramnion, oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, presentasi bokong
sebelumnya, anomali uterus dan berbagai tumor dalam panggul juga pada plasenta
yang terletak didaerah kornu fundus uteri.1

Usia kehamilan dapat ditentukan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan


leopold. Pasien tidak ingat HPHT. Usia kehamilann dapat ditentukan menurut rumus

25
McDonald’s yang diperoleh dari tinggi fundus uterus. Pada pasien didapatkan tinggi
fundus uteri 32 cm yang sesuai dengan usia kehamilan berkisar 36-37 minggu atau
aterm. Jadi berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan pada pasien dapat disimpulkan
usia kehamilannya sudah aterm, sehingga diagnosis kehamilan pada pasien ini sudah
tepat.3,4

Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau


perabdominal (seksio sesaria). Persalinan dengan presentasi bokong perlu dilakukan
penilaian untuk dilakukan terminasi secara pervaginam atau perabdominam, salah
satu penilaian objektif yang dapat dilakukan adalah dengan menghitung score dari
kriteria Zatuchi-Andros.

Tabel 4. Kriteria Zatuchi-Andros

Pada pasien ini didapatkan jumlah skor dari kriteria diatas bernilai 4 yaitu
paritas multipara, umur kehamilan ≤ 37 minggu, Tbj 3629-3176, belum pernah
presentasi bokong, penurunan ≤ 3, belum ada pembukaan, sehingga pada pasien ini
dilakukan seksio cesar.

26
BAB V

KESIMPULAN

1. Diagnosis kehamilan dengan presentase bokong pada pasien ini sudah sesuai
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan
presentase bokong yaitu multiparitas, bayi multipel, hidramnion,
oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, presentasi bokong sebelumnya,
anomali uterus dan berbagai tumor dalam panggul juga pada plasenta yang
terletak didaerah kornu fundus uteri. Pada pasien ini faktor yang
menyebabkan terjadinya presentase bokong yaitu multiparitas.

3. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini sudah sesuai dengan


diagnosis yang ditegakkan dan tindakan yang dilakukan untuk persalinan
secara seksio cesar pada pasien ini sudah tepat.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007. Diunduh dari:

http://terbitasn.litbang.depkes.go.id/penerbitan

/index.php/blp/catalog/download/63/92/236-1

2. Boyle, M., 2011 Emergencies Around Childbirth Second Edition. London:


Radcliffe Publishing Ltd
3. Cunningham, F.G, 2009 Leveno KJ, Bloom S, Hauth JC, Rouse DJ, Spong
CY. Obstetric Williams 23rd Edition. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
4. Dahlan, SM., 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2012. Departemen Kesehatan, Pusat Data dan
Informasi Departemen Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Kepala Dinas
Kesehatan Sumatera Utara.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN
SI_2012_Profil_Kes_Prov.SumateraUtara_2012.pdf
6. Gimovsky, M.L., 1995 Breech Presentation. In: Operative Obstetrics.
Baltimore: Williams & Wilkins Heristanto, 2013 Gambaran Persalinan
dengan Presentasi Bokong di RSUD Dr. Soedarso, tahun 2008-2010.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111634&val=2307
7. Lumbiganon, P., Laopaiboon, M., Gulmezoglu, A.M., Souza, J.P.,
Taneepanichskul, S., et al., 2010 Method of Delivery and Pregnancy
Outcomes in Asia: The WHO Global Survey on Maternal and Perinatal
Health 2007-08. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20071021 [Diakses 20 April 2015]

28
Mostello, D., Chang, J.J., Bai, F., et al., 2014 Breech Presentation at
Delivery: A Marker For Congenital Anomaly?. Journal of Perinatology.
Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24157495
8. Oktorina, N., 2014 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Letak Sungsang di
RSUD Bangkinang Tahun 2013.
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=18
9. Prawirohardjo, S., 2013 Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo, S., 2013 Ilmu Kebidanan Edisi ke-4 Cetakan ketiga. Jakarta:
PT. Bina Pustaka
10. Pernoll, M.L., 2011 Benson & Pernoll’s Handbook of Obstetrics &
Gynecology. New York: McGraw – Hill
11. Ratcliffe, Baxley, Cline, Sakornbut., 2008 Family Medicine Obstetrics Third
Edition. Philadelphia: Mosby Elsevier
12. Sari, N.K., 2014 Hubungan Tingkat Paritas dan Kejadian Letak Sungsang
pada Ibu Bersalin di RSUD dr. R. Koesma Tuban Tahun 2008. Diunduh dari:
http://lppm.stikesnu.com/wp-content/uploads/2014/02/71.pdf
13. Satrawinata, Sulaiman, Marthaadi, S.D., et al. 2005 Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi edisi ke-2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
14. Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Edisi Ke-4. Jakarta: Sagung Seto
15. Saxena, R., 2013 Evidence Based Color Atlas Of Obstetrics & Gynecology
Diagnosis and Management First Edition. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers
16. Sirisena, L.A.W, Sirisena, T.B., Silva, P.D., Ranathunga, A., 2010
Management of Breech Presentation. SLCOG National Guidelines. Diunduh
dari: http://www.gfmer.ch/SRH-Course-2010/national-
guidelines/pdf/Management-Breech-Presentation-SLCOG.pdf

29
17. Supartini, Mudzolifah, S., 2012 Hubungan Antara Usia Dan Paritas Dengan
Letak Sungsang Pada Ibu Bersalin.
http://digilib.unipasby.ac.id/download.php?id=175
18. Taillefer, C., Dube, J., 2010 Singleton Breech at Term: Two Continents, Two
Approaches. Journal of Obstetrics and Gynecology.
http://www.academia.edu/7848251/Singleton_Breech_at_Term_Two_Contine
nts_Two_Approaches
19. Turner, M.J., 2006 The Term Breech Trial : Are The Clinical Guidlines
Justified by The Evidence?. Journal of Obstetrics and Gynecology. Diunduh
dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17000490
20. Walsh, B.K., Czervinske, M.P., Diblasi, R.M., 2010 Perinatal and Pediatric
Respiratory Care. USA : Saunders Elsevier
21. World Health Organization, 2014 Maternal Mortality.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/

30

Anda mungkin juga menyukai