Hernia Fix
Hernia Fix
Disusun Oleh :
dr. Muhammad Kadafi
Pembimbing :
dr. Helita, Sp.B
Pendamping :
dr. Yanti Eka Iswara
1
BAB 1
LAPORAN KASUS
I. Identitaspasien
No rekammedik : 00154803
Tanggal masuk RS : 25-02-2019
Nama : An. Tn. I
Umur : 48 tahun
Jeniskelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pendeta
Alamat : RA Kartini
Agama : Kristen
Status perkawinan :Menikah
II. Anamnesis
KeluhanUtama :
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada lipatan paha kanan yang hilang timbul
kurang lebih 10 tahun yang lalu.
Pasien mengaku sejak 10 tahun yang lalu merasakan ada benjolan di lipat paha kanan
yang timbul saat beraktivitas seperti berlari dan hilang saat istirahat. Benjolan pada
awalnya tidak menimbulkan rasa nyeri, Cuma membuat pasien merasa aneh akan hal
tersebut. Pada tahun 2009, pasien dating ke RS untuk diperiksa karena gejalanya
hamper sering muncul. Setelah diperiksa, dokternya menyarankan agar pasien di bedah
agar benjolan tidak muncul lagi tetapi pasien belum bersedia dan terdapat beberapa
halangan yang menyebabkan operasi di tunda. Pada saat ini pasien dating lagi ke RS
karena benjolan dirasakan semakin membesar, masih bias keluar masuk spontan saat
berlari, batuk dan mengedan dan kadang-kadang disertai rasa nyeri di lipat paha kanan.
2
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Riwayat HT
Mata
Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem
Conjunctiva tidak anemis
Sklera tidak tampak ikterik
Pupil: isokorkirikanan
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak ditengah dan simetris
Mukosa hidung : tidak hiperemis
3
Cavum nasi : tidak ada tanda perdarahan
Telinga
Daun telinga : normal
Tofi : tidak ditemukan
Lieng telinga : lapang
Membrana timpani : intake
Nyeri tekan mastoid : tidak nyeri tekan
Serumen : tidak ada
Sekret : tidak ada
Leher
Kelenjargetahbening:Tidakterabamembesar
Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
Trakea : letak di tengah
Thorax
Paru-Paru
Inspeksi : pergerakan nafas saat statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua paru
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua paru, ronkhi -/-, whezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat
4
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis sinistra,
ICS 5
Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS 3-4 linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Lihat status lokalis
Ekstremitasatas
Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem
EkstremitasBawah
Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem
V. PemeriksaanPenunjang
Tanggalperiksa: 25 februari 2019 jam 10.00
Hematologi
- Hb : 13 g/dl
- Eritrosit : 4,3juta/mm3
- Ht : 35%
- Leukosit : 9.100/μl
- Trombosit : 314.000/dl
- Bleeding time : 5 menit
5
- Clotting time : 2 menit
- GDS : 121 mg/dL
- Urea : 24 mg/dL
- Kreatinin : 1,1 mg/dL
- SGOT : 18 u/L
- SGPT : 20 u/L
- Natrium : 144 mmol/L
- Kalium : 4,0 mmol/L
- Clorida : 107 mmol/L
VI. Diagnosakerja
Hernia Inguinalis LateralisDextra Reponibel
VIII. Resume
Pasien laki-laki berusia 48tahun, dating ke RSUD murjani Sampit dengan keluhan
merasa ada benjolan yang hilang timbul di lipat paha kanannya. Pasien mengaku sejak
10 tahun yang lalu merasakan ada benjolan di lipat paha kanan yang timbul saat
beraktivitas seperti berlari dan hilang saat istirahat. Benjolan pada awalnya tidak
menimbulkan rasa nyeri, namun membuat pasien merasa aneh akan hal tersebut. Pada
tahun 2009, pasien dating ke RS untuk diperiksa karena gejalanya hampir sering
muncul. Setelah diperiksa, dokternya menyarankan agar pasien di bedah agar benjolan
tidak muncul lagi, tetapi pasien belum bersedia dan terdapat beberapa halangan yang
menyebabkan operasi di tunda. Pada saat ini pasien dating lagi ke RS karena benjolan
dirasakan makin membesar, masih bias keluar masuk spontan saat berlari, batuk dan
mengedan dan kadang-kadang disertai rasa nyeri di lipat paha kanan. Pasien tidak ada
riwayat asma, allergi, kencingmanis, namun pasien mempunya iriwayat hipertensi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dan status generalis dalam batas normal.
Pada status lokalis di region inguinalis dekstra terlihat adanya benjolan namun tidak
6
dijumpai tanda-tanda peradangan. Saat di palpasi didapatkan ada nyeri tekan di daerah
inguinal dekstra dan teraba benjolan/massa yang kenyal timbul apabila pasien disuruh
mengedan, namun benjolan tersebut hilang setelah mengedan. Pada auskultasi tidak
didapatkan bising usus.
IX. Penatalaksanaan
Operatif : Herniotomi
TeknikOperasi :
Disinfeksi lapangan pembedahan. Tutup dengan kain steril.
Irisan 2 cm medial spinailiaca superior (SIAS) sampai tuberculum
pubikum.
Dipasang kain berlubang. Aponeurosis muskulus obliquus eksternus
(MOE) dibuka kecil dengan pisau dan dengan bantuan pinset anatomis
dan gunting dibuka lebih lanjut kekranial sampai annulus internus dan
kekaudal sampai membuka annulus eksternus.
Dengan menjepit MOE dengan kocher, aponeurosis dibebaskan daridasar
ke lateral sampai tampak ligamentum inguinalis. Pourpati danke medial
sampai conjoint tendon (muskulus obliquus internus dan transverses).
Dengan bantuan 2 pinset chirurgis dan gunting kantong dibuka. Setelah
eksplorasi isi kantong hernia, isinya dikembalikan kedalam rongga
abdomen. Dengan memasukkan jari kedua tangan kiri kedalam lubang dan
sedikit tarikan, kantong dibebaskan secara tumpul dan tajam.
Kantong hernia dibebaskan seproksimal mungkin sampai tampak jaringan
lemak pre-peritoneal. Kantong diplintir dan diikat dengan plain catgut
no.1. Bila mulut kantong proksimal lebar dapat ditutup. Kemudian
kantong hernia dipotong.
Herniotomiselesai.
Medikamentosa
Cinam 1,5 mg/8jam
Ranitidine 1 amp/12jam
Santagesic 1gr/8jam
Amlodipine 10mg
7
Captopril 25mg
Edukatif post operatif : bed rest total, puasa sampai bising usus terdengar
X. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
8
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Definisi Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1
2. Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
disekitar lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia
indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia
indirect adalah 7:1. Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul kasus emergensi dengan inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis
lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal.2,3
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia adalah1,2:
a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahit atau didapat kemudian dalam hidup
b) Akibat dari pembedahan senelumnya
c) Kongenital
Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
Hernia kongenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah
lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis)
d) Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:
9
Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan
pada saat buang air besar atau buang air kecil.
Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya
yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak
yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.
Distensi diding abdomen karena peningkatan tekanan intaabdominal
Penyakit yang melemahkan dinding perut
Merokok
Diabetes mellitus
4. Bagian Hernia
Bagian-bagian dari hernia menurut:
1) Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia internalis.
2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3) Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.
5. Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3:
Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia.
10
Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk
menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.
Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia yang
dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
umbilikalis, dan hernia skrotalis.
Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis.
Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu
jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah
terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga lemah. Penyebab pasti
hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat perubahan struktur fisik dari
dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan intraabdomen (kegemukan, batuk
yang kuat dan kronis, mengedan akibat sembelit, dll).
Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis
femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penyebab
hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.
Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ
abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh
fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding
abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.
Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam
skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau
elevantiasis skrotum.
11
6. Patofisiologi hernia inguinalis lateralis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun terlebih dahulu
dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bartambahnya umur, organ
dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namuan karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang
sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertrofi prostat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.2
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan
antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
12
dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan
dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata
dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2
7. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2
atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh
batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia
ingunalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia
inguinalis medialis.4
Pemeriksaan Ziemen test posisi berbaring,
bila ada benjolan masukkan dulu, hernia kanan
diperiksa dengan tangan kanan, penderita
disuruh batuk bila rangsangan pada jari ke-2
hernia ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia
inguinalis medialis, jari ke-4 hernia femoralis.4
13
CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya
hernia obturator.
8. Diagnosis banding
a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis
b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis ectopic,
undescenden testis
c. Aneurisma artery femoralis
d. Nodus limfatikus
e. Kista limfatikus
f. Kista sebasea
g. Psoas abses
h. Hematoma
i. Ascites
9. Penatalaksanaan
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi
seperti inkeserasi dan strangulasi. Pngobatan non operatif direkomendasikan hanya pada
hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy: membuka
dan memotong kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding posterior abdomen
kanalis ingunalis.1,2
Herniotomy
Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka
sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester
secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya
dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup
hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2
Herniorrhapy
Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh
dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat bermacam-macam
tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein
dengan menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.1,2
14
10. Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong
hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca
bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya dapat
diatasi.
15
BAB III
KESIMPULAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Pada kasus ini ditegakkan diagnosis HIL pada pasien laki-laki 48 tahun atas dasar
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penyebab HIL pada kasus ini
yaitu riwayat mengangkat beban berat. Penatalaksanaan HIL adalah dengan operatif yaitu
dilakukannya bedah herniotomi dan obat-obatan medikamentosa sesuai gejala.
16
DAFTAR PUSTAKA
3. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar IlmuBedah, edisirevisi, 706-
710, EGC, Jakarta.
6. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nded, 247, Longman
Singapore Publisher Ltd, Singapore.
17