Anda di halaman 1dari 7

Alarm Derita Perokok Pasif

Oleh

Sri Kurniati
Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ilmu Ekonomi , Universitas Pertamina
Email : Real_cici@yahoo.com

Abstrak

Banyaknya penderitaan yang terjadi kerena rokok menimbulkan sebuah


pertanyaan apakah dampak terburuk dari rokok terhadap kesehatan, ekonomi dan sosial
masyarakat Indonesia. Tulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis dampak rokok
terhadap kesehatan,ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia. Analisis didasarkan pada
kajian WHO, Badan Statistik Nasional, Badan POM dan fakta lain dari berbagai sumber.
Berdasarkan hasil keseluruhan, perokok pasif memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita gangguan kesehatan akibat seperti kanker paru-paru dan jantung koroner, serta
gangguan pernafasan. Bagi anak-anak di bawah umur, terdapat resiko kematian
mendadak akibat terpapar asap rokok. Namun, Kebijakan Pemerintah dalam membatasi
seseorang untuk merokok, mendapat penolakan yang keras dari para buruh, konsumen,
dan Industri rokok. Akibatnya, pengendalian tembakau di Indonesia sangat sulit
ditegakkan dan beban akibat rokok pun terus membesar

Kata kunci: bahaya rokok, perokok pasif, jumlah perokok, alarm derita perokok pasif

I. PENDAHULUAN

Jumlah perokok di Indonesia adalah 65 juta jiwa atau 28% dari jumlah seluruh
penduduk Indonesia. Fakta ini telah menyebabkan berbagai masalah. Masalah yang
ditimbulkan meliputi kesehatan, perekonomian dan sosial. Faktor yang menjadi perhatian
khusus adalah, subjek korban dalam permasalahan ini. Korban tidak hanya perokok aktif
melainkan juga orang-orang yang tidak melakukan aktifitas merokok atau perokok pasif.
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan secara terus menerus dapat
mengakibatkan bahaya kesehatan. Rokok mengandung kurang lebih 4.000 (empat ribu)
zat kimia antara lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik,
sebagai penyebab berbagai penyakit antara lain kanker, penyakit jantung, impotensi,
penyakit darah, emfisema, bronchitis kronik, dan gangguan kehamilan. Selain penyakit
pada fisik, perokok juga mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan mereka
yang tidak merokok. Kandungan nikotin bisa menenangkan , tapi akan menyebabkan
gelisah dan cemas jika putus mengkonsumsinya. WHO berpendapat bahwa, merokok
akan menciptakan beban ganda, karena merokok akan menganggu kesehatan sehingga
lebih banyak biaya harus dikeluarkan untuk mengobati penyakitnya. Selain itu dapat juga
terjadi alokasi biaya untuk membeli bahan pangan bergizi ke rokok. Risiko kesehatan
akibat mengkonsumsi rokok sejak lama telah dicantumkan pada bungkus rokok. Lebih
dari 90% masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan berbentuk tulisan pada
bungkus rokok tersebut, tetapi hampir separuhnya tidak percaya dan 26% tidak
termotivasi untuk berhenti merokok (Badan POM:2014).Tulisan ini mencoba untuk
menganalisis dampak rokok terhadap kesehatan dan sosial masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, didalamnya dilakukan uji prognosis dari korban dan permasalahan yang
ditimbulkan dari rokok. Makalah ini disusun sebagai berikut; pendahuluan disediakan di
bagian pertama sedangkan bagian kedua menyediakan tujuan studi. Bagian ketiga
menunjukan Tinjauan Pustaka .Data dan metodologi disajikan dalam bagian empat.
Bagian IV menyajikan Pembahasan bahaya rokok. Akhirnya, bagian ke-empat
menyajikan beberapa kesimpulan dan rekomendasi kebijakan.

II. TUJUAN STUDI


Berdasarkan paparan diatas, penelitian ini dibangun atas dasar dan tujuan sebagai
berikut:

i. Untuk menganalisis dampak rokok terhadap kesehatan dan sosial masyarakat


Indonesia
ii. Untuk menaksir jumlah perokok aktif di Indonesia
iii. Untuk melakukan sinyal peringatan dini bahaya rokok

III. TINJAUAN PUSTAKA

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun–daun
tembakau yang telah dicacah (Wikipedia:2009). Rokok menurut Sunarno (2008: 45)
termasuk narkoba jenis zat adiktif. Nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan
orang merasa ketagihan. Sedangkan menurut Dody D. A. Armis Dally dkk (2010: 188),
rokok adalah gulungan tembakau dengan kertas atau daun jagung. Merokok menurut
Aiman Husaini (2006: 21) berarti membakar tembakau dan daun tar, serta menghisap
asap yang dihasilkannya. Asap yang dihasilkan membawa bahaya dari sejumlah
kandungan tembakau dan juga bahaya dari pembakaran yang dihasilkannya. Aiman
Husaini (2006: 23), menyatakan beberapa kandungan zat kimiawi dalam sebatang rokok,
diantaranya :

1. Nikotin merupakan zat adiktif yang membuat seseorang menjadi ketagihan untuk bisa
selalu merokok. Zat ini sangat berbahaya, bagi kesehatan tubuh manusia. Menurut
Achmad Kabain (2007: 48) nikotin adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti kokain
dan heroin. Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam
bentuk rokok, cerutu, dan pipa.

2. Tar adalah racun bagi tubuh.


3. Insektisida juga sangat beracun dan umumnya banyak digunakan untuk membunuh
serangga.

4. Polycyclic menyerang paru-paru dan menyebabkan kerusakan yang fatal bagi perokok
aktif.

5. Carcinogens adalah zat kimiawi yang sangat berbahaya dan mampu memicu penyakit
kanker bagi siapa pun yang menghirupnya.

Dr. Widyastuti Soerojo dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia


(IAKMI) mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok
masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko
masuk ke tubuh orang di sekelilingnya. Perokok pasif merupakan seorang penghirup asap
rokok dari orang yang sedang merokok atau orang yang terpapar asap rokok dari asap
yang dikeluarkan perokok aktif. Akibatnya lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif.
Bahkan bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga sampai lima kali lipat dari
bahaya perokok aktif (Wikipedia:2015).

Mengutip hasil kajian WHO, lingkungan bebas asap rokok merupakan satu-
satunya strategi efektif untuk memberikan perlindungan bagi perokok pasif.Penyediaan
smoking area juga tak sepenuhnya melindungi para perokok pasif dari bahaya rokok.
Data Global Youth Survey tahun 1999-2006, sebanyak 81 persen anak usia 13-15 tahun
di Indonesia terpapar asap rokok di tempat umum atau menjadi perokok pasif. Survei
tersebut juga menunjukkan, lebih dari 150 juta penduduk Indonesia menjadi perokok
pasif di rumah, di perkantoran, di tempat umum, di kendaraan umum. Sedangkan data
Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 menunjukkan, lebih dari 87 persen perokok aktif
merokok di dalam rumah ketika sedang bersama anggota keluarganya. Survei ini juga
menemukan 71 persen rumah tangga memiliki pengeluaran untuk merokok.

IV. METODOLOGI

A. Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumenter yakni
salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial
untuk menelusuri data historis (Burhan Bungin, 2007, hal 121). Data yang
digunakan dalam penulisan ini adalah data berupa dokumen tulisan dan artikel
dari media cetak dan media elektronik. Data dokumenter yang telah dikumpulkan
nantinya akan diurai dan dianalisis dengan menggunakan analisa isi dokumen
(Content analysis document). Metode penulisan Content analysis document
adalah teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha
menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis
(Moleong, 2007, 220). Penelitian ini menggunakan indikator dampak rokok bagi
kesehatan, sosial, dan ekonomi yang telah terjadi di berbagai belahan bumi.
Beberapa data set indikator dampak rokok akan disajikan, seperti jumlah korban,
kasus-kasus yang terjadi karena rokok dan konsumsi rokok. Sumber data
dikumpulkan dari, Badan Statistika Nasional ,Kementrian Keuangan dan
Departemen Kesehatan.
B. Metodologi
Pendekatan utama dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua analisis
yaitu dampak rokok bagi masyarakat dan sistem peringatan dini bahaya rokok.
Untuk mengamati dampak rokok bagi masyarakat, penelitian ini menggunakan
analisis dari berbagai kasus yang telah terjadi karena rokok, dan analisis data dari
statistik Indonesia mengenai jumlah perokok dan korban yang ditimbulkannya.
Sementara itu, sinyal peringatan dini bahaya rokok menerapkan analisis korelasi
antara kejadian yang telah terjadi karena rokok dengan taksiran masa yang akan
datang.

V. PEMBAHASAN

Kebijakan Pemerintah dalam membatasi seseorang untuk merokok, mendapat


penolakan yang keras dari para buruh, konsumen, dan Industri rokok. Penolakan yang
berat tentu saja dari pabrik rokok. Kuatnya lobi industri rokok ke pemerintahan dan
parlemen membuat berbagai aturan untuk membatasi peredaran rokok sulit diwujudkan
dan ditegakkan. Pengendalian tembakau di Indonesia saat ini diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung
Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. PP itu merupakan turunan dari
Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.Pemerintah melalui
Menteri Kesehatan sebenarnya pernah mengajukan Rancangan Undang-Undang
Pengendalian Dampak Produk Tembakau terhadap Kesehatan. Namun, usulan itu
ditanggungkan oleh Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat pada 2011. Kini pada
2015 Badan Legislasi DPR justru mengesahkan RUU Pertembakauan yang diusung oleh
industri rokok. Upaya Indonesia untuk mengaksesi Konvensi Kerangka Kerja untuk
Pengendalian Tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) sejak
2003 hingga kini juga belum terwujud. Kini sudah 180 negara menandatangani FCTC dan
Indonesia menjadi satu-satunya negara besar yang belum menandatanganinya. Akibatnya,
pengendalian tembakau di Indonesia sangat sulit ditegakkan dan beban akibat rokok pun
terus membesar (KOMPAS:2015). Oleh karena itu pemerintah harus mempunyai solusi
untuk mengatasinya. Pertimbangan lain yang membuat pemerintah bimbang adalah,
Petani tembakau indonesia hanya mampu memasok sekitar 20% dari tembakau yang
dibutuhkan oleh industri yang ada di Indonesia. Artinya 80% lainnya harus impor dan
negara menerima tambahan devisa yg cukup besar dari rokok.

Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


(Kemenkes), Soewarta Kosen, mengatakan, kerugian total akibat konsumsi rokok selama
2013 mencapai Rp 378,75 triliun. Jumlah itu berasal dari kerugian akibat membeli rokok
Rp 138 triliun, hilangnya produktivitas akibat sakit, disabilitas dan kematian prematur di
usia muda sebesar Rp 235,4 triliun, dan biaya berobat akibat penyakit-penyakit terkait
tembakau sebanyak Rp 5,35 triliun. Jumlah itu adalah 3,7 kali lebih besar dibanding cukai
tembakau yang diperoleh negara pada tahun yang sama sebesar Rp 103,02 triliun.

Data Global Adult Tobacco Survey (GATS) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
pada 2014 menunjukkan, 20 persen anak usia 13-15 tahun atau usia sekolah menengah
pertama sudah merokok. Rokok menjadi faktor risiko enam dari delapan penyakit
penyebab kematian tertinggi di dunia, yaitu penyakit jantung, stroke, gangguan
pernapasan bawah, penyakit paru obstruktif kronik, tuberkulosis (TB) serta trakea,
bronkus, dan kanker paru-paru. Bahaya lain dari rokok adalah kerusakan DNA manusia.
Kerusakan itu bisa permanen dan mempengaruhi sekitar 7000 gen sehingga menyebabkan
berbagai penyakit muncul akibat kebiasaan merokok. Penelitian terbaru yang dimuat
dalam jurnal Circulation Assosiasi Jantung Amerika mengungkapkan hal tersebut.
Disebutkan, merokok akan meninggalkan ”jejak” pada genome melalui metilasi DNA,
sebuah proses dimana sel mengontrol ekspresi gen.

Menurut situs http://www.cml.ui.ac.id/, perokok pasif memiliki resiko yang lebih


tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat seperti kanker paru-paru dan jantung
koroner, serta gangguan pernafasan. Bagi anak-anak di bawah umur, terdapat resiko
kematian mendadak akibat terpapar asap rokok. Setidaknya tercatat 4000 kematian
perokok pasif per tahun di Amerika Serikat. Sedangkan dari sumber lainya, yaitu dari
situs www.dechacare.com Dari penelitian terhadap 1.263 pasien kanker paru-paru yang
tidak pernah merokok, terlihat bahwa mereka yang menjadi perokok pasif di rumah akan
meningkatkan risiko kanker paru-paru hingga 18%. Apabila hal ini terjadi dalam waktu
yang cukup lama, yaitu 30 tahun lebih, risikonya meningkat menjadi 23%. Bila menjadi
perokok pasif di lingkungan kerja atau kehidupan sosial, risiko kanker paru-paru akan
meningkat menjadi 16% sedang bila berlangsung lama, hingga 20 tahun lebih, akan
meningkat lagi risikonya menjadi 27%. Sejumlah 65 juta orang indonesia adalah perokok
aktif. Maka dapat di bayangkan, apabila seorang perokok aktif merokok di dekat 2 atau 3
orang yang tidak merokok, di tempat umum. 1172 orang indonesia meninggal akibat
penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan merokok atau 48 orang per jam. Maka dapat di
bayangkan, ternyata perokok pasif memiliki jumlah yang lebih banyak.

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak rokok
terhadap kesehatan dan sosial masyarakat Indonesia dan menghasilkan sinyal peringatan
dini bahaya rokok. Hasil penelitian ini menimbulkan implikasi yang signifikan terhadap
perokok aktif dan perokok pasif. Pertama, Kuatnya lobi industri rokok ke pemerintahan
dan parlemen membuat berbagai aturan untuk membatasi peredaran rokok sulit
diwujudkan dan ditegakkan. Kebijakan yang dapat penulis rekomendasikan adalah
dengan kembali mewujudkan aksesi Konvensi Kerangka Kerja untuk Pengendalian
Tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Kedua, perokok
pasif memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan. Solusi yang
dapat penulis sarankan adalah Sebaiknya, pecandu rokok tidak merokok di sekitar anak-
anak, manula, dan Ibu hamil agar tidak meracuni udara di sekitar mereka. Dan terakhir,
rokok menjadi faktor risiko enam dari delapan penyakit penyebab kematian tertinggi di
dunia. Oleh karena itu, pecandu rokok harus berusaha untuk melepaskan diri dari rokok
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/10/14/negara-vs-industri-rokokkalah-atau-
mengalah/

http://iervanzone.blogspot.com/2009/06/perokok-aktif-dan-perokok-pasif.html

http://www.cml.ui.ac.id/RDM/2007_GENAP/CML00008/1_1_1/FASILKOM_A_/HG_0

http://id.wikipedia.org/wiki/Kretek

http://pakguruolahraga.blogspot.com/2016/03/hakikat-rokok-menurut-pendapat-para-
ahli.html#ixzz4VFosJphU

Anda mungkin juga menyukai