PENDAHULUAN
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada
pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan
biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang
menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar
dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia
penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.
Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa.
Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius distalis pada
tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles. (Armis, 2000). Ini adalah
fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan
dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang
memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang. (Apley & Solomon, 1995).
Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam
posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan
menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan
persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius terjadi dislokasi ke arah dorsal,
radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus
styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial
menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal (Reksoprodjo, 1995).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Radius adalah tulang lateral lengan bawah . Ujung proximalnya bersendi dengan
humerus pada articulation cubiti, dengan ulna pada articulation radioulnaris proximal. Ujung
distalnya bersendi dengan os scaphoideum dan lunatum pada articulation carpalis, dan
dengan ulna pada articulation radioulnaris distal. Pada ujung atas radius terdapat caput yang
berbentuk bulat kecil. Permukaan atas caput kecil dan bersendi dengan capitulum humeri
yang cembung. Circumferentia articulare radii bersendi dengan incisura radialis ulnae.
Dibawah caput tulang menyempit membentuk collum. Dibawah collum terdapat tuberositas
bicipitalis / tuberositas radii yang merupakan tempat insertion musculus biceps.
Corpus radii berlainan dengan ulna, yaitu lebih lebar dibawah dibandingkan dengan
bagian atas. Corpus radii di sebelah medial mempunyai margo interossea yang tajam untuk
tempat melekatnya membrane interossea yang menghubungkan radius dan ulna. Tuberculum
pronator, untuk tempat insertion musculus pronator teres, terletak di pertengahan pinggir
lateralnya. Pada ujung bawah radius terdapat processus styloideus yang menonjol kebawah
dari pinggir lateralnya. Pada permukaan medial terdapat incisura ulnae, yang bersendi dengan
caput ulnae yang bulat. Permukaan bawah ujung radius bersendi dengan os scaphoideum dan
os lunatum. Pada permukaan posterior ujung distal radius terdapat tuberculum kecil,
tuberculum dorsalis, yang pada pinggir medialnya terdapat sulcus untuk tendo musculi flexor
pollicis longus.
2
Os ulna dan os radius dihubungkan oleh articulatio radioulnar yang diperkuat oleh
ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar
yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis.
Membranes interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu
kesatuan yang kuat . Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang
terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi
radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator, m.
pronator teres, dan m. pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga
otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah
tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.
3
1. m. Flexor Digitorum Superficial,
2. m. Flexor Pollicis Longus,
3. m. Abduktor Pollicis Longus,
4. m. Extensor Pollicis Brevis.
Dari semua otot di antebrachii, otot yang berinsersi pada os radii :
1. m. Pronator Teres,
2. m. Pronator Quaratus,
3. m. Brachioradialis,
4. m. Supinator
Metafisis dari bagian distal tulang radius terutama terdiri dari tulang spongiosa.
Permukaan artikularnya berbentuk bikonkav yang berartikulasi dengan baris carpal proximal
yaitu tulang skapoid dan tulang lunatum, yang juga berartikulasi dengan bagian distal ulna.
Delapan puluh persen beban axial disokong oleh tulang radius, dua puluh persennya disokong
oleh tulang ulna dan (TFCC) kompleks fibrokartilago triangular. Dorsoflexi dapat
menyebabkan perpindahan beban ke tulang ulna dan TFCC, beban sisanya ditanggung oleh
distal radius dan terkonsentraksikan pada bagian dorsan pada fossa scaphoid. Banyak ligamen
ada di distal radius yang biasnya tetap utuh pada fraktur distal radius. Hal ini menyebabkan
terjadinya reduksi melalui “ligamentotaxis”. ligamen volar lebih kuat dan memberi stabilitas
pada persendian radiocarpal daripada dorsal ligamen.
Sendi radioulnar distal adalah sendi antara ‘cavum sigmoid radius’ (yang terletak pada
bahagian dalam radius) dengan ulna. Pada permukaan sendi ini terdapat ‘fibrocartilago
triangular’ dengan basis melekat pada permukaaan inferior radius dan puncaknya pada
prosesus styloideus ulna. Sendi ini membantu gerakan pronasi dan supinasi lengan bawah, di
mana dalam keadaan normal gerakan ini membutuhkan kedudukan sumbu sendi radioulnar
proksimal dan distal dalam keadaan ‘coaxial’. Adapun nilai maksimal rata-rata lingkup sendi
dari pronasi dan supinasi sebagai berikut :
1. pronasi = 80 - 900
2. supinasi = 80 - 900
Sendi Radio Carpalia merupakan suatu persendian yang kompleks, dibentuk oleh radius
distal dan tulang carpalia ( os navikulare dan lunatum ) yang terdiri dari ‘inner dan outer
facet’. Dengan adanya sendi ini tangan dapat digerakkan ke arah volar, dorsal, radial dan
4
ulnar secara sirkumdiksi. Sedangkan gerakan rotasi tidak mungkin karena bentuk permukaan
sendi ellips. Rata-rata gerakan maksimal pada pergelangan tangan adalah sebagai berikut:
Dalam posisi pronasi secara normal sendi radio carpalia ini mempunyai sudut 1 – 230
ke arah palmar polar.
5
Gambar 2. Muskulus tampak anterior dan posterior
6
Gambar 4. Nervus Radialis
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh trauma. (Sjamsuhidayat & de Jong, 2005).
Fraktur distal radius adalah terputusnya hubungan tulang radius bagian distal yang
disebabkan oleh cedera pada lengan bawah, baik trauma langsung maupun trauma tidak
langsung.
Eponim :
1. Fraktur colles adalah fraktur ekstra-artikular atau intra artikular distal radius dengan
angulasi dorsal, displacement dorsal, radial shift, dan pemendekan radial. Secara klinis
dideskripsikan sebagai deformitas “dinner fork”. Lebih dari 90% fraktur radius distal
memiliki pola ini. Mekanisme cederanya adalah jatuh dengan hiperextensi, deviasi
pergelangan tangan ke arah radius dengan pronasi. Ada banyak sistem klasifikasi yang
digunakan pada fraktur ekstensi dari radius distal. Namun yang paling sering digunakan
7
adalah sistem klasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles
dibedakan menjadi 4 tipe berikut : (Simon & Koenigsknecht, 2007)
Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler
Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler
Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi
radioulnar
Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan
sendi radioulnar
2. Fraktur Smith (reverse fraktur colles) adalah fraktur dengan angulasi volar pada
radius distal dengan deformitas garden spade atau displacement volar tangan dan
8
distal radius. Mecanisme cederanya adalah jatuh dengan pergelangan tangan fleksi
dan lengan bawah supinasi. Merupakan pola fraktur yang tidak stabil, sering
membutuhkan open reduction dan internal fixation.
3. Fraktur Barton mekanisme cederanya adalah geser yang menghasilkan fraktur
dislokasi atau subluksasi dari pergelangan tangan dimana artinya terjadi displace
pada bagian dorsal distal radius. Mekanismenya yaitu terjatuh dengan pergelangan
tengan dosofleksi dan lengan bawah pronasi. Hampir semua fraktur tipe ini tidak
stabil dan membutuhkan open reduction dan internal fixation dengan buttres plate.
4. Fraktur radial styloid (chaeffeur’s fracture, backfire fracture, hutchinson fracture)
fraktur avulsi dengan ligamen ekstrinsik tetap menempel pada fragmen styloid.
Mekanisme cederanya adalah denga kompresi scaphoid dengan styloid ketika
pergelangan tangan dorsoflexi dan ulnar deviasi. Sering disertai cedera ligamen
intercarpal dan sering dibutuhkan opern reduction serta internal fixation.
Fraktur distal radius lebih sering ditemukan pada wanita, dan jarang ditemui sebelum
umur 50 tahun. Secara umum insidennya kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan diterapi di
ruang gawat darurat. Dari suatu survey epidemiologi yang dilakukan di swedia, didapatkan
angka 74,5% dari seluruh fraktur pada lengan bawah merupakan fraktur distal radius. Umur
9
diatas 50 tahun pria dan wanita 1 berbanding 5. Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria
dan wanita lebih kurang sama dimana fraktur colles lebih kurang 60% dari seluruh fraktur
radius. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia
terbanyak dikenai adalah antara umur 50-59 tahun.
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang (Rosyidi, 2013). Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan
tangan biasanya merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah
volar atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi
fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan
bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu. (Sjamsuhidayat & de Jong,
2005).
10
serta proses remodeling tulang. Pada bayi proses penyembuhan sangat cepat dan aktif, namun
kemampuan ini makin berkurang apabila umur bertambah.
Fraktur ini dapat ditandai (seperti halnya Colles jauh sebelum radiografi diciptakan)
dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan punggung pergelangan
tangan dan depresi di depan. Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat
nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan. (Apley & Solomon, 1995)
Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di
daerah yang terkena.
Pada saat terjadi fraktur, terjadi kerusakan korteks, pembuluh darah, sumsum tulang
dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut yaitu terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitar. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang
dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Lalu terjadilah respon
inflamasi akibat sirkulasi jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Lalu terjadilah respon
inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik dengan ditandai vasodilatasi dari plasma dan
leukosit. Tentunya hal tersebut merupakan salah satu upaya tubuh untuk melakukan proses
penyembuhan dalam memperbaiki cidera, dimana tahap tersebut menunjukkan tahap awal
penyembuhan tulang. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan
tekanan kapiler, lalu menstimulasi histamine pada otot yang iskemik dan menyebabkan
protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal tersebut menyebabkan terjadinya edema.
Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf nyeri, sehingga terjadilah nyeri tekan.
11
2.8 Diagnosa Fraktur Distal Radius
Normal radiografi :
1. Inklinasi radial : Diukur dari foto antero posterior (AP), merupakan sudut yang
dibentuk antara garis yang menghubungkan ujung radial styloid dengan sudut ulnar dari
distal radius dengan garis yang tegak lurus pada axis longitudinal. rata-ratai 23 derajat
(range 13 - 30 derajat).
12
2. Panjang radial : Diukur dari foto AP, merupakan jarak antara dua garis yang tegak lurus
pada axis longitudinal, garis pertama melalui tepi ujung dari radial styloid, garis kedua
merupakan garis yang melalui permukaan sendi ulna. normal 11 mm (range 8 - 18 mm)
3. Kemiringan palmar (volar) : Diukur dari foto lateral, merupakan sudut yang dibentuk
oleh garis yang menghubungkan tepi dorsal dan tepi volar radius dengan garis yang
tegak lurus pada axis longitudinal. rata-rata 11 - 12 derajat (range 0 - 28 derajat)
Darah lengkap
Golongan darah
Masa pembekuan dan perdarahan
Kimia darah.
Untuk mencapai tujuan terapi fraktur distal radius terdapat beberapa parameter
radiologis yang dapat digunakan sebagai dasar evaluasi diantaranya radial inclination, radial
length dan volar tilt. Parameter radiologis untuk reduksi pada pasien sehat dan aktiv yaitu :
Proses reduksi tertutupakan dilakukan untuk memperbaiki posisi terfraktur. Pasien akan
diberikan anastesi untuk mengurangi rasa sakit saat reduksi dilaksanakan. Pilihan berupa
suntikan anastesi local, IV sedative, maupun general anesthesia yang membuat pasien tertidur
dalam proses reduksi. Selanjutnya, dokter akan memperbaiki posisi tulang dengan cara
menarik dan mendorong tulang hingga kembali ke posisi normal (proses ini disebut traksi).
Setelah selesai, dilakukan X-ray untuk memastikan bahwa posisi tulang telah kembali. Gips
akan dipasang setelah X-ray untuk menahan posisi tulang hingga sembuh.
2. Penanganan Operative
13
Prosedur operative terdiri dari 2 bagian utama, yaitu reduksi terbuka dan fiksasi
internal/eksternal. Pasien akan diberi anastesi selama prosedur berlangsung. Reduksi terbuka
dimulai dengan membersihkan kulit sekitar fraktur menggunakan analgesik. Kemudian dibuat
insisi sepanjang daerah fraktur dimana dokter akanmengembalikan fragmen tulang ke posisi
normal. Selanjutnya fiksasi akan dipasang, baik yang internal maupun eksternal. Proses
fiksasi menggunakan lempengan logam yang difiksasi ke tulang dan fragmen menggunakan
sekrup. Fiksasi internal lebih sering digunakan, dimana lempengan metal akan ditinggalkan
di dalam kulit dan tidak dilepaskan kecuali jika ada komplikasi. Fiksasi eksternal terdapat di
luar kulit dan sekrupnya menembus kulit.Setelah fraktur sembuh fiksasi bisa dilepaskan
secara keseluruhan, tetapi memang lebih mengganggu aktivitas sehari-hari dibandingkan
dengan fiksasi internal dan juga memerlukan pembersihan berkala selama terpasang untuk
menghindari infeksi.
Bertujuan agar fungsi tangan kembali normal dan penderita dapat bekerja seperti biasa
setelah 3-4 bulan. Periode ini saat dari pengangkatan cast, brace, atau fiksasi skeletal sampai
pulihnya fungsi. Latihan fungsional harus dilakukan oleh penderita sendiri dengan
pengawasan dokter. Waktu 4 bulan dapat dikatakan normal untuk bisa bekerja lagi. Tetapi
hasil akhir penyembuhan baru bisa ditentukan sekitar 1 tahun setelah trauma. Kekuatan
menggenggam bisa dipakai sebagai parameter yang baik untuk perbaikan fungsi rehabilitasi.
Komplikasi Awal :
1. Kerusakan Arteri
2. Kompartment Sindrom
Komplikasi Lanjut :
1. Avaskuler Nekrosis
2. Fat Embolism Syndrom : FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone
marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah
rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hipertensi, tachypnea,
demam.
14
3. Median Neuropathy : adalah kerusakan pada saraf yang dapat menyebabkan hilangnya
kekuatan, mati rasa, dan nyeri. Pada kasus ini, saraf median terjepit ketika melewati
carpal tunnel, pasien akan merasa tangannya tebal seperti mengenakan sarung tangan
karet. Setelah diagnosis diperlukan operasi untuk melepaskan tekanan pada saraf
median. Neuropathy ditemukan lebih sering pada proses non-operative.
4. Arthritis post trauma : penyempitan rongga sendi, sclerosis, subchondral clearing,
osteofit.
5. Stiff Hands : Akibat arthro-fibrosis atau perlengketan tendon fleksor dengan
manifestasi berupa oedema jari-jari tangan disertai gangguan pergelangan tangan.
6. Infeksi Paska-Operasi
7. Delayed Union
8. Malunion
9. Nonunion
15
BAB III
KESIMPULAN
Fraktur yang sering terjadi pada orang dewasa biasanya melibatkan tulang panjang.
Salah satu contohnya adalah kasus fraktur lengan bawah. Fraktur lengan bawah yang paling
sering adalah fraktur pada radius distal seperti fraktur Colles, fraktur Smith atau fraktur
Barton. Kemudian diikuti dengan fraktur pada midshaft tulang radius-ulna seperti fraktur
Galeazzi, fraktur Monteggia, atau fraktur radius ulna, maupun fraktur pada olecranon dan
kepala radius.
Mekanisme terjadinya fraktur adalah melalui mekanisme rudapaksa baik akibat trauma
langsung atau terjatuh. Pemahaman mekanisme trauma ini akan membantu dalam
menegakkan diagnosis. Selain dari mekanisme trauma, diagnosis juga dapat ditegakkan
melalui gambaran klinis yang khas pada masing-masing fraktur selain dari gejala umum
fraktur seperti pembengkakan, deformitas, nyeri gerak, nyeri tekan. Pemeriksaan fisik yang
teliti diperlukan terutama menilai neurovaskular dari daerah yang terlibat.
Penatalaksanaan yang cepat dengan reposisi tertutup sebisa mungkin dilakukan untuk
mencegah komplikasi, tentunya dengan memberikan terlebih dahulu anestesi umum. Jika
reposisi tertutup gagal dilakukan, diperlukan tindakan operasi seperti pemasangan internal
fiksasi. Immobilisasi daerah yang terkait sangat diperlukan mulai dari kejadian hingga
reposisi dilakukan sekitar 4-8 minggu bergantung jenis frakturnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Puts R and Pabs R. Ekstremitas Atas dalam : Atlas anatomi Manusia sobota. Edisi 22.
Penerbit Buku kedokteran EGC Jilid I. Jakarta .2006
2. Apley, A.G., (1995). Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur Sistem Apley (7th ed.).
Jakarta: Widya Medika.
3. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, 2005.
4. Simon RR, Sherman SC, Koenigsknecht SJ. Emergency orthopedics the extremities.
5th edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2007.
5. Rasjad C. Trauma Pada Tulang dalam : Pengantar Ilmu ortopedi. Edisi ketiga.
Penerbit Yarsif Watampone.Jakarta.2007.
6. Mansjoer,A,. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media Aesculapius.
Jakarta : 2000.
7. Laniyati. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi ke-6. Jakarta: EGC, 2004.
8. Mettler. FA. Essentilals of radiology 2nd edition. USA: Elsevier, Inc; 2005.
17