Anda di halaman 1dari 13

Daftar isi

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nukl'r - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

TEKNOLOGIPENGELOLAAN
LIMBAH RADIOAKTIF DI RSCM

Veronica Tuka, Ida N. Finahari dan Djumadi


Pusat Pendayagunaan Iptek Nuklir (PPdIN) - BAT AN
dan Koordinator Penunjang Alat Medik Instalasi Radioterapi - RSCM

ABSTRAK
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DI RSCM. Telah
dilakukan pengkajian tentang teknologi pengelolaan limbah radioaktif yang ada di
RSCM. Pengkajian ini dilakukan ~~ngan cara mengevaluasi sistem pengelolaan limbah
radioaktif yang ada di RSCM. Dari pengkajian tersebut dapat dijelaskan bahwa
pengelolaan limbah radioaktif yang ada di RSCM telah mengacu pada peraturan yang
telah dibuat oleh Batan, Bapeten, Depkes maupun Kementrian Lingkungan hidup.
Limbah radioaktif yang ada di RSCM dibedakan dalam limbah cair dan limbah padat.
Limbah cair berupa urin yang mengandung radioisotop 1-131, dikelola dengan
menggunakan sistem tangki bersusun. Sedangkan limbah padatnya disimpan sementara
dalam ruang khusus (berdinding tebal 105 dan 90 cm) sebelum dikirim ke BAT AN.
Untuk pakaian bekas pakai disimpan pula dalam ruang khusus hingga radioaktivitasnya
meluruh sampai batas yang diijinkan, setelah itu dicuci dan digunakan kembali.
Kata Kunci : Limbah Radioaktif, Limbah Cair, Limbah Padat.

ABSTRACT
TECHNOLOGY OF RADIOACTIVE WASTE MANAGEMENT AT RSCM.
Technology of management of radioactive waste in RSCM has been assessed. The
assessment has been carried out by evaluating radioactive waste management system in
RSCM. The results can be explained that radioactive waste management at RSCM has
already referred to the regulations prepared by Batan, Bapeten, etc. Radioactive waste in
RSCM consist of liquid and solid wastes. Liquid waste as urine contents 1-131
radioisotope is managed using stack tank system, while for solid waste is treated by
temporary storaging them in special room (which thickness of the wall is 105 and 90
cm) before sending them to BATAN. And the clothe used are kept in special room until
its radioactivity completely decayed to the background, after that, to be washed and
reused.
Keywords: Radioactive Waste, Liquid Waste, Solid Waste.

194
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

PENDAHULUAN

Dinamika pembangunan kota menunjukkan intensitas yang tinggi sehingga selain


berdampak positif bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat juga menjadi
kontradiksi yang harus dihadapi yaitu masalah pengelolaan lingkungan hidup. Masalah
tersebut erat kaitannya dengan pencemaran lingkungan. Adanya pencemaran
disebabkan oleh buangan limbah baik padat, cair maupun gas yang berasal dari berbagai
sumber. Salah satu sumber limbah adalah yang berasal dari rumah sakit.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan umum bidang kesehatan merupakan tempat
bertemunya kelompok masyarakat : menderita, yang memberikan pelayanan,
pengunjung dan yang hidup di lingkungan rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit
sebagai tempat potensial untuk terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan
maupun gangguan kesehatan lainnya.
Rumah sakit merupakan penghasil limbah medis terbesar, maka pengelolaan
limbah medis rumah sakit bersifat khusus karena mengandung bahan berbahaya,
beracun, infeksius dan radioaktif. Limbah medis harus melalui proses pengolahan
terlebih dahulu sebelum diangkut ke temp at pembuangan, untuk limbah radioaktif
(misalnya sumber bekas) setelah ditampung di tempat yang khusus dikirim ke negara
pemasok atau dikirim ke BAT AN (P2PLR) sebagai salah satu institusi yang
bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah radioaktif di Indonesia. Untuk limbah
radioaktif padat lainnya seperti baju bekas pakai disimpan di gudang khusus sampai
aktivitasnya meluruh sehingga dapat digunakan lagi setelah dicuci sedangkan untuk urin
ditampung dalam tanki bersusun. Perlu kita ketahui bahwa limbah medis radioaktif
hanya dihasilkan oleh rumah sakit yang mempunyai bidang kedokteran nuklir, bidang
ini memanfaatkan iptek nuklir untuk diagnosa dan terapi.
RSCM dalam salah satu kegiatan pelayanan medis menerapkan teknik kedokteran
nuklir menggunakan isotop radioaktif iodine-13I (1-131) untuk terapi kelainan tiroid

(yang digunakan adalah radiasi beta (p) nya). Pemilihan terapi diatas, berdasarkan
beberapa pertimbangan antara lain energi radiasi gamma cukup tinggi (E-364 keY), dan
harganya relatif murah. Namun ada kelemahannya yaitu waktu paruhnya cukup panjang
(-8 hari) dan dapat lepas dari tubuh pasien melalui pernapasan dan keringat selain
melalui ekresi utama lewat urin dan feces. Oleh karena itu dalam upaya melindungi
perawat, dokter, sanak famili pasien dan pengunjung lainnya perlu dilakukan pengaman

195
ISSN 1693 - 7902
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tcnaga Nyklir - Jakarta. II Dcscmbcr 2003

limbah, agar tidak mengkontaminasi lingkungan. Teknologi pengelolaan limbah baik itu
limbah radioaktif rumah sakit dari waktu ke waktu terus berkembang seiring dengan
berkembangnya bidang kesehatan. Makalah ini membahas tentang limbah-limbah yang
dihasilkan oleh rumah sakit di Jakarta khususnya RSCM dan bagaimana rumah sakit
tersebut menanganinya dengan tetap mengacu pada peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh BAT AN, BAPETEN, 1AEA, DEPKES dan Menteri Lingkungan

Hidup.
Dalam tulisan ini ditunjukan hasil survei pengukuran aktivitas 1-131 pada fasilitas

penampungan limbah urin yang dilakukan oleh Tim P3KRBIN-BA TAN. Hasil studi ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan teknologi pengelolaan limbah radioaktif.

KARAKTERISTIK LIMBAH RUMAH SAKIT (I)

Limbah rumah sakit adalah bahan atau buangan padat dan cair yang dihasilkan
dari aktivitas di dalam rumah sakit sehingga dibuang sebagai barang yang tidak
berguna.
Aktivitas yang dilakukan di rumah sakit meliputi pelayanan medis seperti
aktivitas di ruang perawatan, ruang pemeriksaan, ruang bedah, ruang isolasi dan
sebagainya. Sedangkan pelayanan penunjang medis meliputi aktivitas di ruang instalasi
radioterapi, radiologi, farmasi, laboratorium dan sebagainya. Selain pelayanan medis
terse but aktivitas yang dilakukan di rumah sakit adalah pendidikan dan penelitian, yang
kesemuanya menggunakan bahan beracun, berbahaya dan infeksius serta radioaktif.
Pada dasarnya limbah rumah sakit dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu :

Limbah Medis

Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, farmasi atau
yang sejenisnya, serta limbah yang dihasilkan di rumah sakit pada saat dilakukan
perawatan/pengobatan atau penelitian. Limbah medis biasanya berasal dari ruang
perawatan, poliklinik, ruang gawat darurat, ruang kebidanan dan ruang operasi.
Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam limbah medis, maka jenis limbah
medis dapat digolongkan sebagai berikut :

196
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

a. Limbah benda tajam


Limbah bend a tajam adalah alat yang memiliki sudut tajam, sisi yang dapat
memotong atau menusuk kulit, seperti jarum, pecahan gelas, pisau bedah.
b. Limbah infeksius

Limbah infeksius ini terdiri dari jaringan busuk, bekas balutan dan spesimen
laboratorium.

c. Limbah jaringan tubuh


Limbah jaringan tubuh adalah limbah yang dihasilkan pada saat pembedahan
atau autopsi.
d. Limbah farmasi

Limbah farmasi adalah limbah yang berasal dari obat-obatan kadaluarsa, yang
tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obatan
yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat serta obat-obatan
yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan.
e. Limbah kimia

Adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
f. Limbah radioaktif

Adalah bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari


penggunaan medis atau riset untuk diagnosis dan pengobatan/terapi.
g. Limbah plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan
saran a pelayanan kesehatan lain. Dengan meningkatnya penggunaan barang-
barang medis disposable seperti suntikan, slang, maka bahan plastik menjadi
buangan yang dihasilkan rumah sakit. Selain alat-alat tersebut, penggunaan
kantong obat, spuit pelapis tempat tidur atau perlak, juga dapat meningkatkan
jumlah limbah plastik.

Limbah Non Medis

Limbah non medis adalah limbah yang berasal dari lingkungan rumah sakit dan
bukan dari hasil perawatan serta pengobatan pasien, limbah ini biasanya terdiri dari :
sisa makanan, sampah kering, abu, sampah jalanan, bangkai binatang, bangkai
kendaraan, dan lain-lain.

197
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF RUMAH SAKIT

Sebelum rumah sakit memberikan terapi dengan memanfaatkan radiasi nuklir,


pihak pengelola hams menyiapkan dan membangun dulu sarana pengolahan limbahnya.
Saat ini pemerintah memberlakukan peraturan yang lebih ketat sebelum rumah sakit
didirikan. Artinya pemilik/pengelola rumah sakit wajib membangun dulu sarana
pengolahan limbahnya termasuk yang berupa radioaktif bila menyediakan pemeriksaan
menggooakan nuklir, sebelum izin rumah sakit dikeluarkan (2).

Peraturan Pengelolaan Limbah Radioaktif Rumah Sakit

BATAN

Undang-oodang No. 10 tahoo 1997 pasal 23 ayat 1(3), yang berisi tentang :
pengumpulan, pengelompokan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan sementara dan
penyimpanan lestari limbah radioaktif, menyebutkan bahwa pengelolaan limbah
radioaktif dilaksanakan oleh badan pelaksana, dalam hal ini Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BAT AN). Sebagai badan pelaksana dalam pengelolaan limbah radioaktif,
BAT AN dalam hal ini P2PLR (Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif)
dengan fasilitas yang dimilikinya mampu melakukan pengelolaan limbah radioaktif cair,
resin bekas, limbah padat, serta limbah sumber bekas yang berasal dari rumah sakit dan
industri. Tabel 1. dibawah ini menggambarkan contoh limbah radioaktif dan
pcngolahannya yang diterima oleh P2PLR-BATAN.
Tabell. Contoh Limbah Radioterapi dan Pengolahannya di P2PLR-BA T AN (4)
Aktivitas
shell
484,85
647,13 Jenis
11 2001
Radionuklida
dalam
drum
Ci Co-60atauper
Kondisioning shell beton
buah
Asal Jumlah Pengolahan
950/350 1

Batan mempunyai instalasi pengelolaan limbah radioaktif (IPLR) beserta


fasilitas penoojangnya. Diagram pada Gambar 1. menunjukkan contoh pengelolaan
limbah radioaktifrumah sakit yang dilakukan oleh P2PLR-BATAN.

198
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Dcsembcr 2003 rSSN 1693 - 7902

Penimbul
Limbah Pemasok Sumber
Radiasi

Ya

Pengumpulan, Sumber Bekas Kembali ke


Pemilahan Pemasok

Pelepasan yang
dikendalikan

Simpan untuk
:;-·-:;-.---;-1 Kondisioning
Peluruhan

Tidak

Tingkat aman
dicapai ?
Penyimpanan
Sementara
Penyimpanan
sementara
C
Ya jangka I !
Ya

panjang I
Penyimpanan Penyimpanan i
Saluran air
kotor atau
cerobong
Tempat
Pembuangan
I dekat permukaan
'---~-_--I II
Tanah Dalam

Pengelolaan Limbah Terpusat i


Pengelolaan limbah setempat (tokal) I i
.............................................................................................................................. '..~ ~ ~~ ~~..~ ~~~ ~ ~~~~ ~~..~..~~~~~~~.~ ~ : ..:.~ ~..~~ ~ -.1.

Gambar 1. Skema strategi pengelolaan limbah Radioaktif dari Rumah Sakit (4)

BAPETEN (5)

Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) mempunyai tugas melaksanakan


pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir dengan
menyelenggarakan peraturan, perizinan dan inspeksi. Badan ini dibentuk dengan
keputusan Presiden No.76 tahun 1998 berdasarkan undang-undang No.10 tahun 1997.
Untuk limbah radioaktif BAPETEN mengatur melalu.i PP No.27 tahun 2002, tentang
pengelolaan limbah radioaktif.

199
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

IAEA (6)

International Atomic Energy Agency (IAEA) adalah badan internasiorial yang


salah satu tugasnya mengeluarkan petunjuk tentang pengelolaan limbah radioaktif untuk
aplikasi penggunaan zat radioaktif di bidang kedokteran, penelitian dan industri (IAEA-
TECDOC-644 dan 1000), salah satu petunjuknya adalah bahwa seluruh radioisotop
yang digunakan dalam bidang kedokteran nuklir dan khususnya yang digunakan untuk
tujuan diagnosa dan terapi serta waktu paruhnya relatif pendek, pengelolaannya bersifat
dikelola sendiri (in house waste management) dan dikirim ke tempat pengelolaan
(centralised waste management). Untuk limbah umur panjang, dalam hal ini sumber
bekas dikelola oleh badan yang telah ditetapkan di masing-masing negara atau dikirim
ke negara pemasokjika tidak terdapat badan yang berhak mengelolanya.

Pengelolaan Limbah Radioaktif di RSCM

Limbah radioaktif padatnya disimpan di ruang khusus berdinding tebal;( I 05 dan


90 em) lihat Gambar 2, sebelum di angkut ke P2PLR-BATAN atau ke negara pemasok,
untuk pakaian yang dipakai oleh pasien disimpan dalam ruang khusus hingga
radioaktivitasnya mendekati aktivitas alam (background) setelah itu dikeluarkan untuk
dieuci dan kemudian digunakan kembali. Untuk urin pasien ditampung dalam tangki
khusus, setelah potensi radiasinya sudah mendekati tingkat aktivitas alam, bisa dibuang
ke lingkungan.
RSCM telah mengembangkan tangki bersusun 4 (empat) untuk menampung urin
pasien dari kedokteran nuklir sebelum dibuang ke lingkungan sebagai limbah umum
(Gambar 3.). Dalam tangki bersusun ini urin pertama kali masuk ke dalam tangki
pertama, setelah penuh urin akan berpindah ke tangki kedua hingga seterusnya sampai
pada tangki ke empat, uraian lebih lanjut akan dibahas dalam bab pembahasan.

200
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

DENJU:tGUDANG PENYIMPANAN SUMBER


DIOAKTIF
r;;j:£:_~~-"~'~7""~:.t..c·':':_d;"~ .• ~.--
Keterangan Gambar :
1&2. Beton penghalang (Tebal
90 & 105 em)
3. Limbah Padat
4. Limbah Cair
5. Kipas Pembuang
6. Kontainer
7. Kontainer Bergerak
8. Keluaran Limbah Cair

< •••.•••• ' ~" .... -,~."

Gambar 2. Denah Gudang Penyimpanan Sumber Radioaktif7)


Dinding 1 dan 2 adalah dinding proteksi pesawat Co-60 2 dimensi tadi eukup efektif
untuk proteksi barrier dinding limbah radioaktif padat yang ada.

10

1. Kloset Urin
T~I BERSUSUNCAIR
PENGOLAHAN.J.IMBAH 2. Pipa Input
3. Tangki I
4. Tangki II
5. Tangki III
6. Tangki IV
7. Keran
8. Pipa Output
9. Saluran Limbah Umum
10. Lampu Indikator
Aktivitas Limbah

Gambar 3. Tangki Bersusun Pengolahan Limbah Cair(7)

Batan dalam hal Pusat Penelitian dan Pengembangan Keselamatan Radiasi dan
Biomedika Nuklir (P3KRBIN) telah melakukan survei dan mengukur aktivitas limbah
eair (urin) yang terdapat di tangki penampungan dengan eara : limbah urin yang ada di
tangki penampungan dieuplik untuk beberapa kedalaman menggunakan pompa
peristaltik dan ditampung di beaker Marinelly ditutup rap at dan disegel. Kemudian
dilakukan peneaeahan menggunakan spektrometri gamma dengan detektor germanium
kemurnian tinggi (HPGe) pada energi 364,5 keY selama 10 menit (untuk tangki I) dan

201
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

30 menit (untuk tangki II). Aktivitas 1-131 rata-rata tiap tangki, dihitung menggunakan
persamaan sebagai berikut :
AI-13I = [(NT - NB)/(E.Y)] X Vtangki (Bq)
A = Aktivitas

NT = Cacah Total
NB = Cacah Latar
E = Efisiensi deteksi Spektrometri Gamma (cps/Bq)
Y = Kelimpahan Energi Gamma dari 1-131 (0.812)
V = Volume

Dengan cara pengukuran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :


Tabel2. Konsentrasi Limbah Cair (Drin) Pasien Terapi 1-131
No. Kode
LCI
LC2
Limbah Konsentrasi
Cair
Cair 1-131
Aktivitas
1624913928
2004424
I11181
76031337
Tangki
Limbah Sampel II
(Bq)
Tangki ±±Total
± 18795 8367637
105
39156
Bq/l)

Berdasarkan IAEA- TECDOC-l 000, "clearance level" pelepasan radionuklida ke badan


air untuk 1-131 adalah 1 x 107 Bq/tahun (8)

PEMBAHASAN

Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo dalam salah satu kegiatan pelayanan
medis menerapkan teknik kedokteran nuklir menggunakan radioisotop iodine-131 (I-
131) untuk terapi kelainan tiroid. Pemilihan 1-131 untuk terapi di atas, berdasarkan
beberapa pertimbangan antara lain energi radiasi gamma cukup tinggi (E - 364 keV),
dan harganya relatif murah. Namun punya kekurangan yaitu waktu paruhnya cukup
panjang (- 8 hari) dan dapat lepas dari tubuh pasien melalui pemapasan dan keringat,
selain melalui ekresi utama lewat urin dan feces. Mengingat kebutuhan pasien yang
memerlukan pengobatan dengan 1-131 semakin banyak, maka perlu dipikirkan
kemungkinan mengembangkan pengolahan limbah radioaktif terutama limbah cair
berupa urin yang berasal dari pasien yang menjalani pengobatan menggunakan 1-131.
Pasien yang menjalani pengobatan menggunakan 1-131 biasanya menginap di
rumah sakit selama 3-6 hari tergantung dari dosis yang diberikan. Salah satu contoh
pasien yang diberi 1-131 dengan dosis ± 100 mCi, sehingga pasien tersebut harus berada

202
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 1SSN 1693 - 7902

di ruang khusus (menginap) selama 3 hari. Selama 3 hari pasien membuang urinnya
dikloset yang terdapat di ruang khusus terse but, urin ini masuk dan ditampung dalam
tangki-tangki yang terbuat dari fiber glass, masing-masing bervolume 250 liter. Masing-
masing tangki dihubungkan menjadi bejana berhubungan dan diletakkan dengan posisi
yang tingginya diatur secara bertingkat, sehingga disebut tangki bersusun. Aliran limbah
dibuat mengalir dari tangki I ke tangki II, lalu dari tangki II ke tangki III, dan
selanjutnya dari tangki III ke tangki IV. Aliran limbah dirancang sedemikian rupa
sehingga cairan limbah yang terdahulu dapat mengalir ke tangki berikutnya, sedangkan
cairan limbah yang terbaru harus mengalami pencairan dengan cairan limbah yang
terdahulu, demikianlah setiap tangki dirancang dengan model saluran yang sarna. Pada
tangki ke III terdapat pelampung, pelampung ini merupakan indikator yang dapat
memberi tanda bahwa tangki IV sudah berisi urin hal ini dapat dilihat pada lampu yang
menyala, lampu ini terdapat ditembok luar ruangan dimana terdapat tangki bersusun
tersebut, urin dari tangki ke IV ini dapat dibuang ke lingkungan setelah di ukur
aktivitasnya.
Dari Tabel 2. diatas terlihat bahwa aktivitas 1-131 pada tangki penarnpungan
limbah urin tinggi pada tangki I dan rendah pada tangki II. Ini berarti desain
penampungan limbah urin terse but baik, sehingga dimungkinkan membuang langsung
ke lingkungan limbah urin dari tangki penampungan ke 4 karena aktivitasnya rendah
sekali. Secara praktis tingkat paparan limbah yang akan di buang maksimum 2 kali
paparan background.
Untuk limbah radioaktif berbentuk padat (misal pakaian pasien) di simpan di
gudang khusus (Gambar 3.) hingga aktivitasnya meluruh dan kemudian dicuci untuk
digunakan kembali, sedangkan untuk limbah sumber bekas dapat dikirim ke BATAN
atau di kirim ke negara pengekspor.

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa limbah radioaktif sudah


ditangani sedemikian rupa sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan akibat yang
ditimbulkan oleh limbah tersebut. RSCM terus mengembangan teknologi-teknologi
yang sud<\~ ada untuk memperoleh teknologi pengolahan limbah radioaktif yang lebih

203
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

baik lagi. Perkembangan ini tetap mengacu pada standar-standar baku yang ada baik
standar nasional maupun intemasional : DEPKES, BAPETEN, BAT AN, dan IAEA..
Pengolahan limbah radioaktif cair (urin) berupa tangki bertingkat seperti yang
terdapat di RSCM merupakan teknologi pengolahan limbah cair (urin) yang sudah baik,
sehingga dapat termonitor ketika akan di buang ke lingkungan.
Sedangkan untuk pengolahan limbah radioaktif berupa sumber bekas ada 3
altematif: 1. disimpan di gudang rumah sakit, 2. dikirim ke BATAN (P2PLR) atau 3.
diekspor kembali ke negara asalnya.

DAFTAR PUS TAKA

1. ABDUL RAHMAN ARIE W., 'Studi tentang Pengelolaan Sampah Medis Rumah
Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, Jakarta, 2002.
2. M. ACHMAD, "Rumah Sakit Pengguna Nuklir sudah sediakan sarana Pengolah
Limbah", http://www.kbw.go.id/humas/media%20massa/maretlmi29030 14.html
3. Undang-undang No.1 0 tahun 1997, ten tang ketenaganukliran
4. DJAROT S. WISNUBROTO, "Pengelolaan Limbah Radioterapi di BAT AN",
Seminar Teknologi Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir II, Jakarta, 4
September 2002.
5. Keputusan Presiden Nomor 76 tahun 1998 dan PP No.27 tahun 2002, ten tang
pengelolaan limbah radioaktif.
6. IAEA- TECDOC-644 tahun 1992, tentang petunjuk pengelolaan limbah radioaktif
untuk aplikasi penggunaan zat radioaktif di bidang kedokteran, penelitian dan
industri.

7. Sumber gambar dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).


8. IAEA-TECDOC-I000, "Clearance of Materials Resulting from the Use of
Radionuc1ides in Medicine, Industry and Research", February 1998.

204
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

DISKUSI

Pertanyaan (Yessi Widya Sari, S.Si. - Universitas Indonesia)


1. Apa yang mendasari penggunaan tanki sebanyak 4 buah dalam pengolahan
teknologi pengolahan limbah cair radioaktif di RSCM?
2. Indikator apa yang menegaskan bahwa setelah melewati tanki ke 4, limbah cair
radioaktif terse but aman untuk dibuang ke saluran?

Jawaban (Veronika Tuka, PPdIN - BATAN)


I. Dari hasil pengukuran yang dilakukan BATAN, hasil konsentrasi limbah pada tanki
ke 3 sudah rendah dan bisa dibuang ke lingkungan, tapi untuk keamanannya
ditambah 1 tanki lagi menjadi 4 tanki.
2. Penyaluran paparan sample pad a tanki ke 4 tidak melewati 2 kali paparan alam
(BG).

Pertanyaan (Linda Andini, P3TIR - BATAN)


1. Saya ingin tahu apakah sudah pemah terjadi, pada tanki-tanki paruh, sedangkan
aktifitasnya masih tinggi? bagaimana tindakan selanjutnya apakah akhimya
langsung dibuang saja ke lingkungan? atau bagaimana?
2. Limbah cair terdiri dari urin saja atau tennasuk air cucian? Kalau ditambah air
cucian otomatis akan lebih cepat penuh.

Jawaban (Veronika Tuka, PPdIN - BATAN)


1. Sampai saat ini belum pemah terjadi.
2. Limbah urin yang diolah hanya dicairkanldiencerkan air bilasannya saja, untuk
ditambah + 2 - 3 liter, dan hasilnya demikian seperti jawaban untuk lain yaitu pada
tanki ke 4 tidak melampaui 2 kali paparan BG.

205
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

Pertanyaan (Nuryanti, P2EN - BATAN)


1. Kaitannya pada pengelolaan lirnbah radioaktif untuk tabel 2 terlihat rnasih ada
aktifitas total. Ini apakah sudah dikatan arnan?
2. Mengapa sampelnya tidak diarnbil tangki ke 4?

Jawaban (Veronika Tuka, PPdIN - BATAN)


1. Sudah dikatakan arnan, dengan rnelihat tabel 2 aktifitas pada tanki 2 besarnya
hanya 0,2 % dibanding tanki 1. Dengan asurnsi terse but kita dapat rnenghitung
besarnya aktivitas tarnki 3 dan 4 rnenurut IAEA TECDOC-IOOO clearence level

untuk 1-131 yang dilepas ke selokan (water body) besarnya Ix107 Bq/tahun.
2. Dengan rnelihat tabel 2 aktifitas pada tanki 2 besarnya hanya 0,2 % dibanding
tanki 1. Dengan asurnsi tersebut kita dapat rnenghitung besarnya aktivitas tamki 3
dan 4 menurut IAEA TECDOC-IOOO clearence level untuk 1-131 yang dilepas ke
selokan (water body) besarnya IxI07 Bq/tahun.

206

Anda mungkin juga menyukai