PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
alasan tersebut diatas agar kelak bila penulis telah benar-benar menjadi tenaga
kesehatan, telah mempunyai pengetahuan dalam penanganan secara umum
terhadap pasien sirosis hepatis di Rumah Sakit. Sebagai tenaga kesehatan
penulis dapat menentukan langkah yang tepat untuk menangani pasien dengan
kasus tersebut.
B. TUJUAN
1) Untuk mengetahui definisi dari sirosis hepatis
2) Untuk mengatui etiologi dari sirosis hepatis
3) Untuk mengathui bagaimana cara mendiagnosis sirosis hepatis melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
4) Untuk mengethaui penatalaksanaan dan edukasi pada pasien sirosis hepatis
5) Untuk mengetahui bagaimana prognosis pada pssien dengan sirosis hepatis
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI PASIEN
Umur : 73 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Langkapura
MR : 07.86.49
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Mual dan muntah hampir 10x dalam sehari sejak 2 hari
SMRS
3
Keluhan tambahan : Perut semakin membesar dan terasa kembung sejak 1
bulan yang lalu
4
teh, dan BAB cair ±3x/sehari berwarna dempul disertai dengan lendir. Os
juga merasa BB turun drastis (12kg) dalam 2 bulan terakhir.
V. RIWAYAT PERBNIKAHAN
5
VI. RIWAYAT PENYAKIT DULU
Batu ginjal/saluran
- Cacar - Malaria -
kemih
- Cacar air - Disentri - Burut (hernia)
- Difteri - Hepatitis - Penyakit prostat
- Batuk rejan - Tifus abdomen - Wasir
- Campak - Sirosis hepatis - Diabetes
- Influenza - Sifilis - Alergi
- Tonsilitis - Fluor albus - Tumor
Penyakit Jantung
- Stomatitis - Hipertensi -
Koroner
Demam rematik Ulkus
- - - Asma Bronkhial
akut ventrikulus
- Pneumonia - Ulkus duodeni - Gagal Ginjal Kronik
- Pleuritis - Rematik - BPH
- Tuberkulosis - Ischialgia
Keadaan Penyebab
Hubungan Diagnosa
Kesehatan Meninggal
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
6
VIII. ANAMNESIS SISTEM
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
- Nyeri - Tinitus
- Sekret - Gangguan pendengaran
- Kehilangan pendengaran
Hidung
7
- Epistaksis
Mulut
Tenggorokan
Leher
Dada (Jantung/Paru)
Abdomen (Lambung/Usus)
8
- Sukar menelan √ Tinja berwarna dempul
√ Nyeri perut (epigastrium) - Tinja berwarna hitam
- Benjolan
Ektremitas
9
IX. BERAT BADAN
asites
asites
Tetap ( )
Turun ( √ )
Naik ( )
X. RIWAYAT MAKANAN
10
XI. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Nadi : 67 x/menit
Suhu : 36,3⁰C
Pernapasan : 24 x/menit
Aspek Kejiwaan
11
XII. STATUS GENERALIS
KULIT
KEPALA
MATA
12
Deviatio konjungtiva : tidak ada Nistagmus : tidak ada
TELINGA
MULUT
Bibir : normal
Langit-langit : normal
Tonsil : T1-T1
Lidah : normal
LEHER
DADA
Bentuk : simetris.
13
PARU DEPAN BELAKANG
Inspeksi, Kanan : simetris, retraksi (-), spider nevi (-), KGB (-)
JANTUNG
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, S3-S4 (-), gallop (-), murmur (-)
ABDOMEN
EKSTREMITAS
HEMATOLOGI
16
USG Abdomen
17
Vesika urinaria : Ukuran tak membesar, dinding tak menebal, tak tampak
massa
Kesan :
Gambaran asites
DL
Urin lengkap
18
Elektrolit (Natrium, kalium, klorida)
USG Abdomen
Biopsi hati
XVII. PROGNOSIS
XVIII. TERAPI
- IVFD asering X gtt/m
- Asam folat tab 1x1
- Furosemid 1 amp/IV
- Ondansentron 3x1 amp/ IV
- Vit. K tab 1x1
- Panloc 1 amp/IV
19
//FOLLOW UP//
16 Desember 2016 Pukul 6.00
S Nyeri perut, mual, muntah, perut kencang dan terasa kembung, BAK
berwarna bening, BAB (-)
O Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36.6⁰C
Pernapasan : 20 x/menit
Kepala
Konjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, reflek cahaya +/+
Leher
JVP (5-3) cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
I: Bentuk dada simetris, retraksi (-/-)
P: Vokal fremitus paru normal
P: kanan kiri sonor
A: kanan kiri vesikuler.
Jantung
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis teraba
P Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
A: BJ I – II intensitas normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Dinding perut cembung, asites (+)
A: Bising usus normal
P: nyeri tekan kuadran I dan II , hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai, LP :
88,7cm,
P: redup pada seluruh kuadran abdomen, undulasi (+), shifting dullness
(+), nyeri ketok CVA (+/-)
Ekstremitas
Ekstremitas atas: oedem (-/-), parese (-/-), nyeri sendi (-/-), jari tabuh
(+/+), eritema palmaris (+/+)
Ekstremitas bawah: pitting Oedem (-), parese (-), nyeri sendi (-/-), nyeri
otot (-/-)
A Ascites e.c suspect sirosis hepatis
P
- IVFD asering X gtt/m
- Asam folat tab 3x1
- Furosemid 1 amp/IV
20
- Ondansentron 3x1 amp/ IV
- cek OT/PT
Kepala
Konjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
reflek cahaya +/+
Leher
JVP (5-3) cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
I: Bentuk dada simetris, retraksi (-/-)
P: Vokal fremitus paru normal
P: kanan kiri sonor
A: kanan kiri vesikuler.
Jantung
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis teraba
P Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
A: BJ I – II intensitas normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Dinding perut cembung, asites (+), distensi (+)
A: Bising usus terdengar
P: nyeri tekan kuadran I dan II , hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai, LP : 88cm,
P: redup pada seluruh kuadran abdomen, undulasi (+), shifting dullness (+),
nyeri ketok CVA (+/-)
Ekstremitas
Ekstremitas atas: oedem (-/-), parese (-/-), nyeri sendi (-/-), jari tabuh
(+/+), eritema palmaris (+/+)
Ekstremitas bawah: pitting Oedem (-), parese (-), nyeri sendi (-/-), nyeri
otot (-/-)
21
SGPT: 101
A Ascites e.c suspect sirosis hepatis
P
- IVFD asering X gtt/m
- Asam folat tab 3x1
- Furosemid 1 amp/IV
- Ondansentron 3x1 amp/ IV
- Panloc/ IV (extra)
- Spironolacton tab 3x1
- Vit K tab 3x1
- Rc. USG abdomen
Kepala
Konjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
reflek cahaya +/+
Leher
JVP (5-3) cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
I: Bentuk dada simetris, retraksi (-/-)
P: Vokal fremitus paru normal
P: kanan kiri sonor
A: kanan kiri vesikuler.
Jantung
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis teraba
P: Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
P
- IVFD asering X gtt/m
- Asam folat tab 3x1
- Furosemid 1 amp/IV
- Ondansentron 3x1 amp/ IV
- Spironolacton tab 3x1
- Vit K tab 3x1
Kepala
Konjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor, reflek
cahaya +/+
Leher
JVP (5-3) cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
I: Bentuk dada simetris, retraksi (-/-)
P: Vokal fremitus paru normal
24
P: kanan kiri sonor
A: kanan kiri vesikuler.
Jantung
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis teraba
P: P Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Kepala
Konjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
reflek cahaya +/+
Leher
JVP (5-3) cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
I: Bentuk dada simetris, retraksi (-/-)
P: Vokal fremitus paru normal
P: kanan kiri sonor
A: kanan kiri vesikuler.
Jantung
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis teraba
P Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra
25
Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
A: BJ I – II intensitas normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Dinding perut cembung, asites (+)
A: Bising usus normal
P: nyeri tekan kuadran I dan II , hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai, LP : 87cm,
P: redup pada seluruh kuadran abdomen, undulasi (+), shifting dullness (+),
nyeri ketok CVA (+/-)
Ekstremitas
Ekstremitas atas: oedem (-/-), parese (-/-), nyeri sendi (-/-), jari tabuh
(+/+), eritema palmaris (+/+)
Ekstremitas bawah: pitting Oedem (-), parese (-), nyeri sendi (-/-), nyeri
otot (-/-)
26
BAB III
ANALISIS KASUS
Pemeriksaan hematologi:
Hb : 9,4
Eritrosit : 3,8
MCV : 87
MCH : 27
MCHC : 24
SGOT : 190
SGPT : 101
Pemeriksaan USG :
Saran :
Elektrolit (Natrium)
Biopsi hati
Urin lengkap
4. DIAGNOSIS SEMENTARA
5. DIAGNOSIS BANDING
29
o Ascites e.c. chronic liver disease
6. TERAPI
o IVFD RL X gtt/m
o Asam folat tab 1x1
o Furosemid 1 amp/IV
o Ondansentron 3x1 amp/ IV
o Vit. K tab 1x1
o Panloc 1 amp/IV
30
PEMBAHASAN KASUS
A. Definisi
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal
dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena
perubahan warna pada nodul nodul yang terbentuk.Pengertian Sirosis hati
dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang
difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang
dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.1
Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi
mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati
mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan
jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.
B. Etiologi
Mayoritas penderita sirosis awalnya merupakan penderita penyakit
hati kronis yang disebabkan oleh virus hepatitis atau penderita
steatohepatitis yang berkaitan dengan kebiasaan minum alkohol ataupun
obesitas. Beberapa etiologi lain dari penyakit hati kronis diantaranya
adalah infestasi parasit (schistosomiasis), penyakit autoimun yang
menyerang hepatosit atau epitel bilier, penyakit hati bawaan, penyakit
metabolik seperti Wilson’s disease, kondisi inflamasi kronis (sarcoidosis),
efek toksisitas obat (methotrexate dan hipervitaminosis A), dan kelainan
vaskular, baik yang didapat ataupun bawaan.2
Menurut FKUI (2001), penyebab sirosis hepatis antara lain :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatitis
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
5. Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)
31
6. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
7. Zat toksik
C. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal (kompensata), dimana kompensasi tubuh
terhadap kerusakan hati masih baik, sirosis seringkali muncul tanpa gejala
sehingga sering ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan
kesehatan rutin. Gejala-gejala awal sirosis meliputi, anatara lain:
a) perasaan mudah lelah dan lemas,
b) selera makan berkurang,
c) perasaan perut kembung,
d) mual dan muntah,
e) berat badan menurun,
f) pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil dan
ginekomastia, serta hilangnya dorongan seksualitas.
Bila sudah lanjut, (berkembang menjadi sirosis dekompensata)
gejala-gejala akan menjadi lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi
kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi:
a. kerontokan rambut badan,
b. gangguan tidur, demam yang tidak begitu tinggi.
c. gangguan pembekuan darah,
d. perdarahan gusi,
e. epistaksis,
f. gangguan siklus haid,
g. ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat,
h. hematemesis,
i. melena,
j. perubahan mental
32
Akibat dari sirosis hati, maka akan terjadi 2 kelainan yang
fundamental yaitu kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta. Adapun pada
pemeriksaan fisik akan didapatkan tanda-tanda klinis sebagai berikut :
D. Pemeriksaan Penunjang
3. Protrombin time
33
5. Pemeriksaan hematologi (darah lengkap)
E. Penatalaksanaan
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus akut yang khas.
Pembatasan aktivitas fisik seperti tirah baring dapat membuat pasien
merasa lebih baik. Namun pada hepatitis B kronis, tujuan utama dari
pengobatan Hepatitis B kronik adalah untuk mengeliminasi atau
menekan secara permanen VHB. Pengobatan dapat mengurangi
patogenitas dan infektivitas akhirnya menghentikan atau mengurangi
inflamasi hati, mencegah terjadinya dekompensasi hati. Terapi antiviral
yang telah terbukti bermanfaat untuk Hepatitis B kronik adalah
Interferon, Lamivudin, Adefovir dipofoxil dan Entecavir.
34
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti
a) Asites
c) Hepatorenal syndrome
d) Ensefalophaty hepatic
Bila tidak ada koma hepatik maka diberikan diet hepar yaitu ; Diet
protein 1g/kgBB dan kalori 2000-3000 kkal/hari.
o Diet Hepar III : terdiri dari protein, 1 gram/ kgBB, karbohidrat 200
kal, garam 1000-1200 mg. Biasanya diberikan pada kasus sirosis
disertai dengan ascites minimal.
35
Terapi Asites
A. Terapi Medis
Posisi berdiri pada pasien sirosis hati akan menyebabkan aktivasi sistem
renin-angiotensin aldosteron dan saraf simpatik. ltu berarti efek
antidiuretik akan meningkat dan natriuretik akan menurun. Istirahat di
tempat tidur akan sangat bermanfaat untok pasien asites karena sirosis hati.
Konsumsi garam empedu perlu dikurangi hingga kira-kira 40-60
rnEq/hari. Kira-kira 20 % pasien asites akan mengalami perbaikan
diuresisnya hanya dengan istirahat dan diet rendah garam.
2. Diuretik
Diuretik yang sampai saat ini paling banyak dipakai adalah diuretik distal
khususnya spironolakton dan diuretic loop terutama filrosemid.
- Diuretik Distal
- Diuretik Loop
36
Diuretik loop merupakan salah satu diuretik yang potensinya paling tinggi
dalam menciptakan diuresis dan natriuresis. Diuretik loop hanya mampu
memperbaiki natriuresis pada kira-kira 50 % pasien sirosis tanpa azotemia.
- Diagnostik
37
menentukan adanya asites yang terinfeksi seperti peritonitis bacterial
spontan (spontaneous bacterial peritonitis) pada pasien sirosis hati.
F. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada luasnya kerusakan hati/kegagalan hepatoselular,
beratnya hipertensi portal dan timbulnya komplikasi lain.
Berdasarkan klasifikasi Child :
Parameter klinis 1 2 3
Bilirubin serum <2 2–3 >3
Albumin serum > 3,5 3 – 3,5 <3
Asites Nihil Mudah dikontrol Sukar
G. KOMPLIKASI
42
DAFTAR PUSTAKA
I,Simadibrata MK, Setiati S (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 5th
Cirrhosis.http://www.eu.elsevierhealth.com/media/us/samplechapters/9781
43