Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium


akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan
distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative. Etiologi
dari sirosis hati di negara barat yang tersering akibat alkoholik sedangkan di
Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B maupun C. hasil penelitian
di Indonesia menyebutkan virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-
50%, dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20% penyebabnya tidak
diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B dan C (nonB-nonC).

Di seluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian.


Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Dari kejadian
sirosis hepatis yang ada, laki-laki lebih mudah terkena sirosis hepatis
dibandingkan dengan perempuan. Penderita sirosis hepatis banyak terjadi pada
usia antara 20-50 tahun. Faktor yang mempengaruhi peningkatan resiko
kanker hati yaitu mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dan karena infeksi
kronis hepatitis tipe B atau C.

Di Indonesia sekitar 20 juta penduduk terserang penyakit hati menahun.


Angka ini merupakan perhitungan dari prevalensi penderita dengan infeksi
hepatitis B di Indonesia yang berkisar 5-10% dan hepatitis C sekitar 2-3%.
Dalam perjalanan penyakitnya, 20-40% dari jumlah penderita penyakit hati
menahun itu akan menjadi sirosis hati dalam waktu sekitar 15 tahun,
tergantung sudah berapa lama seseorang menderita hepatitis menahun itu.

Berdasarkan hal seperti diatas, penulis tertarik untuk mengetahui


bagaimana gambaran pengelolaan kasus sirosis hepatis di Rumah Sakit karena

1
alasan tersebut diatas agar kelak bila penulis telah benar-benar menjadi tenaga
kesehatan, telah mempunyai pengetahuan dalam penanganan secara umum
terhadap pasien sirosis hepatis di Rumah Sakit. Sebagai tenaga kesehatan
penulis dapat menentukan langkah yang tepat untuk menangani pasien dengan
kasus tersebut.

B. TUJUAN
1) Untuk mengetahui definisi dari sirosis hepatis
2) Untuk mengatui etiologi dari sirosis hepatis
3) Untuk mengathui bagaimana cara mendiagnosis sirosis hepatis melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
4) Untuk mengethaui penatalaksanaan dan edukasi pada pasien sirosis hepatis
5) Untuk mengetahui bagaimana prognosis pada pssien dengan sirosis hepatis

2
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama lengkap : Tn. J

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : 01 Januari 1943

Umur : 73 tahun

Status perkawinan : Cerai

Agama : Islam

Pekerjaan : Tukang sapu jalanan

Pendidikan : SMP

Alamat : Langkapura

MR : 07.86.49

II. ANAMNESIS

Diambil dari : Autoanamnesa

MRS : 15 Desember 2016

Jam : 13.57 WIB

Keluhan utama : Mual dan muntah hampir 10x dalam sehari sejak 2 hari
SMRS

3
Keluhan tambahan : Perut semakin membesar dan terasa kembung sejak 1
bulan yang lalu

II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

5 bulan SMRS, Os sering merasa demam yang tidak tentu datangnya,


demam disertai sakit kepala dan badan terasa lemas, namun tidak
menggigil. Os hanya mengobati keluhannya tersebut dengan membeli obat
sakit kepala di apotek terdekat seperti oskadon dan paramex. os juga
mengeluh kaki kakirinya sering terasa sakit dari paha sampai ke telapak
kaki..

1 bulan SMRS, Os mulai merasa mual hingga muntah setiap sehabis


makan. Os terus memuntahkan makanan yang ia makan hingga badannya
terasa lemas dan nafsu makannya pun menurun. Os hanya memuntahkan
air dan sisa makanan, muntah berwarna merah segar atau coklat kehitaman
disangkal.. Keluhan disertai dengan nyeri perut pada ulu hatinya dan Os
sering merasa badannya sumeng.

2 minggu SMRS, Os merasa perutnya mulai membesar disertai dengan


mual muntah yang telah ia keluhkan terlebih dahulu beberapa minggu
sebelumnya. Perut terasa kembung dan penuh, Os juga mengatakan BAK
nya berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna dempul namun tidak
mencret. Os merasa badannnya sangat lemas karena tidak bisa memakan
atau meminum apapun.

Pada tanggal 15 Desember 2016, Os dibawa ke IGD RSPBA dengan


keluhan mual dan muntah semakin berat dirasakannya, muntah bisa
sampai >10x dalam sehari sejak 2 hari yang lalu, Os juga mengeluh
perutnya semakin membesar dan terasa kencang serta kembung serta
nyeri pada perutnya. Keluhan disertai dengan dadanya terasa senep apabila
perutnya sedang terasa sakit dan kembung BAK berwarna pekat seperti

4
teh, dan BAB cair ±3x/sehari berwarna dempul disertai dengan lendir. Os
juga merasa BB turun drastis (12kg) dalam 2 bulan terakhir.

Os menyangkal pernah sakit seperti ini sebelumnya, dan di


keluarganya pun tidak ada yang seperti ini. Riwayat sakit kuning (-),
Riwayat HT (-), DM (-), Asma (-), maag (-), alergi makanan (-), alergi
obat (-), riwayat merokok (+) 1 bungkus sehari, riwayat alkohol (+) 30
tahun yang lalu, riawayat transfusi darah (-), riwayat konsumsi obat-obat
jangka panjang (-), riwayat memakai narkoba jenis jarum suntik (-).

III. RIWAYAT KEBIASAAN


 Os makan 3x sehari dengan vari menu yang kurang,
karena Os setiap hari hanya mau makan seruit.
 Merokok (+) sekitar 1 bungkus perhari
 Alkohol (-) , namun sekitar >40 tahun yang lalu Os pernah
meminum alkohol.
 Minum obat jangka panjang (-)

IV. RIWAYAT PEKERJAAN

Os bekerja sebagai tukang sapu jalanan mulai dari jam 5 subuh


sampai jam 10 pagi, lalu kembali lag menyapu jalanan jam 1 siang sampai
jam 5 sore.

V. RIWAYAT PERBNIKAHAN

Os telah menikah sebanyak 3x, Os mengaku masih berhubungan seks


dengan mantan istrinya yang ketiga walaupun sudah 2 tahun bercerai.
Riwayat hubungan seks terakhir sekitar 2 bulan SMRS. .Os hanya
berhubungan seks dengan wanita yang pernah dinikahiny

5
VI. RIWAYAT PENYAKIT DULU

Batu ginjal/saluran
- Cacar - Malaria -
kemih
- Cacar air - Disentri - Burut (hernia)
- Difteri - Hepatitis - Penyakit prostat
- Batuk rejan - Tifus abdomen - Wasir
- Campak - Sirosis hepatis - Diabetes
- Influenza - Sifilis - Alergi
- Tonsilitis - Fluor albus - Tumor
Penyakit Jantung
- Stomatitis - Hipertensi -
Koroner
Demam rematik Ulkus
- - - Asma Bronkhial
akut ventrikulus
- Pneumonia - Ulkus duodeni - Gagal Ginjal Kronik
- Pleuritis - Rematik - BPH
- Tuberkulosis - Ischialgia

VII. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keadaan Penyebab
Hubungan Diagnosa
Kesehatan Meninggal
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -

6
VIII. ANAMNESIS SISTEM

Kulit

- Bisul - Rambut rontok - Keringat malam


- Kuku - Kuning/ikterus - Ptekie
- Gatal

Kepala

- Trauma √ Sakit kepala (kadang-kadang)


- Sinkop - Nyeri sinus

Mata

- Nyeri √ Konjungtiva anemis


- Sekret - Gangguan penglihatan
- Ikterus - Ptosis

Telinga

- Nyeri - Tinitus
- Sekret - Gangguan pendengaran
- Kehilangan pendengaran

Hidung

- Trauma - Gejala penyumbatan


- Nyeri - Gangguan penciuman
- Sekret - Pilek

7
- Epistaksis

Mulut

- Bibir pecah-pecah - Lidah kotor


- Gusi - Gangguan pengecapan
- Selaput - Stomatitis

Tenggorokan

- Nyeri tenggorokan - Perubahan suara

Leher

- Peningkatan JVP - Nyeri leher


- Limfadenopati - Tiroid

Dada (Jantung/Paru)

- Nyeri dada - Sesak nafas


- Berdebar - Batuk darah
- Ortopnoe - Batuk

Abdomen (Lambung/Usus)

√ Rasa kembung √ Perut membesar


√ Mual - Wasir
√ Muntah √ Mencret
- Muntah darah - Tinja berdarah

8
- Sukar menelan √ Tinja berwarna dempul
√ Nyeri perut (epigastrium) - Tinja berwarna hitam
- Benjolan

Saluran kemih/ Alat kelamin

- Gatal - Kencing nanah


- Stranguri - Kolik
- Poliuri - Oliguria
- Polaksuria - Anuria
- Hematuria - Retensi urin
- Kencing batu - Kencing menetes
- Ngompol √ Kencing berwarna teh pekat

Saraf dan Otot

- Anestesi - Sukar menggigit


- Parastesi (kedua tangan) - Ataksia
- Otot lemah - Hipo/ hiper-esthesia
- Kejang - Pingsan
- Afasia - Kedutan (tiek)
- Amnesia - Pusing (vertigo)
- Lain-lain - Gangguan bicara (disartri)

Ektremitas

- Bengkak (pitting) - Deformitas


- Nyeri sendi - Sianosis
- Ptekie √ Jari-jari tangan tabuh
√ Eritema palmaris

9
IX. BERAT BADAN

Berat badan rata-rata (kg) : 42 kg

Tinggi badan (cm) : 163 cm

IMT : Tidak dapat dinilai dengan tepat karena


adanya

asites

Status gizi : Tidak dapat dinilai dengan tepat karena adanya

asites

(Bila pasien tidak tahu dengan pasti)

Tetap ( )

Turun ( √ )

Naik ( )

X. RIWAYAT MAKANAN

Frekuensi/ hari : 3x/ hari

Jumlah/ hari : satu porsi

Variasi/ hari : kurang bervariasi

Nafsu makan : menurun

10
XI. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda tanda vital

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 67 x/menit

Suhu : 36,3⁰C

Pernapasan : 24 x/menit

Keadaan gizi : kurang

Cara berjalan : Dengan bantuan

Mobilitas (aktif/pasif) : pasif

Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : wajar/gelisah/tenang/hipoaktif/hiperaktif

Alam perasaan : biasa/sedih/gembira/cemas/takut/marah

Proses pikir : wajar/cepat/gangguan waham/fobia/obsesi

11
XII. STATUS GENERALIS

KULIT

Warna : Hitam Turgor : normal

Jaringan parut : Ada Pigmentasi : tidak ada

Pertumbuhan rambut : normal Pembuluh darah: normal

Suhu raba : hangat Lembab/kering: normal

Keringat, malam : tidak ada Efloresensi : normal

KELENJAR GETAH BENING

Submandibula : tidak teraba Leher : tidak teraba

Supraklavikula : tidak teraba Ketiak : tidak teraba

Lipat paha : tidak teraba

KEPALA

Ekspresi wajah : normal Simetris muka : simetris

Rambut : normal Pembuluh temporal : tidak teraba

MATA

Eksolftalmus : tidak ada Enoftalmus : tidak ada

Kelopak : normal Lensa : normal

Konjungtiva : anemis Visus : normal

Sklera : ikterik Gerakan mata : normal

Lap.penglihatan : normal Tekanan bola mata : normal

12
Deviatio konjungtiva : tidak ada Nistagmus : tidak ada

TELINGA

Tuli : tidak tuli Gendang telinga : normal

Lubang : normal Penyumbatan : tidak ada

Serumen : normal Perdarahan : tidak ada

MULUT

Bibir : normal

Langit-langit : normal

Trismus : tidak ada

Faring : tidak hiperemis

Tonsil : T1-T1

Lidah : normal

Bau nafas : Bau

LEHER

Tekanan vena jugularis : 5 +3 mmH2O

Kelenjar tiroid : normal, tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : normal, tidak ada pembesaran

DADA

Bentuk : simetris.

Buah dada : normal

Sela iga : normal

13
PARU DEPAN BELAKANG

Inspeksi, Kanan : simetris, retraksi (-), spider nevi (-), KGB (-)

Kiri : simetris, retraksi (-), spider nevi (-), KGB (-)

Palpasi, : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris

Perkusi, Kanan : sonor ICS I - VI

Kiri :sonor ICS I - IV redup ICS V-VIII

Auskultasi, Kanan : vesikuler(+), ronki (-), wheezing (-)

Kiri : vesikuler (+), ronki (-), wheezing (-)

JANTUNG

Inspeksi : ictus kordis tidak tampak

Palpasi : ictus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra

Perkusi Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra

Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra

Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, S3-S4 (-), gallop (-), murmur (-)

ABDOMEN

Inspeksi : perut tampak cembung, asistes (+), distended (+), spider


nevi(-), caput medusa (-), ikterik (-), venektasi (-)

Auskultasi : Bising usus meningkat , bruit hepar (-), bruit epigastrium


(-)

Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+)

Hati : sulit dinilai


14
Limpa : sulit dinilai

Ginjal : Ballotement (-/-), nyeri ketok CVA (+/-)

Perkusi : redup, shifting dullnes (+), tes undulasi (+)

EKSTREMITAS

Ekstremitas superior dextra dan sinistra: Oedem ( - ), Deformitas (-)

Bengkak (-), Sianosis (-)

Nyeri sendi (-) Ptekie (-)


Eritema palmaris (+) Jari tabuh (+)
White nail (-)

Ekstremitas inferior dextra dan sinistra: Oedem (-) Deformitas (-)

Bengkak (-), Sianosis (-)

Nyeri sendi (-), Ptekie (-)

White nail (-)

XIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium : 15 Desember 2016

HEMATOLOGI

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL


Lk: 14-18 gr%
Hemoglobin 9,5
Wn: 12-16 gr%
Leukosit 10.100 4500-10.700 ul
Hitung jenis leukosit
 Basofil 0 0-1 %
 Eosinofil 0 1-3%
 Batang 1 2-6 %
15
 Segmen 66 50-70 %
 Limposit 25 20-40 %
 Monosit 8 2-8 %
Lk: 4.6- 6.2 ul
Eritrosit 3,8
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 40-54 %
Hematokrit 27%
Wn: 38-47 %
Trombosit 350.000 159-400 ul
MCV 81 80-96
MCH 27 27-31 pg
MCHC 34 32-36 g/dl

IMUNOLOGI (15 Desember 2016)

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL


HbsAg Positif Negatif

KIMIA DARAH (16 Desember 2016)

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL


Lk <37
SGOT 190
Wn <31
Lk <42
SGPT 101
Wn <32

Pemeriksaan USG Abdomen : 19 Desember 2016

16
USG Abdomen

 Hepar : Ukuran tak membesar, sudut tajam, permukaan rata,


tekstur parenkim homogen, ekogenitas parenkim tak meningkat. Tidak
tampak nodul, v. porta dan v. hepatika tak melebar.

 Vesika felea : sulit dievaluasi

 Lien : Ukuran tak membesar, tekstur parenkim homogen, tak


tampak nodul, v. lienalis tak melebar

 Pankreas : sulit dinilai

 Ginjal kanan : bentuk dan ukuran normal, parenkim homogen, batas


kortikomedulare jelas, tak tampak penipisan korteks, tidak tampak bayangan
hiperekhoik dengan acoustic shadow, sistem pelvicocalyces tak melebar

 Ginjal kiri : bentuk dan ukuran normal, parenkim homogen, batas


kortikomedulare jelas, tak tampak penipisan korteks, tidak tampak bayangan
hiperekhoik dengan acoustic shadow, sistem pelvicocalyces tak melebar

17
 Vesika urinaria : Ukuran tak membesar, dinding tak menebal, tak tampak
massa

 Prostat : sulit dinilai

Tampak cairan bebas intraabdomen (perihepatik, perilienalis dan paravesika


serta floating bowel)

Kesan :

 Gambaran asites

 Vesika felea sulit dinilai suspek superposisi dengan gambaran asites

 Tak tampak kelainan lain pada sonografi organ-organ intraabdomen

XIV. DIAGNOSIS SEMENTARA

- Ascites e.c. suspect Sirosis hepatis + Hepatitis B kronik

XV. DIAGNOSIS BANDING

- Ascites e.c sirosis hepatis + Hepatitis alkoholik

XVI. RENCANA PEMERIKSAAN

 DL

 Kimia darah (bilirubin, albumin, globulin)

 Waktu pembekuan darah (protrombin time)

 Imunologi (HbeAg, Anti HbeAg, HBV DNA)

 Urin lengkap

 Fungsi ginjal (Ureum, Creatinin)

18
 Elektrolit (Natrium, kalium, klorida)

 USG Abdomen

 Biopsi hati

XVII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad Sanactionam : dubia ad malam

XVIII. TERAPI
- IVFD asering X gtt/m
- Asam folat tab 1x1
- Furosemid 1 amp/IV
- Ondansentron 3x1 amp/ IV
- Vit. K tab 1x1
- Panloc 1 amp/IV

19
//FOLLOW UP//
16 Desember 2016 Pukul 6.00
S Nyeri perut, mual, muntah, perut kencang dan terasa kembung, BAK
berwarna bening, BAB (-)
O Keadaan Umum
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Nadi : 92 x/menit
 Suhu : 36.6⁰C
 Pernapasan : 20 x/menit
Kepala
Konjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, reflek cahaya +/+
Leher
JVP (5-3) cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
 I: Bentuk dada simetris, retraksi (-/-)
 P: Vokal fremitus paru normal
 P: kanan kiri sonor
 A: kanan kiri vesikuler.
Jantung
 I: Iktus kordis tidak terlihat
 P: Iktus kordis teraba
 P Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
 A: BJ I – II intensitas normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 I : Dinding perut cembung, asites (+)
 A: Bising usus normal
 P: nyeri tekan kuadran I dan II , hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai, LP :
88,7cm,
 P: redup pada seluruh kuadran abdomen, undulasi (+), shifting dullness
(+), nyeri ketok CVA (+/-)
Ekstremitas
 Ekstremitas atas: oedem (-/-), parese (-/-), nyeri sendi (-/-), jari tabuh
(+/+), eritema palmaris (+/+)
 Ekstremitas bawah: pitting Oedem (-), parese (-), nyeri sendi (-/-), nyeri
otot (-/-)
A Ascites e.c suspect sirosis hepatis
P
- IVFD asering X gtt/m
- Asam folat tab 3x1
- Furosemid 1 amp/IV
20
- Ondansentron 3x1 amp/ IV
- cek OT/PT

17 Desember 2016 Pukul 6.00


S Nyeri perut, mual, muntah, badan terasa lemas. perut masih besar, terasa
kembung dan tegang, BAK berwarna jernih, BAB (+) berwarna dempul, cair
(-)
O Keadaan Umum
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 100/80 mmHg
 Nadi : 85 x/menit
 Suhu : 36.0⁰C
 Pernapasan : 21 x/menit

Kepala
Konjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
reflek cahaya +/+
Leher
JVP (5-3) cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
 I: Bentuk dada simetris, retraksi (-/-)
 P: Vokal fremitus paru normal
 P: kanan kiri sonor
 A: kanan kiri vesikuler.
Jantung
 I: Iktus kordis tidak terlihat
 P: Iktus kordis teraba
 P Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
 A: BJ I – II intensitas normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 I : Dinding perut cembung, asites (+), distensi (+)
 A: Bising usus terdengar
 P: nyeri tekan kuadran I dan II , hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai, LP : 88cm,
 P: redup pada seluruh kuadran abdomen, undulasi (+), shifting dullness (+),
nyeri ketok CVA (+/-)
Ekstremitas
 Ekstremitas atas: oedem (-/-), parese (-/-), nyeri sendi (-/-), jari tabuh
(+/+), eritema palmaris (+/+)
 Ekstremitas bawah: pitting Oedem (-), parese (-), nyeri sendi (-/-), nyeri
otot (-/-)

Pemeriksaan Kimia Darah


SGOT:190

21
SGPT: 101
A Ascites e.c suspect sirosis hepatis
P
- IVFD asering X gtt/m
- Asam folat tab 3x1
- Furosemid 1 amp/IV
- Ondansentron 3x1 amp/ IV
- Panloc/ IV (extra)
- Spironolacton tab 3x1
- Vit K tab 3x1
- Rc. USG abdomen

18 Desember 2016 Pukul 6.00


S Nyeri perut (+), mual dan muntah berkurang, perut kembung berkurang,
badan terasa lemas
O Keadaan Umum
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 36.5⁰C
 Pernapasan : 21 x/menit
Kepala
Konjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, reflek cahaya +/+
Leher
JVP (5-3) cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
 I: Bentuk dada simetris, retraksi (-/-)
 P: Vokal fremitus paru normal
 P: kanan kiri sonor
 A: kanan kiri vesikuler.
Jantung
 I: Iktus kordis tidak terlihat
 P: Iktus kordis teraba
 P: Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
 A: BJ I – II intensitas normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 I : Dinding perut cembung, asites (+), distensi (+)
 A: Bising usus terdengar
 P: nyeri tekan kuadran I dan II , hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai, LP :
22
87,6 cm,
 P: redup pada seluruh kuadran abdomen, undulasi (+), shifting dullness
(+), nyeri ketok CVA (+/-)
Ekstremitas
 Ekstremitas atas: oedem (-/-), parese (-/-), nyeri sendi (-/-), jari tabuh
(+/+), eritema palmaris (+/+)
 Ekstremitas bawah: pitting Oedem (-), parese (-), nyeri sendi (-/-), nyeri
otot (-/-)

A Ascites e.c suspect sirosis hepatis


P
- IVFD asering X gtt/m
- Asam folat tab 3x1
- Furosemid 1 amp/IV
- Ondansentron 3x1 amp/ IV
- Spironolacton tab 3x1
- Vit K tab 3x1

19 Desember 2016 Pukul 6.00


S Mual dan muntah masih dirasakan, perut masih besar. BAK berwarna jernih dan
BAB padat berwarna dempul
O Keadaan Umum
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 90/80 mmHg
 Nadi : 78 x/menit
 Suhu : 37,0⁰C
 Pernapasan : 19 x/menit

Kepala
Konjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
reflek cahaya +/+
Leher
JVP (5-3) cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
 I: Bentuk dada simetris, retraksi (-/-)
 P: Vokal fremitus paru normal
 P: kanan kiri sonor
 A: kanan kiri vesikuler.
Jantung
 I: Iktus kordis tidak terlihat
 P: Iktus kordis teraba
 P: Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

 A: BJ I – II intensitas normal, reguler, murmur (-), gallop (-)


23
Abdomen
 I : Dinding perut cembung, asites (+)
 A: Bising usus normal
 P: nyeri tekan kuadran I dan II , hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai, LP :
87,3cm,
 P: redup pada seluruh kuadran abdomen, undulasi (+), shifting dullness (+),
nyeri ketok CVA (+/-)
Ekstremitas
 Ekstremitas atas: oedem (-/-), parese (-/-), nyeri sendi (-/-), jari tabuh (+/+),
eritema palmaris (+/+)
 Ekstremitas bawah: pitting Oedem (-), parese (-), nyeri sendi (-/-), nyeri otot (-/-
)

Pemeriksaan USG Abdomen:


 Tampak gambaran ascites (cairan bebas pada perihepatik, perilienalis,
paravesica dan floating bowel)
 Tidak tampak kelainan pada sonografi organ-organ intraabdomen

A Ascites e.c suspect sirosis hepatis

P
- IVFD asering X gtt/m
- Asam folat tab 3x1
- Furosemid 1 amp/IV
- Ondansentron 3x1 amp/ IV
- Spironolacton tab 3x1
- Vit K tab 3x1

20 Desember 2016 Pukul 6.00


S Perut masih besar, kadang ketika kembung dada terasa senep, badan lemas dan punggung
terasa pegal, nyeri otot paha sebelah kiri yang menjalar hingga telapak kaki
O Keadaan Umum
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 100/80 mmHg
 Nadi : 78 x/menit
 Suhu : 37,0⁰C
 Pernapasan : 19 x/menit

Kepala
Konjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor, reflek
cahaya +/+
Leher
JVP (5-3) cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
 I: Bentuk dada simetris, retraksi (-/-)
 P: Vokal fremitus paru normal

24
 P: kanan kiri sonor
 A: kanan kiri vesikuler.
Jantung
 I: Iktus kordis tidak terlihat
 P: Iktus kordis teraba
 P: P Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

 A: BJ I – II intensitas normal, reguler, murmur (-), gallop (-)


Abdomen
 I : Dinding perut cembung, asites (+)
 A: Bising usus normal
 P: nyeri tekan kuadran I dan II , hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai, LP : 87cm,
 P: redup pada seluruh kuadran abdomen, undulasi (+), shifting dullness (+), nyeri ketok
CVA (+/-)
Ekstremitas
 Ekstremitas atas: oedem (-/-), parese (-/-), nyeri sendi (-/-), jari tabuh (+/+), eritema
palmaris (+/+)
 Ekstremitas bawah: pitting Oedem (-), parese (-), nyeri sendi (-/-), nyeri otot (-/-)

A Ascites e.c suspect sirosis hepatis


P - Asam folat tab 3x1
- Spironolacton tab 3x1
- Vit K tab 3x1
- Aff infus

21 Desember 2016 Pukul 6.00


S Nyeri perut, kembung sudah berkurang, perut sudah tidak terasa tegang,
badan terasa pegal dan nyeri otot pada paha hingga tungkai sebelah kiri
O Keadaan Umum
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Nadi : 78 x/menit
 Suhu : 37,0⁰C
 Pernapasan : 20 x/menit

Kepala
Konjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
reflek cahaya +/+
Leher
JVP (5-3) cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru
 I: Bentuk dada simetris, retraksi (-/-)
 P: Vokal fremitus paru normal
 P: kanan kiri sonor
 A: kanan kiri vesikuler.
Jantung
 I: Iktus kordis tidak terlihat
 P: Iktus kordis teraba
 P Pinggang jantung : ics II linea parasternalis dextra
25
Batas jantung kanan : ics IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
 A: BJ I – II intensitas normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 I : Dinding perut cembung, asites (+)
 A: Bising usus normal
 P: nyeri tekan kuadran I dan II , hepar sulit dinilai, lien sulit dinilai, LP : 87cm,
 P: redup pada seluruh kuadran abdomen, undulasi (+), shifting dullness (+),
nyeri ketok CVA (+/-)
Ekstremitas
 Ekstremitas atas: oedem (-/-), parese (-/-), nyeri sendi (-/-), jari tabuh
(+/+), eritema palmaris (+/+)
 Ekstremitas bawah: pitting Oedem (-), parese (-), nyeri sendi (-/-), nyeri
otot (-/-)

A Ascites e.c suspect sirosis hepatis


P
Os dirujuk ke RSAM untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih
lanjut

26
BAB III
ANALISIS KASUS

1. Anamnesa pada kasus didapatkan beberapa keluhan yang mengarah


kepada sirosis hepatis, yaitu:
 Mual dan muntah
 Badan terasa lemas dan mudah lelah
 Anoreksia
 Berat badan yang menurun
 Perut terasa kembung dan tidak nyaman
 Nyeri perut ulu hati
 Perut yang semakin membesar
 BAK berwarna pekat seperti teh
 BAB berwarna dempul
Riwayat penyakit sebelumnya:
Os menyangkal pernah mengalami sakit kuning, namun pada
pemeriksaan penunjang imunologi titer HbsAg didapatkan hasil yang
positif (+). Hal tersebut menandakan bahwa Os terinfeksi oleh VHB
(Virus Hepatitis B). Salah satu penyebab sirosis hepatis terbanyak
adalah karena infeksi dari virus hepatitis.
Faktor resiko terjadinya infeksi VHB pada pasien ini adalah :
 Riwayat hubungan seksual dengan berganti- ganti pasangan
(menikah 3x)  Resiko penularan secara parenteral

2. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan:


 Mata : sklera ikterik (+/+), konjungtiva anemis (+/+)

 Abdomen: perut tampak cembung, asistes (+), distended (+),


Bising usus meningkat, nyeri tekan di kuadran 1 dan 2 abdomen,
hati dan lien sulit dinilai karena adanya asites, perkusi redup pada
seluruh kuadran abdomen, shifting dullnes (+), tes undulasi (+),
27
ballotement ginjal sulit dinilai, dan terdapat nyeri ketok CVA (+)
di sebelah kiri

 Ekstremitas superior dextra et sinistra : eritema palmaris (+/+), jari


tabuh (+/+)

3. Pemeriksaan penunjang pada kasus ini didapatkan :

 Pemeriksaan hematologi:

Hb : 9,4

Eritrosit : 3,8

MCV : 87

MCH : 27

MCHC : 24

Pada pemeriksaan tersebut didapatkan gambaran anemia


normokrom normositer. Hal tersebut dapat disebabkan karena
gangguan pada fungsi limpa yang mengalami pembesaran. Ketika
limpa membesar, ia menyaring keluar lebih banyak sel-sel darah
dan platelet-platelet hingga jumlah-jumlah mereka dalam darah
berkurang. Kondisi ini berhubungan dengan suatu jumlah sel darah
merah yang rendah (anemia).

 Pemeriksaan enzim hati:

SGOT : 190

SGPT : 101

Peningkatan kedua enzim tersebut memperlihatkan adanya


kerusakan sel/jaringan hati.
28
 Pemeriksaan imunologi:

Titer HbsAg (+) yang menandakan bahwa pasien telah terinfeksi


virus Hepatitis B.

 Pemeriksaan USG :

Hepar : ukuran tak membesar, sudut tajam, permukaan rata, tekstur


parenkim homogen, ekogenesitas parenkim tak meningkat. Tidak
tampak nodul, vena porta dan vena hepatika tak melebar

Saran :

Pada pasien ini dapat dilakukan berbagai macam pemeriksaan


penunjang lainnya untuk mendiagnosis lebih pasti, seperti :

 Kimia darah (bilirubin, albumin, globulin)

 Waktu pembekuan darah (protrombin time)

 Imunologi (HbeAg, Anti HbeAg, HBV DNA)

 Elektrolit (Natrium)

 Biopsi hati

 Urin lengkap

 Fungsi ginjal (Ureum, Creatinin)

4. DIAGNOSIS SEMENTARA

o Ascites e.c. suspect Sirosis hepatis + Hepatitis B kronik

5. DIAGNOSIS BANDING

o Ascites e.c. hepatitis alkoholik

29
o Ascites e.c. chronic liver disease

6. TERAPI

o IVFD RL X gtt/m
o Asam folat tab 1x1
o Furosemid 1 amp/IV
o Ondansentron 3x1 amp/ IV
o Vit. K tab 1x1
o Panloc 1 amp/IV

30
PEMBAHASAN KASUS

A. Definisi

Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal
dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena
perubahan warna pada nodul nodul yang terbentuk.Pengertian Sirosis hati
dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang
difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang
dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.1
Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi
mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati
mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan
jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.

B. Etiologi
Mayoritas penderita sirosis awalnya merupakan penderita penyakit
hati kronis yang disebabkan oleh virus hepatitis atau penderita
steatohepatitis yang berkaitan dengan kebiasaan minum alkohol ataupun
obesitas. Beberapa etiologi lain dari penyakit hati kronis diantaranya
adalah infestasi parasit (schistosomiasis), penyakit autoimun yang
menyerang hepatosit atau epitel bilier, penyakit hati bawaan, penyakit
metabolik seperti Wilson’s disease, kondisi inflamasi kronis (sarcoidosis),
efek toksisitas obat (methotrexate dan hipervitaminosis A), dan kelainan
vaskular, baik yang didapat ataupun bawaan.2
Menurut FKUI (2001), penyebab sirosis hepatis antara lain :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatitis
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
5. Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)

31
6. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
7. Zat toksik

C. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal (kompensata), dimana kompensasi tubuh
terhadap kerusakan hati masih baik, sirosis seringkali muncul tanpa gejala
sehingga sering ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan
kesehatan rutin. Gejala-gejala awal sirosis meliputi, anatara lain:
a) perasaan mudah lelah dan lemas,
b) selera makan berkurang,
c) perasaan perut kembung,
d) mual dan muntah,
e) berat badan menurun,
f) pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil dan
ginekomastia, serta hilangnya dorongan seksualitas.
Bila sudah lanjut, (berkembang menjadi sirosis dekompensata)
gejala-gejala akan menjadi lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi
kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi:
a. kerontokan rambut badan,
b. gangguan tidur, demam yang tidak begitu tinggi.
c. gangguan pembekuan darah,
d. perdarahan gusi,
e. epistaksis,
f. gangguan siklus haid,
g. ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat,
h. hematemesis,
i. melena,
j. perubahan mental

32
Akibat dari sirosis hati, maka akan terjadi 2 kelainan yang
fundamental yaitu kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta. Adapun pada
pemeriksaan fisik akan didapatkan tanda-tanda klinis sebagai berikut :

Tabel 1. Gejala Kegagalan Fungsi Hati dan Hipertensi Porta.5


Gejala Kegagalan Fungsi Gejala Hipertensi Porta
Hati

Ikterus Varises esophagus/cardia


Spider nevi Splenomegali
Ginekomastia Pelebaran vena kolateral
Hipoalbumin Ascites
Kerontokan bulu ketiak Hemoroid
Ascites Caput medusa
Eritema palmaris
White nail

D. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk


mendiagnosis pasien dengan sirosis hepatis adalah :

1. Pemeriksaan enzim hati seperti : Aspartat amino transferase


(AST/SGOT), alanin aminotransferase (ALT/SGPT), alkali fosfatase,
gama glutamil transpeptidase (GGT).

2. Pemeriksaan kimia darah seperti : bilirubin, albumin dan globulin

3. Protrombin time

4. Pemeriksaan elektrolit natrium

33
5. Pemeriksaan hematologi (darah lengkap)

6. Ultra sonografi (USG)

7. Tomografi komputerisasi, informasinya sama dengan USG, tidak rutin


digunakan karena biayanya relatif mahal.

E. Penatalaksanaan

Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa:

1. Simtomatis

2. Supportif, yaitu :

a) Istirahat yang cukup

b) Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang; misalnya : cukup


kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin.

c) Pengobatan berdasarkan etiologi

Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus akut yang khas.
Pembatasan aktivitas fisik seperti tirah baring dapat membuat pasien
merasa lebih baik. Namun pada hepatitis B kronis, tujuan utama dari
pengobatan Hepatitis B kronik adalah untuk mengeliminasi atau
menekan secara permanen VHB. Pengobatan dapat mengurangi
patogenitas dan infektivitas akhirnya menghentikan atau mengurangi
inflamasi hati, mencegah terjadinya dekompensasi hati. Terapi antiviral
yang telah terbukti bermanfaat untuk Hepatitis B kronik adalah
Interferon, Lamivudin, Adefovir dipofoxil dan Entecavir.

34
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti

a) Asites

b) Spontaneous bacterial peritonitis

c) Hepatorenal syndrome

d) Ensefalophaty hepatic

Bila tidak ada koma hepatik maka diberikan diet hepar yaitu ; Diet
protein 1g/kgBB dan kalori 2000-3000 kkal/hari.

Diet rendah protein terdiri dari

o Diet Hepar I : terdiri dari karbohidrat 200 kalori, garam 600-800


mg tanpa mengandung protein. Diet ini biasanya diberikan pada
pasien yanng memperlihatkan tanda-tanda ensefalopati hepatikum
atau koma hepatikum

o Diet Hepar II : terdiri dari protein 1 gram/kgBB, karbohidrat 200


kal, garam 600-800 mg. Biasanya diberikan pada kasus sirosis
disertai dengan ascites.

o Diet Hepar III : terdiri dari protein, 1 gram/ kgBB, karbohidrat 200
kal, garam 1000-1200 mg. Biasanya diberikan pada kasus sirosis
disertai dengan ascites minimal.

o Diet Hepar IV : terdiri dari protein 80-125 gram/hari, karbohidrat


2000-3000 kal. Biasanya diberikan pada kasus sirosis dengan
proses yang tidak aktif.

35
Terapi Asites

A. Terapi Medis

1. Istirahat dan Diet Rendah Garam

Posisi berdiri pada pasien sirosis hati akan menyebabkan aktivasi sistem
renin-angiotensin aldosteron dan saraf simpatik. ltu berarti efek
antidiuretik akan meningkat dan natriuretik akan menurun. Istirahat di
tempat tidur akan sangat bermanfaat untok pasien asites karena sirosis hati.
Konsumsi garam empedu perlu dikurangi hingga kira-kira 40-60
rnEq/hari. Kira-kira 20 % pasien asites akan mengalami perbaikan
diuresisnya hanya dengan istirahat dan diet rendah garam.

2. Diuretik

Diuretik yang sampai saat ini paling banyak dipakai adalah diuretik distal
khususnya spironolakton dan diuretic loop terutama filrosemid.

- Diuretik Distal

Diuretik distal sering disebut sebagai diuretik hemat kalium karena


diuretik ini mampu menahan reabsorpsi garam pada tubulus kolektivus.
Sebenarnya potensi natriuretik diuretik distal lebih rendah dibandingkan
dengan diuretik loop. Spironolakton efektif untuk memperbaiki natriuretik
pada pasien hiperaldosterooisme primer ataupun sekunder dan orang sehat
yang mendapat diet rendah garam. Spironolakton memacu natriuretik dan
antikaliuretik dengan cara menyaingi pengaruh aldosteron pada
reseptornya yang terletak di tubulus kolektivus. Dosis efektif
spironolakton sebanding dengan tingginya kadar aldosteron dalam darah.
Pasien dengan kadar aldosteron plasma yang meningkat sedikit sampai
sedang biasanya cukup dengan dosis rendah yakni 100-200 mg/hari.

- Diuretik Loop

36
Diuretik loop merupakan salah satu diuretik yang potensinya paling tinggi
dalam menciptakan diuresis dan natriuresis. Diuretik loop hanya mampu
memperbaiki natriuresis pada kira-kira 50 % pasien sirosis tanpa azotemia.

- Rasionalisasi Terapi Diuretik pada Asites Karena Sirosis Hati

Diuretik terpilih untuk asites karena sirosis hati adalah spironolokton.


Spironolakton dapat memacu natriuresis pada sebagian besar kasus.
Kombinasi antara spironolakton dan ftirosemid secara teori dapat
meningkatkan natriuresis dan diuresis. Kombinasi tersebut juga dapat
meminimalkan hipericalemia yang disebabkan oleh spironolakton. Dosis
permulaannya biasanya terdiri atas spironolakton 100 mg/hari dan
furosemid 20-40 mg/hari. Dosis ini selanjutnya disesuaikan dengan
natriuresis dan diuresisnya setiap 4-5 hari. Biasanya dosis spironolakton
sehari tidak lebih dari 400 mg dan ftirosemid 160 mg/hari. Apabila dosis
total sehari sudah dicapai sedangkan diuresis dan natriuresis behim
memadai harus dipikirkan kemungkinan suatu asites refrakter. Setelah
mobilisasi cairan asites tercapai dosis diuretik harus disesuaikan. Pada
umunmya diet rendah garam dan spironolakton tetap diperlukan untuk
mencegah asites terbentuk lagi.

3. Terapi Parasentesis Abdomen

Parasentesis abdomen untuk mengeluarkan cairan asites terutama


bermanfeat membantu menegakkan diagnosis, sementara sebagai alat
terapi umumnya baru digunakan setelah pengobatan medikamentosa
kurang memberikan respon. Indikasi:

- Diagnostik

Pengeluaran sejumlah kecil cairan asites (20-50 ml) merupakan


pemeriksaan rutin pada pasien dengan cairan di rongga abdomen.
Kepentingannya adalah untuk memastikan penyebab asites atau

37
menentukan adanya asites yang terinfeksi seperti peritonitis bacterial
spontan (spontaneous bacterial peritonitis) pada pasien sirosis hati.

- Parasentesis abdomen adakalanya diperlukan guna mengatasi distensi


abdomen atau sesak napas akibat tekanan asites yang belum terlalu banyak
karena pertimbangan masa perawatan yang lebih panjang dan biaya yang
lebih tinggi bila hanya memakai diuretik saja.

F. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada luasnya kerusakan hati/kegagalan hepatoselular,
beratnya hipertensi portal dan timbulnya komplikasi lain.
Berdasarkan klasifikasi Child :
Parameter klinis 1 2 3
 Bilirubin serum <2 2–3 >3
 Albumin serum > 3,5 3 – 3,5 <3
 Asites Nihil Mudah dikontrol Sukar

 Ensefalopati Nihil Minimal Berat/ Koma

 Nutrisi Sempurna Baik Kurang/ kurus

Kombinasiskor : 5-6 (Child A), 7-9 (Child B), 10-15 (Child C)


Angka kelangsungan hidup selama satu tahun untuk pasien dengan child A, B, C
berturut-turut 100, 80, 45 %

G. KOMPLIKASI

1. Edema dan ascites


Ketika sirosis hati menjadi parah, tanda-tanda dikirim ke ginjal-ginjal
untuk menahan garam dan air didalam tubuh. Kelebihan garam dan air
pertama-tama berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit pergelangan-
pergelangan kaki dan kaki-kaki karena efek gaya berat ketika berdiri atau
duduk. Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema. (Pitting
38
edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah ujung jari dengan kuat
pada suatu pergelangan atau kaki dengan edema menyebabkan suatu
lekukan pada kulit yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah
pelepasan dari tekanan. Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam
dan air yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga
perut antara dinding perut dan organ-organ perut. Akumulasi cairan ini
(disebut ascites) menyebabkan pembengkakkan perut, ketidaknyamanan
perut, dan berat badan yang meningkat.4
2. Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP)
Cairan dalam rongga perut (ascites) adalah tempat yang sempurna untuk
bakteri-bakteri berkembang. Secara normal, rongga perut mengandung
suatu jumlah yang sangat kecil cairan yang mampu melawan infeksi
dengan baik, dan bakteri-bakteri yang masuk ke perut (biasanya dari usus)
dibunuh atau menemukan jalan mereka kedalam vena portal dan ke hati
dimana mereka dibunuh. Pada sirosis, cairan yang mengumpul didalam
perut tidak mampu untuk melawan infeksi secara normal. Sebagai
tambahan, lebih banyak bakteri-bakteri menemukan jalan mereka dari usus
kedalam ascites. Oleh karenanya, infeksi didalam perut dan ascites,
dirujuk sebagai spontaneous bacterial peritonitis atau SBP, kemungkinan
terjadi. SBP adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa. Beberapa
pasien-pasien dengan SBP tdak mempunyai gejala-gejala, dimana yang
lainnya mempunyai demam, kedinginan, sakit perut dan kelembutan perut,
diare, dan memburuknya ascites.
3. Perdarahan dari Varises-Varises Kerongkongan (Oesophageal Varices)
Pada sirosis hati, jaringan parut menghalangi aliran darah yang kembali ke
jantung dari usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam vena portal
(hipertensi portal). Ketika tekanan dalam vena portal menjadi cukup
tinggi, ia menyebabkan darah mengalir di sekitar hati melalui vena-vena
dengan tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung. Vena-vena
yang paling umum yang dilalui darah untuk membypass hati adalah vena-
vena yang melapisi bagian bawah dari kerongkongan (esophagus) dan
39
bagian atas dari lambung. Sebagai suatu akibat dari aliran darah yang
meningkat dan peningkatan tekanan yang diakibatkannya, vena-vena pada
kerongkongan yang lebih bawah dan lambung bagian atas mengembang
dan mereka dirujuk sebagai esophageal dan gastric varices; lebih tinggi
tekanan portal, lebih besar varices-varices dan lebih mungkin seorang
pasien mendapat perdarahan dari varices-varices kedalam kerongkongan
(esophagus) atau lambung. Perdarahan juga mungkin terjadi dari varices-
varices yang terbentuk dimana saja didalam usus-usus, contohnya, usus
besar (kolon), namun ini adalah jarang. Untuk sebab-sebab yang belum
diketahui, pasien-pasien yang diopname karena perdarahan yang secara
aktif dari varices-varices kerongkongan mempunyai suatu risiko yang
tinggi mengembangkan spontaneous bacterial peritonitis.
4. Hepatic encephalopathy
Beberapa protein-protein dalam makanan yang terlepas dari pencernaan
dan penyerapan digunakan oleh bakteri-bakteri yang secara normal hadir
dalam usus. Ketika menggunakan protein untuk tujuan-tujuan mereka
sendiri, bakteri-bakteri membuat unsur-unsur yang mereka lepaskan
kedalam usus. Unsur-unsur ini kemudian dapat diserap kedalam tubuh.
Beberapa dari unsur-unsur ini, contohnya, ammonia, dapat mempunyai
efek-efek beracun pada otak. Biasanya, unsur-unsur beracun ini diangkut
dari usus didalam vena portal ke hati dimana mereka dikeluarkan dari
darah dan di-detoksifikasi (dihilangkan racunnya). Ketika unsur-unsur
beracun berakumulasi secara cukup dalam darah, fungsi dari otak
terganggu, suatu kondisi yang disebut hepatic encephalopathy. Tidur
waktu siang hari daripada pada malam hari (kebalikkan dari pola tidur
yang normal) adalah diantara gejala-gejala paling dini dari hepatic
encephalopathy. Gejala-gejala lain termasuk sifat lekas marah,
ketidakmampuan untuk konsentrasi atau melakukan perhitungan-
perhitungan, kehilangan memori, kebingungan, atau tingkat-tingkat
kesadaran yang tertekan. Akhirnya, hepatic encephalopathy yang
parah/berat menyebabkan koma dan kematian.
40
5. Hepatorenal syndrome
Pasien-pasien dengan sirosis yang memburuk dapat mengembangkan
hepatorenal syndrome. Sindrom ini adalah suatu komplikasi yang serius
dimana fungsi dari ginjal-ginjal berkurang. Itu adalah suatu persoalan
fungsi dalam ginjal-ginjal, yaitu, tidak ada kerusakn fisik pada ginjal-
ginjal. Sebagai gantinya, fungsi yang berkurang disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam cara darah mengalir melalui ginjal-ginjalnya.
Hepatorenal syndrome didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari
ginjal-ginjal untuk membersihkan unsur-unsur dari darah dan
menghasilkan jumlah-jumlah urin yang memadai walaupun beberapa
fungsi-fungsi penting lain dari ginjal-ginjal, seperti penahanan garam,
dipelihara/dipertahankan.
6. Hepatopulmonary syndrome
Jarang, beberapa pasien-pasien dengan sirosis yang berlanjut dapat
mengembangkan hepatopulmonary syndrome. Pasien-pasien ini dapat
mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang
dilepas pada sirosis yang telah berlanjut menyebabkan paru-paru berfungsi
secara abnormal. Persoalan dasar dalam paru adalah bahwa tidak cukup
darah mengalir melalui pembuluh-pembuluh darah kecil dalam paru-paru
yang berhubungan dengan alveoli (kantung-kantung udara) dari paru-paru.
Darah yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak
dapat mengambil cukup oksigen dari udara didalam alveoli. Sebagai
akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama dengan pengerahan
tenaga.
7. Hyperspleenism
Limpa (spleen) secara normal bertindak sebagai suatu saringan (filter)
untuk mengeluarkan/menghilangkan sel-sel darah merah, sel-sel darah
putih, dan platelet-platelet (partikel-partikel kecil yang penting uktuk
pembekuan darah) yang lebih tua. Darah yang mengalir dari limpa
bergabung dengan darah dalam vena portal dari usus-usus. Ketika tekanan
dalam vena portal naik pada sirosis, ia bertambah menghalangi aliran
41
darah dari limpa. Darah tersendat dan berakumulasi dalam limpa, dan
limpa membengkak dalam ukurannya, suatu kondisi yang dirujuk sebagai
splenomegaly. Adakalanya, limpa begitu bengkaknya sehingga ia
menyebabkan sakit perut. Ketika limpa membesar, ia menyaring keluar
lebih banyak dan lebih banyak sel-sel darah dan platelet-platelet hingga
jumlah-jumlah mereka dalam darah berkurang. Hypersplenism adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini, dan itu
behubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang rendah (anemia),
jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah
platelet yang rendah (thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan
kelemahan, leucopenia dapat menjurus pada infeksi-infeksi, dan
thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah dan berakibat
pada perdarahan yang diperpanjang (lama).
8. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja meningkatkan risiko
kanker hati utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer)
merujuk pada fakta bahwa tumor berasal dari hati. Suatu kanker hati
sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam tubuh dan
menyebar (metastasizes) ke hati.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Raymon T. Chung, Daniel K. Podolsky. Cirrhosis and its complication. In:

Kasper DL et.al, eds. Harrison's Principles of Internal Medicine. 16th

Edition. USA : Mc-Graw Hill; 2011. p. 1858-62

2. Siti Nurdjanah. Sirosis Hepatis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi

I,Simadibrata MK, Setiati S (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 5th

ed.Jakarta; Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Indonesia.2009. Page 668-673.

3. Guyton AC, Hall JE. The liver as an organ. In Textbook of medical

physiology. 11th ed.: Elsevier; 2006. p. 859-64.

4. Don C. Rockey, Scott L. Friedman. 2006. Hepatic Fibrosis And

Cirrhosis.http://www.eu.elsevierhealth.com/media/us/samplechapters/9781

416032588/9781416032588.pdf. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2016.

5. Setiawan, Poernomo Budi. Sirosis hati. In: Askandar Tjokroprawiro,

Poernomo Boedi Setiawan, et al. Buku Ajar Penyakit Dalam, Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga. 2007. Page 129-136.

43

Anda mungkin juga menyukai