Anda di halaman 1dari 17

STANDAR PERAWATAN MEDIS DENGAN SELF CARE PASIEN

RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS

Handi Wirawan1, Prastuti Soewondo, SE, MPH, Ph.D2


1
Mahasiswa Magister Kajian Administasi Rumah Sakit, Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat,
Universitas Indonesia. Email: handi.wirawan@ui.ac.id.
ABSTRAK

Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang


akan disandang seumur hidup. Pengelolaan penyakit DM memerlukan peran
serta dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain. Berdasarkan hal
tersebut Diabetes melitus (DM), membutuhkan awareness, self care dan
kolaborasi dari semua petugas kesehatan. Adanya awareness, self care dan
kolaborasi petugas kesehatan akan pentingnya melakukan pelayanan dua arah
pada pasien diabetes mellitus menjadi daya dukung dalam program
pengendalian kasus DM sesuai standar perawatan medis atau standard
medical care.
Tujuan: Untuk mengetahui standar perawatan medis dengan self care pasien
rawat jalan diabetes mellitus.
Metode: Sebuah tinjauan sistematika melalui review artikel untuk mengetahui
standar perawatan medis dengan self care pasien rawat jalan diabetes mellitus.
Kriteria inklusi artikel yang digunakan adalah self care pasien rawat jalan
diabetes mellitus, sedangkan kriteria eksklusi adalah artikel yang abstrak,
artikel yang tidak menggunakan bahasa inggris dan artikel yang ditampilkan
tidak full text. Pencarian artikel terbatas hanya untuk artikel dengan bahasa
inggris yang diakses dari pencarian internet dari database yaitu: NCBI dan
Knowledge E dengan kata kunci standar perawatan medis, self care, diabetes
mellitus.
Hasil: Self care atau perawatan diri pada penyakit diabetes merupakan
serangkaian keterampilan yang sangat penting untuk meningkatkan efektivitas
self management pada diabetes dengan awareness atau kesadaran dari pasien
itu sendiri serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan. Perawat mengatasi
masalah kolaboratif baik antar tenaga kesehatan maupun pasien dengan
menggunakan ketentuan dokter dan intervensi yang ditentukan, keperawatan
untuk meminimalkan komplikasi dari kejadian tersebut.

Kata Kunci: Standar perawatan medis, diabetes mellitus, self care

PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan faktor risiko penting untuk

perkembangan tuberculosis (TB) aktif. Diabetes melitus adalah penyakit yang

tidak menular yang menyebabkan penderitanya memiliki kemungkinan 3 kali

lebih tinggi untuk menderita TB aktif. Diabetes mellitus (DM) merupakan salah

satu faktor risiko paling penting dalam terjadinya perburukan TB. Adanya

hubungan antara DM dengan TB dimana DM merupakan salah satu faktor

risiko terjadinya perburukan TB, namun sampai sekarang masih sulit untuk

ditentukan apakah DM yang mendahului TB atau TB yang menimbulkan

manifestasi klinis DM.1

Jumlah kasus DM di seluruh dunia per regional di tahun 2015 adalah

rentang usia 20-79 tahun. Kasus terbanyak adalah Pasifik Barat dengan jumlah

153, 2 juta jiwa, Eropa 59,8 juta jiwa, Amerika Utara dan Kariba 44,3 juta jiwa,

Timur tengah dan Afria 35,4 juta, Amerika Selatan dan Tengah 29,6 juta jiwa,

Afrika 14,2 juta jiwa.2 Sedangkan menurut hasil Survei kesehatan nasional

2013 dan International Diabetes Foundation (IDF) 2015, diperkirakan jumlah

penyandang DM di Indonesia sebanyak sekitar 9,1 juta orang. Kasus DM di

Indonesia sendiri pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai angka 21,3 juta

orang. Berdasarkan Riset kesehatan dasar pada tahun 2013, baru sekitar 30%

dari penderita DM yang terdiagnosis di Indonesia.3

Penelitian yang dilakukan oleh Ruminah menunjukkan bahwa pelayanan

TB dan DM dilakukan secara terpisah, sebagian besar tenaga kesehatan tidak

mengetahui program kolaborasi pengendalian TB-DM serta pedoman

pelaksanaan kolaborasi pengendalian TB-DM belum tersedia.4 Program

kolaborasi pengendalian DM mempunyai peluang untuk dilaksanakan di


fasilitas kesehatan terutama rumah sakit, namun masih membutuhkan

dukungan dari stakeholder salah satunya kegiatan sosialisasi maupun

pelatihan.

DM merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur hidup.

Pengelolaan penyakit DM memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi,

dan tenaga kesehatan lain.5 Oleh karena itu Diabetes melitus (DM), maka akan

membutuhkan awareness, self care dan kolaborasi dari semua petugas

kesehatan. Adanya awareness, self care dan kolaborasi petugas kesehatan

akan pentingnya melakukan pelayanan dua arah pada pasien diabetes mellitus

menjadi daya dukung dalam program pengendalian kasus DM sesuai standar

perawatan medis atau standard medical care. Standar Medical Care menurut

American Diabetes Association yang paling utama adalah meningkatkan

koordinasi antara tenaga kesehatan sebagai transisi pasien melalui kolaborasi

dalam pengendalian DM.6

Studi sistematis tentang awareness pencegahan dan penanggulangan

penyakit DM masih sedikit, baik di kalangan pembuat kebijakan, masyarakat

umum, atau penderita DM. Pemahaman petugas kesehatan berada pada lini

terdepan sangat diharapkan untuk selalu memberikan pelaksanaan

pengendalian dan penanggulanagn DM.5 Kurangnya pemahaman di kalangan

profesional kesehatan dan kesigapan dikarenakan kurangnya pelatihan yang

tepat bagi tenaga kesehatan sering menyebabkan tertundanya diagnosis.

Beberapa tindakan yang harus dilakukan yaitu meningkatkan pemahaman dan

kesigapan menangani kasus DM di daerah dengan tingkat insiden tinggi.

Pengembangan tenaga kerja profesional kesehatan di perawatan primer dan


sekunder melalui pelatihan dasar dan pascasarjana dan pengembangan

profesional berkelanjutan diharapkan menambah pengalaman dan kompetensi

tenaga kesehatan.7

Pemangku kepentingan utama untuk keberhasilan penerapan layanan

kesehatan terpadu adalah petugas kesehatan. Memahami kepentingan

pemangku kepentingan sangat penting untuk menghindari perlawanan terhadap

integrasi layanan kesehatan. Keterlibatan petugas kesehatan dalam

pengambilan keputusan dapat menciptakan rasa memiliki dan menerima

perubahan. Oleh karena itu, sikap positif yang diamati di antara petugas

kesehatan terhadap integrasi layanan DM dapat mengindikasikan awareness,

self care dan kolaborasi untuk memberikan layanan DM terpadu di masa

depan.8

Awareness pada petugas kesehatan dan pasien tergantung pada usia,

jenis kelamin, ketersediaan asuransi kesehatan dan cakupannya. 9 Dokter yang

bekerja di rumah sakit diharapkan mendapat informasi yang lebih baik.

Disarankan bahwa dokter yang memiliki pengalaman yang cukup, kemauan

untuk dilatih tergantung pada usia. Dokter yang memiliki rekam medis elektronik

dan riwayat medis keluarga pasien mereka terlihat lebih mungkin untuk

menerima program kesehatan. Tingkat kepercayaan seseorang juga

berpengaruh terhadap awareness baik pasien maupun tenaga kesehatan.

Perawatan diri (self care) dan pengendalian DM hanya mungkin berjalan

baik bila terdapat kolaborasi yang harmoni antara penentu kebijakan, pemberi

layanan kesehatan, akademisi serta didukung partisipasi aktif dari masyarakat.

Keberhasilan kolaborasi tata laksana dan pengendalian DM dapat menjadi


salah satu contoh kolaborasi yang harmonis antara penanganan penyakit

menular dan tidak menular. Oleh karena itu partisipasi petugas kesehatan

sebagai akademisi dan pemberi layanan kesehatan sangat diperlukan untuk

keberhasilan kolaborasi.10 Oleh karena perawat sebagai tenaga kesehatan di

rumah sakit harus memiliki awareness, pengetahuan dan keterampilan dalam

kolaborasi yang bagus terkait dengan DM. Berdasarkan penjelasan di atas

maka penting diketahui bagaimana awareness, self care dan kolaborasi

penatalaksanaan petugas kesehatan dalam menangani permasalahan DM.

METODE

Sebuah tinjauan sistematika melalui review artikel untuk mengetahui

standar perawatan medis dengan self care pasien rawat jalan diabetes mellitus.

Kriteria inklusi artikel yang digunakan adalah self care pasien rawat jalan

diabetes mellitus, sedangkan kriteria eksklusi adalah artikel yang abstrak,

artikel yang tidak menggunakan bahasa inggris dan artikel yang ditampilkan

tidak full text. Pencarian artikel terbatas hanya untuk artikel dengan bahasa

inggris yang diakses dari pencarian internet dari database yaitu: NCBI dan

Knowledge E dengan kata kunci standar perawatan medis, self care, diabetes

mellitus. Artikel yang memenuhi kriteria inklusi dikumpulkan dan diperiksa

secara sistematis. Pencarian literature yang dipublikasikan dari tahun 2008

sampai dengan 2018. Proses pencarian mendapatkan 5 artikel yang memenuhi

syarat kriteria inklusi dan eksklusi.

HASIL
Berdasarkan hasil pencarian didapatkan 14 artikel yang dianggap sesuai

dengan tujuan sistematika review ini dan kemudian dijadikan satu kemudian

dilakukan screening apakah judul pada artikel tersebut ada yang sama atau

tidak. Setelah dilakukan screening didapatkan ada 7 artikel yang judulnya

sama, dari 7 artikel ini kemudian di screening sesuai dengan kriteria inkulsi dan

ekslusi didapatkan 5 artikel untuk selanjutnya dilakukan review. Adapaun

strategi pencarian literature tadi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Startegi pencarian literature

Pencarian NCBI Knowledge E


Hasil 11 2

Fulltext, pdf, 2008-2018 11

Judul yang sesuai 5

Sesuai kriteria 5

Hasil 5

Penelitian yang layak terdiri dari beberapa studi yang dilakukan diberbagai

negara. Analisa dari 5 artikel itu menunjukkan bahwa 3 urnal dengan desain

quantitative, 1 jurnal desain qualitative dan 1 jurnal Descriptive study. Setelah

dilakukan pengkajian kualitas studi dari 5 artikel dapat dikategorikan baik

selanjutnya dilakukan ekstraksi data. Ekstraksi data ini dilakukan dengan

mengalisa data berdasarkan nama penulis, judul, tujuan, metode penelitian dan

hasil yaitu pengelompokan data-data penting pada artikel. Adapun hasil

ekstraksi data dapat dilihat pada tabel 2.


Nama
No. Tahun Judul penelitian Jurnal Tujuan Metode Hasil
peneliti
1. Kichko 2016 Awareness, Journal Untuk mengumpulkan Survey dengan Awareness pada petugas kesehatan
Acceptance, Use Personalize data yang metode statistik dan pasien tergantung pada usia, jenis
and Preconditions d komprehensif tentang deskriptif dan non- kelamin, ketersediaan asuransi
for the Wide Meddicine masyarakat dan dokter parametrik. kesehatan dan cakupannya. Dokter
Implementation mengenai kesadaran, yang bekerja di rumah sakit diharapkan
into the Medical penerimaan dan mendapat informasi yang lebih baik.
Standard penggunaan Disarankan bahwa dokter yang memiliki
Personalised Medicine pengalaman yang cukup, kemauan
(PM). untuk dilatih tergantung pada usia.
Dokter yang memiliki rekam medis
elektronik dan riwayat medis keluarga
pasien mereka terlihat lebih mungkin
untuk menerima program kesehatan.
Tingkat kepercayaan seseorang juga
berpengaruh terhadap awareness baik
pasien maupun tenaga kesehatan.
2. Lin et.al. 2015 Screening For Journal Untuk mengetahui Quantitative Petugas kesehatan memiliki awareness
Pulmonary BMC Public skrining untuk TB paru dalam melakukan upaya pencegahan
Tuberculosis In Health pada tipe 2 dan pengendalian TB-DM. Petugas
Type 2 Diabetes diabetes lansia: studi kesehatan memahami bahwa ada
Elderly: A Cross- cross-sectional di a perbedaan program dulu dan sekarang,
Sectional Study In rumah sakit komunitas sehingga mereka tertarik untuk
A Community meningkatkan pengetahuan dan
Hospital keterampilan. Dahulu penyakit TB
hanya dilakukan skrining TB saja,
sekarang dilakukan skrining dua arah
yaitu skrining DM, begitu juga penyakit
DM pasien yang memiliki gejala TB
dilakukan skrining TB. Screening aktif
sangat membantu dalam mendeteksi
TB pulmonal pada pasien lanjut usia
Nama
No. Tahun Judul penelitian Jurnal Tujuan Metode Hasil
peneliti
dengan riwayat DM
3. Shrivastav 2013 Role Of Self-Care Journal of Untuk mengetahui Quantitative Untuk mencegah morbiditas dan
a et al. In Management Diabetes & peran perawatan diri deskriptive mortalitas terkait diabetes, ada adalah
Of Diabetes Metabolic dalam manajemen kebutuhan besar akan perilaku
Mellitus Disorders. diabetes perawatan diri yang berdedikasidi
mellitus. banyak domain, termasuk pilihan
makanan, aktivitas fisik,
asupan obat yang tepat dan
pemantauan glukosa darah
dari pasien.
4. Prakash 2012 Tuberculosis- Journal Untuk mengetahui Descriptive study Penapisan dua arah untuk DM dan TB
Diabetes Mellitus Public skrining dua arah TB- layak dilakukan dan menghasilkan hasil
Bidirectional Health diabetes mellitus yang tinggi untuk DM di antara pasien
Screening At A Action di pusat perawatan TB. Hasil TB di antara pasien DM
Tertiary Care tersier, India Selatan. rendah dan membutuhkan penelitian di
Centre, South masa depan menggunakan alat
India diagnostik TB baru yang ditingkatkan
25% hingga 44% .
5. Workneh, 2016 Assessment Of BMC Untuk mengetahui Qualitative Tema utama yang diidentifikasi adalah:
M.H, Bjune Health System Health penilaian tantangan 1. Tidak tersedianya sistem untuk
G.A dan Challenges And Services sistem kesehatan kelangsungan perawatan DM.
Yimer S.A Opportunities For Research dan peluang untuk 2. Pengetahuan dan keterampilan
Possible kemungkinan integrasi yang tidak memadai dari petugas
Integration Of diabetes mellitus dan kesehatan.
Diabetes Mellitus TBC 3. Sering kehabisan stok persediaan
And Tuberculosis layanan di Wilayah DM.
Services In Amhara Tenggara. 4. Ketidakmampuan pasien untuk
South-Eastern membayar layanan DM.
Amhara Region, 5. Manajemen data DM yang buruk.
Ethiopia: A 6. Kurang memperhatikan perawatan
Qualitative Study. DM.
Nama
No. Tahun Judul penelitian Jurnal Tujuan Metode Hasil
peneliti
7. Kehadiran program pengendalian
TB yang mapan sampai ke tingkat
komunitas.
8. Tingkat ketertarikan dan kesiapan
yang tinggi di kalangan petugas
kesehatan, manajer program dan
pemimpin di tingkat sistem
pemberian perawatan kesehatan
PEMBAHASAN

Standar perawatan medis dengan self care pasien rawat jalan diabetes

mellitus yang merujuk pada self care, awareness dan kolaborasi petugas

kesehatan dan review 5 jurnal yang sesuai dengan judul dan pemasalahan

penelitian ini. Diabetes adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa

darah di atas normal. Dimana kadar glukosa darah diatur tingkatannya oleh

hormone insulin yang diproduksi oleh pancreas. Penyakit diabetes merupakan

golongan penyakit kronis akibat gangguan system metabolism tubuh. 11

Penyakit diabetes dapat menyerang siapa saja, tua muda, kaya miskin, atau

kurus gemuk. Penyakit diabetes tidak dapat disembuhkan, namun dapat

dicegah dengan perubahan gaya hidup serta perawatan diri (self care).

Self care merupakan suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan

dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna

mempertahankan kesehatan, kehidupan dan kesejahteraannya sesuai keadaan

baik sehat maupun sakit.12 Self care pada penyakit diabetes merupakan

serangkaian keterampilan yang sangat penting untuk meningkatkan efektivitas

self management pada diabetes dengan awareness atau kesadaran dari pasien

itu sendiri serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan. Keterampilan yang

dilakukan dalam perawatan diri (self care) diantaranya meliputi pengaturan pola

makan (diet), latihan fisik (olahraga), pemantauan kadar gula darah, minum oba

secara teratur, pemecahan maslaah menuurunkan komplikasi dan healthy

coping. Self care diabetes menambahkan komponen perawatan kaki secara

teratur karena termasuk perilaku sehat diharapkan dilaksanakan oleh pasien

diabetes dengan tujuan untuk mengurangi dan mendeteksi dini kelainan kaki
risiko tinggi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan upaya awareness dan

kolaborasi petugas kesehatan dengan pasien diabetes mellitus.

Awareness dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hal yang

dirasakan atau dialami oleh seseorang. Awareness sebagai kepemilikan

pengetahuan atau menjadi sadar akan seseorang, situasi atau sesuatu.

Awareness biasanya muncul dari diri sendiri atau dorongan dari luar.

Awareness dari dalam diri sendiri muncul karena keinginan atau juga

kebutuhan. Awareness dari luar dapat dimunculkan karena adanya faktor

pemicu yang sengaja dibuat oleh orang lain atau kondisi tertentu yang

membuat individu memiliki awareness.13

Teori Carl Gustav Jung mengemukakan bahwa awareness terdiri dari 3

sistem yang saling berhubungan yaitu ego, ketidaksadaran pribadi (personal

unconsciousness) dan ketidaksadaran kolektif (collective unconscious).

Awareness tersebut dijelaskan sebagai berikut13: Ego merupakan jiwa sadar

yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar. Ego

merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya.

a. Ketikasadaran pribadi merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego,

yang terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi

dilupakan dan diabaikan dengan cara repression atau suppression.

b. Ketidaksadaran kolektif merupakan gudang bekas ingatan yang

diwariskan darimasa lampau leluhur seseorang yang tidak hanya meliputi

sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi juga leluhur

pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Terdiri dari beberapa

Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran


universal yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Macam-macam awareness:

a. Awareness pasif adalah awareness dimana seorang individu bersikap

menerima segala stimulus yang di berikan pada saat itu, baik stimulus

internal maupun ekstrenal.

b. Awareness aktif adalah kondisi dimana sesorang menitikberatkan pada

inisiatif dan mencari dan dapat menyeleksi stimulus-stimulus yang

diberikan.

Hasil penelitian Lin menjelaskan bahwa petugas kesehatan memiliki

awareness dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian TB-DM.

Petugas kesehatan memahami bahwa ada perbedaan program dulu dan

sekarang, sehingga mereka tertarik untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan.14 Dahulu penyakit TB hanya dilakukan skrining TB saja, sekarang

dilakukan skrining dua arah yaitu skrining DM, begitu juga penyakit DM pasien

yang memiliki gejala TB dilakukan skrining TB. Screening aktif sangat

membantu dalam mendeteksi TB pulmonal pada pasien lanjut usia dengan

riwayat.

Hal tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Prakash skrining dua

arah untuk DM dan TB adalah layak, dengan hasil DM yang tinggi di antara

pasien TB.15 Screening pasien TB untuk DM bisa menjadi alat yang efisien

untuk manajemen program TB-DM co-morbiditas. Pemahaman petugas

kesehatan dikalangan professional kesehatan diharapkan dapat meningkatkan

pelaksanaan TB-DM. Hal tersebut menjelaskan bahwa penanganan DM harus


lebih baik dengan adanya pengalaman sebelumnya meskipun bukan TB-DM

namun TB-HIV.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Workneh menunjukkan beberapa hasil

penelitian yaitu selama proses perawatan pasien terdapat beberapa kendala yang

ditimbul diantaranya tidak tersedianya sistem untuk kelangsungan perawatan DM,

pengetahuan dan keterampilan yang tidak memadai dari petugas kesehatan, Sering

kehabisan stok persediaan DM, ketidakmampuan pasien untuk membayar layanan

DM, manajemen data DM yang buruk, kurang memperhatikan perawatan DM.

Sedangkan upaya yang dilakukan adalah dengan kehadiran program pengendalian TB

yang mapan sampai ke tingkat komunitas dan tingkat ketertarikan dan kesiapan yang

tinggi di kalangan petugas kesehatan, manajer program dan pemimpin di tingkat

sistem memberikan perawatan kesehatan sesuai standar perawatan DM. 8

Sejalan dengan penelitian tersebut, hasil penelitian Shrivastava et al.

menunjukkan bahwa dalam upaya pencegahan morbiditas dan mortalitas terkait

diabetes ada kebutuhan besar akan perilaku perawatan diri yang berdedikasidi

banyak bidang, termasuk pilihan makanan, aktivitas fisik, asupan obat yang

tepat dan pemantauan glukosa darah dari pasien.16 Tentunya tidak hanya

perawatan diri dengan fokus awareness dalam setiap proses perawatan pasien

membutuhkan bantuan dari tenaga kesehatan atau disebut kolaborasi tenaga

kesehatan.

Tujuan kolaborasi tuberculosis dan diabetes mellitus (TB-DM) adalah

penurunan beban pasien TB pada penyandang DM dan menurunkan beban DM

pada pasien TB melalui sistim jejaring dan kemitraan. Kegiatan kolaborasi TB-

DM Kegiatan TB DM dilaksanakan dengan mengacu pada penanggulangan TB

dan DM yang berlaku saat ini meliputi:


a. Perencanaan bersama antara program TB dan DM dalam menetapkan

peran dan tanggung jawab masing- masing program ditingkat pusat dan

daerah termasuk layanan kesehatan.

b. Surveilans dilakukan dengan menggunakan data rutin yang didapat dari

layanan yang sudah melaksanakan kegiatan kolaborasi TB-DM baik dari

layanan TB dan DM, maupun survey dan sentinel.

c. Penanganan pasien TB dan penyandang DM secara terpadu di dalam

fasilitas pelayanan kesehatan maupun antara fasilitas pelayanan kesehatan

dengan faslitas kesehatan lainnya.

d. KIE tentang TB-DM

e. Menerapkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.

f. Monitoring dan evaluasi dengan melibatkan kolaborasi kedua program

g. Supervisi kegiatan TB-DM secara terpadu oleh kedua program.17

Petugas kesehatan melakukan tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan

lain dalam upaya penyembuhan serta pemulihan kesehatan pasien. Sehingga

upaya dalam peningkatan kualitas pelayanan keperawatan terwujud. Sifat

hubungan antar petugas kesehatan menentukan kualitas dalam melakukan

kolaborasi. Efektifitas kolaborasi membutuhkan mutual respek baik setuju atau

ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi.18 Hubungan kemitraan yang

merupakan landasan dalam interaksi pada pemberi pelayanan kesehatan

merupakan usaha yang baik bagi pasien dalam mencapai upaya peyembuhan

dan memperbaiki kualitas hidup pasien.

Perawat mengatasi masalah kolaboratif baik antar tenaga kesehatan

maupun pasien dengan menggunakan ketentuan dokter dan intervensi yang


ditentukan, keperawatan untuk meminimalkan komplikasi dari kejadian tersebut.

Intervensi keperawatan diklasifikasikan sebagai ditentukan perawat dan

ditentukan dokter.19 Intervensi yang ditentukan perawat adalah intervensi

dimana perawat tersebut secara legal menentukan bagi staf keperawatan untuk

mengimplementasikannya. Intervensi yang ditentukan perawat mengatasi,

mencegah, dan memantau masalah kolaboratif. Intervensi yang ditentukan

dokter menunjukkan tindakan untuk masalah kolaboratif dimana perawat

melaksanakanya dan mengaturnya. Masalah kolaboratif memerlukan baik

intervensi yang ditentukan perawat maupun intervensi yang ditentukan dokter.

KESIMPULAN

Self care atau perawatan diri pada penyakit diabetes merupakan

serangkaian keterampilan yang sangat penting untuk meningkatkan efektivitas

self management pada diabetes dengan awareness atau kesadaran dari pasien

itu sendiri serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan. Perawat mengatasi

masalah kolaboratif baik antar tenaga kesehatan maupun pasien dengan

menggunakan ketentuan dokter dan intervensi yang ditentukan, keperawatan

untuk meminimalkan komplikasi dari kejadian tersebut.

IMPLIKASI

Rumah Sakit lebih memperhatikan intervensi yang ditentukan perawat

dengan mengatasi, mencegah, dan memantau masalah kolaboratif antara

tenaga kesehatan dan pasien diabetes mellitus. Perawat mengatasi masalah

kolaboratif baik antar tenaga kesehatan maupun pasien dengan menggunakan


ketentuan dokter dan intervensi yang ditentukan, keperawatan untuk

meminimalkan komplikasi dari kejadian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Prayogi, N.A. 2015. Management of Pulmonary Tuberculosis with Diabetes
Mellitus on 52 Years Olda Male Patient. Journal Agromed Unila, Volume 2,
Nomor 1, Februari 2015.
2. WHO. 2015. Collaborative Framework for Care and Control of Tuberulosis
and Diabetes. World Health Organization.
3. Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS.
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
4. Ruminah. (2016). Persepsi dan Kesiapan Puskesmas dalam Pelaksanaan
Program Kolaborasi Pengendalian Tuberculosis dan Diabetes Mellitus di
Kabupaten Klaten Tahun 2016. Tesis. Universitas Gadjah Mada.
5. PERKENI dan WDF. 2013. Detekis Dini dan Penatalaksanaan Tuberkulosis
dan Diabetes Mellitus Terintegrasi. Depertemen Ilmu Kedokteran
Komunitas FKUI dan PERKENI.
6. American Diabetes Association. 2016. Standards of Medical Care in
Diabetes.
7. PHE. 2015. Collaborative Tuberculosis Strategy for England 2015 to 2020.
Publict Health England.
8. Workneh, M.H, Bjune G.A dan Yimer S.A. 2016. Assessment Of Health
System Challenges And Opportunities For Possible Integration Of Diabetes
Mellitus And Tuberculosis Services In South-Eastern Amhara Region,
Ethiopia: A Qualitative Study. BMC Health Services Research, (2016) 16:13
9. Kichko. 2016. Awareness, Acceptance, Use and Preconditions for the Wide
Implementation into the Medical Standard. Journal Personalized
Meddicine., 6, 15.
10. Ujainah, A. 2017. Kolaborasi Tata Laksana dan Pengendalian Tuberkulosis
dan Deiabetes Melitus. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, Vol 2, No 1
(2015).
11. Wahdah, N. 2011. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multi
Press.
12. Suhanda dkk. 2016. Gambaran Tingkat Self Care pada Pasien Rawat Jalan
Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat. Prosiding
Pendidikan Dokter.
13. Hermawanti, Sri. 2013. Pengaruh Gender, Tingkat Pendidikan Dan Usia
Terhadapat Awareness Berasuransi pada Masyarakat Indonesia. Jurnal
Asuransi dan Manajemen Risiko. Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko
Volume 1 Nomor 1 Februari.
14. Lin et.al. 2015. Screening For Pulmonary Tuberculosis In Type 2 Diabetes
Elderly: A Cross-Sectional Study In A Community Hospital. Journal BMC
Public Health, 2015, 15:3.
15. Prakash. 2012. Tuberculosis-Diabetes Mellitus Bidirectional Screening At A
Tertiary Care Centre, South India. Journal Public Health Action, Vol 3
Supplement 1 Published 4 November 2013.
16. Shrivastava et al. 2013. Role Of Self-Care In Management Of Diabetes
Mellitus. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders.
17. Kemenkes. 2015. Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB DM di Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
18. Anggarawati dan Sari. 2016. Kepentingan Bersama Perawat-Dokter
Dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, Volume 12, Nomor 1, Februari 2016.
19. Paramita, 2014. Praktek Kolaborasi Dokter-Perawat Terhadap Kepuasan
Kerja Dokter Umum Di RSUD Nganjuk. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai