PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan faktor risiko penting untuk
lebih tinggi untuk menderita TB aktif. Diabetes mellitus (DM) merupakan salah
satu faktor risiko paling penting dalam terjadinya perburukan TB. Adanya
risiko terjadinya perburukan TB, namun sampai sekarang masih sulit untuk
rentang usia 20-79 tahun. Kasus terbanyak adalah Pasifik Barat dengan jumlah
153, 2 juta jiwa, Eropa 59,8 juta jiwa, Amerika Utara dan Kariba 44,3 juta jiwa,
Timur tengah dan Afria 35,4 juta, Amerika Selatan dan Tengah 29,6 juta jiwa,
Afrika 14,2 juta jiwa.2 Sedangkan menurut hasil Survei kesehatan nasional
Indonesia sendiri pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai angka 21,3 juta
orang. Berdasarkan Riset kesehatan dasar pada tahun 2013, baru sekitar 30%
pelatihan.
dan tenaga kesehatan lain.5 Oleh karena itu Diabetes melitus (DM), maka akan
akan pentingnya melakukan pelayanan dua arah pada pasien diabetes mellitus
perawatan medis atau standard medical care. Standar Medical Care menurut
umum, atau penderita DM. Pemahaman petugas kesehatan berada pada lini
tenaga kesehatan.7
perubahan. Oleh karena itu, sikap positif yang diamati di antara petugas
depan.8
untuk dilatih tergantung pada usia. Dokter yang memiliki rekam medis elektronik
dan riwayat medis keluarga pasien mereka terlihat lebih mungkin untuk
baik bila terdapat kolaborasi yang harmoni antara penentu kebijakan, pemberi
menular dan tidak menular. Oleh karena itu partisipasi petugas kesehatan
METODE
standar perawatan medis dengan self care pasien rawat jalan diabetes mellitus.
Kriteria inklusi artikel yang digunakan adalah self care pasien rawat jalan
artikel yang tidak menggunakan bahasa inggris dan artikel yang ditampilkan
tidak full text. Pencarian artikel terbatas hanya untuk artikel dengan bahasa
inggris yang diakses dari pencarian internet dari database yaitu: NCBI dan
Knowledge E dengan kata kunci standar perawatan medis, self care, diabetes
HASIL
Berdasarkan hasil pencarian didapatkan 14 artikel yang dianggap sesuai
dengan tujuan sistematika review ini dan kemudian dijadikan satu kemudian
dilakukan screening apakah judul pada artikel tersebut ada yang sama atau
sama, dari 7 artikel ini kemudian di screening sesuai dengan kriteria inkulsi dan
Sesuai kriteria 5
Hasil 5
Penelitian yang layak terdiri dari beberapa studi yang dilakukan diberbagai
negara. Analisa dari 5 artikel itu menunjukkan bahwa 3 urnal dengan desain
mengalisa data berdasarkan nama penulis, judul, tujuan, metode penelitian dan
Standar perawatan medis dengan self care pasien rawat jalan diabetes
mellitus yang merujuk pada self care, awareness dan kolaborasi petugas
kesehatan dan review 5 jurnal yang sesuai dengan judul dan pemasalahan
darah di atas normal. Dimana kadar glukosa darah diatur tingkatannya oleh
Penyakit diabetes dapat menyerang siapa saja, tua muda, kaya miskin, atau
dicegah dengan perubahan gaya hidup serta perawatan diri (self care).
baik sehat maupun sakit.12 Self care pada penyakit diabetes merupakan
self management pada diabetes dengan awareness atau kesadaran dari pasien
dilakukan dalam perawatan diri (self care) diantaranya meliputi pengaturan pola
makan (diet), latihan fisik (olahraga), pemantauan kadar gula darah, minum oba
diabetes dengan tujuan untuk mengurangi dan mendeteksi dini kelainan kaki
risiko tinggi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan upaya awareness dan
Awareness biasanya muncul dari diri sendiri atau dorongan dari luar.
Awareness dari dalam diri sendiri muncul karena keinginan atau juga
pemicu yang sengaja dibuat oleh orang lain atau kondisi tertentu yang
yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar. Ego
sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi juga leluhur
Macam-macam awareness:
menerima segala stimulus yang di berikan pada saat itu, baik stimulus
diberikan.
dilakukan skrining dua arah yaitu skrining DM, begitu juga penyakit DM pasien
riwayat.
Hal tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Prakash skrining dua
arah untuk DM dan TB adalah layak, dengan hasil DM yang tinggi di antara
pasien TB.15 Screening pasien TB untuk DM bisa menjadi alat yang efisien
namun TB-HIV.
penelitian yaitu selama proses perawatan pasien terdapat beberapa kendala yang
pengetahuan dan keterampilan yang tidak memadai dari petugas kesehatan, Sering
yang mapan sampai ke tingkat komunitas dan tingkat ketertarikan dan kesiapan yang
diabetes ada kebutuhan besar akan perilaku perawatan diri yang berdedikasidi
banyak bidang, termasuk pilihan makanan, aktivitas fisik, asupan obat yang
tepat dan pemantauan glukosa darah dari pasien.16 Tentunya tidak hanya
perawatan diri dengan fokus awareness dalam setiap proses perawatan pasien
kesehatan.
pada pasien TB melalui sistim jejaring dan kemitraan. Kegiatan kolaborasi TB-
peran dan tanggung jawab masing- masing program ditingkat pusat dan
merupakan usaha yang baik bagi pasien dalam mencapai upaya peyembuhan
dimana perawat tersebut secara legal menentukan bagi staf keperawatan untuk
KESIMPULAN
self management pada diabetes dengan awareness atau kesadaran dari pasien
IMPLIKASI
DAFTAR PUSTAKA
1. Prayogi, N.A. 2015. Management of Pulmonary Tuberculosis with Diabetes
Mellitus on 52 Years Olda Male Patient. Journal Agromed Unila, Volume 2,
Nomor 1, Februari 2015.
2. WHO. 2015. Collaborative Framework for Care and Control of Tuberulosis
and Diabetes. World Health Organization.
3. Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS.
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
4. Ruminah. (2016). Persepsi dan Kesiapan Puskesmas dalam Pelaksanaan
Program Kolaborasi Pengendalian Tuberculosis dan Diabetes Mellitus di
Kabupaten Klaten Tahun 2016. Tesis. Universitas Gadjah Mada.
5. PERKENI dan WDF. 2013. Detekis Dini dan Penatalaksanaan Tuberkulosis
dan Diabetes Mellitus Terintegrasi. Depertemen Ilmu Kedokteran
Komunitas FKUI dan PERKENI.
6. American Diabetes Association. 2016. Standards of Medical Care in
Diabetes.
7. PHE. 2015. Collaborative Tuberculosis Strategy for England 2015 to 2020.
Publict Health England.
8. Workneh, M.H, Bjune G.A dan Yimer S.A. 2016. Assessment Of Health
System Challenges And Opportunities For Possible Integration Of Diabetes
Mellitus And Tuberculosis Services In South-Eastern Amhara Region,
Ethiopia: A Qualitative Study. BMC Health Services Research, (2016) 16:13
9. Kichko. 2016. Awareness, Acceptance, Use and Preconditions for the Wide
Implementation into the Medical Standard. Journal Personalized
Meddicine., 6, 15.
10. Ujainah, A. 2017. Kolaborasi Tata Laksana dan Pengendalian Tuberkulosis
dan Deiabetes Melitus. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, Vol 2, No 1
(2015).
11. Wahdah, N. 2011. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multi
Press.
12. Suhanda dkk. 2016. Gambaran Tingkat Self Care pada Pasien Rawat Jalan
Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat. Prosiding
Pendidikan Dokter.
13. Hermawanti, Sri. 2013. Pengaruh Gender, Tingkat Pendidikan Dan Usia
Terhadapat Awareness Berasuransi pada Masyarakat Indonesia. Jurnal
Asuransi dan Manajemen Risiko. Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko
Volume 1 Nomor 1 Februari.
14. Lin et.al. 2015. Screening For Pulmonary Tuberculosis In Type 2 Diabetes
Elderly: A Cross-Sectional Study In A Community Hospital. Journal BMC
Public Health, 2015, 15:3.
15. Prakash. 2012. Tuberculosis-Diabetes Mellitus Bidirectional Screening At A
Tertiary Care Centre, South India. Journal Public Health Action, Vol 3
Supplement 1 Published 4 November 2013.
16. Shrivastava et al. 2013. Role Of Self-Care In Management Of Diabetes
Mellitus. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders.
17. Kemenkes. 2015. Petunjuk Teknis Penemuan Pasien TB DM di Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
18. Anggarawati dan Sari. 2016. Kepentingan Bersama Perawat-Dokter
Dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, Volume 12, Nomor 1, Februari 2016.
19. Paramita, 2014. Praktek Kolaborasi Dokter-Perawat Terhadap Kepuasan
Kerja Dokter Umum Di RSUD Nganjuk. Jurnal