Anda di halaman 1dari 11

A.

Neuron

Unit fungsional baik dalam SSP mauPun SST adalah neuron atau sel saraf.
Kebanyakan neuron terdiri atas tiga bagian (Gambar 9-3): badan sel, atau perikariory yang
merupakan pusat trofik atau sintesis untuk keseluruhan se1 saraf dan juga menerima stimulus;
dendrit, yaitu prosessus panjang yang dikhususkan untuk menerima stimulus dari lingkungan,
selsel epitel sensorik, atau dari neuron lain; dan akson (Yun' nxon, aksis/sumbu), yang
merupakan suatu Prosessus tunggal yang dikhususkan untuk menciptakan atau
menghantarkan impuls saraf ke sel-sel lain (sel saraf, sel otot, dan sel kelenjar).

Akson dapat juga menerima informasi dari neuron lain; informasi ini terutama
memodifikasi transmisi potensial aksi ke neuron tersebut. Bagian distal akson umumnya
bercabang dan membentuk percabangan terminal (terminal arb oriz ation). Setiap cabang
berakhir pada sel berikutnya berupa pelebaran yang disebut bulbus akhir (boutons), yang
berinteraksi dengan neuron atau sel selain neuron, dan membentuk struktur yang disebut
sinaps. Sinaps meneruskan informasi ke sel berikutnya dalam sirkuit. Neuron dan prosessus-
prosessusnya memiliki ukuran dan bentuk yang sangat bervariasi. Badan sel dapat berukuran
sangat besar, berdiameter hingga 150 pm. Sel saraf lain termasuk sel terkecil di tubuh;
misalnya badan sel dari sel granular serebelum yang hanya berdiameter 4-5 pm.

Berdasarkan jumlah dan prosessus yang terjulur dari badan sel, kebanyakan neuron
dapat digolongkan sebagai berikut (Gambar 9-4): . Neuron multipolar, yang memiliki sebuah
akson dan dua atau lebih dendrit; . Neuronbipola4, dengan sebuah dendrit dan sebuah akson;
dan . Neuron pseudounipolar,yang memiliki sebuah prosessus yang bercabang di dekat
perikariory dengan cabang panjang yang. Neuron dapat juga diklasifikasikan berdasarkan
peran fungsionalnya (Tabel 9-1). Neuron motorik (eferen) mengendalikan organ efektor
seperti serabut otot dan kelenjar eksokrin dan endokrin. Neuron sensorik (aferen) terlibat
dalam penerimaan stimuius sensorik dari lingkungan dan dari dalam tubuh.
a. Perikarion

Badan Sel (Perikarion) Badan sel, atau perikarion, adalah bagian neuron yarrg
mengandung inti dan sitoplasma di sekelilingnya, dan tidak mencakup prosessus sel (Gambar
9-3). Badan sel terutama merupakan pusat trofik, meskipun badan sel neuron juga dapat
menerirna sejumlah besar ujung saraf yang membawa stimulus eksitatorik atau inhibitorik
yang berasal dari sel saraf lain. Kebanyakan sel saraf memiliki inti eukromatik (terpulas
pucat) sferis dan sangat besar, dengan nukleolus yang nyata. Sel saraf binukleus terkadang
terlihat di ganglia simpatis dan sensorik. Kromatin halus tersebar merata, yang
menggambarkan tingginya aktivitas sintesis dalam sel-sel ini. Badan sel memiliki suatu RE
kasar yang tersusun berupa agregat sisterna paralel. Di sitoplasma di antara sisterna terdapat
banyak poliribosom, yang memberi kesan bahwa sel-sel ini menyintesis protein struktural dan
protein untuk transpor dan sekresi.

Bila dipulas dengan pewarna yang cocok, RE kasar dan ribosom bebas tampak sebagai
gumpalan materialbasofilik di bawah mikroskop cahaya, yang disebut substansi kromatofilik
(sering disebut badan Nissl) (Gambar 9-3). ]umlah substansi kromatofilik bervariasi sesuai
jenis neuron dan keadaan fungsional neuron dan terutama banyak dijumpai dalam sel saraf
besar seperti neuron motorik (Gambar 9-3b). Apparatus Golgi hanya terdapat dalam badan
se1, tetapi mitokondria dapat dijumpai di seluruh sel dan biasanya banyak dijumpai di ujung
akson. Filamen intermedia banyak dijumpai dalam perikarion dan prosessus sel dan disebut
neurofilamen dalam sel ini. Neurofilarnen mengalami pengikatan-silang dengan bahan fiksasi
tertentu dan bila diimpregnasi dengan perak, neurofilamen akan rnembentuk neurolibril yang
tampak dengan mikroskop cahaya. Neuron juga mengandr-rng mikrotubulus yang identik
dengan mikrotubulus yang terdapat pada banyak sel lain. Sel saraf kadang-kadang
mengandung inklusi materi pigmery seperti lipofusin, yang terdiri atas badan residu vang
tidak tercerna oleh lisosom.

b. Dendrit

Dendrit (\un. dendron, pohon) umumnya pendek dan bercabang-cabang mirip pohon
(Gambar 9-3). Dendrit sering di selubungi oleh banyak sinaps dan merupakan tempat
penerimaan sinyal dan pemrosesan utama di neuron. Kebanyakan sel saraf memiliki banyak
dendrit, yang sangat memperluas daerah penerimaan sel. Percabangan dendrit memungkinkan
sebuah neuron untuk menerima dan mengintegrasi sejumlah besar ujung akson dari sel saraf
1ain. Diperkirakan bahwa sejumlah 200.000 terminal akson membentuk hubungan fungsional
dengan dendrit sel Purkinje di serebelum. Berbeda dari akson yang berdiameter konstary
dendrit makin mengecil setiap kali bercabang.

Komposisi sitoplasma pada basis dendrit, dekat dengan badan neurory mirip dengan
komposisi sitoplasma perikarion tetapi tidak mengandung kompleks Golgi. Kebanyakan
sinaps yang berkontak dengan neuron terdapat di spina dendritik, yang umumnya merupakan
struktur tumpul pendek dengan panjang 1 sampai 3 pm yang terjulur dari dendrit, yang
terlihat dengan metode pulasan perak (Gambar 9-5). Spina ini terdapat dalam jumlah banyak,
yaitu sekitar 10ra untuk sel korteks serebri manusia dan berfungsi sebagai tempat pemrosesan
pertama untuk sinyal sinaps yang tiba di sebuah neuron. Spina dendrit me, rupakan tempat
pemrosesan pertama bagi sinyal sinaptik yang tiba di neuron. Perangkat pemrosesan terdapat
dalam suafu kompleks protein yang melekat pada permukaan sitosol membran pascasinaps,
yang tampak dengan mikroskop elektron transmisi (TEM). Morfologi spina tersebut berdasar
pada filamen aktin dan dapat menjadi sangat plastis; spina dendritik berperan banyak pada
perubahan konstan yang membentuk plastisitas neuron yang menjadi dasar proses adaptasi,
pembelajaran, dan memori.

c. Akson

Kebanyakan neuron hanya memiliki satu akson; ada sejumlah kecil yang tidak
mempunyai akson sama sekali. Sebuah akson merupakan cabang silindris dengan panjang
dan diameter yang bervariasi, sesuai jenis neuronnya. Akson umumnya merupakan prosessus
yang sangat panjang. Contohnya, akson sel motorik di medula spinalis yang mensarafi otot
kaki harus memiliki panjang hingga 100 cm (-40 inci). Semua akson berasal dari daerah
berbentuk piramida pendek, yaifu muara akson (axon hillock), yang muncul dari perikarion
(Gambar 9-3). Membran plasma di akson disebut aksolemma dan isinya dikenal sebagai
aksoplasma. Tepat di belakang muara aksory di suatu area yang disebut segmen inisial,
terdapat tempat bertemunya berbagai rangsang eksitatorik dan inhibitorik yang mengalami
penjumlahan aljabar, sehingga menghasilkan keputusan untuk meneruskan-atau tidak
meneruskan suafu impuls saraf.

Beberapa jenis kanal ion terdapat pada segmen inisial dan kanal tersebut penting unLuk
menghasilkan potensial aksi. Berbeda dengan dendri! akson memiliki diameter yang tetap
dan tidak bercabang banyak. Kadang-kadang, segera setelah keluar dari badan sel, akson
menghasilkan sebuah cabang yang kembali ke daerah badan sel saraf. Semua cabang akson
dikenal sebagai cabang kolateral (Gambar 9-3). Aksoplasma mengandung mitokondria,
mikrotubulus, neurofilamery dan sejumlah sisterna retikulum endoplasma halus. Ketiadaan
poliribosom dan RE kasar memperjeias ketergantungan akson pada perikarion unfuk
mempertahankan diri. Jika suatu akson terpotong, bagian perifernya akan cepat
berdegenerasi.

Terdapat lalu lintas dua arah yang sibuk dari molekul besar dan kecil di sepanjang akson.
Makromolekul dan organel yang disintesis di badan sel akan diangkut secara kontinu oleh
suatu transpor anterograd di sepanjang akson dari perikarion ke terminal sinapsnya.
Transporretrograd dalam arahberlawanan mengangkut sejumlah makromolekul ke badan sel,
termasuk zat yang masuk melalui endositosis (meliputi virus dan toksin), dari perifer ke
badan sel. Transpor retrograd dapat digunakanuntuk mempelajari jaras-jaras neuron;
peroksidase atau zat penanda yang lain disuntikkan ke dalam daerah dengan terminal aksory
penyebarannya di sepanjang akson tersebut dapat diikuti secara histokimiawi. Transpor
aksonal dalam dua arah menggunakan protein penggerak yang melekat pada mikrotubulus,
seperti dibahas di Bab 2. Kinesin, suatu ATPase yang diaktifkan mikrotubulus, melekat pada
vesikel dan memungkinkannya bergerak di sepanjang mikrotubulus pada akson, yang
menjauhi perikarion. Dinein adalah suatu ATPase yang serupa dan memungkinkan transpor
retrograd di aksory menuju badan se1. Transpor anterograd dan retrograd berlangsung cukup
cepat, pada kecepatan 50 hingga 400 mm/hari. Aliran anterograd yang lebih lambat (hanya
beberapa milimeter per hari) melibatkan pergerakan sitoskeleton aksonal itu sendiri. Sistem
transpor yang lambat ini secara kasar mengambarkan laju pertumbuhan akson.

B. Sel Glia

Sel glia 10 kali lebih banyak di otak mamalia ketimbang di neuron. Di SSR sel-sel
glia ini mengelilingi sebagian besar badan sel neuror! yang biasanya jauh iebih besar
daripada sel glia, dan prosessus akson serta dendritnya yang menempati ruang antarneuron.
Kecuali di sekitar pembuluh darah beasr, SSP hanya memiliki sejumlah kecil jaringan ikat
atau matriks ekstrasel. Sel glia (Tabel 9-2) melengkapi lingkungan mikro yang ideal untuk
aktivitas neuronal. Suatu jejaring padat serabut dari prosessus neuron dan sel glia mengisi
ruang interneuronal SSP dan disebut neuropil (Gambar 9-9). Fakta-fakta penting untuk sel
glia dirangkum pada Tabel 9-2 dan diperlihatkan secara skematis pada Gambar 9-10.
Terdapat enam jenis sel glia:

a. Oligodendrosit
Oligodendrosit (Yun. oligos, kecil, + dendron. + kytos, sel) membentuk selubung mielin
yang merupakan insulator listrik neuron pada SSP. Oligodendrosit menjulurkan prosessus
yang membungkus sejumlah bagian aksory dan menghasilkan selubung mielin seperti yang
tampak pada Gambar 9-10a. Oligodendrosit merupakan sel glia yang dominan di substansia
alba pada SSP. Prosessus tersebut tidak terlihat dengan pemulasan mikroskop cahaya rutiry
karena oligodendrosit tiurunyu tampak sebagai sel kecil dengan inti bundar yang
terkondensasi dan sitoplasma yang tidak terpulas (Gambar 9-9a dan 9-10a).

b. Astrosit

Astrosit (\tn. astron, bintang, + kytos) adalah sel berbentuk bintang dengan banyak
prosessus yang menjalar (Gambar 9-10b dan 9-11) dan unik untuk SSP. Astrosit dengan
sedikit prosessus panjang disebut astrosit fibrosa dan terdapat di iubstansia alba; astrosit
protoplasma, dengan banyak prosessus bercabang pendek, ditemukan di substansia grisea'
Astrosit memiliki peran suportif bagi neuron dan sangat penting untuk pembentukan SSP
secara sesuai selama perkembangan embrio han janin. Karena terutama berada di substansia
grisea, astrosit adalah sel glia yang paling banyak diiumpai dan memiliki banyak perbedaan
morfologis dan fungsional. Selain fungsi penyokongnya, astrosit berperan penting dalam
mengendalikan lingkungan ion dan kimiawi neurotr' Beberapa astrosit memiliki Prosessus
dengan ujung-ujung perivaskular (perirtascular feet) yang melebar yang menyelubungi sel
endotel kapiler dan ikut membentuk sar'var darah-otak.

Ujung-ujung perivaskular ini penting untuk kemampuan dalam mengatur vasodilatasi


dan pemindahan O,, dan ion dan zat lain dari darah ke neuron. Prosessus lain yang melebar
iuga membentuk suatu lapisary membran pembatas glia yang melapisi pia mater, lapisan
meninges terdalam pada permukaan luar SSP. Selain itu, bila susunan saral pusat mengalami
cedera, astrosit berproliferasi untuk membentuk iaringan parut sel (yang sering menganggu
regenerasi neuron). Fungsi astrosit sangat penting untuk ketahanan hidup. Astrosit mengatur
konstituen lingkungan ekstrasel, mengabsorpsi kelebihan neurotransmiter setempa! dan
menyekresikan molekul metabolik dan faktor yang mengatur aktivitas neuron. Akhirnya,
astrosit saling berkomunikasi melalui taut celah, yang membentuk suatu jejaring yang
memungkinkan arus informasi dari safu tempat ke tempat lain, sampai ke tempat yang jauh.
Prosessus semua astrosit diperkuat berkas-berkas filamen intermedia yang terdiri atas protein
asarn glia berfibril (GFAP, glial fibrillary acid protein) yang berfungsi sebagai suatupenanda
unik bagi astrosit, yang merupakan sumber utama fumor otak.

c. Sel Ependim

Sel ependim adalah sel epitel kuboid atau silindris rendah yang melapisi ventrikel otak
dan canalis centralis di medula spinalis (Gambar 9-10c dan 9-12). pada lokasi SSp tertentu,
ujung apikal sel ependim memiliki silia, yang memudahkan pergerakan cairan serebrospinal
(CSS), atau mikrovili panjang, yang tampaknya terlibat dalam absorpsi. Sel ependim
bergabung di bagian apikal oleh kompleks taut yang serupa dengan kompleks taut epitel.
Namury tidak seperti epitel sejati, fidak terdapat lamina basal. Alih_alitr, ujung basal sel
ependim memanjang dan menjulurkan prosessus bercabang ke dalam neuropil yang
berdekatan.

d. Mikroglia

Mikroglia adalah sel kecil memanjang dengan prosessus pendek yang iregular (Gambar
9-10d dan 9-13), yang berjumlah lebih sedikit daripada oligodendrosit atau astiosit tetapi
tersebar lebih merata di seluruh substansia alba dan grisea. Tidak seperti sel glia lair;
mikroglia bermigrasi melalui neuropil, yang menganalisis jaringan untuk sel yang rusak dan
menginvasi mikroorganisme. Mikroglia menyekresi sejumlah sitokin imunoregulatorik dan
menjadi mekanisme utama pertahanan imun pada jaringan SSP. Mikroglia tidak berasal dari
tubus neuralis embrionik, melainkan dari monosit dalam sirkulasi darah, yang termasuk
dalam famili yang sama seperti makrofag dan sel penyaji-antigen lainnya. Inti sel-sel
mikroglia dapat dikenali pada sediaan HE rutin oleh strukturnya yang memanjang dan padat,
yang berbeda dengan inti sel glia lain yang sferis dan terpulas lebih pucat. Pemeriksaan
imunohistokimiawi dengan antibodi terhadap antigen permukaan sel pada sel imun
memperlihatkan prosessus mikroglia. Bila aktit mikroglia akan mengerutkan prosessus-
prosessusnya dan menyerupai ciri morfologis makrofag, menjadi sel fagosit dan bekerja
sebagai sel penyaiiantigen.

e. Sel Schwann (Neurolemmosit)

Sel Schwann, yang juga disebut neurolemmosit, hanya ditemukan pada SST dan memiliki
interaksi trofik dengan akson dan memungkinkan mielinisasinya seperti oligodendrosit pada
SSP. Satu sel Schwann membentuk mielin di sekeliling satu segmen sebuah akson, berbeda
dengan kemampuan oligodendrosit yang dapat bercabang dan meliputi bagian sejumlah
akson. Gambar 9-10e memperlihatkan cara membran sel Schwann membungkus akson.

f. Sel Satelit Ganglia

Karena berasal dari crista neuralis embrionik seperti neurolemmosit, sel satelit kecil
membenfuk suatu lapisan Penutup di atas badan sel neuron yang besar pada ganglia SST
(Gambar 9-10f). Karena berdekatan dengan neurory sel satelit memainkan peran trofik atau
Penyangga, tetapi dasar molekular penyangganya tidak dipahami dengan baik.
C. Sistem Saraf Pusat

Struktur utama SSP terdiri atas serebrum, serebelum, dan medula spinalis. SSP
hampir tidak memiliki jaringan ikat dan karenanyu, konsistensi organ ini mirip gel, yang
relatif lunak' Bila diiris, serebrum, serebelum, dan medula spinalis memperlihatkan daerah
putih (substansia alba) dan kelabr'r (subslansia grisea); perbedaan hal tersebut terjadi karena
perbedaan distribusi mielin. Komponen utama substansia alba uduluh uktort bermielin
(Gambar 9-14) dan oligodendrositpenghasil-mielin. Substansia alba tidak mengandung badan
sel neuron, tetapi terdapat mikroglia. Substansia grisea mengandung seiumlah besar badan sel
neuron, dendrit, bagian awal akson yang tidak bermieiin, astrosit, dan se1 mikroglia.
Substansi ini merupakan daerah terbentuknya sinaps. Substansia grisea terutama terdapat di
permukaan cortex cerebri dan serebelum, sedangkan letak substansia atba lebih ke pusat.
Agregat badan sel neuron yang membentuk pulau-pulau substansia grisea yang terbenam
dalam substansia alba disebut nuclei. Ahli neurologi mengenali enam lapisan di cortex
cerebri dengan kebanyakan neuron yang tersusun vertikal. Neuron yang paling banyak adalah
neuron piramidal eleren yang terdapat dengan berbagai ukuran (Gambar 9-15). Sel-sel
korteks serebri berperan pada integrasi informasi sensorik dan inlsiasi resPons motorik
volunter. Cortex cerebelli, Yang mengoordinaslkan aktivitas otot di seluruh tubuh, memiliki
tiga lapisan (Gambar 9-16): suatu Pada potongan melintang medula spinalis, substansia alba
terletak di pinggir dan substansia grisea terletak di dalam serta berbentuk seperti huruf H
lGambar g-17). Di bagian pusat terdapat suatu lubang, yaitu canalis
centralis,yangberkembang dari lumen tubus neuralis embrio. Sel-sel ependim melapisl
kanalis ini. Tungkai substansia grisea dari huruf H ini mem_ bentuk cornu anterior, yang
mengandung neuron motorik dengan akson yang membentuk radiks ventral saraf spinal, dan
cornu posterior yang menerima serabut sensorik dari neuron-neuron di ganglia spinal (radiks
dorsal). Neuron medula spinalis berukuran besar dan multipolar, terutama neuron motorik di
cornu anterior (Gambar 9-12).

a. Meningens
- Dura Mater
Dura mater adalah lapisan luar yang tebal dan terdiri atas jaringan ikat fibroelastis
padat, yur-rg ^".yutu dengan periosteum tengkorak. Di sekitar medula spinalis,
dura miter dipisahkan dari periosteum vertebra oleh rongga epidural, yang
mengandung suatu pleksus vena berdinding tipis dan jaringan ikat areolar. -
Dura,mater se1a1u dipisahkan dari arakhnoid oleh rongga subdural yang sempit.
Permukaan internal semua dura muter, dan permukaan luarnya di medula spinalis,
difutupi oleh epitel selapis gepeng yang berasal dari mesenkim.
- Arachnoid Mater
Arakhnoid (\rsn. arachnoeides, mirip sarang laba-laba) memiliki dua komponen:
(1) lapisan jaringan ikat yang berhubungan dengan dura mater dan (2) suatu
sistem trabekula yang mengandung fibroblas dan kolagen. Sistem trabekular ini
berhubungan langsung dengan pia mater yang lebih dalam. Di sekeliling trabekula
terdapat suatu rongga besar yang menyerupai spons, rongga subarakhnoid, yang
terisi cairan serebrospinal (CSS) dan terpisah dari rongga subdural. Rongga ini
membentuk bantalan hidraulik yang melindungi susunan saraf pusat dari trauma.
Rongga subarakhnoid berhubungan dengan ventrikel-ventrikel otak. Jaringan ikat
arakhnoid dianggap bersifat avaskular karena tidak memiliki kapiler Pemberi
nutrisi, tetapi pembuluh darah besar melaluinya (Gambar 9-18). Karena arakhnoid
memiliki lebih sedikit trabekula di medula spinalis, arakhnoid lebih mudah
dibedakan dari pia mater di daerahtersebut. Arakhnoid dan pia mater saling
berhubungan dan sering dianggap sebagai membran tunggal yang disebut pia-
arakhnoid. Di beberapa daerah, arakhnoid menembus dura mater, dan membentuk
tonjolan-tonjolan ke dalam sinus venosus yang terisi-darah di dalam dura mater.
Tonjolan-toniolan yang berisi CSS ini, yang dilapisi sel-sel endotel vaskular,
disebut villi arachnoidales. Fungsinya adalah mengangkut CSS dari ruang
subarakhnoid ke dalam sinus venosus.
- Pia Mater
Pia mater yang berada paling dalam dilapisi oleh sel mesenkim gepeng yang
melekat erat pada keseluruhan permukaan jaringan saraf, tetapi lapisan ini tidak
berhubungan langsung dengan sel maupun serabut saraf. Di antara pia mater dan
unsur-unsur saraf terdapat selapis tipis prosessus astrosit, yang melekat erat pada
pia mater. Pia mater darr lapisan glia bersama-sama membentuk sawar fisik di
bagian tepi SSP' Sawar ini memisahkan jaringan SSP dari CSS daiam rongga
subarakhnoid (Gambar 9-19). Pembuluh darah menembus SSP melalui
terowongan yang berlapiskan pia mater-ruang Perivaskular. Pia mater menghilang
sebelum pembuluh darah bercabang menjadi kapiler Namun, kapiler-kapiler
tersebut tetap dilapisi sepenuhnya oleh perpanjangan prosessus astrosit
perivaskular.
b. Sawar Darah-Otak

Sawar darah-otak adalah sawar fungsional yang lebih ketat mengatur masuknya zat
tertentu dari darah ke dalam jaringan saraf ketimbang di sebagian besar jaringan lain, yang
melindungi sifat lingkungan mikro neuron. Komponen struktural utama sawar darah-otak
adalah endotel kapiler, dengan selsel yang tersekat rapat dengan taut kedap yang berkembang
baik dan tidak memperlihatkan atau sedikit menuniukkan transitosis. Selain itu, lamina basal
kapiler di sebagian besar regio SSP dilapisi oleh kaki perivaskular astrosit (Gambar 9-11)
yang selanjutnya mengalur pasase molekul dan ion dari darah ke otak.

c. Plexus Choroideus

Plexus choroideus adalah jaringan ikat khusus yang menonjol berupa lipatan-lipatan
yang dalam dengan banyak vili ke dalam empat ventrikel besar di otak (Gambar 9-20).
Pleksus ini terdapat di atap ventrikel ketiga dan keempat dan sebagian di dinding kedua
ventrikel lateral, semua regio dengan lapisan ependim yang berhubungan langsung dengan
pia mater. Setiap vilus di plexus choroideus mengandung selapis tipis pia mater yang
tervaskularisasi dengan baik dan dilapisi oleh se1 ependimal kuboid. Fungsi utama plexus
choroideus adalah memindahkan air dari darah dan melepaskannya dalam bentuk CSS.
Cairan ini mengisi penuh ventrikel-ventrikel, canalis centralis di medula spinalis, rongga
subarakhnoid, dan rongga perivaskular. Cairan tersebut penting untuk metabolisme di dalam
SSP dan bekerja sebagai peredam goncangan mekanis. CSS tidak berwarna, berdensitas
rendah, mengandung ion Nat, Kt, dan Cl tetapi mengandung sangat sedikit protein dan sel
satu-satunya adalah limfosit yang berjumlah sangat sedikit. Beberapa sel yang terlepas dan 2
sampai 5limfosit per mililiter juga dijumpai. Cairan ini dihasilkan secara kontinu dan beredar
melalui dinding vilus plexus choroideus dan masuk dalam sirkulasi melalui ventrikel dan
canalis centralis yang lalu masuk ke dalam ruang subarakhnoid. Dalam ruang subarakhnoid,
villi arachnoidales menyediakan jalur utama bagi absorpsi CSS ke dalam sirkulasi vena
karena tidak terdapat pembuluh limfe di jaringan SSP.

Anda mungkin juga menyukai