Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

WATER LEVEL CONTROL (WLC)


Dosen Pengampu: Bapak Djodi Antono, B.Tech, M.Eng.

Disusun Oleh :
Gusti Putra Tajuddin Akbar

3.39.17.0.11

LT - 2D

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2018
DAFTAR ISI

JUDUL LAPORAN ..................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

5.1 Pendahuluan ..................................................................................................1

5.2 Dasar Teori....................................................................................................1

5.3 Gambar Rangkaian...................................................................................... 13

5.4 Hasil Percobaan .......................................................................................... 14

5.5 Pembahasan.................................................................................................15

3.6 Kesimpulan .................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16

ii
JOB 05
WATER LEVEL CONTROL
5.1 Pendahuluan
Banyaknya ditemui kelalaian dalam mematikan pompa air ketika air yang ada dalam
tampungan atau wadah telah penuh. Maka kami berfikiran membuat sebuah alat yang
menggunakan sensor air untuk mengetahui keadaan air di dalam tampungan atau wadah
tersebut dengan tiga lampu indikator. Lampu indikator pertama saat posisi air berada
pada keadaan low atau pada dasar permukaan tampungan atau wadah. Lampu indikator
kedua saat posisi air berada pada keadaan setengah dari dari tampungan atau wadah.
Lampu indikator ketiga saat posisi air berada pada keadaan penuh dalam tampungan
atau wadah.
Sehingga alat ini dapat memudahkan manusia untuk lebih menghemat air dan lebih
praktis ketika sedang melakukan berpergian jauh bahkan sedang sibuk dengan urusan
pribadi.Dunia industri terus berkembang dengan sistem-sistem yang baru dalam bidang
manufaktur maupun energi, khususnya sistem kontrol. Saat ini banyak sekali
ditawarkan suatu metode kontrol yang efektif dan mudah untuk diimplementasikan,
salah satunya kontrol dengan sistem WLC (Water Level Control) Kontrol level air
merupakan salah satu dari sekian banyak sistem yang ada dalam dunia industri. Selain
sederhana, sistem tersebut banyak sekali digunakan dalam dunia industri, misalnya:
industry kimia, proses produksi minyak dan gas, dan lain-lain. Pada project ini
dilakukan proses kontrol level air dari suatu prototype Water Level Control.

5.2 Dasar Teori


5.2.1 WLC (Water Level Control)
Rangkaian Water Lever Control atau yang sering disingkat dengan WLC atau
rangkaian kontrol level air merupakan salah satu aplikasi dari rangkaian
konvensional dalam bidang tenaga listrik yang diaplikasikan pada motor listrik
khususnya motor induksi untuk pompa air. Fungsi dari rangkaian ini adalah untuk
mengontrol level air dalam sebuah tangki penampungan yang banyak dijumpai di
rumah-rumah atau bahkan disebuah industri di mana pada level tertentu motor
listrik atau pompa air akan beroperasi dan pada level tertentu juga pompa air akan
mati. Untuk mengontrol level air dalam tangki penampungan dapat menggunakan
dua buah pelampung yang mana masing-masing dari pelampung tersebut

1
menentukan batas atas dan batas dari level air. Jadi pada saat anda sedangkan
menjalankan pompa air, dengan mengaplikasikan rangkaian Water Level Control
pada pompa air yang anda gunakan, anda tidak perlu menunggu hanya untuk
mematikan pompa air pada saat tangki atau bak air penuh karena apabila air dalam
tangki sudah penuh maka pompa akan padam dengan sendirinya tanpa harus
menekan tombol stop. Demikian juga apa bila air dalam tangki atau bak mulai
berkurang sesuai dengan batas yang telah ditentukan maka pompa akan jalan
dengan sendirinya. Dengan demikian ada bisa melakukan kegiatan yang lain yang
lebih berguna. Jadi pada saat anda sedangkan menjalankan pompa air, dengan
mengaplikasikan Rangkaian Water Level Control pada pompa air yang anda
gunakan, anda tidak perlu menunggu hanya untuk mematikan pompa air pada saat
tangki atau bak air penuh karena apabila air dalam tangki sudah penuh maka
pompa akan padam dengan sendirinya tanpa harus menekan tombol stop.
Demikian juga apa bila air dalam tangki atau bak mulai berkurang sesuai dengan
batas yang telah ditentukan maka pompa akan jalan dengan sendirinya.
Dalam pengoperasian WLC dapat dioperasikan secara manual dan otomatis.
Pastikan sumur terisi sampai menyentuh sensor WLC pada level high.

Gb. 5.2.1.1 Skema pengoperasian WLC


A. Pengoperasian Manual
Setelah sumur sudah terisi, maka selector switch diatur pada pengendalian
manual. Tiap motor dikendalikan oleh saklar tunggal. Motor I, dikendalikan
oleh saklar S1. Motor II dikendalikan oleh S2. Dan motor III, dikendalikan

2
oleh S3. Ketiga motorpun dapat bekerja secara bersama. Pengoperasian secara
manual tidak dipengaruhi oleh WLC.
B. Pengoperasian Otomatis
Pompa DWP P3
1. Air di sumur dalam pada level maks pompa P3 siap beroperasi
2. Air di grand reservoir pada level medium atau lebih rendah pompa P3
running,
3. Air di grand reservoir pada level maks pompa P3 OFF,
4. Pompa diamankan terhadap beban lebih,
5. Pompa P3 terinterlok pada level minimum di sumur dalam.
Pompa distribusi P1 dan P2
1. Air di grand reservoir pada level medium pompa P1 dan P2 ready,
2. On/off pompa bergantung pada levl air di menara air
air di menara pada level low kedua pompa P1 dan P2 beroperasi semua
(rancangan tidak boleh start bersama-sama) air di menara pada level medium
satu pompa bekerja, salah satu pompa terus bekerja (missal P1) melayani
kebutuhan air bagi pemakai, sedangkan pompa lain (P2) pada posisi
standby,air di menara pada level high semua pomp off, jika air kembali pada
level medium salah satu pompa kembali bekerja, namun yang bekerja
berganti P2 sedangkan P1 ganti pada posisi standby, jadi pada setiap level ini
tercapai pompa P1 dan P2 bekerja bergantian,
3. Setiap pompa diamankan terhadap beban lebih
4. Semua pompa P1 dan P2 terinterlok pada level minimum di grand
reservoir.
Catatan tambahan sebagai panduan dalam rancangan:
1. Setiap pompa disediakan indicator yang mengindikasikan keadaannya
(ready, running, dan overload)
2. Pada posisi otomatis setiap terjadi gangguan karena tidak tersedia air
di setiap gugus, maka disediakan indicator berupa lampu tanda dan
perangkat tanda bahaya (alarm),
3. Catu daya 3x380/220 Volt, 50 Hz dipasang di ruang kendali,
4. Jarak panjang pompa P3 dan ruang kendali ±300meter, rugi tegangan
yang diijinkan maksimum 5%
5. Sensor dan tranduser level air (WLC) dapat dipasang sesuai ketentuan.

3
5.2.2 Kontaktor
Kontaktor (Magnetic Contactor) yaitu peralatan listrik yang bekerja berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetik. Pada kontaktor terdapat sebuah belitan yang
mana bila dialiri arus listrik akan timbul medan magnet pada inti besinya, yang
akan membuat kontaknya tertarik oleh gaya magnet yang timbul tadi. Kontak
Bantu NO (Normally Open) akan menutup dan kontak Bantu NC (Normally
Close) akan membuka.

Gb. 5.2.2.1 Kontaktor Magnetik


Kontak pada kontaktor terdiri dari kontak utama dan kontak Bantu. Kontak utama
digunakan untuk rangkaian daya sedangkan kontak Bantu digunakan untuk
rangkaian kontrol. Didalam suatu kontaktor elektromagnetik terdapat kumparan
utama yang terdapat pada inti besi. Kumparan hubung singkat berfungsi sebagai
peredam getaran saat kedua inti besi saling melekat. Apabila kumparan utama
dialiri arus, maka akan timbul medan magnet pada inti besi yang akan menarik
inti besi dari kumparan hubung singkat yang dikopel dengan kontak utama dan
kontak bantu dari kontaktor tersebut. Hal ini akan mengakibatkan kontak utama
dan kontak bantunya akan bergerak dari posisi normal dimana kontak NO akan
tertutup sedangkan NC akan terbuka. Selama kumparan utama kontaktor tersebut
masih dialiri arus, maka kontak-kontaknya akan tetap pada posisi operasinya.

4
Apabila pada kumparan kontaktor diberi tegangan yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan berkurangnya umur atau merusak kumparan kontaktor tersebut.
Tetapi jika tegangan yang diberikan terlalu rendah maka akan menimbulkan
tekanan antara kontak-kontak dari kontaktor menjadi berkurang. Hal ini
menimbulkan bunga api pada permukaannya serta dapat merusak kontak-
kontaknya. Besarnya toleransi tegangan untuk kumparan kontaktor adalah
berkisar 85% - 110% dari tegangan kerja kontaktor. Komponen penting pada
kontaktor (Magnetic Contactor) adalah kumparan magnit (coil) dengan simbol
A1 – A2 yang akan bekerja bila mendapat sumber tegangan listrik, kontak utama
terdiri dari simbol angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dan kontak bantu biasanya tediri dari
simbol angka 11, 12, 13, 14, ataupun angka 21, 22, 23, 24 dan juga angka depan
seterusnya tetapi angka belakang tetap dari 1 sampai 4. Prinsip Kerja Magnetic
contactor adalah pada saat salah satu kontaktor normal, NO akan membuka dan
pada saat kontaktor bekerja, NO akan menutup. Sedangkan kontak NC sebaliknya
yaitu ketika dalam keadaan normal kontak NC akan menutup dan dalam keadaan
bekerja kontak NC akan membuka. Koil adalah lilitan yang apabila diberi
tegangan akan terjadi magnetisasi dan menarik kontak-kontaknya sehingga
terjadi perubahan atau bekerja. Kontaktor yang dioperasikan secara
elektromagnetis adalah salah satu mekanisme yang paling bermanfaat yang
pernah dirancang untuk penutupan dan pembukaan rangkaian listrik.

Gb. 5.2.2.2 Sakelar Magnetik Kontaktor Dengan 3 Kontak Utama Dan 2 Kontak
Bantu (NO / NC)
Fungsi dari kontak-kontak dibuat untuk kontak utama dan kontak bantu. Kontak
utama tendiri dari kontak NO dan kontak bantu terdiri dan kontak NO dan NC.
Konstruksi dari kontak utama berbeda dengan kontak bantu, yang kontak
utamanya mempunyai luas permukaan yang luas dan tebal. Kontak bantu luas
permukaannya kecil dan tipis. Kontaktor pada umumnya memiliki kontak utama

5
untuk aliran 3 fasa. Dan juga memiliki beberapa kontak bantu untuk berbagai
keperluan. Kontak utama digunakan untuk mengalirkan arus utama, yaitu arus
yang diperlukan untuk beban, misalnya motor listrik, pesawat pemanas dan
sebagainya. Sedangkan kontak bantu digunakan untuk mengalirkan arus bantu
yaitu arus yang diperlukan untuk kumparan magnet, alat bantu rangkaian, lampu
-lampu indikator, dan lain-lain. Notasi dan penomoran kontak-kontak kontaktor
sebagai berikut:

Gb. 5.2.2.3 Notasi dan Penomoran Kontaktor

5.2.3 Motor Listrik 3 Fasa


Motor induksi tiga fase atau yang sering disebut (asynchronous motor)
merupakan motor listrik medan magnet yang berputar dihasilkan oleh pasokan
tiga fase yang seimbang. Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri
menggunakan jenis ini, sebagai contoh, pompa, kompresor, belt conveyor,
jaringan listrik, dan grinder. Tersedia dalam ukuran 1/3 hingga ratusan HP.
Rancangan dan perawatannya sederhana, dapat disesuaikan pada berbagai
aplikasi di lapangan dan pengoperasiannya ekonomis. Ini sangat menguntungkan
sebagai solusi pengendali motor induksi pada sisi harga dan kualitas.
Karakteristik motor induksi tiga-fasa adalah arus bebannya tinggi pada sumber
tegangan dengan pengasutan langsung. Menghasilkan arus start dan lonjakan

6
yang tinggi jika diaplikasikan pada tegangan penuh, akan mengakibatkan
penurunan tegangan sumber dan pengaruh transien torsi pada sistem mekanik.
Motor AC 3 fasa bekerja dengan memanfaatkan perbedaan fasa sumber untuk
menimbulkan gaya putar pada rotornya. Jika pada motor AC 1 fasa untuk
menghasilkan beda fasa diperlukan penambahan komponen Kapasitor. Motor
induksi tiga fasa memiliki dua komponen dasar yaitu stator dan rotor, bagian rotor
dipisahkan dengan bagian stator oleh celah udara yang sempit (air gap) dengan
jarak antara 0,4 mm sampai 4 mm. Tipe dari motor induksi tiga fasa berdasarkan
lilitan pada rotor dibagi menjadi dua macam yaitu rotor belitan (wound rotor)
adalah tipe motor induksi yang memiliki rotor terbuat dari lilitan yang sama
dengan lilitan statornya dan rotor sangkar tupai (Squirrel-cage rotor) yaitu tipe
motor induksi dimana konstruksi rotor tersusun oleh beberapa batangan logam
yang dimasukkan melewati slot-slot yang ada pada rotor motor induksi, kemudian
setiap bagian disatukan oleh cincin sehingga membuat batangan logam terhubung
singkat dengan batangan logam yang lain. Apabila sumber tegangan 3 fase
dipasang pada kumparan stator, akan timbul medan putar dengan kecepatan
seperti rumus berikut :
Ns = 120 f/P
keterangan:
Ns = Kecepatan Putar
f = Frekuensi Sumber
P = Kutub motor
Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
Akibatnya pada batang konduktor dari rotor akan timbul GGL induksi. Karena
batang konduktor merupakan rangkaian yang tertutup maka GGL akan
menghasilkan arus (I). Adanya arus (I) di dalam medan magnet akan
menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila kopel mula yan g dihasilkan oleh gaya (F)
pada rotor cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah
dengan medan putar stator. GGL induksi timbul karena terpotongnya batang
konduktor (rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar GGL induksi tersebut
timbul, diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator
(ns) dengan kecepatan berputar rotor (nr). Perbedaan kecepatan antara nr dan ns
disebut slip (s), dinyatakan dengan

7
S= (ns- nr)/ ns
Bila nr = ns, GGL induksi tidak akan timbul dan arus tidak mengalir pada batang
konduktor (rotor), dengan demikian tidak dihasilkan kopel.

5.2.4 Thermal Overload Relay


Thermal relay atau overload relay adalah peralatan switching yang peka terhadap
suhu dan akan membuka atau menutup kontaktor pada saat suhu yang terjadi
melebihi batas yang ditentukan atau peralatan kontrol listrik yang berfungsi untuk
memutuskan jaringan listrik jika terjadi beban lebih.

Gb. 5.2.4.1 Thermal Overload Relay

Arus yang terlalu besar yang timbul pada beban motor listrik akan mengalir pada
belitan motor listrik yang dapat menyebabkan kerusakan dan terbakarnya belitan
motor listrik. Untuk menghindari hal itu dipasang termal beban lebih pada alat
pengontrol. Prinsip kerja thermal beban lebih berdasarkan panas (temperatur)
yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui elemen-elemen pemanas
bimetal. Dan sifatnya pelengkungan bimetal akibat panas yang ditimbulkan,
bimetal akan menggerakkan kontak-kontak mekanis pemutus rangkaian listrik
(Kontak 95-96 membuka).

Gb. 5.2.4.2 Rangkaian kerja Thermal Overload Relay

8
TOLR bekerja berdasarkan prinsip pemuaian dan benda bimetal. Apabila benda
terkena arus yang tinggi, maka benda akan memuai sehingga akan melengkung
dan memutuskan arus. Untuk mengatur besarnya arus maksimum yang dapat
melewati TOLR, dapat diatur dengan memutar penentu arus dengan
menggunakan obeng sampai didapat harga yang diinginkan.

Gb. 5.2.4.3 Pengaturan Arus Thermal Overload Relay

Gangguan – gangguan overload yang biasa terjadi antara lain disebabkan oleh
arus start yang terlalu besar atau motor listrik berhenti secara mendadak,
terjadinya hubung singkat (short circuit), terbukanya salah satu fasa dari motor
listrik 3 fasa serta pembebanan yang berlebihan pada jaringan.

5.2.5 Circuit Breaker

Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20


disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan
peralatan saklar / switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan
(dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi
abnormal / gangguan seperti kondisi short circuit / hubung singkat. Switchgear
adalah peralatan pemutus tenaga listrik atau lebih dikenal yaitu disebut Circuit
Breaker ,berfungsi untuk menghubungkan dan melepas beban di jaringan listrik

9
serta mengamankan atau melindungi peralatan yang terhubung di rangkaian
beban bila terjadi gangguan pada sistem yang dilayani. Dengan demikian maka
suatu switchgear harus dilengkapi dengan peralatan rele proteksi dan sistem
interlock yang bisa membuka secara otomatis saat terjadi gangguan sehingga
kerusakan lebih lanjut dapat dihindari

Pada umumnya switchgear di Unit Pembakit Listrik / Power Station adalah tipe
busbar tunggal / single busbar type atau metal clad dimana circuit breaker
ditempatkan dalam bilik tertutup yang dinamakan Cubicle.Circuit Breaker yang
berada di dalam cubicle harus dapat dikeluarkan ( rack out ) dan dimasukkan
kembali ( rack in ) terutama untuk keperluan pemeliharaan. Tegangan kerja dari
switchgear tergantung dari kapasitas Unit Pembangkit dan tegangan kerja
peralatan bantunya, pada umumnya tegangan kerja yang digunakan antara 3.3kV
sampai 11kV Dari uraian tersebut diatas maka switchgear berfungsi sebagai
berikut :

A. Saat kondisi normal

1. Menghubungkan rangkaian listrik

2. Membaca parameter listrik

3. Mengatur penyaluran listrik

4. Mendeteksi parameter listrik

B. Saat kondisi gangguan

1. Memutus rangkaian listrik

2. Membaca parameter listrik

3. Mengamankan komponen rangkaian listrik

Circuit Breaker (CB) merupakan suatu alat listrik yang berfungsi untuk
melindungi sistem tenaga listrik apabila terjadi kesalahan atau gangguan pada
sistem tersebut, terjadinya kesalahan pada sistem akan menimbulkan berbagai
efek seperti efek termis, efek magnetis dan dinamis stability.

10
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian
listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi
arus gangguan ( hubung singkat ) pada jaringan atau peralatann lain.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu Circuit Breaker (CB) agar dapat
melakukan hal-hal diatas, adalah sebagai berikut :

1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus menerus.

2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun


terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu
sendiri.

3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, sehingga tidak
membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu
sendiri

Setiap Circuit Breaker dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam rancangan suatu CB, yaitu :

1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya
itu akan dipasang. Nilainya tergantung pada jenis pentanahan titik netral
sistem.

2. Arus maksimum continue yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus
ini tergantung pada arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban
dimana pemutus daya tersebut terpasang.

3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.

4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung. hal ini
berhubungan dengan waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.

5. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain
disekitarnya.

6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.

7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.

8. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.

11
5.2.6 Push button
Saklar merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk menghubungkan
dan memutuskan dua titik atau lebih dalam suatu rangkaian elektronika. Salah
satu jenis saklar adalah saklar Push button yaitu saklar yang hanya akan
menghubungkan dua titik atau lebih pada saat tombolnya ditekan dan pada saat
tombolnya tidak ditekan maka akan memutuskan dua titik atau lebih dalam suatu
rangkaian elektronika.

Gb. 5.2.6.1 Sakelar Push button


Wiring dan bentuk saklar Push button ditunjukan pada gambar berikut. Saklar
push button dapat berbentuk berbagai macam, ada yang menggunakan tuas dan
ada yang tanpa tuas. Saklar push button sering diaplikasikan pada tombol-tombol
perangkat elektronik digital. Salah satu contoh penggunaan saklar push ON
adalah pada keyboard komputer, keypad printer, matrik keypad, tombol kontrol
pada DVD player dan lain sebagainya.

Gb. 5.2.6.2 Cara kerja push button

12
5.3 Gambar Rangkaian

Latihan 1 : Pengasutan softstarter pada motor listrik 3 fasa

Gb. 5.3.1 Rangkaian pengoperasian WLC pada sumur

13
5.4 Hasil Percobaan
5.4.1 Latihan 1
Ketika E3, E2, dan E1 terendam air, maka motor listrik 3 fasa akan bekerja sebagai
pompa air yang menyedot air dari sumur ke bak penampung. Ketika E1 sudah
tidak terendam air, maka motor akan mati menandakan bahwa air di sumur sudah
sedikit.

Gb. 5.4.1.1 Rangkaian Water Level Control

Gb. 5.4.1.2 Rangkaian Water Level Control

14
5.5 Pembahasan
1. Kontaktor magnetik berfungsi sebagai penghubung / kontak dengan kapasitas
yang besar dengan menggunakan daya yang minimal.
2. Sebuah kontaktor terdiri dari koil, kontak Normally Open ( NO ) dan kontak
Normally Close ( NC ). Pada saat kontaktor NO normal akan membuka dan pada
saat kontaktor bekerja NO akan menutup. Sedangkan kontak NC sebaliknya yaitu
ketika dalam keadaan normal kontak NC akan menutup dan dalam keadaan
bekerja kontak NC akan membuka. Untuk menghubungkan kontak utama hanya
dengan cara memberikan tegangan pada koil kontaktor magnetik sesuai
spesifikasinya.
3. WLC digunakan untuk membuat rangkaian yang mampu mengisi bak penampung
secara otomatis menggunakan 3 buah elektroda yang mempunyai panjang yang
berbeda-beda.
4. Ketika E3, E2, dan E1 terendam air, maka motor listrik 3 fasa akan bekerja sebagai
pompa air yang menyedot air dari sumur ke bak penampung.
5. Ketika E1 sudah tidak terendam air, maka motor akan mati menandakan bahwa air
di sumur sudah sedikit.

5.6 Kesimpulan
1. Water Level Control berfungsi untuk mengontrol level air dalam sebuah tangki
penampungan yang banyak di jumpai di rumah, dimana pompa air dapat di
operasikan dan di matikan secara otomatis.
2. Pengoperasian WLC dapat dioperasikan secara manual dan otomatis.
3. Pengoperasian secara manual tidak dipengaruhi oleh WLC.
4. Pengoperasian secara otomatis dipengarui oleh ketinggian air yang menyentuh
elektroda untuk menggerakkan ketiga motor.

15
DAFTAR PUSTAKA

Atmanto, Lukas Joko Dwi. 2008. Rancangan Listrik Kendali Industri. Semarang: Politeknik
Negeri Semarang.

Arinugroho Afif, dkk. 2017. Rancang Bangun Modul Pengasutan Dan Pengukuran Arus
Starting Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Data Logger Mt4 Series. Tugas Akhir.

Herlan, M. “BAB II Tinjauan Pustaka Push Button”.


http://eprints.polsri.ac.id/1779/3/BABII.pdf (diakses tanggal 18/09/2018).

Robith, Muhammad. “Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Fasa”. http://www.insinyoer.com/prinsip-


kerja-motor-induksi-3-fasa.pdf (diakses tanggal 28/09/2018)

Pradika, Hendy dan Moediyono. “Thermal Overload Sebagai Pengaman Overload”.


https://ejournal .undip.ac.id/gema_teknologi.pdf (diakses tanggal 29/09/2018)

Anonymous. “pengertian kontaktor magnetic”. https://edoc.site/pengertian-kontaktor-


magnetik-pdf.html (diakses tanggal 18/09/2018).

Anonymous. “Pengasutan motor induksi 3 fasa sistem bintang segitiga”.


https://babagilemu.blogspot.com (diakses tanggal 16/10/2018)

https://listrikpemakaian.wordpress.com/2011/07/11/kontaktor-magnetik-magnetic-contactor-
mc/

http://www.alatuji.com/article/detail/536/water-level-control-untuk-mengidentifikasikan-
level-air#.WlgtNqiWbIU

16

Anda mungkin juga menyukai