Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN OSTEOATRITIS DI RUANG RAJAWALI 5B


RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun oleh :

DWI AJENG PUSPITANINGRUM

P1337420617065

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN


SEMARANG

TAHUN 2019
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Anatomi Fisiologi Sendi


Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat
bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang
satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan
sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat
dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang
dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe
yaitu sutura dan sindemosis.
2. Sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin,
disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe
yaitu sinkondrosis dan simpisis
3. Sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami
pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh
kartilago hialin.

Gambar 1.1 Sendi


Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang
bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah
sendi dikelilingi sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut
kapsul. Jaringan ini dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial
untuk “meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat
yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi
gerakan yang dapat dilakukan.
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai
fungsi ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan
memungkinkan pergerakan sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan
beban dan peredam benturan.
1.2 Definisi Penyakit
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini
bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya
gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.( Price A, Sylvia,
2005).
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah
pasiennya sedikit melampui separuh jumlah pasien arthritis.
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada
usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai
pada usia diatas 60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya
tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh.
Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.
1.3 Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang
yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang
rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah
kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan
pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan
nyeri dan ngilu.Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain
adalah :
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan
adalah yang terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur.Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-
anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki
dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita
dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis. ( Soeroso, 2006 )
3. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkan
malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis. trauma
berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus yang
menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya
degenerasi premature. (Shiddiqui, 2008)
4. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering
memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai contoh,
pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan pada
buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang. (Dewi SK. 2009)
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Pada
kondisi ini terjadi peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi (Soeroso,
2007).
6. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu
mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan
buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida
dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat
pembentukan tulang rawan (Eka Pratiwi,2007).
7. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada
ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-
anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan
anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis. (Soeroso, 2007)
8. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis
paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia dari pada kaukasia.
Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli (Indian) dari
pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
(Soeroso J. et all, 2007).

1.4 Klasifikasi
Osteoartritis dikelompokkan menjadi dua kelompok antara lain yaitu :
1. Osteoartritis primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya faktor
genetik yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak.
Sedangkan
2. Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari oleh kelainan
seperti kelainan endokrin, trauma, kegemukan, dan inflamasi.

1.5 Patofisiologi/Patologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan,
rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi yang harus menanggungberat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.Osteoartritis pada beberapa
kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh
adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau
kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).

1.6 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula- mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya
berjalan. (Soeroso J. Et all, 2007). Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari
pasien-pasien dengan OA yang ditimbulkan oleh keainan seperti tulang, membran
sinovial, kapsul fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi.
Karakteristik Nyeri pada osteoartritis dibedakan menjadi 2 Fase :
1. Fase Nyeri Akut.
Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul, dan
diperberat oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang dengan istirahat.
2. Fase Nyeri kronis
Kekakuan pada kapsul sendi dapat menyebabkan kontraktur (tertariknya)
sendi dan menyebabkan terbatasnya gerakan. Penderitaakan merasakan gerakan
sendi tidak licin disertai bunyi gemeretak (Krepitus). Sendi terasa lebih kaku
setelah istrahat. Perlahan-lahan sendi akan bertambah kaku.

Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan adalah


sebagai berikut :
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan
tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain
(Soeroso, 2006). Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini.
Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi
hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat
konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (Soeroso, 2006).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada
sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa
nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).Pada
penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang
timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema
sumsum tulang ( Felson, 2008).Osteofit merupakan salah satu penyebab
timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi
bagian dasartulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang
berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).Nyeri dapat timbul dari
bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di
lutut adalah aakibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson,
2008).
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri(Soeroso, 2006).
3. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari(Soeroso, 2006).
4. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala
ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan
akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar
hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006).
5. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga
bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso, 2006).

1.7 Pemeriksaan Penunjang

Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih


mendukung adanya Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
1. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa
kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang,
pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), perubahan
bentuk sendi, dan destruksi tulang.
2. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan
sendi.
3. Pemeriksa artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan
sebelum tampak di foto polos.
4. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local,
sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan
diagnosis.Uji laboratorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan
bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan dalam
serum, karena factor ini meningkat secara normal paa peningkatan usia.
Laju endap darah eritrosit mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis
yang luas.
1.8 Penatalaksanaan
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi
ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik
dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang
lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk
memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari
dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai
seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan
mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan
isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi.
Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul
karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-
otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi
dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit (Ismayadi, 2004).
1.9 Pathway Osteoartritis

Umur Gender Genetik Pekerjaan Obesitas

Osteoartritis

Perubahan fungsi Inflamasi Sendi Kerusakan Penurunan


sendi kartilago tulang produksi cairan
sinovial sendi
Pelepasan
Deformitas sendi mediator nyeri Tendon dan
ligamen Sinovial menebal
melemah
Sulit bergerak Menyentuh ujung
saraf nyeri Kekakuan sendi
Hilangnya
kekuatan otot
Hambatan
Nyeri Kronis Sulit bergerak
mobilitaas fisik
Risiko Cidera

Defisit perawatan
diri
Sumber : Pratiwi (2007).
BAB II
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
 Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
 Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi
dan otot.

2. Kardiovaskuler

 Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis


kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

3. Integritas Ego

 Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,


ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
 Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
 Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya
ketergantungan pada orang lain.

4. Makanan / Cairan

 Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau


cairan adekuat mual, anoreksia.
 Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada
membran mukosa.

5. Hygiene
 Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
 Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
 Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi
hari).
8. Keamanan
 Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
 Lesi kulit, ulkas kaki
 Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
 Demam ringan menetap
 Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
 Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran:
isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
 Riwayat rematik pada keluarga
 Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa
pengujian
 Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
11. Pemeriksaan Diagnostik
 Reaksi aglutinasi: positif
 LED meningkat pesat
 Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
 SDP: meningkat pada proses inflamasi
 JDL: Menunjukkan ancaman sedang
 Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
 RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis
pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang
sendi.

B. INTERVENSI
Tgl/Shif
Jam Diagnosa Tujuan Intervensi

Nyeri akut Setelah dilakukan


MANAJEMEN
berhubungandengan: tindakan
NYERI
Agen injuri biologis keperawatan - Lakukan pengkajian
nyeri secara
Agen injuri kimia selama ………
komprehensif
Agen injuri fisik jam pasien dapat termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
Agen injuri psikologis mengontrol nyeri,
frekuensi, kualitas
Kerusakanjaringan mengetahui dan faktor presipitasi
tingkatan nyeri, - Observasi reaksi non
DS: verbal dari
dan mengetahui ketidaknyamanan
Laporan secara verbal
mengeluh adanya tingkat - Gunakan komunikasi
nyeri terapeutik untuk
kenyamanan
mengetahui
DO: dengan kriteria pengalaman nyeri
Posisi untuk menahan pasien
hasil :
nyeri (tampak - Evaluasi pengalaman
meringis kesakitan) Mampu nyeri masa lampau
Tingkah laku - Evaluasi bersama
mengontrol
berhati hati pasien dan tim
Gangguan tidur (mata nyeri ( tahu kesehatan lain
sayu,tampak capek, tentang
penyebab nyeri,
sulit ataugerakan ketidakefektifan
kacau,menyeringai) mampu kontrol nyeri masa
Terfokus pada diri lampau
menggunakan
sendiri - Bantu pasien dan
Fokus teknik non keluarga untuk
menyempit(penurunan mencari dan
farmakologi
persepsi menemukan
waktu,kerusakan untuk dukungan
proses berpikir, - Kontrol lingkungan
mengurangi
penurunan interaksi yang dapat
denganorang dan nyeri, mencari mempengaruhi nyeri
lingkungan) seperti suhu ruangan,
bantuan)
Tingkah laku pencahayaan dan
distraksi,contoh : Melaporkan kebisingan
jalan jalan,menemui - Kurangi faktor
bahwa nyeri
orang laindan/atau presipitasi
aktivitas, berkurang
- Pilih dan lakukan
aktivitasberulang ula
dengan penanggulangan
ng)
nyeri (farmakologi,
Respon autonom menggunakan non farmakologi dan
(seperti diaphoresis,
manajemen inter personal)
perubahan tekanan
- Ajarkan tentang
darah, nyeri
teknik non
perubahannafas, nadi
Mampu farmakologi
dan dilatasipupil)
Perubahan - Kaji tipe dan sumber
mengenali nyeri
autonomicdalam tonus nyeri untuk
(skala, menentukan
otot (mungkindalam
rentang dari lemahke intervensi
intensitas,
kaku) - Berikan analgetik
frekuensi dan untuk mengurangi
Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, tanda nyeri) nyeri
merintih,menangis, - Evalusi keefektifan
Menyatakan kontrol nyeri
waspada,iritabel,
nafaspanjang/berkeluh rasa nyaman - Tingkatkan istirahat
kesah) setelah nyeri - Kolaborasikan
Perubahan dalam dengan dokter jika
berkurang
nafsumakan dan keluhan dan
minum Tanda vital tindakan nyeri tidak
berhasil
dalam rentang
normal
ANALGETIC
ADMINISTRATION
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan derajat
sebelum pemberian
obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Tentukan pilihan
analgetik tergantung
tipe dan beratnya
- Tentukan analgetik
pilihan, rute
pemberian dan dosis
optimal
- Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
- Evaluasi efektivitas
analgetik tanda dan
gejala(efek samping)

Tgl/Shif
Jam Diagnosa Tujuan Intervensi

RESIKO INFEKSI Setelah KONTROL INFEKSI


- Bersihkan lingkungan
Faktor Resiko : dilakukan
setelah dipakai pasien lain
Prosedur invasif tindakan - Pertahankan teknik isolasi
Ketidakcukupan keperawatan - Batasi pengunjung bila
pengetahuan perlu
selama ……… - Instruksikan pada
untuk
menghindari status imun baik pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan
paparan pathogen dan dapat setelah berkunjung
Trauma meninggalkan pasien
mengontrol
Kerusakan - Gunakan sabun antimikroba
jaringan dan faktor resiko untuk cuci tangan
peningkatan dengan kriteria - Cuci tangan setiap sebelum
paparan dan sesudah tindakan
hasil : keperawatan
lingkungan
Rupture Pasien bebas - Gunakan baju, sarung
dari tanda dan tangan sebagai alat
membrane pelindung
amnion gejala infeksi
- Pertahankan lingkungan
Agen farmasi Menunjukkan
aseptik selama pemasangan
(imunosupresi) kemampuan alat
Malnutrisi untuk - Ganti letak IV line perifer
Peningkatan mencegah dan central dan dressing
paparan timbulnya sesuai dengan petunjuk
infeksi umum
lingkungan
pathogen Jumlah leukosit - Gunakan kateter intermitten
untuk menurunkan infeksi
Ketidakadekuatan dalam batas
kandung kemih
imun buatan normal
- Berikan terapi antibiotika
Tidak adekuatnya Menunjukkan bila perlu
pertahanan perilaku hidup
sekunder sehat
(penurunan Hb, - PROTEKSI TERHADAP
INFEKSI
leucopenia,
- Monitor tanda dan gejala
penekanan respon infeksi sistemik dan lokal
inflamasi) - Monitor hitung granulosit,
Tidak adekuatnya WBC
pertahanan tubuh - Monitor kerentanan
primer (kulit terhadap infeksi
tidak utuh, - Batasi pengunjung
trauma jaringan, - Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
penurunan kerja
- Pertahankan teknik asepsis
silia, cairan tubuh
pada pasien yang beresiko
statis, perubahan - Pertahankan teknik isolasi
sekresi pH, bila perlu
perubahan - Berikan perawatan kulit
peristaltik) pada area epidema
Penyakit kronik - Inspeksi kulit dan
membrane mukosa terhadap
kemerahan, panas dan
drainase
- Inspeksi kondisi luka/bedah
insisi
- Dorong masukan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong untuk istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotic sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur bila positif
DAFTAR PUSTAKA

 Bulechek, G.M., Butcher, H., Dochterman, J.M. 2013. Nursing


Intervention Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Elsevier.
Terjemahan oleh Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing
Intervention Classification (NIC). Edisi Indonesia Keenam. Yogyakarta:
CV. Mocomedia.
 Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta.
Gramedia
 Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., Swanson, E. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier.
Terjemahan oleh Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Edisi kelima. CV. Mocomedia.
 NANDA International. (2015). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi Edisi 10, 2015-2017. Jakarta : EGC.
 Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai