KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DIREKTORAT PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN
TAHUN ANGGARAN 2019
KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE)
Untuk pekerjaan:
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
1. United Nations Convention on the Law of the Sea,1982;
2. International Convention for the Control and Management of Ships'
Ballast Water and Sediments,2004;
3. Undang-
UndangNomor'i7Tahun1985tentangPengesahanUnitedNationsConventi
on ontheLawoftheSea(KonvensiPerserikatanBangsa-
BangsatentangHukumLaut);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentangPerkapalan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan
diPerairan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
LingkunganMaritim;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan;
9. Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2015 tentang Pengesahan The
International
ConventionfortheControlandManagementofShips'BallastWaterandSedime
nts,2004
(KonvensilnternasionaluntukPengendaliandanManajemenAirBallasdan
Sedimendari Kapa!, 2004);
10. PeraturanMenteriPerhubunganNomor29Tahun2014tentangPencegahan
Pencemaran LingkunganMaritim;;
11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 122 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan: dan
12. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor
HK.103/2/19/DJPL-16 tentang
13. Pelaksanaan Penyelenggaraan Kelaiklautan Kapal.
2. Gambaran Umum
Pencemaran laut sebagai bagian dari persoalan lingkungan hidup telah lama
menjadi perhatian dunia internasional. Pencemaran laut merupakan salah satu
masalah lingkungan yang dihadapi saat ini dan seringkali disebabkan oleh
aktivitas atau kegiatan manusia. Sebagian besar pencemaran laut yang disebabkan
oleh manusia terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Pencemaran laut
memberikan efek yang merusak (deleterious
effect)berbagaisumberdayahayatilaut,membahayakankesehatanmanusia,menghala
ngi aktivitas manusia di perairan, dan menurunkan kualitas perairan. Hal ini
tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 angka (4) United Nations Convention on the Law
of the Sea, 1982 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut,
1982) yang mendefinisikan pencemaran lingkungan laut sebagaiberikut:
"pollution of the marine environment" means the introduction by man, directly or
indirectly,
ofsubstancesorenergyintothemarineenvironment,includingestuaries,whichresultso
r is likely to result in such deleterious effects as harm to living resources and
marine life, hazards to human health, hindrance to marine activities, including
fishing and other legitimate uses of the sea, impairment of quality for use of sea
water and reduction of amenities.
Berdasarkan kondisi faktual dan data ilmiah penyebaran spesies invasif dan
organisme
patogenakuatikberbahayayangberasaldaritangkiballaskapalsertasejalandenganu
paya perlindungan lingkungan maritim berdasarkan Pasal 196 ayat 1 Konvensi
Perserikatan Bangsa-
BangsatentangHukumLaut,1982,IMOmengeluarkanInternationalConventionfor
the Control and Management of Ships' Ballast Water and Sediments, 2004
(Konvensi
lnternasionaluntukPengendaliandanManajemenAirBallasdanSedimendariKapal
-kapal, 2004). Konvensi ini bertujuan melindungi lingkungan maritim dari
penyebaran spesies asing atau organisme patogen akuatik yang berbahaya
akibat pembuangan air ballas dari kapal. Konvensi ini telah berlaku secara
internasional sejak tanggal 8 September2017.
Berdasarkan Konvensi ini, seluruh kapal yang berlayar internasional wajib
mengatur air ballas dan sedimen pada standar tertentu yang spesifik sesuai
dengan RencanaPengelolaan Air Ballas (Ballast Water Management Plan).
Seluruh kapal yang berlayar internasional wajib memuat Buku Catatan Air
Ballas (Ballast Water Record Book) dan Sertifikat lnternasional Manajemen
Air Ballas (International Ballast Water Management Certificate). Standar
pengelolaan air ballas akan dihapus se:ara bertahap dalam periode waktu
tertentu. Sebagai solusi antara, kapal wajib mengganti air ballas di tengah laut.
Selanjutnya sebagian besar kapal wajib memasang peralatan pengolah air
ballas (ballast water treatment system).
Pengaturan lebih lanjut implementasi Konvensi ini terdapat pada Annex
(Lampiran) Konvensi, yaitu Regulation for the Control and Management of
Ships' Ballast Water and
Sediments.AnnexKonvensiterdiridari5(lima)bagian(section)yangmengaturimpl
ementasi teknis terperinci seluruh ketentuan Konvensi. /MO telah menerbitkan
14 (empat betas) pedoman (guidelines) dalam rangka membantu Negara Pihak
melaksanakan ketentuan
Konvensi,yaituGuidelinesfortheUniformImplementationoftheBallastWaterMan
agement Convention.
Salah satu upaya implementasi teknis terperinci Konvensi ini oleh seluruh
Negara Pihak adalah melalui riset (penelitian) terhadap pengaruh air ballas
dari kapal terhadap kualitas perairan di mana Negara Pihak memiliki
kedaulatan penuh (full sovereignty) dan hak berdaulat (sovereign rights)
berdasarkan hukum internasional. Konvensi ini memberikan
keleluasaanbagiseluruhNegaraPihakuntukmelaksanakanhalinimelaluiberbagai
metode dan analisis terhadap dampak yang ditimbulkan oleh organisme dan
patogen akuatik yang telah diketahui berpindah melalui air ballas dari kapal.
Pasal 6 ayat 1 Konvensi menyatakan sebagaiberikut:
Parties shall endeavor, individually or jointly,to:
a. Promote and facilitate scientific and technical research on ballast water
management; and
b. Monitor the effects of ballast water management in waters under
theirjurisdiction.
KonvensiinimenekankansatiapNegaraPihakuntukmelaksanakanrisetilmiahd
ankajian teknis pengelolaan air ballas dan sedimen dari kapal berdasarkan
pedoman Konvensi yang antara lain dan tidak terbatas pada hal-hal
sebagaiberikut:
- Kualitas airpelabuhan;
- Fasilitas penampungan airballas;
- Fasilitas penampungansedimen;
- Conteh (sample) air ballas padakapal;
- Baseline study manajemen airballas;
- Penilaian resiko (risk assessment) terhadap implementasi konsep area
geografis yang disepakati (Same Risk Area) dalam manajemen airballas.
3. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Study Baseline Manajemen Air Ballast,
yaitu:
a. Laporan studi identifikasi komponen-komponen yang mempengaruhi
pengelolaan air ballast dan pelaksanaan pengelolaan air ballast yang dilakukan
di beberapa pelabuhan di Indonesia beserta permasalahannya.
b. Usulan/rekomendasi manajemen air ballast yang sesuai untuk diterapkan di
Indonesia berdasarkan hasil identifikasi dan kajian permasalahan pelaksanaan
pengelolaan air ballast yang dilakukan di beberapa pelabuhan di Indonesia.
4. Sasaran
Sasaran kegiatan Study Baseline Manajemen Air Ballast adalah terwujudnya
pedoman mengenai pengelolaan air ballast yang dilakukan di pelabuhan-pelabuhan
Indonesia
C. Penerima Manfaat
Baseline Study Manajemen Air Ballas Tahun Anggaran 2019 bertujuan
mendapatkan hasil kajian teknis sebagai bahan perumusan kebijakan Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut dalam perlindungan terhadap kualitas perairan di
berbagai pelabuhan di Indonesia yang sering disinggahi oleh berbagai kapal
berbendera asing dalam rangka meningkatkan perlindungan lingkungan maritim
dari dampak negatif spesies asing yang invasif dan organisme patogen akuatik
yang berbahaya yang berasal dari pengoperasian air ballast pada kapal. Hasil
baseline study akan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan
implementasi konsep Same Risk Area antara Indonesia, Malaysia dan Singapura
berdasarkan Pedoman Konvensi Internasional untuk Pengendalian dan
Manajemen Air Ballas dan Sedimen dari Kapal, 2004.
E. LOKASI SURVEY
Lokasi survey, meliputi:
1. Sumatera Utara, Pelabuhan Belawan
2. Jawa Timur, Pelabuhan Tanjung Perak
3. Sulawesi Selatan, Pelabuhan Makassar
4. Jakarta, Pelabuhan Tanjung Priok
F. RUANG LINGKUP
1. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi kegiatan Study Baseline Manajemen Air Ballast,
meliputi:
a. Identifikasi kuantitas dan kualitas air ballast
b. Identifikasi sumber penghasil air ballast (jenis kapal, kapasitas ruang air
ballast, riwayat lokasi pertukaran air ballast)
c. Identifikasi proses pelaksanaan pertukaran air ballast
d. Identifikasi proses pengolahan air ballast yang digunakan (bila dilakukan)
e. Identifikasi kualitas air perairan pelabuhan (di lokasi pertukaran air ballast
dan di lokasi yang mewakili rona kondisi awal)
f. Mekanisme penjadwalan pertukaran air ballast
g. Analisis keterkaitan antara kualitas air ballast dengan kualitas perairan
pelabuhan di setiap pelabuhan yang ditinjau
h. Analisis mekanisme pengelolaan air ballast di masing-masing pelabuhan
yang ditinjau
i. Perbandingan kualitas air ballast di setiap pelabuhan yang ditinjau
j. Perbandingan kualitas air perairan pelabuhan di setiap pelabuhan yang
ditinjau
k. Rekomendasi kualitas air ballast yang boleh dibuang ke perairan
pelabuhan
l. Rekomendasi mekanisme pengelolaan air ballast yang sesuai untuk
diterapkan di setiap pelabuhan
G. TENAGA AHLI
Tenaga ahli yang dibutuhkan untuk kegiatan Study Baseline Manajemen Air
Ballast, terdiri dari:
a. Ketua Ahli Menejemen Perkapalan dan Pelabuhan (Team Leader)
Team leader adalah seorang Ahli Menejemen Perkapalan dan Pelabuhan
dengan kualifikasi pendidikan minimal Magister Teknik Perkapalan dan
Pelabuhan dengan pengalaman dalam bidang perkapalan minimal 7 (tujuh)
tahun.
Ketua Tim mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Melakukan koordinasi tenaga ahli dalam melakukan proses pekerjaan;
2) Melakukan koordinasi dengan pihak pengguna jasa (Direktorat
Perkapalan dan Kepelautan) dan tim teknisnya;
3) Bersama ahli hukum, melakukan kajian kebijakan atau peraturan
perundang-undangan dan literatur teoritis yang terkait dengan
pengelolaan air ballast;
4) Bersama ahli mikrobiologi/oseanografi, melakukan penentuan lokasi
pengambilan sampel air ballast di kapal dan di perairan pelabuhan;
5) Mengkoordinasikan pelaksanaan survey dan pengumpulan data
pengelolaan air ballast;
6) Mengintegrasikan analisa dan perencanaan pengelolaan air ballast;
7) Membuat rekomendasi pengelolaan air ballast.
b. Ahli Mikrobiologi (1 orang)
Ahli Mikrobiologi dengan kualifikasi minimal Sarjana Biologi dengan
pengalaman dalam bidang Mikrobiologi minimal 6 (enam) tahun.
Ahli Mikrobiologi mempunyai Tugas sebagai berikut :
1. Membantu ketua tim dalam menentukan lokasi pengambilan sampel air
ballast di kapal dan di perairan pelabuhan;
2. Membantu ketua tim dalam pengumpulan data sampling air ballast dan
air perairan pelabuhan;
3. Membantu ketua tim dalam menentukan parameter biologi yang harus
diperiksa di laboratorium
4. Membantu ketua tim dalam menganalisis hasil pemeriksaan
laboratorium sampel air ballast dan air perairan pelabuhan.
5. Membantu ketua tim dalam menyusun rekomendasi pengelolaan air
ballast dan air perairan pelabuhan.
c. Ahli Ahli Oseanografi (1 orang)
Ahli Oseanografi dengan kualifikasi minimal Sarjana Oseanografi dengan
pengalaman dalam bidang Oseanografi minimal 6 (enam) tahun..
Ahli Oseanografi mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Membantu ketua tim dalam menentukan lokasi dan waktu pengambilan
sampel air ballast di kapal dan di perairan pelabuhan;
2. Membantu ketua tim dalam pengumpulan data sampling air ballast dan
air perairan pelabuhan;
3. Membantu ketua tim dalam menganalisis hasil pemeriksaan
laboratorium sampel air ballast dan air perairan pelabuhan.
4. Membantu ketua tim dalam menyusun rekomendasi pengelolaan air
ballast dan air perairan pelabuhan.
d. Ahli Teknik Lingkungan (1 orang)
Ahli Teknik Lingkungan dengan kualifikasi minimal Sarjana Teknik
Lingkungan dengan pengalaman dalam bidang perkapalan minimal 6
(enam) tahun.
Ahli Teknik Lingkungan mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Membantu ketua tim dalam menentukan lokasi pengambilan sampel air
ballast di kapal dan di perairan pelabuhan;
2. Membantu ketua tim dalam pengumpulan data sampling air ballast dan
air perairan pelabuhan;
3. Membantu ketua tim dalam menentukan parameter fisik kimia yang
harus diperiksa di laboratorium
4. Membantu ketua tim dalam menganalisis hasil pemeriksaan
laboratorium sampel air ballast dan air perairan pelabuhan.
5. Membantu ketua tim dalam menyusun rekomendasi pengelolaan air
ballast dan air perairan pelabuhan.
e. Ahli Perkapalan/Pelayaran (1 orang)
Ahli Pelayaran dengan kualifikasi minimal ATT II ato ANT II dengan
pengalaman dalam bidang pelayaran minimal 6 (enam) tahun.
Ahli Pelayaran mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Membantu ketua tim dalam menentukan lokasi pengambilan sampel air
ballast di kapal dan di perairan pelabuhan;
2. Membantu ketua tim dalam pengumpulan data sekunder terkait dengan
pengelolaan air ballast yang dilakukan di beberapa pelabuhan di
Indonesia;
3. Membantu ketua tim dalam menentukan menyusun rekomendasi
pengelolaan air ballast
4. Membantu ketua tim dalam menganalisis pengelolaan air ballast dan air
perairan pelabuhan yang dilakukan di beberapa pelabuhan Indonesia.
5. Membantu ketua tim dalam menyusun rekomendasi pengelolaan air
ballast dan air perairan pelabuhan.
Tenaga Pendukung
a. Operator Komputer (1 orang)
Operator komputer dengan kualifikasi minimal D3 dan berpengalaman di
bidangnya minimal 3 (tiga) tahun.
Tugas Operator Komputer, meliputi:
1) Memfasilitasi tenaga ahli dalam penggunaan komputer
2) Membantu tenaga ahli dalam melakukan pengetikan laporan
3) Membantu tenaga ahli dalam melakukan pengeditan laporan
4) Membantu tenaga ahli dalam melakukan penjilidan laporan
b. Administrasi proyek/keuangan (1 orang)
Operator komputer dengan kualifikasi minimal D3 dan berpengalaman di
bidangnya minimal 3 (tiga) tahun.
Tugas Adminstrasi Proyek, meliputi:
1) Mengelola adminstrasi keuangan;
2) Mengelola adminstrasi kearsipan;
3) Mengelola adminstrasi surat menyurat;
4) Memfasilitasi tenaga ahli dalam melakukan diskusi dan koordinasi
c. Surveyor dan Asisten Tenaga Ahli (4 orang)
Surveyor dengan kualifikasi minimal S1 Biologi/Teknik
Lingkungan/Oceonografi/Pelayaran (perkapalan), dan berpengalaman di
bidangnya minimal 3 (tiga) tahun
Tugas Surveyor dan Asisten Tenaga Ahli, meliputi:
1) Melakukan survey lapangan
2) Melakukan entry data dan informasi hasil survey lapangan
3) Membantu Tenaga Ahli melakukan analisa data
I. JADWAL KEGIATAN
a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Pekerjaan Study Baseline Manajemen Air Ballast dilaksanakan selama 6
(enam) bulan.
b. Matrik Pelaksanaan Kegiatan.
Bulan
No Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan dan Proses Lelang
2 Persiapan Penelitian
3 Survey dan Pengumpulan data
4 Analisa data dan Pengujian
Laboratorium
5 Laporan Pendahuluan
6 Laporan Antara
7 Laporan Akhir
L. KUALIFIKASI PENYEDIA
a. Penyedia Jasa Konsultansi memiliki SIUP dengan KBLI 7020 (Kegiatan
Konsultansi Manajemen);
b. Memiliki TDP (Tanda Daftar Perusahaan) yang masih berlaku;
c. Memiliki Akta pendirian perusahaan dan akta perubahan terakhir (apabila
ada), dan pengesahan dari Kementerian Hukun dan HAM;
d. Memiliki SBU dengan bidang Kualifikasi Transportasi Kode 1.02.99, bidang
Industri Perkapalan 1.05.13 dan bidang Jasa Khusus Jasa Surveyor
Independen, Kode 1.SC.03, yang masih berlakudan bidang Jasa Bantuan
Teknik (Kode 1.SI.05), yang masih berlaku;
e. Memiliki pengalaman sejenis (Study Pengelolaan Pencemaran Air di
Pelabuhan) dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun;
f. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia barang/jasa
dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik di Lingkungan Pemerintah
maupun Swasta termasuk pengalaman subkontrak, dikecualikan bagi penyedia
barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;
g. Memiliki sumber daya manusia, modal, dan peralatan yang diperlukan dalam
pengadaan barang/jasa;
h. Memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir
(SPT Tahunan 2018);
i. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak;
j. Memilki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman,
dibuktikan dengan surat domisili perusahaan yang masih berlaku;
Jakarta,