Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

ILMU KESEHATAN TERNAK

PENYAKIT BAKTERIAL PADA AYAM


PULLORUM (Salmonella pullorum)
BERAK KAPUR

OLEH

NAMA : BASO FAISAL


NIM : I011171533
KELAS : A1
KELOMPOK : II (DUA)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebaran penyakit pullorum pada unggas, terutama pada ayam

komersial terjadi di Amerika Serikat dan Inggris dengan tingkat mortalitas yang

cukup tinggi. Kemudian tercatat di Australia pada tahun 1921. Usaha

pencegahannya telah dilakukan di Amerika melalui suatu program yang

dinamakan the National Poultry Improvement Plan (NPIP) dan berhasil

mengurangi kejadiannya pada kelompok unggas komersial. Biaya yang cukup

mahal dikeluarkan dengan melakukan uji tes pada usaha pembibitan untuk

memastikan bahwa unggas yang dihasilkan benar-benar bebas dari infeksi.

Kejadian pullorum di Indonesia juga sudah dapat diatasi sejak lama, menyusul

adanya kebijakan yang mengharuskan breeder untuk mengeluarkan bibit hewan

dengan syarat bebas pullorum ( Sari, 2004).

Penyakit pullorum adalah penyakit bakteri septikemik (Septicaemic

bacterial diseases) yang umumnya terjadi pada ayam dan kalkun, disebabkan oleh

bakteri Salmonella pullorum. Pertama kali ditemukan oleh Rettger pada tahun

1899 dan pada tahun 1929 dikenal dengan nama bacillary white diarrheadi

Australia sesuai dengan tanda klinis yang ada pada penyakit ini yaitu diare

berwarna putih. Penyakit pullorum merupakan penyakit unggas yang disebabkan

oleh infeksi bakteri Salmonella pullorum. Penyakit pullorum dapat menyebabkan

kematian jika menyerang unggas muda pada umur 3 minggu atau kurang dengan

tingkat mortalitas antara 20–80%.


S. pullorum adalah bakteri Gram negatif yang dapat menekan sistem

kekebalan tubuh unggas (immuno-suppression) dan dapat menyebabkan kematian

ayam pedaging sampai 80-100%. Gejala klinis infeksi S. pullorum pada unggas

ditandai dengan adanya ekskreta yang bewarna putih (berak kapur), dehidrasi dan

unggas terlihat lemas. Penyakit ini juga sangat merugikan peternak ayam petelur

karena dapat menyebabkan penurunan produksi telur dan kematian. Telur yang

dihasilkan dapat terkontaminasi dan menjadi media transmisi bagi bakteri patogen

ini (Damayanti, 2009).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ilmu kesehatan ternak

yaitu jenis penyakit unggas yang disebabkan oleh bakteri.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ilmu kesehatan ternak ini yaitu

untuk memenuhi tugas yang diberikan dari dosen pada mata kuliah Ilmu

Kesehatan Ternak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyakit Pullorum

Pullorum atau berak kapur merupakan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella pullorum dan bakteri gram negatif. Pullorum merupakan

penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak

kapur (Bacilary White Diarrhea). Penyakit ini menimbulkan mortalitas yang

sangat sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari dan memiliki masa inkubasi

7 hari. Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun,

puyuh, merpati, beberapa burung liar dan bakteri mampu bertahan di tanah

selama 1 tahun. Di Indonesia peyakit pullorum merupakan penyakit menular yang

sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka

kematian tinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas

pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau

angka kematian dapat mencapai 85%.

Sumber : Ilmuveteriner.com
Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat

ditularkan dariinduk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur

dan seringmenyerang pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan puncak

kematian padaumur 2-3 minggu setelah menetas. Ayam akan terlihat mengantuk,

lemah, nafsumakan hilang dan ayam terlihat bergerombol di suatu tempat.Ayam

mengeluarkan kotoran berwarna putih menyerupai kapur (pasta)dan terkadang

menempel pada dubur ayam. Pada perubahan bedah bangkai akanterlihat hati

berwarna kuning dan keras karena pembengkakan. Pada saluran pencernaan

tampak bintik-bintik putih terutama pada mesenterium (penggantung usus,red)

dan otot ventrikulus serta sekum atau usus buntu penuh dengan massaberbentuk

keju. Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggasterutama

anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap

tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yangbersifat

carrier.

Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada

anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa.

Penyakit ini dikenal juga dengan nama bacillary white diarrhea, white diarrhea

atau berak kapur. Pada berbagai negara di Eropa, Salmonella pullorumdan

Salmonella gallinarum digolongkan dalam satu spesies. Meskipun demikian,para

ahli di negara-negara amerika ataupun Asia untuk membedaan Salmonella

pullorum sebagai penyebab penyakit pulorum dan Salmonella gallinarum sebagai

fowl typhoid. Penyakit ini juga ada di Indonesia, penyakit ini dapat ditularkan

secara kongenital (melalui telur). Nama lain penyakit ini ialah diare putih anak

ayam, Pulorum Seuche atau tifus ayam.Kerugian ekonomik akibat penyakit


pulorum terutama bersifat tidak langsung sehubungan dengan biaya yang

dikeluarkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium pada breeder untuk

memastikan bahwa breeder bebasterhadap infeksi Salmonella. Kadang-kadang

terjadi infeksi saluran pencernaanpada manusia akibat mengkonsumsi makanan

yang tercemar oleh Salmonella pullorum dalam jumlah yang besar.

Kejadian Penyakit Penyakit pulorum terutama ditemukan pada ayam dan

kalkun muda. Berbagai spesies unggas dapat terinfeksi tetapi jenis unggas tersebut

tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit pulorum.

Penyakit ini dapat ditemukan pada ayam semua kelompok umur, tetapi kerugian

yang terbesar hanya ditemukan pada anak ayam yang berumur <4 minggu.

Penyakit pulorum dapat ditemukan di berbagai negara di dunia, pada daerah

penghasil unggas. Kejadian penyakit ini secara geografis erat hubungannya

dengan usaha pengendalian yang dilakukan oleh negara tertentu. Usaha tersebut

telah memberikan hasil yang memuaskan pada sejumlah negara dengan sangat

minimnya kejadian penyakit pulorum pada unggas ataupun produk asal unggas.

Di indonesia, pengendalian penyakit pulorum juga diatur oleh pemerintah dengan

melakukan uji serogik pada semua parent stock yang dipelihara dibreeding farm.

Sejauh ini kejadian penyakit tersebut ditingkan breeder tergolong sangat jarang.

Pada peternakan komersial dan produk asal unggas (daging dan telur) belum

banyak dilakukan evaluasi laboratorium untuk mengetahui kemungkinan adanya

infeksi penyakit pulorum. Pada kondisi lapangan, diagnosis penyakit tersebut sulit

dilakukan dengan pemeriksaan pasca mati sehingga laporan tentang kejadian dan

penyebaran penyakit pulorum di Indonesia tidak dapat diperoleh secara pasti.

Meskipun demikian, dari sejumlah penelitian yangdilakukan, penyakit ini telah


tersebar diberbagai peternakan ayam di Indonesia walaupun frekuensi kejadiannya

masih tergolongan rendah.

B. Tanda Klinis Penyakit Pullorum

Beberapa tanda klinis dari unggas yang terserang penyakit Pullorum

adalah depresi, somnolence, anoreksia, tampak sering berkumpul bersama,

sayapnya jatuh, dehidrasi, sulit bernapas, diare, bulu terbalik, lemah dan feses

banyak yang melekat disekitar anus. Dalam beberapa kondisi tanda klinis penyakit

ini tidak terlihat pada umur 5 – 10 hari setelah menetas. Mortalias tertinggi

biasanya terjadi pada umur 2 – 3 minggu. Daya tahan tubuhnya akan semakin

berkurang dan mengurangi bobot badan serta bulu nampak tumbuh dengan jarang.

Disamping itu unggas akan tidak siap dewasa untuk berproduksi. Tanda lainnya

seperti kebutaan, pembengkakan tibiotarsal joint, humerus, arkuliasi radial dan

arikulsi ulna.

Pada ayam dewasa dan ayam yang sedang dalam pertumbuhan, tanda

klinis mungkin tidak nampak sama. Tanda klinis yang nonspesifik seperti

berkurangnya konsumsi, jengger menyusut, menurunnya produksi telur, fertilitas

dan daya tetas. Kematian dapat terjadi dalam 4 hari tapi biasanya terjadi setelah 5

– 10 hari. Peningkatan suhu tubuh , serta tanda klinis lainnya yang menonjol yaitu

anoreksia, diare, depresi, dehidrasi dan hilangnya bobot badan.

C. Cara Penularan Penyakit Pullorum

Secara umum cara penularan penyakit ini melalui beberapa cara yaitu:
1. Feco-oral route
2. Horizontal : sakit menular ke ayam yang peka
3. Vertikal : melalui telur yg infektif
4. Perinhalasi melalui debu infektif pada mesin dan tetas
5. Karier (3-4 bln) dan infeksi menjadi ancaman
6. Predileksi pada ovarium
Secara kongenital/vertikal melalui induk ke anak saat telur di ovarium,
oviduk atau kloaka. Secara horisontal melalui oral, melalui pakan, air minum
danlitter yg terkontaminasi dengan udara dengan melalui debu, bulu-bulu, anak
ayamdan pecahan cangkang. Patogenesis dari penyakit ini adalah sebagai berikut:
1. Bakteri masuk secara oral berinteraksi dengan sel epitel dan sel mikro

padasaluran pencernaan dan berkolonisasi kemudian menetrasi mukosa epitel

usushalus sehingga terjadi kemotaksis heterofil dan magrofag dan terjadi

peradaangan.

2. Invasi bakteri di luar saluran pencernaan selanjutnya berkembang biak

dalamsistem retikuloendotil (hati,limpa)

3. Bakterimia

Meskipun ayam merupakan hospes alami Salmonela pullorum, kalkun juga

merupakan hospes yang penting. Sehubungan dengan tingkat adaptasi yang tinggi

dari bakteri tersebut pada ayam dan dengan derajat adaptasi yang lebihrendah

pada kalkun, maka patogenisitas Salmonela pullorum pada hospes yanglain akan

sangat terbatas. Pada ayam dan kalkun, infeksi bakteri tersebut

biasanyaberlangsung lama. Infeksi pulorum pada spesies unggas lainnya bersifat

rendah dan tidak penting untuk jangka waktu yang panjang. Ayam yang tergolong

tipe ringan relatif lebih resisten terhadap pulorum dibandingkan dengan ayam tipe

berat. Jenis ayam yang mempunyai temperatur tubuh tinggi, terutama pada umur

sekitar satu minggu relatif lebih tahan terhadap tangtangan Salmonela pullorum

dibandingkan dengan jenis ayam yang mempunyai temperatur tubuh rendah.

Beberapa peneliti melaporkan bahwa persentase ayam betina yang

memberikan reaksi positif terhadap uji pulorum lebih tinggi dibandingkan dengan

ayam jantan. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena adanya infeksi lokal pada
folikel ovarium. Mortalitas akibat pulorum biasanya ditemukan pada ayam umur

2-3 minggu. beberapa ahli melaporkan bahwa resistensi terhdap pulorum

meningkat dengan cepat selama 5-10 hari pertama sejalan dengan peningkatan

jumlah limfosit dan temperatur tubuh. Kadang-kadang ditemukan adanya infeksi

akut pada ayam dewasa, terutama petelur cokelat. Sejumlah ayam dan kalkun

yang dapat bertahan terhadap infeksi pulorum dengan/tanpa adanya lesi tertentu.

Infeksi alami pada hewan lain merupakan akibat dari kontak langsung atau tidak

langsung dengan ayam sakit. Jenis burung yang dapat terinfeksi secara alami

adalah itik, ayam mutiara, burung merak, burung puyuh, burung gereja, burung

kenari, kutilang dan sejenis burung kaka tua. Jenis mamalia yang dapat

terinfeksisecara alami ataupun buatan adalah simpanse, kelinci, marmot,

chinchilla, babi, anak kucing, sering, anjing, mink, anak sapi dan tikus liar.

Walaupun hospes dari Salmonela pullorum sangat luas, namun karena

pulorum hampir dapat ditanggulangi secara baik, maka diperkirakan unggas lain

dan mamalia hanya memainkan peranan yang kecil dalam epidemiologi penyakit

tersebut. Kadang-kadang dapat ditemukan adanya Salmonelosis akibat Salmonela

pullorum padamanusia yang berhubungan dengan makanan. Telur tetas yang

terinfeksi oleh bakteri Salmonela pullorum mempunyai peranan yang penting

dalam penularan penyakit ini. Sekitar dari telur yang berasal dari ayam yang

terinfeksi penyakit tersebut mengandung Salmonela pullorum, terutama oleh

karena adanya pencemaran ovum selama proses ovulasi. Meskipun bakteri

tersebut dapat menembus kerabang telur setelah telur keluar dari ayam, rute

infeksi tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit

pulorum. Penularan penyakit yang terjadi selama periode penetasan dari anak
ayamyang terinfeksi kepada anak ayam yang tidak terinfeksi dapat mengakibatkan

penyebaran penyakit yang ekstensif yang hanya dapat ditanggulangi dengan

carafumigasi pada inkubator.

D. Cara Pencegahan Penyakit Pullorum

Penyakit pullorum sedikit nyata pengaruhnya terhadap kesehatan umum,

beberapa laporan menujukkan adanya penyakit pulorum pada manusia akibat

konsumsi makanan yang mengandung S pullorum. Gejalanya dikarakterisasikan

dengan cepatnya serangan enteritis akut diikuti dengan kesembuhan yang cepat

tanpa pengobatan. Pencegahan dan pengawasan yang biasa dilakukan adalah

dengan menggunakan prosedur manajemen, penguranagn hewan carrier, uji

serologis dan vaksinasi. Prosedur manajemen yang dilakukan untuk mengurangi

kejadi pullorum sebagai berikut :

1. Ayam yang dihasilkan dari sumber yang bebas dari pullorum

2. Tidak ada pencampuran kelompok unggas yang bebas pullorum dengan kelompok

unggas yang dinyatakan bebas fowl typoid.

3. Sanitasi kandang dan lingkungan

4. Menggunakan pakan berbentuk pellet atau crumble untuk mengurangi infeksi

salmonella dalam pakan

5. Menggunakan program biosecurity untuk meminimalkan masuknya salmonella

dari luar seperti : burung liar, tikus, kelinci, anjing, dan kucing. Pengontrolan

serangga, menggunakan air minum portable, menggunakan footwear dan pakaian

yang selalu distrerilisasi sat masuk kandang, perlengkapan, truk prosesing dan

perlatan lain juga harus disterilkan dari infeksi salmonella.


E. Cara Pengobatan Penyakit Pullorum

Pengobatan tidak direkomendasikan, akan tetapi untuk mengurangi

pengaruhnya maka saat ini sudah dilakukan pengobatan-pengobatan yang efektif

yaitu obat propilactic dan teurapetic. Sulfonamid termasuk sulfadiazine,

sulfamerazine, sulfathiazole, sulfamethazine dan silfaquionoxalin. Dosis untuk

sulfadiazine, sulfamerazine, sulfathiazole maksimum diberikan 0,75% dari pakan

tepung starter digunakan 5-10 hari setelah hewan masuk. Pada 5 hari pertma juga

biasa diberikan sulfamerazine sebanyak 0,5%, dan sulfaquinoxaline digunakan

0,1% dalam pakan yang dapat digunakan untuk 2-3 hari.

Tetapi pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan

suntikan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau

mycomas di dada ayam. pengobatan juga dapat dilakuakan dengan cara

memberikan preparat sulfonamide. Obat furazolidone dalam dosis 0,04% selama

10-14 hari memiliki efektifitas yang tinggi dalam mencegah kematian anak ayam.

Dan beberapa antibiotik lainnya yang bisa digunakan untuk mencegah infeksi

pullorum.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pullorum atau berak kapur merupakan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella pullorum dan bakteri gram negatif. Pullorum merupakan

penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak

kapur (Bacilary White Diarrhea). Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit

infeksius pada unggas terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan

melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik

pada ayam dewasa yang bersifat carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan

dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan

kronis pada ayamdewasa. Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum

yang dapat ditularkan dari induk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan

berak kapur dan sering menyerang pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan

puncak kematian pada umur 2-3 minggu setelah menetas. Pencegahan yang

sebaiknya dapat dilakukan adalah ayam yang bebas pulorum hendaknya dipelihara

secara terpisah dari unggas lain atau burung yang tidak diketahui secara pasti

bebas pulorum. Menjaga kebersihan atau hygene ditempat unggas yang dipelihara

dan memberikan vaksin yang baik kepada unggas.


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2012. Salmonella Pullorum, Pullorum Disease,’Bacillary


WhiteDiarrhoea’ (online)
http://www.thepoultrysite.com/diseaseinfo/131/salmonella-pullorum-
pullorum-disease-bacillary-white-diarrhoea.
Damayanti, E. Ahmad, S. Hardi, J dan Tri, U. 2009. Pemanfaatan tepung cacing
tanah (lumbricus rubellus) sebagai agensia anti-pullorum dalam
imbuhan pakan ayam broiler. JITV. Vol 14(2) : 83-89.
Fadhillah debby. 2019. Pullorum Merupakan Penyakit Menular dan Mematikan
pada Unggas. Ilmuveterainer.com.
Sari, M. L. 2004. Pullorum dan permasalahnannya. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Tabbu, Charles. 2000. Penyakit ayam dan penanggulangannya (online)
books.google.com/books?isbn=9796727986.

Anda mungkin juga menyukai