OLEH
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
komersial terjadi di Amerika Serikat dan Inggris dengan tingkat mortalitas yang
mahal dikeluarkan dengan melakukan uji tes pada usaha pembibitan untuk
Kejadian pullorum di Indonesia juga sudah dapat diatasi sejak lama, menyusul
bacterial diseases) yang umumnya terjadi pada ayam dan kalkun, disebabkan oleh
bakteri Salmonella pullorum. Pertama kali ditemukan oleh Rettger pada tahun
1899 dan pada tahun 1929 dikenal dengan nama bacillary white diarrheadi
Australia sesuai dengan tanda klinis yang ada pada penyakit ini yaitu diare
kematian jika menyerang unggas muda pada umur 3 minggu atau kurang dengan
ayam pedaging sampai 80-100%. Gejala klinis infeksi S. pullorum pada unggas
ditandai dengan adanya ekskreta yang bewarna putih (berak kapur), dehidrasi dan
unggas terlihat lemas. Penyakit ini juga sangat merugikan peternak ayam petelur
karena dapat menyebabkan penurunan produksi telur dan kematian. Telur yang
dihasilkan dapat terkontaminasi dan menjadi media transmisi bagi bakteri patogen
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ilmu kesehatan ternak ini yaitu
untuk memenuhi tugas yang diberikan dari dosen pada mata kuliah Ilmu
Kesehatan Ternak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Pullorum
penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak
sangat sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari dan memiliki masa inkubasi
7 hari. Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun,
puyuh, merpati, beberapa burung liar dan bakteri mampu bertahan di tanah
sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka
kematian tinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas
pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau
Sumber : Ilmuveteriner.com
Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat
ditularkan dariinduk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur
dan seringmenyerang pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan puncak
kematian padaumur 2-3 minggu setelah menetas. Ayam akan terlihat mengantuk,
menempel pada dubur ayam. Pada perubahan bedah bangkai akanterlihat hati
dan otot ventrikulus serta sekum atau usus buntu penuh dengan massaberbentuk
anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap
tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yangbersifat
carrier.
anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa.
Penyakit ini dikenal juga dengan nama bacillary white diarrhea, white diarrhea
fowl typhoid. Penyakit ini juga ada di Indonesia, penyakit ini dapat ditularkan
secara kongenital (melalui telur). Nama lain penyakit ini ialah diare putih anak
kalkun muda. Berbagai spesies unggas dapat terinfeksi tetapi jenis unggas tersebut
Penyakit ini dapat ditemukan pada ayam semua kelompok umur, tetapi kerugian
yang terbesar hanya ditemukan pada anak ayam yang berumur <4 minggu.
dengan usaha pengendalian yang dilakukan oleh negara tertentu. Usaha tersebut
telah memberikan hasil yang memuaskan pada sejumlah negara dengan sangat
minimnya kejadian penyakit pulorum pada unggas ataupun produk asal unggas.
melakukan uji serogik pada semua parent stock yang dipelihara dibreeding farm.
Sejauh ini kejadian penyakit tersebut ditingkan breeder tergolong sangat jarang.
Pada peternakan komersial dan produk asal unggas (daging dan telur) belum
infeksi penyakit pulorum. Pada kondisi lapangan, diagnosis penyakit tersebut sulit
dilakukan dengan pemeriksaan pasca mati sehingga laporan tentang kejadian dan
sayapnya jatuh, dehidrasi, sulit bernapas, diare, bulu terbalik, lemah dan feses
banyak yang melekat disekitar anus. Dalam beberapa kondisi tanda klinis penyakit
ini tidak terlihat pada umur 5 – 10 hari setelah menetas. Mortalias tertinggi
biasanya terjadi pada umur 2 – 3 minggu. Daya tahan tubuhnya akan semakin
berkurang dan mengurangi bobot badan serta bulu nampak tumbuh dengan jarang.
Disamping itu unggas akan tidak siap dewasa untuk berproduksi. Tanda lainnya
arikulsi ulna.
Pada ayam dewasa dan ayam yang sedang dalam pertumbuhan, tanda
klinis mungkin tidak nampak sama. Tanda klinis yang nonspesifik seperti
dan daya tetas. Kematian dapat terjadi dalam 4 hari tapi biasanya terjadi setelah 5
– 10 hari. Peningkatan suhu tubuh , serta tanda klinis lainnya yang menonjol yaitu
Secara umum cara penularan penyakit ini melalui beberapa cara yaitu:
1. Feco-oral route
2. Horizontal : sakit menular ke ayam yang peka
3. Vertikal : melalui telur yg infektif
4. Perinhalasi melalui debu infektif pada mesin dan tetas
5. Karier (3-4 bln) dan infeksi menjadi ancaman
6. Predileksi pada ovarium
Secara kongenital/vertikal melalui induk ke anak saat telur di ovarium,
oviduk atau kloaka. Secara horisontal melalui oral, melalui pakan, air minum
danlitter yg terkontaminasi dengan udara dengan melalui debu, bulu-bulu, anak
ayamdan pecahan cangkang. Patogenesis dari penyakit ini adalah sebagai berikut:
1. Bakteri masuk secara oral berinteraksi dengan sel epitel dan sel mikro
peradaangan.
3. Bakterimia
merupakan hospes yang penting. Sehubungan dengan tingkat adaptasi yang tinggi
dari bakteri tersebut pada ayam dan dengan derajat adaptasi yang lebihrendah
pada kalkun, maka patogenisitas Salmonela pullorum pada hospes yanglain akan
rendah dan tidak penting untuk jangka waktu yang panjang. Ayam yang tergolong
tipe ringan relatif lebih resisten terhadap pulorum dibandingkan dengan ayam tipe
berat. Jenis ayam yang mempunyai temperatur tubuh tinggi, terutama pada umur
sekitar satu minggu relatif lebih tahan terhadap tangtangan Salmonela pullorum
memberikan reaksi positif terhadap uji pulorum lebih tinggi dibandingkan dengan
ayam jantan. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena adanya infeksi lokal pada
folikel ovarium. Mortalitas akibat pulorum biasanya ditemukan pada ayam umur
meningkat dengan cepat selama 5-10 hari pertama sejalan dengan peningkatan
akut pada ayam dewasa, terutama petelur cokelat. Sejumlah ayam dan kalkun
yang dapat bertahan terhadap infeksi pulorum dengan/tanpa adanya lesi tertentu.
Infeksi alami pada hewan lain merupakan akibat dari kontak langsung atau tidak
langsung dengan ayam sakit. Jenis burung yang dapat terinfeksi secara alami
adalah itik, ayam mutiara, burung merak, burung puyuh, burung gereja, burung
kenari, kutilang dan sejenis burung kaka tua. Jenis mamalia yang dapat
chinchilla, babi, anak kucing, sering, anjing, mink, anak sapi dan tikus liar.
pulorum hampir dapat ditanggulangi secara baik, maka diperkirakan unggas lain
dan mamalia hanya memainkan peranan yang kecil dalam epidemiologi penyakit
dalam penularan penyakit ini. Sekitar dari telur yang berasal dari ayam yang
tersebut dapat menembus kerabang telur setelah telur keluar dari ayam, rute
infeksi tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit
pulorum. Penularan penyakit yang terjadi selama periode penetasan dari anak
ayamyang terinfeksi kepada anak ayam yang tidak terinfeksi dapat mengakibatkan
dengan cepatnya serangan enteritis akut diikuti dengan kesembuhan yang cepat
2. Tidak ada pencampuran kelompok unggas yang bebas pullorum dengan kelompok
dari luar seperti : burung liar, tikus, kelinci, anjing, dan kucing. Pengontrolan
yang selalu distrerilisasi sat masuk kandang, perlengkapan, truk prosesing dan
tepung starter digunakan 5-10 hari setelah hewan masuk. Pada 5 hari pertma juga
10-14 hari memiliki efektifitas yang tinggi dalam mencegah kematian anak ayam.
Dan beberapa antibiotik lainnya yang bisa digunakan untuk mencegah infeksi
pullorum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak
infeksius pada unggas terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan
melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik
pada ayam dewasa yang bersifat carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan
dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan
yang dapat ditularkan dari induk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan
berak kapur dan sering menyerang pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan
puncak kematian pada umur 2-3 minggu setelah menetas. Pencegahan yang
sebaiknya dapat dilakukan adalah ayam yang bebas pulorum hendaknya dipelihara
secara terpisah dari unggas lain atau burung yang tidak diketahui secara pasti
bebas pulorum. Menjaga kebersihan atau hygene ditempat unggas yang dipelihara