Anda di halaman 1dari 104

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran

Kota Medan 2013-2017

No. ISBN :
No. Publikasi : 12750.1802
Katalog BPS : 9302002.1275
Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm
Jumlah Halaman : xiv + 88 halaman

Naskah:
Badan Pusat Statistik Kota Medan

Penyunting:
Badan Pusat Statistik Kota Medan

Gambar Kulit:
Badan Pusat Statistik Kota Medan

Diterbitkan oleh:
©Badan Pusat Statistik Kota Medan

Dicetak oleh:
CV. Rilis Grafika

“Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau


menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial
tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik”
TIM PENYUSUN

Produk Domestik Regional Bruto


Menurut Pengeluaran
Kota Medan 2013-2017

Penanggung jawab Umum:


Herman, SE, M.Si

Penanggung jawab Teknis:


Diana Aulia Adnan, SE

Editor:
Diana Aulia Adnan, SE

Penulis dan Pengolah Data:


Usmansyah, SST

Disain/ Layout:
Usmansyah, SST
KATA PENGANTAR

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data
ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi
suatu wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula
digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan
model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan
uang beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (finacial deepening),
penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya.
Menurut teori ekonomi makro, penghitungan PDRB dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan, yaitu : pendekatan produksi/penyediaan (PDRB menurut Lapangan
Usaha/industry), pendekatan pengeluaran/permintaan akhir (PDRB menurut
Pengeluaran/expenditure) serta pendekatan pendapatan (PDRB menurut
pendapatan/income). Ketiga pendekatan penghitungan tersebut secara teori akan
menghasilkan angka PDRB yang sama.
Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PDRB menurut pendekatan
pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa komponen,
yaitu: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non
Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori), Ekspor serta Impor. Data
PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya mengunakan tahun dasar
2010, serta sudah menerapkan konsep System of National Accounts 2008 seperti yang
direkomendasikan oleh United Nations.
Kepada seluruh anggota Tim Penyusun Publikasi ini yang telah memberikan
kontribusinya dalam mewujudkan publikasi ini disampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya. Demikian pula kepada instansi pemerintah dan lembaga/perusahaan swasta
yang telah memberikan dukungan data bagi penyusunan publikasi ini diucapkan terima
kasih. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus berlanjut serta dapat
ditingkatkan di masa-masa mendatang.
Terakhir, disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini
masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang bersifat
konstruktif sangat dihargai demi penyempurnaan isi publikasi ini selanjutnya.
Akhirnya, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.

Medan, Agustus 2018


Kepala Badan Pusat Statistik
Kota Medan

Herman, SE, M.Si

PDRB menurut Pengeluaran Kota Medan v


2013-2017
vi PDRB menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Sumatera
Utara, 2010-2014
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ………………………………………………………………….............. v

Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. vii

Daftar Tabel ……………………………………………………………………………… ix

Daftar Grafik ……………………………………………………………………………... xi

Daftar Lampiran ..………………………………………………………………………... xiii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………............. 1


1.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)……..…….. 3
1.2. Perubahan Tahun Dasar PDRB…………………………………..…. 6
1.3. Kegunaan PDRB …………………...........................................…........ 10
BAB II METODA ESTIMASI DAN SUMBER DATA …………………………… 13
2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PK-RT)….……… 15
2.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ………….………................ 19
2.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ……………….……… 22
2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………….……… 25
2.5 Perubahan Inventori ………………………………….…….………. 30
2.6 Ekspor dan Impor …………………………………………………… 34

BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA MEDAN BERDASARKAN


PDRB PENGELUARAN 2013-2017 …………………………………….... 37
3.1 Perkembangan PDRB Pengeluaran ………………………………... 39
3.2 Perkembangan Komponen PDRB Pengeluaran……………….….. 48
3.2.1 Konsumsi Akhir Rumahtangga……………………………… 48
3.2.2 Konsumsi Akhir LNPRT …………………………………….. 54
3.2.3 Konsumsi Akhir Pemerintah……………………………........ 55
3.2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto…………………………… 58
3.2.5 Perubahan Inventori………………………………………….. 59
3.2.6 Ekspor Barang dan Jasa………..…………………………….. 61
3.2.7 Impor Barang dan Jasa……………………………………….. 62

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan vii


2013-2017
BAB IV PERKEMBANGAN AGREGAT PRDB MENURUT PENGELUARAN
KOTA MEDAN 2013-2017 .................................................................. 65
4.1 PDRB (Nominal) ……….……………………………………...……. 67
4.2 Proporsi Pengeluaran Konsumsi Akhir terhadap PDRB………… 68
4.3 Incremental Capital Output Ratio (ICOR)..……….……..……...... 69

PENUTUP …………………………………………………………………... 71

LAMPIRAN ………………………………………………………………… 75

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 85

viii PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Medan 2013-2017 …………. 40

Tabel 3.2. PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Medan 2013-2017 …... 41

Tabel 3.3. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Medan 2013-


2017………..……………..……………………………………….…….... 44
Tabel 3.4. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran,
Medan 2013-2017………… ………………………………………… 46
Tabel 3.5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Medan, 2012 – 2016
…………………………………………………………………………… 47
Tabel 3.6. Perkembangan Komponen Konsumsi Rumah Tangga Medan,
2013-2017 ……………………………………………………………… 49
Tabel 3.7. Struktur komponen Rumah Tangga Kota Medan, 2013-2017
………………………………………...…………………………………. 51
Tabel 3.8. Pertumbuhan Riil Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
Medan, 2013-2017 …………………………………………………… 52
Tabel 3.9. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Pengeluaran Konsumsi
Akhir Rumah Tangga Medan, 2013-2017………… ……………… 53
Tabel 3.10. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi LNPRT Medan, 2013-
2017……… ……………………………………………………………… 54
Tabel 3.11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah
Medan, 2012 – 2016………... ….……………………………………… 56
Tabel 3.12 Perkembangan dan Struktur PMTB Medan, 2013-2017
.........……………………………………………………………………… 59
Tabel 3.13 Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Medan, 2013-
2017 ……………………………………………………………… 60
Tabel 3.14 Perkembangan Ekspor Kota Medan, 2013-2017...…………..…… 61

Tabel 3.15 Perkembangan Impor Kota Medan, 2012 – 2016 .………………… 63

Tabel 4.1 PDRB dan PDRB Perkapita Kota Medan, 2013-2017 …..……….. 67

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan ix


2013-2017
Tabel 4.2 Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir terhadap PDRB
Kota Medan, 2013-2017………………………………………………... 68
Tabel 4.3 Incremental Capital Output Ratio Kota Medan, 2013-2017………... 70

x PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 3.1. PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Medan 2013-2017 ………...…. 40

Grafik 3.2. PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Medan 2013-2017 …...… 42

Grafik 3.3. Perbandingan PDRB ADHB dan ADHK 2010 Menurut


Pengeluaran, Kota Medan 2013-2017……………………………...…… 43
Grafik 3.4. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Medan 2013—
2017………………………………………………………………………… 45
Grafik 3.5. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran,
Medan 2013—2017……………………………………………………… 46

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan xi


2013-2017
xii PDRB menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010)
Sumatera Utara, 2010-2014
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto ADHB menurut


Pengeluaran Medan, 2013-2017………………………….............. 77
Lampiran 2 Produk Domestik Regional Bruto ADHK 2010 menurut
Pengeluaran Medan, 2013-2017………………………………….. 78
Lampiran 3 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto ADHB
menurut Pengeluaran Medan, 2013-2017……………………….. 79
Lampiran 4 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto ADHK
2010 menurut Pengeluaran Medan, 2013-2017………………… 80
Lampiran 5 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ADHK
menurut Pengeluaran Medan, 2013-2017……………………….. 81
Lampiran 6 Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto menurut
Pengeluaran Medan, 2013-2017…………………………………... 82
Lampiran 7 Pertumbuhan Indeks Implisit Produk Domestik Regional
Bruto menurut Pengeluaran Medan, 2013-2017…………….….. 83
Lampiran 8 Sumber Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
menurut Pengeluaran Medan, 2013-2017……………………….. 84

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan xiii


2013-2017
xiv PDRB menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010)
Sumatera Utara, 2010-2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
(PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto menurut pengeluaran (PDRB


Pengeluaran) merupakan salah satu bentuk tampilan data ekonomi suatu
wilayah, di samping bentuk tampilan lain seperti PDRB menurut lapangan usaha,
Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi, dan Neraca Arus Dana. Di
dalam sistem kerangka kerja (frame work) data ekonomi suatu wilayah, PDRB
Pengeluaran merupakan ukuran dasar (basic measure) yang menggambarkan
penggunaan atas barang dan jasa (product) yang dihasilkan melalui aktivitas
produksi. Dalam konteks ini, PDRB Pengeluaran itu menggambarkan hasil
“akhir” dari proses produksi yang berlangsung dalam batas-batas teritori suatu
wilayah. Berbagai jenis barang dan jasa akhir tersebut akan digunakan untuk
memenuhi permintaan akhir oleh pelaku ekonomi domestik maupun pelaku
ekonomi dari luar wilayah bahkan dari luar negeri. Beberapa agregat penting
dapat diturunkan dari PDRB Pengeluaran ini seperti variabel Pengeluaran
Konsumsi Akhir, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik, serta
ekspor dan impor.

Penghitungan PDRB melalui pendekatan pengeluaran (expenditure) tidak


terlepas dari penghitungan PDRB melalui pendekatan lapangan usaha
(production). Sungguhpun demikian, PDRB Pengeluaran diestimasi secara
independen dengan menggunakan data dasar yang relatif berbeda. PDRB
Produksi menggambarkan aktivitas produksi, serta pendapatan yang diterima
pemilik faktor produksi yang terlibat (balas jasa faktor produksi)1. Sedangkan
PDRB Pengeluaran menggambarkan aktivitas pengeluaran yang dilakukan para
pelaku ekonomi untuk mendapatkan barang dan jasa yang diproduksi tersebut.
Melalui PDRB Pengeluaran juga dapat dilihat keterkaitannya dengan penyediaan
barang dan jasa yang berasal dari domestik maupun dari impor. Melalui
hubungan ini terlihat titik keseimbangan makro antara sisi penyediaan (supply
side) dan sisi permintaan (demand side) barang dan jasa.

Secara konsep2 penghitungan PDRB dari sisi yang berbeda di atas


dimaksudkan untuk: i) memastikan konsistensi dan kelengkapan di dalam

1 Termasuk di dalamnya penyusutan dan pajak tidak langsung “neto” (pajak tidak langsung dikurangi subsidi)
2 Handbook of National Accounting. Accounting for Production: Sources and Methods (Series F no 30 United Nations)
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 3
2013-2017
membuat estimasi; ii) memberi manfaat lebih di dalam melakukan analisis; dan
iii) mengontrol kelayakan hasil estimasi. Secara teoritis, kedua pendekatan
tersebut akan menghasilkan nilai yang sama besar (equivalent). Namun karena
pendekatan estimasi dan metoda pengukuran yang digunakan berbeda, maka
akan muncul selisih statistik (statistical descrepancy).

Dengan demikian PDRB Pengeluaran menjelaskan besarnya nilai barang


dan jasa (output) yang dihasilkan dalam wilayah domestik, yang digunakan
sebagai konsumsi “akhir” oleh masyarakat. Secara spesifik, yang dimaksud
dengan konsumsi akhir adalah penggunaan barang dan jasa yang tidak
dimaksukan untuk diproses lebih lanjut (dikonsumsi habis). Penggunaan produk
akhir tersebut diwujudkan dalam bentuk “permintaan akhir”. Permintaan akhir
yang dimaksud terdiri dari komponen-komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir
Rumahtangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit Yang
Melayani Rumahtangga (PK-LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah
(PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Perubahan Inventori (PI), serta
komponen Ekspor barang dan jasa.

Dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan akhir


masyarakat tersebut, tidak terlepas dari ketergantungan pada produk yang
berasal dari dari luar wilayah atau luar negeri (impor). Berbagai barang dan jasa
yang menjadi konsumsi akhir masyarakat di dalamnya akan terkandung produk
impor. Sehingga dalam mengukur besarnya nilai tambah domestik (PDRB),
komponen impor barang dan jasa harus dikeluarkan atau dikurangkan dari
penghitungan konsumsi atau permintaan akhir. Tingginya permintaan tidak
selalu diimbangi oleh penyediaan domestik, sehingga kondisi ini menjadi
peluang bagi masuknya produk impor. Data empiris menunjukkan bahwa dari
waktu ke waktu, perdagangan produk impor terus berkembang baik secara
kuantitas, nilai, maupun ragamnya.

Secara konsep, PDRB Produksi (Y) sama besar dengan PDRB Pengeluaran
(E), namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Selain berbeda dalam
struktur atau komposisi, pendekatan pengukuran antar keduanya juga berbeda.
Dalam penyajian data PDRB, perbedaan ini diletakkan pada sisi PDRB
Pengeluaran. Unsur yang menyebabkan perbedaan tersebut antara lain adalah
konsep dan basis pengukuran, metoda dan cakupan pengukuran, serta data dasar

4 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
yang digunakan untuk estimasi. Melalui penjelasan ini para pengguna data PDRB
tidak mempermasalahkan adanya perbedaan (statistical descrepancy) tersebut.

Penyusunan data PDRB Pengeluaran juga dimaksudkan untuk


menjelaskan bagaimana “pendapatan” (Y) yang tercipta melalui proses produksi
menjadi sumber pendapatan masyarakat3, yang akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi akhir.

Dari sudut pandang lain, PDRB Pengeluaran juga menjelaskan penggunaan


dari sebagian besar produk domestik bruto untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi akhir, atau dengan istilah yang berbeda disebut sebagai “output akhir
(final output)”. Mengkaitkan antara pendapatan dan pengeluaran untuk
pembelian barang dan jasa dari produk domestik maupun impor (termasuk
untuk diekspor) merupakan bentuk analisis yang sederhana dari data PDRB.
Keharusan memiliki jumlah yang sama pada kedua model pendekatan PDRB
tersebut, secara simultan dapat ditunjukkan melalui model atau persamaan
Keynesian sbb :

Y = C + GFCF + Δ Inventori + X – M

Y (Income) = PDRB Produksi


C (Consumption) = Konsumsi akhir
GFCF (Gross Fixed Capital Formation) = Pembentukan Modal Tetap Bruto
Δ Inventori = Perubahan Inventori
X = Ekspor
M = Impor

Persamaan di atas menunjukkan pendapatan atau nilai tambah bruto dari


hasil penghitungan PDRB Produksi akan “identik” dengan PDRB Pengeluaran.
Jika Y adalah pendapatan, C adalah konsumsi akhir, dan GFCF serta Δ Inventori
merupakan bentuk investasi fisik, maka selisih antara ekspor dengan impor
menggambarkan surplus atau defisit dari aktivitas perdagangan barang dan jasa
antar wilayah, baik dengan wilayah lain ataupun dengan luar negeri.

3. - Yang dimaksud adalah rumahtangga, pemerintah, lembaga non profit yang melayani rumah tangga serta sektor
produksi (produsen) di wilayah domestik
- Disebut sebagai pendekatan “riil”
- Siklus ekonomi secara umum yang menjelaskan tentang hubungan antara balas jasa faktor produksi (pendapatan)
dengan pengeluaran atas penggunaan berbagai produk barang dan jasa oleh faktor produksi tersebut
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 5
2013-2017
Melalui pendekatan ini dapat diketahui perilaku masyarakat dalam
menggunakan pendapatan, apakah hanya untuk tujuan konsumsi (akhir) atau
juga untuk tujuan investasi (fisik). Selain itu juga dapat diketahui besarnya
ketergantungan ekonomi wilayah (domestik) terhadap luar negeri dalam bentuk
perdagangan internasional (external transaction). Selisih antara ekspor dan impor
juga disebut sebagai “ekspor neto”.

Sebagaimana PDRB Produksi, dari PDRB Pengeluaran juga dapat


diturunkan berbagai data agregat terntang perekonomian wilayah seperti nilai
nominal, struktur atau distribusi pengeluaran konsumsi akhir, pertumbuhan
“riil”, serta indeks harga implisit. Data yang dimaksud tersedia baik untuk
masing-masing komponen PDRB Pengeluaran maupun untuk total
perekonomian.

1.2 PERUBAHAN TAHUN DASAR PDRB

Mengapa Tahun Dasar PDRB Perlu Diubah?

Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada


kondisi perekonomian global maupun lokal, yang sangat berpengaruh terhadap
perekonomian nasional. Krisis finansial global yang terjadi tahun 2008, penerapan
perdagangan bebas antara China-ASEAN (CAFTA), perubahan sistem pencatatan
perdagangan internasional, serta semakin meluasnya jasa layanan pasar modal
merupakan beberapa contoh perubahan yang perlu diantisipasi dalam
mekanisme pencatatan data statistik nasional.

Satu bentuk implementasi dari System of National Accounts (SNA) adalah


melakukan perubahan tahun dasar PDB/PDRB. Di Indonesia kegiatan perubahan
tahun dasar dari tahun 2000 ke 2010 dilakukan bersamaan dengan upaya
mengimplementasi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
tertuang dalam buku panduan SNA 2008. Kegiatan ini diawali dengan menyusun
kerangka kerja dalam bentuk Supply and Use Tables (SUT) Indonesia untuk tahun
data 2010. Dari kerangka SUT tersebut diperoleh nilai estimasi PDB dan
komponen-komponennya. Selanjutnya nilai PDB maupun komponennya ini
dijadikan sebagai acuan (benchmark) ketika BPS Provinsi maupun BPS
Kabupaten/Kota menyusun PDRB-nya. Untuk itu, guna menjaga konsistensi

6 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
dengan hasil penghitungan PDB, maka perubahan tahun dasar PDRB dilakukan
secara simultan dengan perubahan tahun dasar PDB.

Apa yang Dimaksud dengan SNA 2008?

SNA 2008 merupakan rekomendasi internasional tentang tata cara


pengukuran aktivitas ekonomi, yang telah sesuai dengan penghitungan
konvensional berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi. Rekomendasi dinyatakan
dalam sekumpulan konsep, definisi, cakupan, dan klasifikasi, serta aturan neraca
yang disepakati secara internasional dalam mengukur indikator ekonomi makro
(account) seperti PDB/PDRB.

SNA dirancang guna menyediakan informasi tentang aktivitas yang


dilakukan oleh para pelaku ekonomi, utamanya aktivitas produksi, konsumsi,
dan aktivitas akumulasi aset fisik. SNA dapat dimanfaatkan antara lain untuk
kepentingan analisis, perencanaan dan penetapan kebijakan ekonomi. Melalui
kerangka SNA, fenomena suatu perekonomi wilayah dapat dijelaskan dan
dipahami dengan lebih baik.

Apa Manfaat Perubahan Tahun Dasar?

Manfaat perubahan tahun dasar PDRB diantaranya adalah:

a. Menginformasikan kondisi ekonomi terkini, seperti terjadinya perubahan


struktur dan pertumbuhan ekonomi;
b. Meningkatkan kualitas PDRB;
c. Menjadikan PDRB dapat diperbandingkan secara nasional.

Apa Implikasi Perubahan Tahun Dasar?

Perubahan tahun dasar PDRB antara lain berdampak pada:

a. Meningkatkan nilai PDRB, yang pada gilirannya berpengaruh pada


perubahan kelompok pendapatan (dari wilayah berpendapatan rendah
menjadi menengah atau tinggi), serta pergeseran struktur ekonomi;
b. Perubahan besaran indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio
investasi dan tabungan, neraca perdagangan, serta struktur dan
pertumbuhan ekonomi;
c. Perubahan input data untuk keperluan modeling dan forecasting.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 7


2013-2017
Mengapa Tahun 2010 sebagai tahun dasar?

Terpilihnya tahun 2010 sebagai tahun dasar didasarkan atas beberapa


alasan sbb:

 Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 relatif stabil;


 Terjadinya perubahan struktur ekonomi Indonesia selama 10 (sepuluh)
tahun terakhir, terutama di bidang informasi, teknologi dan transportasi.
Perubahan ini berpengaruh pada pola distribusi dan munculnya beberapa
produk baru;
 Rekomendasi PBB tentang pergantian tahun dasar, yang harus dilakukan
setiap 5 (lima) atau 10 (sepuluh) tahun4;
 Adanya pembaharuan konsep, definisi, cakupan, klasifikasi, sumber data,
dan metodologi penghitungan sesuai rekomendasi SNA 2008;
 Tersedianya data dasar untuk meningkatkan kualitas PDRB seperti hasil
Sensus Penduduk 2010 dan Indeks Harga Produsen (Producers Price Index);
 Tersedianya kerangka SUT Indonesia tahun 2010, yang menunjukkan
keseimbangan antara produksi, konsumsi serta pendapatan yang tercipta
dari aktivitas tersebut.

Implementasi SNA 2008 dalam PDRB tahun dasar 2010

Terdapat 118 revisi di SNA 2008 dari SNA sebelumnya, dan 44 diantaranya
merupakan revisi yang utama. Beberapa revisi yang diadopsi dalam
penghitungan PDB/PDRB tahun dasar 2010 antara lain adalah:

 Konsep dan Cakupan


a. Sumber daya hayati (cultivated biological resources/CBR). CBR merupakan
nilai aset alam hasil budidaya manusia, yang diperlakukan sebagai
bagian dari output pertanian dan PMTB. Contoh nilai tegakan padi,
kelapa sawit dan karet yang belum dipanen, serta nilai sapi perah yang
belum menghasilkan.
b. Sistem persenjataan (military weapon systems/MWS). MWS merupakan
nilai pengeluaran pemerintah untuk pengadaan alat pertahanan dan
keamanan, yang diperlakukan sebagai bagian dari output industri

4
SNA1993, para 16.76: “constant price series should not be allowed to run for more than five, or at the most, ten years
without rebasing”
8 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
peralatan militer dan PMTB seperti pesawat tempur, kendaraan lapis
baja, dan peluru kendali.
c. Penelitian dan pengembangan (research and development/RnD). RnD
merupakan nilai pengeluaran untuk aktivitas penelitian dan
pengembangan, yang diperlakukan sebagai bagian dari output industri
yang melakukannya dan PMTB seperti RnD tentang varietas padi,
produk otomotif, dan riset pemasaran.
d. Eksplorasi dan evaluasi mineral (mineral exploration and evaluation/MEE).
MEE merupakan nilai pengeluaran untuk aktivitas eksplorasi dan
evaluasi barang tambang dan mineral, tanpa memperhitungkan apakah
berhasil atau tidak menemukan cadangan tambang atau mineral. Biaya
eksplorasi dan evaluasi diperlakukan sebagai bagian dari output
industri pertambangan dan PMTB.
e. Bank Sentral (Central Bank/CB). Aktivitas Bank Indonesia yang terkait
dengan penyediaan jasa kebijakan moneter dan pengawasan dipisahkan
dari jasa intermediasi keuangan. Aktivitas tersebut digabungkan dengan
aktivitas penyediaan jasa regulasi yang dihasilkan pemerintahan.
f. Komputer software (computer software and databases/CSD). CSD
merupakan nilai pembelian atau biaya pembangunan databases, yang
diperlakukan sebagai bagian dari output industri yang melakukannya
dan PMTB.
g. Produk kekayaan intelektual (entertainment, literary or artistic
originals/ELA). ELA merupakan nilai pembelian atau biaya
pembangunannya, yang diperlakukan sebagai bagian dari output
industri yang melakukannya dan PMTB.
h. Pengeluaran untuk aktivitas eksplorasi dan evaluasi barang tambang
dan mineral, tanpa memperhitungkan apakah kegiatan tersebut berhasil
ataupun tidak berhasil menemukan cadangan tambang atau mineral.
Biaya eksplorasi dan evaluasi diperlakukan sebagai bagian dari output
industri pertambangan dan PMTB.

 Metodologi

Output jasa intermediasi keuangan. Output industri ini diestimasi dengan


metoda FISIM (Financial intermediation services indirectly measured / FISIM).

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 9


2013-2017
FISIM dihitung berdasarkan tingkat suku bunga simpanan (deposits), bunga
pinjaman (loans), dan suku bunga referensi (reference). Metoda ini
menggantikan metoda Imputed Bank Services Charge (IBSC).

 Valuasi

Nilai tambah bruto lapangan usaha dinilai dengan harga dasar (Basic Price).
Harga dasar merupakan harga keekonomian suatu barang atau jasa pada
tingkat produsen, sebelum ada intervensi pemerintah dalam bentuk pajak
dan subsidi atas produk.

 Klasifikasi

Klasifikasi yang digunakan adalah Internasional Standard Industrial


Classification (ISIC rev.4) dan Central Product Classification (CPC rev.2).
BPS mengadopsi kedua jenis klasifikasi tersebut menjadi KBLI 2009 dan
KBKI 2010.

Perubahan Klasifikasi PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2000 dan 2010

PDRB Tahun Dasar 2000 PDRB Tahun Dasar 2010

1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 1. Pengeluaran Konsumsi


Rumahtangga
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
4. Perubahan Inventori 5. Perubahan Inventori
5. Ekspor 6. Ekspor
6. Impor 7. Impor

1.3 KEGUNAAN PDRB

Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat
diperoleh dari data ini antara lain :

1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya


ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar

10 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, demikian
sebaliknya.

2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju


pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke
tahun.

3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur


perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara.
Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis
perekonomian suatu negara.

4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan


jasa digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan
dengan pihak luar negeri.

5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan


dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor
ekonomi.

6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.

7. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala
atau per satu orang penduduk.

8. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui


pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu wilayah.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 11


2013-2017
12 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
BAB II
METODE ESTIMASI DAN
SUMBER DATA
2.1 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA (PK-RT)

i. Pendahuluan

Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam


perekonomian. Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah
tangga dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai
konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga juga berperan sebagai produsen
dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh
sektor institusi lain.

ii. Konsep dan definisi

Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas


barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga
didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama
dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan,
dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara
bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan perumahan.

iii. Cakupan

PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen
suatu wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik
suatu region. Jenis-jenis barang dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan
menurut COICOP (Classifications of Individual Consumption by Purpose) seperti
yang direkomendasikan oleh UN (United Nations), sbb:

1. Makanan dan minuman tidak beralkohol


2. Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik
3. Pakaian dan alat kaki
4. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5. Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin
6. Kesehatan
7. Angkutan
8. Komunikasi
9. Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
10. Pendidikan

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 15


2013-2017
11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel
12. Barang dan jasa lainnya

Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan


kembali manjadi hanya 7 COICOP, yaitu:
1. Makanan, Minuman, dan Rokok
2. Pakaian dan Alas Kaki
3. Perumahan, Perkakas, Perelngkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
4. Kesehatan dan Pendidikan
5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
6. Hotel dan Restoran
7. Lainnya

Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sbb:


 Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings);
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena
rumah tangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi
dirinya sendiri. Imputasi sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar,
meskipun status rumah tersebut milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-
benar menyewa, maka yang dihitung adalah biaya sewa yang dibayar, baik
dibayar penuh maupun tidak penuh karena mendapat keringanan biaya
(subsidi atau transfer).

 Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri;


 Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain;
 Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen diluar
wilayah atau diluar negeri (diperlakukan sebagai impor)

Terdapat beberapa catatan yang perlu dikatahui berkaitan dengan PKRT ini,
yaitu:

 Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor


dari wilayah tersebut)

 Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi),


seperti barang antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya
diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga, bukan konsumsi
rumah tangga.

16 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
 Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan
pembentukan modal di dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak
termasuk dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga. Contoh,
pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar
rumah, dan pembelian rumah.

 Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau


barang, tidak termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.

iv. Penghitungan PKRT Tahunan

1. Sumber data

Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :

 Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk


pengeluaran konsumsi per-kapita seminggu untuk makanan, dan
pengeluaran per-kapita sebulan untuk kelompok bukan makanan,

 Jumlah penduduk pertengahan tahun,

 Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data
atau indikator suplai komoditas dan jenis pengeluaran tertentu,

 Indeks Harga Konsumen (IHK).

2. Metode penghitungan

Selama ini, penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Susenas. Akan


tetapi, karena hasil estimasi data pengeluaran rumah tangga yang berasal dari
Susenas cenderung underestimate (terutama untuk kelompok bukan makanan dan
kelompok makanan jadi), maka perlu dilakukan penyesuaian (adjustment). Dalam
melakukan adjustment, digunakan data sekunder dalam bentuk data atau
indikator suplay dari berbagai sumber data di luar Susenas. Setelah diperoleh
hasil adjustment, maka yang dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan
hasil penghitungan yang didasarkan pada data sekunder. Penggantian dilakukan
pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Hal
ini dilakukan karena hasil penghitungan dari data sekunder dianggap lebih
mencerminkan PKRT yang sebenarnya.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 17


2013-2017
Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar
harga berlaku (ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh
dengan cara mendeflate PKRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.

Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT dapat


diringkas sbb:

1. Estimasi PKRT hasil Susenas:


a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x
jumlah penduduk pertengahan tahun
b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x
jumlah penduduk pertengahan tahun
2. Data poin ke 1 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP, dengan
beberapa komoditas yang mungkin dikontrol secara tersendiri;
3. Terhadap data poin ke 3 dilakukan koreksi dengan menggunakan data
sekunder atau indikator suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu;
4. Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
5. Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat);
6. PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan
hasil poin ke 5.

18 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
2.2 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT

i Pendahuluan

Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT)


muncul sebagai sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini
berperan dalam menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi
rumahtangga secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara
ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya
dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).

ii Konsep dan definisi

Pengeluaran konsumsi LNPRT (PK-LNPRT) merupakan bagian dari


pengeluaran lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya, LNP
dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan
rumahtangga.

Karakteristik unit LNP adalah sbb :

 LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan


lembaga informal yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;

 Pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih


yang punya hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;

 Setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan


tidak berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari
kegiatan usaha produktif dikuasai oleh lembaga;

 Kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan


kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan

 Istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan
surplus melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh
biasanya diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis.

LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau


rumahtangga, serta tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang
dimaksud disini adalah yang bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 19
2013-2017
atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial,
Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/ kebudayaan/olahraga/ hobi, Lembaga
swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan
kemanusiaan/beasiswa.

iii. Cakupan

Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan


LNPRT. Nilai output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh
pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya.
Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari :

a. Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran


listrik, air, telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan,
transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain,
sewa gedung, sewa perlengkapan kantor dll.
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan
tunjangan lainnya
c. Penyusutan
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN
dll.

iv. Penghitungan PK-LNPRT Tahunan

1. Sumber data

 Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP).


Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata
pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran.
 Hasil up-dating direktori LNPRT.
Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT
adalah jumlah populasi LNPRT menurut jenis lembaga.
 Indeks Harga Konsumen (IHK)

20 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
2. Metode penghitungan

PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu


menggunakan hasil SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sbb :

 Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis


pengeluaran (barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara
cuma-cuma, nilainya diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku.
Rata-rata pengeluaran lembaga menurut jenis-nya dihitung dengan
rumus sbb :

xij
xij 
ni

xij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis


pengeluaran

xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis


pengeluaran

ni : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga


i : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7
j : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19

 Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sbb:

7 19
X   xij  Ni
i 1 j 1

X : PK-LNPRT adh Berlaku


N i : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga

Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar


harga berlaku (ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010,
diperoleh dengan cara mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun
dasar 2010.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 21


2013-2017
2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH

i. Pendahuluan

Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses


politik, serta mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif
maupun eksekutif atas unit institusi lain yang berada di dalam batas-batas
wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan
fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau
individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan
lain-nya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui
aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar.

Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai


konsumen maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai
kebijakan di bidang fiskal dan moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan
melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai
produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas memproduksi barang & jasa
maupun aktivitas investasi.

ii. Konsep dan Definisi

Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama


dengan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk
dikonsumsi pemerintah itu sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa
yang bersifat rutin, pembayaran upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam
bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari Bank
Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit
produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.

Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari


aktivitas pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sbb:

1. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang


diproduksi oleh perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu
pos, reproduksi karya seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb.

22 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
Aktivitas menjual barang-barang semacam itu bersifat insidentil dari
fungsi pokok unit pemerintah.
2. Memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit,
sekolah, perguruan tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan
penyimpanan hasil karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal
ini pemerintah memungut biaya yang umumnya tidak lebih dari seluruh
biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas
semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi (pendapatan jasa).

iii. Cakupan

Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah


daerah. Dalam melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu
pada dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan
unit pemerintah daerah (baik Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD).

Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup : a.


PK-Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di wilayah provinsi; b. PK-
Pemerintah Provinsi yang bersangkutan; c. PK-Pemerintah Pusat yang
merupakan bagian dari pemerintah Provinsi; d. PK-Pemerintah Desa/
Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah Provinsi bersangkutan.

iv. Penghitungan PK-P Tahunan

1. Sumber Data

Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi Tahunan


adalah:
a. Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)
b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu)
c. Statistik Keuangan Daerah (BPS)
d. Output Bank Indonesia (BI)
e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta
Indeks Harga dari BPS.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 23


2013-2017
2. Metode Penghitungan

a. PK-P Provinsi ADHB

Secara umum, PK-P ADHB dihitung menggunakan rumusan berikut :

PK-P ADHB=
Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank
Indonesia

Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yang


dikeluarkan, yaitu : Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam
bentuk barang (yang dibeli dengan harga pasar), belanja pegawai, dan
penyusutan.
Untuk level Provinsi, PK-P Provinsi ADHB, dihitung berdasarkan
penjumlahan dari pengeluaran akhir konsumsi pemerintah Provinsi itu
sendiri + pengeluaran akhir konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan
Kabupaten/ Kota yang ada di wilayah Provinsi tersebut + pengeluaran
akhir seluruh pemerintah desa/kelurahan/nagari yang ada diwilayah
provinsi tersebut + pengeluaran pemerintah pusat yang menjadi bagian
dari provinsi yang bersangkutan.

b. PK-P Provinsi ADHK

PK-P ADHK dihitung dengan menggunakan metode deflasi.


Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari PDRB komponen
Pembentukan Modal Tetap (PMTB) Bruto, Indeks Harga Konsumen (IHK)
umum.

24 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

i. Pendahuluan

Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan


mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini
terdiri dari investasi fisik dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB,
aktivitas investasi fisik ini tercermin pada komponen Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.

PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang
dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi
menurut jenis barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan
perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.

ii. Konsep dan definisi

PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap


pada suatu unit produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang
modal mencakup pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing)
barang modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari
luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal), dan
pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan
barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial
leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang
disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.

Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan
mengalami penyusutan sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto”
mengindikasikan bahwa di dalamnya masih mengandung unsur penyusutan.
Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital)
menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses
produksi secara normal selama satu periode.

iii. Cakupan

PMTB terdiri dari :

1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun


PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 25
2013-2017
barang bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat
tinggal, bangunan lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset
tumbuhan dan hewan yang dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan
intelektual (intellectual property products), dan sebagai-nya;

2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti


lahan dan aset yang dipatenkan;

3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan


usia pakai-nya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai,
pembukaan, pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan
erosi).

iv. Penghitungan PMTB Tahunan

1. Sumber data

a. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut


industri konstruksi dari BPS Prov/Kab/Kota.

b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari
KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat.

c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil &
Rumah tangga (level provinsi).

d. Laporan keuangan perusahaan.

e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level provinsi.

f. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar.

g. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-


migas).

h. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum.

i. Publikasi Statistik Konstruksi.

j. Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya


Mineral (ESDM).

k. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.

26 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
2. Metode penghitungan

Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun


tidak langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di
wilayah masing-masing. Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung
pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi
(produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan “tidak langsung” adalah
dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang
dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai
pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari
barang modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun dari
produk luar negeri (impor).

Pendekatan Langsung

Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara


menjumlahkan seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan
usaha). Barang modal tersebut dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, di
dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya
transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan
pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di
dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan
atau alih kepemilikan barang modal tersebut.

Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat


diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi
informasi/data tentang perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai ADHB
atau harga pembelian (perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB ADHK 2010,
maka PMTB ADHB tersebut di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga
perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.

Pendekatan Tidak Langsung

Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai


pendekatan arus komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan
dengan cara menghitung nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh
berbagai industri (supply), yang kemudian sebagian di antaranya dialokasi

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 27


2013-2017
menjadi barang modal. Penghitungan PMTB dalam bentuk bangunan, dilakukan
dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri konstruksi, baik
ADHB maupun ADHK 2010.

Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang


modal lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi
domestik, dan yang berasal dari impor. Untuk barang modal domestik, dapat
diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat
angkutan dan barang modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai
tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan,
sehingga diperoleh PMTB ADHB. Untuk memperoleh nilai ADHK adalah
dengan men-deflate PMTB ADHB dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang
modal.

Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia
adalah dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB ADHK 2010 dengan
indeks produksi jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB
diawali dengan menghitung PMTB ADHK 2010 terlebih dahulu. Selanjutnya
untuk memperoleh PMTB ADHB, nilai PMTB ADHK 2010 tersebut di
“reflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang
sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB ADHK 2010 di
tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.

Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang


modal lain yang berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua)
cara.

Pertama, PMTB ADHB diperoleh dari total nilai barang impor.


Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti
mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak
tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor
kode HS 2 digit). Ke dua, untuk memperoleh PMTB ADHK 2010 adalah dengan
cara men“deflate” PMTB ADHB dengan menggunakan indeks harga yang sesuai.

PMTB ADHB untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi


mineral, dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan
perusahaan terbuka di bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan

28 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
data panel, pertumbuhan ADHB dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali
nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya. Sedangkan PMTB ADHK 2010
diperoleh dengan men-deflate nilai ADHB dengan indeks implisit dari PDRB
industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan
menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunan-nya.

Untuk perangkat lunak, PMTB ADHB diperoleh dengan cara


mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software.
Untuk ADHK 2010 diperoleh dengan men-deflate nilai ADHB dengan indeks
implisit industri jasa perusahaan.

Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original


(entertainment, literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai
sinetron dan program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor
film diperoleh dari nilai impor film. PMTB ADHK 2010 diperoleh dengan cara
mendeflate nilai ADHB dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB
barang impor.

Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB


melalui pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu:

a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung


statis. Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.

b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit
diperoleh.

c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data
publikasi yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 29


2013-2017
2.5. PERUBAHAN INVENTORI

i. Pendahuluan

Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu


komponen yang dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping
tenaga kerja dan barang modal.

Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian


dari Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik
yang terjadi pada kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan
inventori menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam
bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong
pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan inventori menjadi
penting untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.

ii. Konsep dan definisi

Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang


dikuasai oleh produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption)
menjadi barang dalam bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai
manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang
masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum
dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.

Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir


periode akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi.
Perubahan inventori menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori,
yang dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda
negatif).

Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga


kelangsungan proses produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk
bahan baku atau bahan penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh
eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan
pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih
dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan
30 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk menjaga
stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena menyangkut kepentingan
masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa
komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi
rumah tangga pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam
mengatur perilaku konsumsinya saja.

iii. Cakupan

Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sbb :

a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan,


kehutanan, perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air
bersih, serta konstruksi;

b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua
bahan, komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi
barang jadi;

c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau
belum digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama
seperti pada waktu dibeli;

d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau
belum selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).

e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun


pedagang eceran untuk tujuan dijual;

f. Ternak untuk tujuan dipotong;

g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai


sebagai bahan bakar atau persediaan; dan

h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti


beras, kedelai, gula pasir, dan gandum.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 31


2013-2017
iv. Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan

1. Sumber data

Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan


inventori adalah :

 Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari survei atau dari


mengunduh website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id);

 Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD

 Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan


penggalian;

 Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang.

 Data komoditas perkebunan;

 Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan

 Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.

 Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen
dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia
(DGI), dan ternak dari Ditjennak Kementan.

2. Metode Penghitungan

Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan komponen


perubahan inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan langsung adalah pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan
pendekatan tidak langsung adalah pendekatan dari sisi “komoditas”.

Di lihat dari sisi manfaat-nya, pendekatan secara langsung menghasilkan


data yang relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan komoditas hanya dapat dilakukan jika data posisi inventori tersedia
secara rinci dan berkesinambungan.

Pendekatan Langsung

Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi


inventori di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama

32 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
adalah laporan neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh
nilai perubahan inventori adh berlaku, diperlukan data inventori di tahun yang
berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan keuangan, adalah sbb :

 menghitung posisi inventori ADHK 2010, dengan cara mendeflate stok awal
dan akhir dengan IHPB akhir tahun;
 menghitung perubahan inventori ADHK 2010 dengan mengurangkan
posisi di tahun berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
 menghitung perubahan inventori ADHK 2010 dengan menginflate
perubahan inventori adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.

Pendekatan Tidak Langsung

Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus


komoditas (commodity flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan
harga masing-masing barang inventori. Nilai perubahan barang inventori ADHB
diperoleh dengan cara menghitung perubahan volume stok akhir dan stok awal
dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan bila data harga
pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori ADHK 2010 dihitung
dengan: a. mendeflate nilai perubahan inventori ADHB dengan indeks harga yang
sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan
dengan harga barang di tahun dasar.

Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung


komponen Perubahan Inventori adalah bahwa :

 Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada
satu saat untuk periode waktu yang berurutan;

 Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harga-nya;

 Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya


tidak disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia,
maka dapat diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti
indeks implisit PDRB yang sesuai;

 Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi


estimasi untuk industri yang datanya tidak tersedia;

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 33


2013-2017
2.6 EKSPOR dan IMPOR

i. Pendahuluan

Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak


lama, bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah.
Ragam barang dan jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor
utama munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan-nya sendiri berusaha mendatangkan dari daerah atau bahkan negara
lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa melebihi dari
kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau
bahkan ke luar negeri.

Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan


masyarakat atas barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di
bidang transportasi dan komunikasi juga turut memperlancar arus distribusi
barang dan jasa. Kondisi tersebut semakin mendorong aktivitas ekspor-impor di
suatu wilayah menjadi semakin berkembang.

ii. Konsep dan definisi

Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih kepemilikan


ekonomi (baik penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang
dan jasa antara residen wilayah tersebut dengan non-residen yang berada di luar
wilayah tersebut.

iii. Cakupan

Ekspor-Impor ke dan dari suatu wilayah kabupaten/kota terdiri dari:

a. Ekspor ke luar provinsi/kabupaten/kota


b. Impor dari luar provinsi/kabupaten/kota.

Selisih antara ekspor dan impor didefinisikan sebagai Net Ekspor.

iv. Penghitungan Ekspor-Impor Tahunan

Nilai ekspor-impor wilayah kabupaten/kota didasarkan pada


penghitungan Net Ekspor. Namun sering kali untuk mengestimasinya tidak ada
data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang ditentukan. Kondisi inilah
yang menyebabkan Net Ekspor kabupaten/kota diperlakukan sebagai item
34 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
penyeimbang (residual), yakni perbedaan antara PDRB menurut pengeluaran
dengan PDRB menurut lapangan usaha. Selanjutnya dilakukan pemisahan Net
Ekspor menjadi ekspor dan impor dengan mengunakan metoda tidak langsung.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 35


2013-2017
36 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
BAB III
TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA MEDAN
BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN
2013 – 2017
3.1 PERKEMBANGAN PDRB PENGELUARAN

Sebagaimana diketahui bahwa sejak tahun 2015, PDRB diestimasi dengan


menggunakan tahun dasar yang baru, tahun 2010 (2010=100) menggantikan
tahun dasar lama, tahun 2000 (2000=100). Penyusunan PDRB dengan tahun dasar
baru juga disertai dengan upaya untuk mengimplementasikan System of National
Accounts (SNA) yang baru, SNA 2008. Kedua hal tersebut tentu berdampak pada
besaran maupun struktur PDRB serta indikator ekonomi yang diturunkan dari
data PDB/PDRB tersebut.

Secara total, PDRB Kota Medan atas dasar harga Berlaku di tahun 2017
meningkat sebesar 55,24 persen, yakni dari 131.604,64 miliar Rupiah (2000=100)
pada tahun 2013 menjadi 204.299,85 milliar Rupiah (2010=100) pada tahun 2017.
Jika dinilai atas dasar harga Konstan 2010, maka peningkatan ini lebih kecil, yakni
dari 110.795,42 miliar Rupiah (2000=100) pada tahun 2013 menjadi 139.730,21
miliar Rupiah (2010=100) pada tahun 2017, atau meningkat sebesar 26,12 persen.

Di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung


melemah, perekonomian Kota Medan periode 2013 - 2017 dapat tetap tumbuh di
atas 5 persen, yakni sebesar 5,36 persen; 6,07 persen; 5,74 persen; 6,27 persen; dan
5,81 persen. Peningkatan volume ekonomi tersebut tercermin baik dari sisi
produksi (supply side) maupun sisi permintaan akhir (demand side). Dari sisi
produksi, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada kategori Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang yang pada tahun 2017 tumbuh
sebesar 9,96 persen. Dari sisi permintaan akhir, pertumbuhan ekonomi Kota
Medan didominasi pertumbuhan komponen Net Ekspor Barang dan Jasa (Ekspor
Barang dan Jasa dikurangi Impor Barang dan Jasa), yang tumbuh sebesar 12,65
persen.

Pada periode tahun 2013 - 2017 PDRB Kota Medan atas dasar harga Berlaku
meningkat cukup signifikan, yakni sebesar 131.604,64 miliar Rupiah (2013);
148.247,32 miliar Rupiah (2014); 164.721,83 miliar Rupiah (2015); 186.049,04 miliar
Rupiah (2016); dan 204.299,85 miliar Rupiah (2017). Peningkatan ini dipengaruhi
baik oleh perubahan harga maupun perubahan volume. Peningkatan PDRB sisi
produksi diikuti oleh peningkatan PDRB dari sisi permintaan akhir atau PDRB
pengeluaran. Peningkatan PDRB menurut komponen pengeluaran Kota Medan
pada periode 2013-2017 dapat dilihat dari tabel 3.1 dan grafik 3.1 berikut ini:
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 39
2013-2017
Tabel 3.1. PDRB atas dasar harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Medan
GRDP at Current price by Expenditure, Medan City
2013 – 2017
(Miliar Rp/Trillion Rp)
Komponen
Pengeluaran/ 2013 2014 2015 2016*) 2016**)
Expenditure item
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah
Tangga/Household 63.273,93 71.912,14 78.975,63 85.243,82 94.302,02
Consumption
2. Konsumsi
LNPRT/NPISH 443,84 490,83 518,04 533,48 580,86
Consumption
3. Konsumsi
Pemerintah/Govern 6.608,90 7.283,06 7.879,84 8.105,13 9.297,44
ment Consumption
4. Pembentukan
Modal Tetap
58.044,77 63.692,68 70.322,14 77.958,16 84.384,40
Bruto/Gross Fixed
Capital Formation
5. Perubahan
Inventori/Changes 1.163,44 1.618,72 2.350,44 1.020,65 897,32
of Inventory
6. Ekspor/Export 63.342,36 72.583,95 74.296,92 83.788,23 89.593,55

7. Impor/Import 61.272,59 69.334,05 69.621,19 70.600,44 74.755,74

PDRB / GRDP 131.604,64 148.247,32 164.721,83 186.049,04 204.299,85

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Grafik 3.1. PDRB atas dasar harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Medan
GRDP at Current price by Expenditure, Medan City
2013 – 2017

100 2.300

80 2.250
ribu jiwa

60 2.200
Triliun Rp

40 2.150

20 2.100

0 2.050
2013 2014 2015 2016 2017

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah


PMTB Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa
Impor Barang dan Jasa Penduduk

40 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
Selain dinilai atas dasar harga yang berlaku, PDRB pengeluaran juga dapat
dinilai atas dasar harga Konstan 2010 atau atas dasar harga dari berbagai jenis
produk yang divaluasi dengan harga tahun 2010. Melalui pendekatan ini, nilai
PDRB pada masing-masing tahun memberikan gambaran tentang perubahan
PDRB secara volume atau kuantitas (tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga).
PDRB pengeluaran atas dasar harga Konstan 2010 menggambarkan terjadinya
perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya terkait dengan
peningkatan volume permintaan atau konsumsi akhir. Peningkatan nilai PDRB
atas dasar harga Konstan 2010 Kota Medan pada periode 2013-2017 dapat dilihat
dari tabel 3.2 dan grafik 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2. PDRB atas dasar harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
Kota Medan
GRDP at 2010 Constant price by Expenditure, Medan City
2013 - 2017

(Miliar Rp/Trillion Rp)


Komponen
Pengeluaran/ 2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Expenditure item
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah
Tangga/Household 49.131,75 52.370,10 55.235,67 57.887,22 60.836,23
Consumption
2. Konsumsi
LNPRT/NPISH 417,76 450,52 461,83 468,21 499,01
Consumption
3. Konsumsi
Pemerintah/Govern 4.356,43 4.571,89 4.694,68 4.593,36 4.833,55
ment Consumption
4. Pembentukan
Modal Tetap
43.216,30 45.704,66 48.031,55 49.836,43 52.044,07
Bruto/Gross Fixed
Capital Formation
5. Perubahan
Inventori/Changes 1.133,58 1.573,75 2.020,55 802,87 705,74
of Inventory
6. Ekspor/Export 64.764,45 68.214,76 70.692,92 80.784,69 83.109,41

7. Impor/Import 52.224,86 55.360,62 56.867,27 62.309,92 62.297,80

PDRB / GRDP 110.795,42 117.525,06 124.269,93 132.062,86 139.730,21

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 41


2013-2017
Grafik 3.2. PDRB atas dasar harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
Kota Medan
GRDP at 2010 Constant price by Expenditure, Medan City
2013-2017
90 6,27 6,40
80 6,07 6,20
70 6,00
5,81
60 5,74
5,80
50
5,60
Triliun Rp

40 5,36

Persentase
5,40
30
20 5,20
10 5,00
0 4,80
2013 2014 2015 2016 2017

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah


PMTB Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa
Impor Barang dan Jasa Pertumbuhan per tahun

Dari tabel 3.2, terlihat bahwa nilai PDRB atas dasar harga Konstan di Kota
Medan meningkat, yakni sebesar 110.795,42 miliar Rupiah (2013); 117.525,06
miliar Rupiah (2014); 124.269,93 miliar Rupiah (2015); 132.062,86 miliar Rupiah
(2016); dan 139.730,21 miliar Rupiah (2017). Sedangkan dari grafik 3.2, terlihat
bahwa pertumbuhan ekonomi di Kota Medan cenderung berfluktuasi, yakni dari
5,36 persen pada tahun 2013 menjadi 5,81 persen pada tahun 2017.

Grafik 3.3. Perbandingan PDRB atas dasar harga Berlaku dan atas dasar harga
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kota Medan
Comparing of GRDP at Current price and GRDP at Constant price 2010, Medan City
2013-2017

204,30
Triliun Rp

200,00
186,05
180,00
164,72
160,00
148,25
140,00 131,60 139,73
132,06
120,00 124,27
117,53
110,80
100,00
2013 2014 2015 2016 2017
ADHK ADHB

42 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
Dari grafik 3.3, terlihat bahwa nilai PDRB atas dasar harga Berlaku selalu
lebih tinggi dari PDRB atas dasar harga Konstan. Perbedaan tersebut sangat
dipengaruhi oleh perubahan harga yang cenderung meningkat. Sedangkan pada
PDRB atas dasar harga Konstan, pengaruh dari harga tersebut telah ditiadakan.
Sama halnya PDRB atas dasar harga Berlaku, PDRB atas dasar harga Konstan
juga menunjukkan peningkatan.

Terbentuknya total PDRB pengeluaran tidak terlepas dari kontribusi


seluruh komponen, yang terdiri dari komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir
Rumahtangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit Yang
Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Akhir
Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), ekspor neto (E)
atau ekspor minus impor barang dan jasa.

Tabel 3.3. Distribusi PDRB atas dasar harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
Kota Medan
Distribution of GRDP at Current price by Expenditure, Medan City
2013 - 2017
Persen
Komponen Pengeluaran/
2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Expenditure item
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah
Tangga/ Household 48,08 48,51 47,94 45,82 46,16
Consumption
2. Konsumsi LNPRT/NPISH
0,34 0,33 0,31 0,29 0,28
Consumption
3. Konsumsi Pemerintah/
5,02 4,91 4,78 4,36 4,55
Government Consumption
4. Pembentukan Modal
Tetap Bruto/Gross Fixed 44,11 42,96 42,69 41,90 41,30
Capital Formation
5. Perubahan Inventori/
0,88 1,09 1,43 0,55 0,44
Changes of Inventory

6. Ekspor/Export 48,13 48,96 45,10 45,04 43,85

7. Impor/Import 46,56 46,77 42,27 37,95 36,59

PDRB / GRDP 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Dari tabel 3.3 terlihat bahwa selama periode 2013-2017 PDRB Kota Medan
sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 43


2013-2017
rumahtangga (PK-RT) berada pada kisaran 45,82 s.d 48,51 persen. Pengeluaran
untuk aktivitas pembentukan modal (PMTB) juga mepunyai kontribusi yang
relatif besar, yakni sekitar 41,30 s.d 44,11 persen. Meskipun komponen ekspor
berkontribusi sekitar 43,85 s.d 48,96 persen, namun di sisi lain komponen impor
sebagai komponen pengurang dalam PDRB juga masih berkontribusi relatif
besar, yakni sekitar 36,59 s.d 46,77 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
sebagian kebutuhan domestik masih harus dipenuhi oleh produk yang berasal
dari luar wilayah atau bahkan luar negeri (impor).

Grafik 3.4. Distribusi PDRB atas dasar harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
Kota Medan
Distribution of GRDP at Current price by Expenditure, Medan City
2013 – 2017
100%

80%

60%

40%

20%

0%
2013 2014 2015 2016 2017
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT
Konsumsi Pemerintah PMTB
Perubahan I nventori Ekspor Bar ang dan Jasa
Impor Bar ang dan Jasa

Kontribusi komponen konsumsi pemerintah (PK-P) berada pada rentang


4,36 – 5,02 persen. Hal tersebut menunjukkan peran pemerintah dalam menyerap
PDRB tidak terlalu besar. Di sisi lain, pada tahun 2013-2017 perdagangan dengan
luar wilayah yang direpresentasi oleh komponen ekspor dan impor,
menunjukkan ekspor yang cenderung lebih tinggi dari impor. Kecenderungan
pada periode itu selalu menunjukkan posisi “surplus” atau menguntungkan.

44 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
Agregat makro lain yang diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan
riil PDRB atau pertumbuhan ekonomi (economic growth). Indikator ekonomi ini
menggambarkan kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah. Sebagaimana
terlihat dari tabel 3.4, selama periode tahun 2013 - 2017 pertumbuhan ekonomi
Kota Medan mengalami perlambatan, yakni sebesar 5,36 persen (2013); 6,07
persen (2014); 5,74 persen (2015) ; 6,27 persen (2016); dan 5,81 persen (2017);.

Tabel 3.4. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran,


Kota Medan
Growth rate of GRDP at 2010 Constant price by Expenditure, Medan City
2013 – 2017
Persen
Komponen Pengeluaran/
2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Expenditure item
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah
Tangga/ Household 4,51 6,59 5,47 4,80 5,09
Consumption
2. Konsumsi LNPRT/NPISH
0,49 7,84 2,51 1,38 6,58
Consumption
3. Konsumsi Pemerintah/
1,74 4,95 2,69 -2,16 5,23
Government Consumption
4. Pembentukan Modal
Tetap Bruto/Gross Fixed 0,36 5,76 5,09 3,76 4,43
Capital Formation
5. Perubahan Inventori/
-18,26 38,83 28,39 -60,26 -12,10
Changes of Inventory

6. Ekspor/Export -11,07 5,33 3,63 14,28 2,88

7. Impor/Import -18,17 6,00 2,72 9,57 -0,02

PDRB / GRDP 5,36 6,07 5,74 6,27 5,81

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Pada tahun 2017 komponen PDRB yang mengalami pertumbuhan tertinggi


terjadi pada Konsumsi LNPRT yaitu sebesar 6,58 persen; diikuti Konsumsi
Pemerintah sebesar 5,23 persen; Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,09 persen;
Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 4,43 persen; dan Ekspor sebesar 2,88
persen. Sedangkan komponen lainnya mengalami pertumbuhan negatif yaitu
Import sebesar -0,02 persen; dan Perubahan Inventori sebesar -12,10 persen.
Grafik 3.5 menunjukkan pertumbuhan masing-masing komponen PDRB selama
periode 2013-2017.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 45


2013-2017
Grafik 3.5. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga Konstan 2010 Menurut
Pengeluaran, Kota Medan
Growth rate of GRDP at 2010 Constant price by Expenditure, Medan City
2013 - 2017
20
)persen(
15

10

0
2013 2014 2015 2016 2017
-5

-10

-15

-20

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT


Konsumsi Pemerintah PMTB
Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa

Indeks implisit1 PDRB pengeluaran menggambarkan besarnya perubahan


harga yang terjadi dari sisi konsumen (rumahtangga, LNPRT, pemerintah, dan
perusahaan) akhir barang dan jasa, baik yang digunakan untuk keperluan
konsumsi, investasi maupun ekspor/impor. Dari table 3.5 akan terlihat tingkat
kenaikan harga selama periode tahun 2013 – 2017, baik perubahan harga yang
terjadi secara umum maupun pada masing-masing komponen.

Indeks implisit tertinggi terjadi pada komponen Konsumsi Pemerintah yaitu


sebesar 192,35 persen yang dapat diartikan bahwa besarnya perubahan harga
pada komponen ini dari tahun dasar (2010=100) sampai tahun 2017 mencapai
92,35 persen. Sedangkan indeks implisit terendah terjadi pada komponen Ekspor
yaitu sebesar 107,80 persen yang dapat diartikan bahwa besarnya perubahan
harga pada komponen ini dari tahun dasar (2010=100) sampai tahun 2017 hanya
sebesar 7,80 persen. Hal ini menunjukkan harga pada komponen Ekspor relatif
lebih stabil, demikian juga pada komponen Konsumsi LNPRT dan Impor yang
indeks implisitnya terendah kedua dan ketiga, yaitu masing-masing sebesar
116,40 persen dan 120,00 persen.

1 Indeks perkembangan

46 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
Tabel 3.5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran, Kota Medan
Implicit Indices of GRDP by Expenditure, Medan City
2013 – 2017
Persen
Komponen Pengeluaran/
2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Expenditure item
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah
Tangga/ Household 128,78 137,32 142,98 147,26 155,01
Consumption
2. Konsumsi LNPRT/NPISH
106,24 108,95 112,17 113,94 116,40
Consumption
3. Konsumsi Pemerintah/
151,70 159,30 167,85 176,45 192,35
Government Consumption
4. Pembentukan Modal
Tetap Bruto/Gross Fixed 134,31 139,36 146,41 156,43 162,14
Capital Formation
5. Perubahan Inventori/
102,63 102,86 116,33 127,12 127,15
Changes of Inventory

6. Ekspor/Export 97,80 106,41 105,10 103,72 107,80

7. Impor/Import 117,32 125,24 122,43 113,31 120,00

PDRB / GRDP 118,78 126,14 132,55 140,88 146,21

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 47


2013-2017
3.2 PERKEMBANGAN KOMPONEN PDRB PENGELUARAN

Perubahan struktur perekonomian suatu wilayah sebagai akibat dari upaya


pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada periode tertentu, tidak terlepas
dari perilaku masing-masing komponen pengguna akhir. Setiap komponen
mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuan akhir penggunaan
barang dan jasa. Data empiris menunjukan bahwa sebagian besar produk atau
barang dan jasa yang tersedia pada periode tertentu digunakan untuk memenuhi
permintaan konsumsi akhir oleh rumahtangga, LNPRT dan pemerintah, sebagian
lagi digunakan untuk investasi fisik dalam bentuk PMTB dan perubahan
inventori. Berikut perilaku masing-masing komponen PDRB pengeluaran Kota
Medan untuk periode 2013 – 2017.

3.2.1. Konsumsi Akhir Rumahtangga

Komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-RT)


merupakan pengeluaran terbesar atas berbagai barang dan jasa yang tersedia.
Data berikut menunjukkan bahwa dari seluruh nilai tambah bruto (PDRB) yang
diciptakan di Kota Medan, ternyata sebagian besar masih digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga. Dengan kata lain, sebagian besar
produk (domestik) yang dihasilkan di wilayah Kota Medan maupun produk
(impor) yang didatangkan dari luar wilayah atau luar negeri akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir oleh rumahtangga.

Dalam suatu perekonomian, fungsi utama dari institusi rumahtangga


adalah sebagai konsumen akhir (final consumer) atas barang dan jasa yang
tersedia, termasuk konsumsi oleh rumahtangga khusus (seperti penjara, asrama
dan lain-lain). Selanjutnya, berbagai jenis barang dan jasa yang dikonsumsi
tersebut akan diklasifikasikan menurut 7 (tujuh) kelompok COICOP (Classification
of Individual Consumption by Purpose), yaitu kelompok makanan dan minuman
selain restoran; pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya; perumahan dan
perlengkapan rumah tangga; kesehatan dan pendidikan; angkutan dan
komunikasi; restoran dan hotel; serta kelompok barang dan jasa lainnya.

Data berikut menunjukkan bahwa pada periode tahun 2013 – 2017


pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga mengalami peningkatan signifikan,
baik dari sisi nominal (atas dasar harga berlaku) maupun secara riil (atas dasar
48 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
harga konstan). Kenaikan jumlah penduduk menjadi salah satu pendorong
terjadinya kenaikan nilai pengeluaran konsumsi rumahtangga. Pada gilirannya
kenaikkan tersebut juga akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.

Tabel 3.6. Perkembangan Komponen Konsumsi Rumahtangga Kota Medan


Trend of Using on Final Household Consumption of Medan City
2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016*) 2017**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi Rumah Tangga/
Total of Household Consumption
a. ADHB/Currrent Prices
63.273,93 71.912,14 78.975,63 85.243,82 94.302,02
(Miliar Rp/Trillion Rp)
b. ADHK 2010/2010
Constant Prices (Miliar 49.131,75 52.370,10 55.235,67 57.887,22 60.836,23
Rp/Trillion Rp)
Proporsi terhadap PDRB/
Proportion to GRDP (% 48,08 48,51 47,94 45,82 46,16
ADHB / Currrent Prices)
Rata-rata konsumsi per- RT/
Average of per-Household Consumtion
(Ribu Rp/Thousand Rp)
a. ADHB / Currrent Prices 128.249,47 143.041,83 155.707,51 166.649,69 182.880,25
b. ADHK 2010/2010
99.584,80 104.170,40 108.902,06 113.168,18 117.979,92
Constant Prices
Rata-rata konsumsi per- Kapita/
Average of per-Capita Consumtion
(Ribu Rp/Thousand Rp)
a. ADHB/Currrent Prices 29.629,34 32.819,51 35.725,49 38.236,08 41.960,03
b. ADHK 2010/2010
23.006,97 23.900,85 24.986,46 25.965,29 27.069,30
Constant Prices
Pertumbuhan/ Growth2
a. Total konsumsi RT/
Total of Household 4,51 6,59 5,47 4,80 5,09
Consumption
b. Per-RT /Per Household 4,48 4,60 4,54 3,92 4,25
c. Perkapita/Per Capita 3,89 3,89 4,54 3,92 4,25
Jumlah RT / Number of
493.366 502.735 507.205 511.515 515.649
Household (unit/unit)
Jumlah penduduk/
Number of population
2.135.516 2.191.140 2.210.624 2.229.408 2.247.425
(orang/person)

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Selama periode 2013 – 2017 konsumsi akhir rumah tangga mengalami


peningkatan signifikan baik dalam nominal (ADHB) maupun riil (ADHK 2010),

2 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)


PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 49
2013-2017
sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga.
Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi
rumah tangga, yang pada gilirannya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan.

Porsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode


tahun 2013 s.d 2017 cukup berfluktuatif. Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun
2014 yaitu 48,51 persen dan terendah terjadi pada tahun 2016, yaitu 45,82 persen.

Pasca krisis ekonomi tahun 1998/1999 atau masa pemulihan ekonomi


telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki serta mengembalikan
perilaku dan kebiasaan konsumsinya. Peningkatan penawaran dan persediaan
berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik (termasuk yang berasal dari
impor), juga turut menjadi pedorong meningkatnya belanja untuk konsumsi,
termasuk konsumsi rumah tangga.

Secara umum, rata-rata konsumsi per rumah tangga terus meningkat dari
tahun ke tahun, baik menurut ADHB maupun ADHK 2010. Pada tahun 2013,
secara umum setiap rumah tangga di Kota Medan menghabiskan dana sekitar
128.249,47 ribu rupiah setahun untuk membiayai konsumsi baik dalam bentuk
makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan, dsb).
Pengeluaran ini terus meningkat menjadi 143.041,83 ribu rupiah (2014); 155.707,51
ribu rupiah (2015); 166.649,69 ribu rupiah (2016); dan menjadi 182.880,25 ribu
rupiah (2017).

Sementara itu, berdasarkan PDRB ADHK 2010, rata-rata konsumsi rumah


tangga per rumah tangga selama periode 2013 s.d 2017 tumbuh pada kisaran 3 - 5
persen, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 4,60
persen. Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga ADHK 2010 sebesar
4,51 persen pada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2014 meningkat menjadi 6,59
persen, tahun 2015 turun menjadi 5,47 persen, dan mengalami perlambatan
kembali pada tahun 2016 menjadi 4,80 persen. Selanjutnya pertumbuhan
konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan kembali pada tahun 2017
menjadi 5,09 persen. Nampak bahwa peningkatan keseluruhan konsumsi rumah
tangga secara “riil” lebih tinggi dari peningkatan jumlah penduduk yang
umumnya berada di bawah 2 persen. Hal ini mengindikasikan terjadi perubahan

50 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
tingkat kemakmuran masyarakat, meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh
melalui perangkat data PDRB ini.

Pada sisi lain, rata-rata pertumbuhan konsumsi per-kapita juga


menunjukkan kecenderungan yang searah dengan kenaikan jumlah penduduk.
Sejak tahun 2013 hingga tahun 2017, pertumbuhan rata-rata konsumsi per-kapita
menunjukkan peningkatan, baik ADHB maupun ADHK 2010. Kondisi ini
menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi setiap penduduk di Kota Medan
meningkat, baik secara kuantitas (volume) maupun secara nilai (termasuk juga
peningkatan kualitas). Peningkatan rata-rata konsumsi per-kapita secara “riil”
berkisar antara 3 s.d 5 persen. Peningkatan ini secara otomatis berpengaruh
terhadap perubahan struktur konsumsi rumah tangga, seperti terlihat pada tabel
berikut:

Tabel 3.7. Struktur Komponen Konsumsi Rumahtangga Kota Medan


Structure of Household Final Consumption Expenditure, Medan City
2013—20173
(persen)
Kelompok Konsumsi/
2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Consumption group
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
a. Makanan, Minuman, dan
Rokok/ Food, beverages, 31,92 32,10 32,00 32,30 31,74
and tobacco
b. Pakaian dan Alas Kaki/
3,68 3,58 3,65 3,69 3,59
Clothing and footwear
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan Rumah
Tangga/ Housing, 14,29 13,84 14,53 14,59 14,61
household equipment and
routine household
maintenance
d. Kesehatan &
Pendidikan/ Health and 5,26 5,64 5,49 5,38 5,49
education
e. Transportasi,
Komunikasi, Rekreasi,
dan Budaya/ Transport, 29,19 28,74 28,05 27,56 27,32
Communication, Recreation
and culture
f. Hotel & Restoran/
12,81 13,26 13,35 13,54 14,12
Hotels, and restaurants
g. Lainnya/ Miscellaneous
2,86 2,85 2,94 2,95 3,13
goods and services
Total Konsumsi/
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Total of consumption
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

3
Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB )
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 51
2013-2017
Sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2017, kontribusi konsumsi bukan
makanan terhadap total konsumsi lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi
makanan. Proporsi pengeluaran untuk makanan selama periode tersebut
cenderung berada pada kisaran yang sedikit menurun, yaitu 31,92 persen (2013) ;
32,10 persen (2014); 32,00 persen (2015), 32,30 persen (2016), dan 31,74 persen
(2017).

Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan pergeseran yang relatif


kecil antara kebutuhan rumah tangga atas makanan dan non makanan.
Walaupun demikian, pengeluaran untuk kebutuhan non-makanan menjadi
semakin penting sebagai akibat dari perubahan dan pengaruh tatanan ekonomi
sosial dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut di antaranya meliputi biaya untuk
pendidikan, pembelian alat dan perlengkapan elektronik, pembelian alat
transportasi, jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan, perjalanan wisata,
restoran, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan dan sebagainya.

Tabel 3.8. Pertumbuhan Riil Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga


Kota Medan
Real Growth of Household Final Consumption Expenditure, Medan City
2013—2017
(persen)
Kelompok Konsumsi/ Consumption
2013 2014 2015 2016*) 2017**)
group
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
h. Makanan, Minuman, dan Rokok/
4,51 6,59 5,47 4,80 5,09
Food, beverages, and tobacco
i. Pakaian dan Alas Kaki/ Clothing
4,14 6,21 5,11 5,96 3,43
and footwear
j. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan Rumah Tangga/ 4,50 6,84 6,36 6,55 3,81
Housing, household equipment and
routine household maintenance
k. Kesehatan & Pendidikan/ Health
3,74 4,31 7,96 4,18 3,69
and education
l. Transportasi, Komunikasi,
Rekreasi, dan Budaya/ Transport,
4,13 8,74 4,33 2,14 5,50
Communication, Recreation and
culture
m. Hotel & Restoran/ Hotels, and
4,79 6,48 4,65 4,13 7,17
restaurants
n. Lainnya/ Miscellaneous goods and
6,13 9,61 5,21 4,47 7,52
services
Total Konsumsi/
4,69 7,10 7,12 4,22 4,56
Total of consumption
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

52 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
Dilihat dari pertumbuhan “riil” nya, pengeluaran konsumsi akhir rumah
tangga mengalami fluktuasi. Pada tahun 2013 pertumbuhannya sebesar 4,51
persen, naik menjadi 6,59 persen pada tahun 2014. Pada dua tahun terakhir turun
menjadi 5,47 persen (2015) dan 4,80 persen (2016), selanjutnya sedikit naik pada
tahun 2017 menjadi 5,09 persen. Pertumbuhan “riil” ini menunjukkan adanya
perubahan konsumsi rumah tangga dalam bentuk kuantum (volume) dari waktu
ke waktu. Informasi ini menunjukkan terjadinya peningkatan kemakmuran
masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh kelompok
masyarakat tertentu. Pada tahun 2013 dan 2014, laju pertumbuhan didominasi
oleh sub kelompok hotel dan restoran yakni tumbuh sebesar 6,13 dan 9,61 persen.
Selanjutnya tahun 2015 laju pertumbuhan didominasi oleh sub kelompok
perumahan, perkakas, perlengkapan dan penyelenggaraan rumah tangga sebesar
7,96 persen, tahun 2016 oleh sub kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 6,55
persen, sedangkan tahun 2017 didominasi oleh sub kelompok hotel dan restoran
sebesar 7,52 persen.

Tabel 3.9. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Pengeluaran Konsumsi


Akhir Rumah Tangga Kota Medan
Implicit Growth (Price Indices) of Household Final Consumption Expenditure, Medan City
2013—20174
(persen)
Kelompok Konsumsi/ Consumption group 2013 2014 2015 2016*) 2017**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
o. Makanan, Minuman, dan Rokok/ Food,
7,79 7,62 4,15 2,81 5,11
beverages, and tobacco
p. Pakaian dan Alas Kaki/ Clothing and
1,97 3,51 5,39 2,21 3,90
footwear
q. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan
dan Penyelenggaraan Rumah Tangga/
11,30 5,51 6,82 4,01 6,88
Housing, household equipment and routine
household maintenance
r. Kesehatan & Pendidikan/ Health and
7,66 12,01 2,51 3,56 6,94
education
s. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi,
dan Budaya/ Transport, Communication, 11,86 5,10 2,42 1,86 2,34
Recreation and culture
t. Hotel & Restoran/ Hotels, and
14,17 7,28 5,07 4,83 7,30
restaurants
u. Lainnya/ Miscellaneous goods and
12,88 5,90 5,68 4,06 12,05
services
Total Konsumsi/
10,18 6,62 4,12 2,99 5,26
Total of consumption
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

4Tingkat perubahan harga produk konsumsi

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 53


2013-2017
Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit disajikan
dalam tabel 3.9, menunjukkan secara umum peningkatan setiap tahunnya untuk
setiap kelompok konsumsi. Peningkatan harga pada kelompok makanan mulai
terjadi setiap tahunnya berkisar 2,81 persen sampai 7,79 persen.

3.2.2. Konsumsi Akhir LNPRT

Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) adalah salah
satu unit institusi yang melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan akumulasi
aset. Keberadaannya diakui oleh hukum atau masyarakat, terpisah dari orang
atau entitas lain yang memiliki atau mengendalikan. Dalam kegiatannya, LNPRT
merupakan mitra pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah sosial seperti
kemiskinan dan lingkungan hidup.

Tabel 3.10. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi LNPRT Kota Medan


Trend of NPISH Final Consumption Expenditure, Medan City
2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016*) 2017**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi LNPRT /
Total of NPISH Consumption
a. ADHB/Currrent Prices
443,84 490,83 518,04 533,48 580,86
(Miliar Rp/Trillion Rp)
b. ADHK2010/2010 Constant
Prices (Miliar Rp/Trillion 417,76 450,52 461,83 468,21 499,01
Rp)
Proporsi terhadap PDRB/
Proportion to GRDP (% ADHB 0,34 0,33 0,31 0,29 0,28
/ Currrent Prices)
Pertumbuhan/ Growth (%) 0,49 7,84 2,51 1,38 6,58

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Total pengeluaran konsumsi LNPRT dalam kurun waktu tahun 2013-2017


mengalami peningkatan baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan. Pada tahun 2013 konsumsi LNPRT sebesar 443,84 miliar rupiah,
kemudian pada tahun-tahun berikutnya yaitu 490,83 miliar rupiah (2014), 518,04
miliar rupiah (2015), 533,48 milyar rupiah (2016) dan 580,86 milyar rupiah (2017).
Walaupun meningkat, namun proporsinya terhadap total PDRB mengalami
penurunan dalam periode tersebut, yaitu dari 0,34 persen (2013) menjadi 0,28

54 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
persen (2017). Namun pertumbuhannya cenderung berfluktuasi, berturut-turut
adalah 0,49 persen (2013), 7,84 persen (2014), 2,51 persen (2015), 1,38 persen
(2016), dan 6,58 persen (2017).

3.2.3. Konsumsi Akhir Pemerintah

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah terdiri dari Pengeluaran Konsumsi


Individu dan Pengeluaran Konsumsi Kolektif. Barang dan jasa individu
merupakan barang dan jasa privat, dimana ciri-ciri barang privat adalah a)
Scarcity, yaitu ada kelangkaan/keterbatasan dalam jumlah. b) Excludable
consumption, yaitu konsumsi suatu barang dapat dibatasi hanya pada mereka
yang memenuhi persyaratan tertentu (biasanya harga). c) Rivalrous competition,
yaitu konsumsi oleh satu konsumen akan mengurangi atau menghilangkan
kesempatan pihak lain untuk melakukan hal serupa. Contoh barang dan jasa
yang dihasilkan pemerintah dan tergolong sebagai barang dan jasa individu
adalah jasa pelayanan kesehatan pemerintah di rumah sakit/puskesmas dan jasa
pendidikan di sekolah/universitas negeri.

Sedangkan barang dan jasa kolektif ekuivalen dengan barang publik yang
memiliki ciri a) Non rivalry, yaitu pengeluaran satu konsumen terhadap suatu
barang tidak mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi
barang tersebut. b) Non excludable, yaitu apabila suatu barang publik tersedia,
maka tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat
dari barang tersebut atau dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke barang
tersebut. Contoh barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah dan tergolong
sebagai barang dan jasa kolektif adalah jasa pertahanan yang dilakukan TNI dan
keamanan yang dilakukan kepolisian.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 55


2013-2017
Tabel 3.11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah
Kota Medan
Trend of Government Final Consumption Expenditure, Medan City
2013 – 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016*) 2017**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Konsumsi Pemerintah

a. ADHB (Miliar Rp) 6 608,90 7 283,06 7 879,84 8 105,13 9 297,44

b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 4 356,43 4 571,89 4 694,68 4 593,36 4 833,55


Proporsi terhadap PDRB
5,02 4,91 4,78 4,36 4,55
( % - ADHB)
Konsumsi Pemerintah per-
kapita (Ribu Rp)
a. ADHB 3 094,76 3 323,87 3 564,53 3 635,55 4 136,93

b. ADHK 2010 2 039,99 2 086,53 2 123,69 2 060,35 2 150,71


Konsumsi Pemerintah per-
pegawai pemerintah (Ribu Rp)
a, ADHB 364 327,58 402 601,25 429 208,75 511 752,41 574 838,68

b. ADHK 2010 240 156,06 252 730,22 255 715,19 290 021,65 298 846,88

Pertumbuhan5
a. Total konsumsi
1,74 4,95 2,69 -2,16 5,23
pemerintah
b. Konsumsi perkapita 1,14 2,28 1,78 -2,98 4,39

c. Konsumsi per-pegawai 3,07 5,24 1,18 13,42 3,04


Jumlah Pegawai
18 140 18 090 18 359 15 838 16 174
Pemerintah6
Jumlah penduduk ( org) 2 135 516 2 191 140 2 210 624 2 229 408 2 247 425

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan


peningkatan, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan
2010. Pada tahun 2013 total pengeluaran konsumsi akhir pemerintah atas dasar
harga berlaku adalah sebesar 6.608,90 miliar rupiah, kemudian pada tahun-
tahun berikutnya sebesar 7.283,06 miliar rupiah (2014), 7.879,84 miliar rupiah
(2015), 8.105,13 miliar rupiah (2016), dan 9.297,44 miliar rupiah (2017). Demikian
halnya dengan konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan 2010, yang juga
mengalami peningkatan pada masing-masing tahun. Hal ini mengindikasikan,
bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi

5 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan /ADHK 2010)
6 Tidak termasuk polisi dan militer
56 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
kuantitas. Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran
akhir pemerintah terhadap PDB berfluktuasi, dari terendah 4,36 persen (tahun
2016) hingga tertinggi 5,02 persen (tahun 2013).

Salah satu fungsi pemerintah adalah memberikan jasa layanan pada


publik atau masyarakat dalam bentuk jasa kolektif maupun individual. Dalam
praktek, pengeluaran pemerintah ini selalu dikaitkan dengan luasnya cakupan
layanan yang diberikan pada masyarakat (publik), meskipun tidak seluruh
masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung. Kondisi tersebut
dapat diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan
untuk melayani penduduk, baik langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran
konsumsi pemerintah secara total menunjukkan peningkatan, hal ini diikuti oleh
adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita. Pada tahun
2013 konsumsi pemerintah per-kapita atas dasar harga berlaku sebesar 3.094,76
ribu rupiah, terus meningkat pada tahun-tahun setelah itu, yaitu menjadi
3.323,87 ribu rupiah (2014); 3.564,53 ribu rupiah (2015); 3.635,55 ribu rupiah
(2016); dan mencapai 4.136,93 ribu rupiah pada tahun 2017.

Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita atas dasar harga konstan 2010


juga menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya pada periode 2013-2017.
Masing-masing senilai 2.039,99 ribu rupiah (2013); 2.086,53 ribu rupiah (2014);
2.123,69 ribu rupiah (2015); 2.060,35 ribu rupiah (2016); dan 2.150,71 ribu rupiah
(2017). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran konsumsi
pemerintah per-kapita secara kuantitas, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,14
persen (2013). Kemudian pada tahun berikutnya pertumbuhan konsumsi
pemerintah per kapita yaitu 2,28 persen (2014); 1,78 persen (2015). Kemudian
terjadi pertumbuhan negatif pada tahun 2016 sebesar -2,98 persen, dan kembali
terjadi pertumbuhan pada tahun 2017 sebesar 5,23 persen.

Rata-rata konsumsi per pegawai pemerintah menunjukkan


kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2013 konsumsi pemerintah per-
pegawai pemerintah sebesar 364.327,58 ribu rupiah, kemudian pada tahun-tahun
berikutnya masing-masing 402.601,25 ribu rupiah (2014); 429.208,75 ribu rupiah
(2015); 511.752,41 ribu rupiah (2016), dan 574.838,68 ribu rupiah (2017).

Pada tingkat harga konstan 2010 indikator pemerataan menurut pegawai


ini juga menunjukkan kenaikan dari waktu ke waktu. Persentase kenaikan yang
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 57
2013-2017
sangat signifikan terjadi pada tahun 2014 dan 2016 , masing-masing sebesar 5,24
persen dan 13,42 persen. Sementara pertumbuhan terkecil terjadi pada tahun 2015
sebesar 1,18 persen.

Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan (baik


atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010), tidak sejalan
juga jumlah pegawai pemerintah yang berfluktuasi setiap tahunnya. Pada periode
tahun 2013 s.d 2017 jumlah pegawai pemerintah terus mengalami fluktuasi
dengan jumlah pada masing-masing tahun sebesar 18.140 orang (2013); 18.090
orang (2014); 18.359 orang (2015); 15.838 orang (2016); dan 16.174 orang (2017).

Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara “riil” ini


menunjukkan peningkatan baik secara keseluruhan maupun rata-rata (per
penduduk maupun per pegawai pemerintah). Parameter ini adalah pendekatan
untuk mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas pengeluaran sumber
daya finansial oleh pemerintah. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2014
dan 2017 dengan rincian untuk total konsumsi pemerintah masing-masing tahun
sebesar 4,95 persen dan 5,23 persen.

3.2.4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB


menurut pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan
(income) yang direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda
dapat pula diartikan sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa
yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)7. Fungsi kapital adalah
sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi pada
berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik
maupun dari impor.

Pengelompokan PMTB pada PDRB tahun dasar 2010 dibagi menjadi 2


(enam) kelompok yaitu Bangunan dan Non Bangunan. Data di bawah ini
menjelaskan bahwa, secara keseluruhan PMTB dalam kurun waktu 2013 – 2017
meningkat dari 58.044,77 miliar rupiah (2013) menjadi 84.384,40 miliar rupiah
(2017), sementara di tahun lainnya masing-masing 63.692,68 miliar rupiah (2014);
70.322,14 miliar rupiah (2015); dan 77.958,16 miliar rupiah (2016);. Pertumbuhan

7 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
58 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
PMTB tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 5,76 persen dan terendah pada
tahun 2013 sebesar 0,36 persen.

Tabel 3.12. Perkembangan dan Struktur PMTB Kota Medan


Trend and Structure of GFCF, Medan City
2013 – 2017

Uraian 2013 2014 2015 2016*) 2017**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total PMTB

a. ADHB (Miliar Rp) 58 044,77 63 692,68 70 322,14 77 958,16 84 384,40

b. ADHK (Miliar Rp) 43 216,30 45 704,66 48 031,55 49 836,43 52 044,07


Proporsi terhadap PDRB
44,11 42,96 42,69 41,90 41,30
(% - ADHB)
Struktur PMTB 8

a. Bangunan (Miliar Rp) 51 702,58 56 145,86 62 166,88 69 400,28 75 323,47


(%) 89,07 88,15 88,40 89,02 89,26
b. Non Bangunan
6 342,19 7 546,82 8 155,26 8 557,89 9 060,93
(Miliar Rp)
(%) 10,93 11,85 11,60 10,98 10,74
Pertumbuhan9 (%)

a, Bangunan 1,20 6,33 5,39 3,91 4,33

b. Non Bangunan -5,33 1,55 2,78 2,59 5,25

Total PMTB 0,36 5,76 5,09 3,76 4,43

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

3.2.5. Perubahan Inventori

Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah


perubahan dalam bentuk ―persediaan‖ berbagai barang yang belum digunakan
lebih lanjut dalam proses produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital).
Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti penambahan (bertanda positif) dan
atau pengurangan (bertanda negatif).

Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah


satu komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau
negatif (disamping komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan
inventori bertanda positif berarti terjadi penambahan persediaan barang,

8Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB )


9 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 59
2013-2017
sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi pengurangan persediaan.
Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa distribusi
atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum, komponen
perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai
persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai persediaan
(konsep stok).

Tabel 3.13. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Kota Medan


Trend and Structure of Changes in Inventories, Medan City
2012—2016

Uraian 2013 2014 2015 2016*) 2017**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Nilai Inventori


a. ADHB (Miliar Rp) 1 163,44 1 618,72 2 350,44 1 020,65 897,32

b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 1 133,58 1 573,75 2 020,55 802,87 705,74


Proporsi terhadap PDRB
0,88 1,09 1,43 0,55 0,44
(% - ADHB)
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak


rinci, perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja.
Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen
inventori tidak banyak dikaji lebih jauh sebagaimana dilakukan pada pada
komponen pengeluaran lainnya.

Pada tahun 2013 perubahan inventori atas dasar harga berlaku sebesar
1.163,44 miliar rupiah, yang kemudian menurun pada tahun 2014 menjadi
1.618,72 miliar rupiah. Pada tahun 2015 perubahan inventori mencapai 2.350,44
miliar rupiah, tahun 2016 turun menjadi mencapai 1.020,65 miliar rupiah,
kemudian kembali pada tahun 2016 turun menjadi 897,32 miliar rupiah.

Seiring berfluktuasinya nilai perubahan inventori, proporsinya terhadap


total PDRB di Kota Medan juga mengalami fluktuasi. Pada tahun 2013, proporsi
perubahan inventori adalah 0,88 persen, selanjutnya 1,09 persen (2014), 1,43
persen (2015), 0,55 persen (2016), dan 0,44 persen (2017).

60 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
3.2.6. Ekspor Barang dan Jasa

Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan


berbagai produk barang dan jasa produksi Kota Medan yang tidak dikonsumsi di
wilayah ekonomi Kota Medan tetapi dikonsumsi oleh pihak yang berdomisili di
wilayah lain, baik itu kabupaten lain di dalam satu propinsi, propinsi lain,
maupun luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk
pula dalam ekspor pembelian oleh badan-badan internasional, kedutaan besar
(termasuk konsulat), awak kapal (udara maupun laut) yang singgah dan
sebagainya.

Tabel 3.14. Perkembangan Ekspor Kota Medan


Trend of Export, Medan City
2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016*) 2017**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Nilai Ekspor

a. ADHB (Miliar Rp) 63 342,36 72 583,95 74 296,92 83 788,23 89 593,55

b. ADHK (Miliar Rp) 64 764,45 68 214,76 70 692,92 80 784,69 83 109,41


Proporsi terhadap
48,13 48,96 45,10 45,04 43,85
PDRB (% - ADHB)
Pertumbuhan10 -11,07 5,33 3,63 14,28 2,88

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Secara total, dalam kurun waktu 2013-2017 nilai ekspor barang dan jasa
menunjukkan peningkatan hampir di setiap tahunnya. Pada tahun 2013 nilai
ekspor barang dan jasa sebesar 63.342,36 miliar rupiah meningkat menjadi
sebesar 72.583,95 miliar rupiah pada tahun 2014. Selanjutnya pada tahun 2015-
2016 nilai ekspor barang dan jasa meningkat sebesar 74.296,92 miliar rupiah dan
83.788,23 miliar rupiah. Pada tahun 2017 nilai ekspor meningkat menjadi
89.593,55 miliar rupiah.

Sementara itu, pada periode 2013 s.d 2017, proporsi dalam PDRB justru
cenderung menurun dari 48,13 persen pada tahun 2013 menjadi 43,85 persen di
tahun 2017. Pertumbuhan riil total ekspor mencapai angka yang tinggi,
khususnya pada tahun 2014 dan 2016 dengan masing-masing tahun mencapai

10 Diturunkan dari perhitungan PDRB ADHK 2010


PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 61
2013-2017
5,33 persen dan 14,28 persen. Pada tahun lainnya, pertumbuhan ekspor pada
masing-masing tahun adalah sebesar -11,07 persen (2013); 3,63 persen (2015);
dan 2,88 persen (2017).

3.2.7. Impor Barang dan Jasa

Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah)


maupun PMTB (termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk
yang berasal dari impor. PDRB menggambarkan produk yang benar-benar
dihasilkan oleh ekonomi domestik Kota Medan. Sehingga untuk mengukur
potensi dan besaran produk domestik, maka komponen impor tersebut harus
dikeluarkan dari penghitungan yaitu dengan cara mengurangkan nilai PDRB (E)
dengan nilai impornya. Hasil pengurangan inilah yang secara konsep harus sama
dengan nilai PDRB menurut lapangan usaha (sektor).

Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada


tambahan penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal
dari non residen. Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun
rincian penggolongannya bisa berbeda dengan ekspor. Komponen impor
termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa secara langsung (direct
purchase) oleh penduduk (resident) Kota Medan di luar domestik, baik yang
berupa makanan maupun bukan makanan (termasuk jasa). Perkembangan yang
terjadi pada transaksi impor barang dan jasa dapat menunjukkan seberapa besar
ketergantungan Kota Medan terhadap ekonomi atau produk wilayah lain, baik
wilayah kabupaten/kota lain dalam satu propinsi, propinsi lain, maupun luar
negeri.

Data pada tabel 3.15 menunjukan bahwa secara total nilai impor barang
dan jasa Kota Medan meningkat terutama atas dasar harga berlaku pada kurun
tahun 2013 s.d 2017. Pada tahun 2013 nilai impor barang dan jasa atas dasar harga
berlaku mencapai 61.272,59 miliar rupiah, kemudian meningkat di tahun 2014
menjadi 69.334,05 miliar rupiah, 69.621,19 miliar rupiah pada tahun 2015,
70.600,44 miliar rupiah pada tahun 2016 dan menjadi 74.755,74 miliar rupiah
pada tahun 2017. Sebaliknya dengan proporsinya, terjadi penurunan pada kurun
tahun 2013 s.d 2017. Pada tahun 2013 impor barang dan jasa memberikan
kontribusi sebesar 46,56 persen turun menjadi 36,59 persen pada tahun 2017.

62 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
Tabel 3.15. Perkembangan Impor Kota Medan
Trend of Import, Medan City
2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016*) 2017**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Nilai Impor

a, ADHB (Miliar Rp) 61 272,59 69 334,05 69 621,19 70 600,44 74 755,74

b, ADHK (Miliar Rp) 52 224,86 55 360,62 56 867,27 62 309,92 62 297,80


Proporsi terhadap
46,56 46,77 42,27 37,95 36,59
PDRB (% - ADHB)
Pertumbuhan11 -18,17 6,00 2,72 9,57 -0,02

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

11 Diturunkan dari perhitungan PDRB (ADHK 2010)


PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 63
2013-2017
64 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
BAB IV
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB
MENURUT PENGELUARAN
KOTA MEDAN
2013 – 2017
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis
sosial ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan
disajikan beberapa rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di
tengah keterbatasan informasi yang tersedia.

4.1 PDRB (NOMINAL)


Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di
dalam wilayah ekonomi Kota Medan, di mana di dalamnya masih terkandung
nilai penyusutan. PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena
menjelaskan kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang
dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan nilai tambah,
pengeluaran, dan pendapatan.

Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran


yang berkaitan dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah
tangga, dan tenaga kerja). Untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan,
misalnya, dapat dilihat dari data PDRB perkapita.

Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Kota Medan
Gross Domestic Regional Bruto and per capita GRDP, Medan City
2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016*) 2017**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Nilai PDRB (Miliar Rp)

- ADHB 131 604,64 148 247,32 164 721,83 186 049,04 204 299,85
- ADHK 2010 110 795,42 117 525,06 124 269,93 132 062,86 139 730,21
PDRB perkapita (Ribu Rp)

- ADHB 61 626,63 67 657,62 74 513,72 83 452,22 90 903,97

- ADHK 2010 51 882,27 53 636,49 56 214,87 59 236,74 62 173,47

Pertumbuhan
PDRB perkapita ADHK
4,73 3,38 4,81 5,38 4,96
2010
Jumlah Penduduk (000
2 135 516 2 191 140 2 210 624 2 229 408 2 247 425
org)
Pertumbuhan 0,60 2,60 0,89 0,85 0,81

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 67


2013-2017
PDRB per-kapita Kota Medan menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun, seperti yang disajikan pada tabel 4.1, seiring dengan kenaikan jumlah
penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk
Medan rata-rata mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) sebesar nilai
perkapita di masing-masing tahun tersebut.

Pertumbuhan PDRB per-kapita secara “riil” berfluktuasi selama kurun


waktu 2013-2017. Dalam periode 2013-2017, PDRB perkapita tumbuh masing-
masing sebesar 4,73 persen (2013), 3,38 persen (2014), 4,81 persen (2015), 5,38
persen (2016), dan 4,96 persen (2017). Pertumbuhan ekonomi tersebut bertolak
belakang dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Tahun 2017, pertumbuhan
penduduk sebesar 0,81 persen dibandingkan dengan tahun 2013 yang tumbuh
hanya sebesar 0,60 persen.

4.2 PROPORSI PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB


Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai
produk barang dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun
impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi
rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi tersebut
mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama
membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.

Tabel 4.2. Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir terhadap PDRB


Kota Medan
Total Proporsion of Final Consumption Expenditure to GRDP, Medan City
2013—2017

Uraian 2013 2014 2015 2016*) 2017**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Konsumsi Akhir (ADHB)
(Miliar Rp)
a. Rumah tangga 63 273,93 71 912,14 78 975,63 85 243,82 94 302,02

b. LNPRT 443,84 490,83 518,04 533,48 580,86

c. Pemerintah 6 608,90 7 283,06 7 879,84 8 105,13 9 297,44

Jumlah 70 326,67 79 686,02 87 373,51 93 882,44 104 180,32


PDRB (ADHB)
131 604,64 148 247,32 164 721,83 186 049,04 204 299,85
(Miliar Rp)
Proporsi (%) 53,44 53,75 53,04 50,46 50,99

*) Angka Sementara

68 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
**) Angka Sangat Sementara

Pada tahun 2013 sebagian besar barang dan jasa yang berada di wilayah
domestik digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (lebih dari 50
persen). Hampir sama dengan tahun-tahun berikutnya, proporsinya selalu di atas
50 persen, seiring konsumsi akhir yang makin meningkat setiap tahunnya.
Namun cenderung menurun, dalam hal ini produk yang tidak digunakan
menjadi konsumsi akhir (PMTB atau eskpor) memiliki peran yang semakin besar.

Dalam kurun waktu 2013 hingga 2017, proporsi terbesar terjadi pada
tahun 2014 yakni sebesar 53,75 persen. Sedangkan proporsi terendah terjadi pada
tahun 2016 yakni sebesar 50,46 persen.

4.3 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)


”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan
rasio investasi kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan
menggunakan investasi tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak
penambahan kapital terhadap penambahan sejumlah output (keluaran).

Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia
dari sumber daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang
dalam proses produksi. Sedangkan output adalah besarnya nilai keluaran dari
suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini digambarkan melalui
parameter ”Nilai Tambah”.

Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan


perbandingan antara penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan
juga bahwa setiap pertambahan satu unit nilai output (keluaran) akan
membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit. Formula :

K I It
ICOR   
Y Y Yt  Yt 1

Di mana: I t = PMTB tahun ke t

Yt = Output tahun ke t

Yt 1 = Output tahun ke t-1

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 69


2013-2017
Tabel 4.3. Incremental Capital Output Ratio Kota Medan
Incremental Capital Output Ratio of Medan City
2013-2017

Uraian 2013 2014 2015 2016*) 2017**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


PDRB (ADHK 2010)
110 795,42 117 525,06 124 269,93 132 062,86 139 730,21
(miliar rupiah)
Perubahan (miliar
5 633,42 6 729,64 6 744,87 7 792,93 7 667,35
rupiah)
PMTB (ADHK 2010)
43 216,30 45 704,66 48 031,55 49 836,43 52 044,07
(miliar Rp)
ICOR 7,67 6,79 7,12 6,40 6,79

*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Tabel 4.10 menunjukkan besaran ICOR Medan pada periode 2013-2017


berfluktuasi yaitu sebesar 7,67 persen (2013), turun menjadi 6,79 persen (2014),
meningkat menjadi 7,12 persen (2015), turun menjadi 6,29 persen (2016), dan naik
lagi menjadi 6,79 persen (2017).

70 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
BAB V
PENUTUP
1. PDRB menurut pengeluaran tahun 2013 s.d 2017 dapat menggambarkan
perubahan struktur dan perkembangan kondisi ekonomi Kota Medan
pada periode bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran
akan berbeda dengan analisis dari sisi lapangan usaha (industri) yang
lebih fokus pada perilaku produksi. Analisis PDRB pengeluaran terfokus
pada perilaku pengeluaran barang dan jasa akhir, baik untuk tujuan
konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan internasional dan
antar daerah. Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang
menggunakan barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian adalah
rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah tangga/LNPRT,
pemerintah, dan perusahaan.

2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi,


investasi, dan perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah
yang dimaksud. Analisis didasarkan pada indikator yang diturunkan dari
PDRB pengeluaran. Analisis tersebut juga dilengkapi dengan indikator
sosial demografi (seperti penduduk, rumah tangga, dan pegawai negeri),
sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi lebih informatif.

3. Data disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2013 s.d 2017, sehingga
mudah di dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang
terjadi antara waktu. Masing-masing parameter disajikan dalam satuan
yang berbeda (rupiah, indeks, persentase, rasio, unit, dsb) sesuai dengan
tujuan analisis dan karakteristik masing-masing data.

4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut
pengeluaran, dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan
indikator ekonomi makro lain seperti pendapatan disposabel, tabungan,
serta model ekonomi sederhana yang saling berkaitan antara seluruh
variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung
maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi
makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-
Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus
Dana.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 73


2013-2017
5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara
agregat disajikan disini, seperti ekspor dan impor, dan transfer berjalan
(current tranfer) neto. Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa
jauh ketergantungan ekonomi Kota Medan terhadap ekonomi negara dan
daerah lain.

74 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
LAMPIRAN
Lampiran 1

Produk Domestik Regional Bruto ADHB menurut


Pengeluaran Medan, 2013-2017
Juta Rupiah
Komponen
No 2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Penggunaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengeluaran
1 Konsumsi Rumah 63 273 926,25 71 912 136,49 78 975 625,38 85 243 817,86 94 302 016,77
Tangga
a. Makanan
Minuman dan 20 196 426,13 23 085 222,58 25 270 610,33 27 530 402,38 29 929 693,96
Rokok
b. Pakaian dan
2 327 061,60 2 573 523,81 2 884 899,73 3 141 782,28 3 388 797,91
Alas Kaki
c. Perumahan
Perkakas
Perlengkapan
dan 9 042 209,66 9 951 973,77 11 476 615,47 12 435 990,38 13 781 164,70
Penyelenggara
an Rumah
Tangga
d. Kesehatan dan
3 327 617,64 4 052 882,39 4 334 368,27 4 584 738,16 5 172 618,65
Pendidikan
e. Transportasi
Komunikasi
18 467 213,96 20 666 202,17 22 150 032,14 23 492 923,74 25 766 068,59
Rekreasi dan
Budaya
f. Hotel dan
8 106 893,49 9 533 359,37 10 539 464,58 11 542 304,53 13 316 284,42
Restoran
g. Lainnya 1 806 503,76 2 048 972,39 2 319 634,87 2 515 676,37 2 947 388,54
Pengeluaran
2 443 841,41 490 826,51 518 043,78 533 484,37 580 863,79
Konsumsi LNPRT
Pengeluaran
3 Konsumsi 6 608 902,27 7 283 056,53 7 879 843,51 8 105 134,66 9 297 440,78
Pemerintah
Pembentukan
4 58 044 768,20 63 692 680,57 70 322 142,82 77 958 162,64 84 384 397,41
Modal Tetap Bruto
a. Bangunan 51 702 582,89 56 145 862,12 62 166 883,92 69 400 276,65 75 323 466,33

b. Non-Bangunan 6 342 185,31 7 546 818,44 8 155 258,90 8 557 885,99 9 060 931,08
Perubahan
5 1 163 440,66 1 618 719,54 2 350 436,74 1 020 648,60 897 321,62
Inventori
6 Ekspor 63 342 355,01 72 583 947,36 74 296 921,90 83 788 228,66 89 593 550,43

7 Impor 61 272 589,42 69 334 045,37 69 621 188,75 70 600 440,17 74 755 741,27

PDRB 131 604 644,39 148 247 321,62 164 721 825,38 186 049 036,60 204 299 849,53

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 77


2013-2017
Lampiran 2

Produk Domestik Regional Bruto ADHK 2010 menurut


Pengeluaran Medan, 2013-2017
Juta Rupiah
Komponen
No 2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Penggunaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengeluaran
1 Konsumsi Rumah 49 131 754,45 52 370 103,91 55 235 671,86 57 887 220,52 60 836 225,41
Tangga
a. Makanan
Minuman dan 16 940 930,20 17 993 605,79 18 912 386,75 20 039 561,68 20 726 905,89
Rokok
b. Pakaian dan
2 118 065,42 2 263 033,67 2 407 032,66 2 564 628,99 2 662 468,62
Alas Kaki
c. Perumahan
Perkakas
Perlengkapan
dan 7 159 385,14 7 468 011,26 8 062 303,20 8 399 664,88 8 709 202,45
Penyelenggara
an Rumah
Tangga
d. Kesehatan dan
2 746 645,06 2 986 591,99 3 115 830,37 3 182 492,99 3 357 593,53
Pendidikan
e. Transportasi
Komunikasi
13 101 744,17 13 950 178,00 14 598 543,86 15 201 363,01 16 291 734,87
Rekreasi dan
Budaya
f. Hotel dan
5 648 915,77 6 192 032,66 6 514 930,54 6 806 262,98 7 317 861,05
Restoran
g. Lainnya 1 416 068,70 1 516 650,54 1 624 644,49 1 693 245,99 1 770 459,00
Pengeluaran
2 417 762,38 450 522,14 461 834,80 468 213,97 499 013,65
Konsumsi LNPRT
Pengeluaran
3 Konsumsi 4 356 430,96 4 571 889,60 4 694 675,22 4 593 362,84 4 833 549,39
Pemerintah
Pembentukan
4 43 216 297,70 45 704 657,23 48 031 552,03 49 836 425,59 52 044 068,00
Modal Tetap Bruto
a. Bangunan 38 014 029,71 40 421 851,70 42 602 103,79 44 266 324,03 46 181 561,52

b. Non-Bangunan 5 202 267,99 5 282 805,53 5 429 448,24 5 570 101,56 5 862 506,48
Perubahan
5 1 133 579,50 1 573 754,60 2 020 547,04 802 870,39 705 743,77
Inventori
6 Ekspor 64 764 452,74 68 214 755,77 70 692 921,92 80 784 688,07 83 109 409,43

7 Impor 52 224 861,44 55 360 623,84 56 867 271,48 62 309 917,87 62 297 795,24

PDRB 110 795 416,30 117 525 059,42 124 269 931,39 132 062 863,52 139 730 214,41

78 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
Lampiran 3

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto


ADHB menurut Pengeluaran Medan, 2013-2017
persen
Komponen
No 2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Penggunaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengeluaran
1 Konsumsi Rumah 48,08 48,51 47,94 45,82 46,16
Tangga
a. Makanan
Minuman dan 15,35 15,57 15,34 14,80 14,65
Rokok
b. Pakaian dan
1,77 1,74 1,75 1,69 1,66
Alas Kaki
c. Perumahan
Perkakas
Perlengkapan
dan 6,87 6,71 6,97 6,68 6,75
Penyelenggara
an Rumah
Tangga
d. Kesehatan dan
2,53 2,73 2,63 2,46 2,53
Pendidikan
e. Transportasi
Komunikasi
14,03 13,94 13,45 12,63 12,61
Rekreasi dan
Budaya
f. Hotel dan
6,16 6,43 6,40 6,20 6,52
Restoran
g. Lainnya 1,37 1,38 1,41 1,35 1,44
Pengeluaran
2 0,34 0,33 0,31 0,29 0,28
Konsumsi LNPRT
Pengeluaran
3 Konsumsi 5,02 4,91 4,78 4,36 4,55
Pemerintah
Pembentukan
4 44,11 42,96 42,69 41,90 41,30
Modal Tetap Bruto
a. Bangunan 39,29 37,87 37,74 37,30 36,87

b. Non-Bangunan 4,82 5,09 4,95 4,60 4,44


Perubahan
5 0,88 1,09 1,43 0,55 0,44
Inventori
6 Ekspor 48,13 48,96 45,10 45,04 43,85

7 Impor 46,56 46,77 42,27 37,95 36,59

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 79


2013-2017
Lampiran 4

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto


ADHK 2010 menurut Pengeluaran Medan, 2013-2017
persen
Komponen
No 2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Penggunaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengeluaran
1 Konsumsi Rumah 44,70 44,34 44,56 44,45 43,74
Tangga
a. Makanan
Minuman dan 15,47 15,29 15,31 15,18 15,17
Rokok
b. Pakaian dan
1,93 1,91 1,93 1,97 1,94
Alas Kaki
c. Perumahan
Perkakas
Perlengkapan
dan 6,56 6,46 6,35 6,51 6,35
Penyelenggara
an Rumah
Tangga
d. Kesehatan dan
2,51 2,48 2,54 2,49 2,39
Pendidikan
e. Transportasi
Komunikasi
11,89 11,83 11,87 11,75 11,45
Rekreasi dan
Budaya
f. Hotel dan
5,06 5,10 5,27 5,24 5,15
Restoran
g. Lainnya 1,29 1,28 1,29 1,31 1,28
Pengeluaran
2 0,40 0,38 0,38 0,37 0,35
Konsumsi LNPRT
Pengeluaran
3 Konsumsi 4,07 3,93 3,89 3,78 3,48
Pemerintah
Pembentukan
4 40,95 39,01 38,89 38,65 37,11
Modal Tetap Bruto
a. Bangunan 35,72 34,31 34,39 34,28 33,01

b. Non-Bangunan 5,23 4,70 4,50 4,37 4,10


Perubahan
5 1,32 1,02 1,34 1,63 0,66
Inventori
6 Ekspor 69,25 58,45 58,04 56,89 61,84

7 Impor 60,69 47,14 47,11 45,76 47,18

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

80 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
Lampiran 5

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto


ADHK menurut Pengeluaran Medan,
2013-2017
persen
Komponen
No 2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Penggunaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengeluaran
1 Konsumsi Rumah 6,39 4,51 6,59 5,47 4,58
Tangga
a. Makanan
Minuman dan 5,03 4,14 6,21 4,83 6,24
Rokok
b. Pakaian dan
4,04 4,50 6,84 8,13 4,81
Alas Kaki
c. Perumahan
Perkakas
Perlengkapan
dan 6,42 3,74 4,31 8,36 3,55
Penyelenggara
an Rumah
Tangga
d. Kesehatan dan
6,22 4,13 8,74 3,66 2,15
Pendidikan
e. Transportasi
Komunikasi
8,15 4,79 6,48 4,65 3,58
Rekreasi dan
Budaya
f. Hotel dan
7,64 6,13 9,61 5,21 4,47
Restoran
g. Lainnya 5,90 4,69 7,10 7,12 4,22
Pengeluaran
2 10,92 0,49 7,84 2,51 1,38
Konsumsi LNPRT
Pengeluaran
3 Konsumsi 1,80 1,74 4,95 2,69 (2,16)
Pemerintah
Pembentukan
4 9,38 0,36 5,76 5,09 2,02
Modal Tetap Bruto
a. Bangunan 8,74 1,20 6,33 5,39 2,31

b. Non-Bangunan 13,97 (5,33) 1,55 2,78 (0,26)


Perubahan
5 133,47 (18,26) 38,83 28,39 (56,80)
Inventori
6 Ekspor 12,20 (11,07) 5,33 3,63 15,52

7 Impor 14,05 (18,17) 6,00 2,72 9,57

PDRB 7,66 5,36 6,07 5,74 6,27

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 81


2013-2017
Lampiran 6

Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto


menurut Pengeluaran Medan,
2013-2017
persen
Komponen
No 2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Penggunaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengeluaran
1 Konsumsi Rumah 116,89 128,78 137,32 142,98 147,56
Tangga
a. Makanan
Minuman dan 110,60 119,22 128,30 133,97 137,38
Rokok
b. Pakaian dan
107,74 109,87 113,72 119,53 122,50
Alas Kaki
c. Perumahan
Perkakas
Perlengkapan
dan 113,48 126,30 133,26 141,82 148,41
Penyelenggara
an Rumah
Tangga
d. Kesehatan dan
112,53 121,15 135,70 138,71 144,97
Pendidikan
e. Transportasi
Komunikasi
126,01 140,95 148,14 151,73 155,36
Rekreasi dan
Budaya
f. Hotel dan
125,70 143,51 153,96 161,77 169,58
Restoran
g. Lainnya 113,01 127,57 135,10 142,78 148,57
Pengeluaran
2 101,88 106,24 108,95 112,17 113,94
Konsumsi LNPRT
Pengeluaran
3 Konsumsi 131,42 151,70 159,30 167,85 176,45
Pemerintah
Pembentukan
4 118,02 134,31 139,36 146,41 158,99
Modal Tetap Bruto
a. Bangunan 120,19 136,01 138,90 145,92 159,22

b. Non-Bangunan 103,16 121,91 142,86 150,20 157,11


Perubahan
5 106,95 102,63 102,86 116,33 122,66
Inventori
6 Ekspor 82,61 97,80 106,41 105,10 102,60

7 Impor 87,71 117,32 125,24 122,43 113,31

PDRB 111,72 118,78 126,14 132,55 140,88

82 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
Lampiran 7

Pertumbuhan Indeks Implisit Produk Domestik


Regional Bruto menurut Pengeluaran Medan,
2013-2017
persen
Komponen
No 2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Penggunaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengeluaran
1 Konsumsi Rumah 11,54 10,18 6,62 4,12 3,21
Tangga
h. Makanan
Minuman dan 6,81 7,79 7,62 4,42 2,54
Rokok
i. Pakaian dan
1,58 1,97 3,51 5,11 2,49
Alas Kaki
j. Perumahan
Perkakas
Perlengkapan
dan 10,28 11,30 5,51 6,42 4,64
Penyelenggara
an Rumah
Tangga
k. Kesehatan dan
7,89 7,66 12,01 2,22 4,51
Pendidikan
l. Transportasi
Komunikasi
18,89 11,86 5,10 2,42 2,40
Rekreasi dan
Budaya
m. Hotel dan
16,51 14,17 7,28 5,07 4,83
Restoran
n. Lainnya 6,77 12,88 5,90 5,68 4,06
Pengeluaran
2 1,01 4,28 2,54 2,96 1,58
Konsumsi LNPRT
Pengeluaran
3 Konsumsi 15,49 15,43 5,01 5,36 5,13
Pemerintah
Pembentukan
4 9,78 13,81 3,76 5,06 8,59
Modal Tetap Bruto
c. Bangunan 10,79 13,16 2,13 5,06 9,11

d. Non-Bangunan 2,74 18,18 17,18 5,14 4,60


Perubahan
5 5,13 (4,04) 0,22 13,10 5,44
Inventori
6 Ekspor (8,06) 18,39 8,79 (1,23) (2,38)

7 Impor 0,88 33,76 6,75 (2,25) (7,45)

PDRB 4,87 6,32 6,20 5,08 6,28

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 83


2013-2017
Lampiran 8

Sumber Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto


menurut Pengeluaran Medan,
2013-2017
persen
Komponen
No 2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Penggunaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengeluaran
1 Konsumsi Rumah 2,89 2,02 2,92 2,44 2,04
Tangga
o. MakananMinu
0,80 0,64 0,95 0,74 0,95
mandan Rokok
p. Pakaian dan
0,08 0,09 0,13 0,16 0,09
Alas Kaki
q. PerumahanPer
kakasPerlengka
pan dan
0,43 0,25 0,28 0,53 0,23
Penyelenggara
an Rumah
Tangga
r. Kesehatan dan
0,16 0,10 0,22 0,09 0,05
Pendidikan
s. TransportasiKo
munikasiRekre 0,96 0,57 0,77 0,55 0,42
asidan Budaya
t. Hotel dan
0,39 0,31 0,49 0,27 0,23
Restoran
u. Lainnya 0,08 0,06 0,09 0,09 0,06
Pengeluaran
2 0,04 0,00 0,03 0,01 0,01
Konsumsi LNPRT
Pengeluaran
3 Konsumsi 0,08 0,07 0,19 0,10 (0,08)
Pemerintah
Pembentukan
4 3,78 0,15 2,25 1,98 0,78
Modal Tetap Bruto
e. Bangunan 3,09 0,43 2,17 1,86 0,79

f. Non-Bangunan 0,69 (0,28) 0,07 0,12 (0,01)


Perubahan
5 0,81 (0,24) 0,40 0,38 (0,92)
Inventori
6 Ekspor 8,11 (7,67) 3,11 2,11 8,83

7 Impor 8,05 (11,03) 2,83 1,28 4,38

PDRB 7,66 5,36 6,07 5,74 6,27

84 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, PDRB Menurut Penggunaan, berbagai seri,
Medan.

2. , Sumatera Dalam Angka, berbagai seri, Medan.

3. Badan Pusat Statistik, Incremental Capital Output Ratio Sektor Industri, 1980-1990, Jakarta.

4. , Pendapatan Nasional Indonesia, berbagai seri, Jakarta.

5. , Statistik Industri, berbagai seri, Jakarta.

6. , Statistik Listrik, Gas dan Air, berbagai seri, Jakarta.

7. , Statistik Pertambangan Migas, berbagai seri, Jakarta.

8. , Statistik Pertambangan Non Migas, berbagai seri, Jakarta.

9. , Statistik Konstruksi, berbagai seri, Jakarta.

10. , Statistik Matriks Investasi Pemerintah Pusat, berbagai seri, Jakarta.

11. , Statistik Keuangan BUMN dan BUMD, 1997, Jakarta 2000.

12. , Profil Ekonomi Rumahtangga 1998, Jakarta 1999.

13. Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stocks, Netherlands, 1992.

14. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29,
WashingtonDC, 1979.

15. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in
Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4, Jakarta
1988.

16. United Nations, A System of National Accounts, Studies in Methods, Series F No.2 Rev.3, New
York, 1968.

17. Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No. 14 Rev 1, New York, 1973.

18. Handbook of National Accounting for Production, Sources and Methods, Series F No. 39, New
York, 1986.

19. , Handbook of National Accounting, Public Sector Accounts, Studies Methods, Series F No. 50,
New York, 1988.

PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 87


2013-2017
20. , Link between Business Accounting and National Accounting, Public Sector Accounts, Studies
Methods, Series F No.76, New York, 2000.

21. Verbiest Piet, Investment Matrix, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan
Pusat Statistik, Jakarta, 1997.

22. Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in OECD
Countries, Paris, 1976.

88 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan


2013-2017

Anda mungkin juga menyukai