No. ISBN :
No. Publikasi : 12750.1802
Katalog BPS : 9302002.1275
Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm
Jumlah Halaman : xiv + 88 halaman
Naskah:
Badan Pusat Statistik Kota Medan
Penyunting:
Badan Pusat Statistik Kota Medan
Gambar Kulit:
Badan Pusat Statistik Kota Medan
Diterbitkan oleh:
©Badan Pusat Statistik Kota Medan
Dicetak oleh:
CV. Rilis Grafika
Editor:
Diana Aulia Adnan, SE
Disain/ Layout:
Usmansyah, SST
KATA PENGANTAR
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data
ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi
suatu wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula
digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan
model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan
uang beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (finacial deepening),
penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya.
Menurut teori ekonomi makro, penghitungan PDRB dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan, yaitu : pendekatan produksi/penyediaan (PDRB menurut Lapangan
Usaha/industry), pendekatan pengeluaran/permintaan akhir (PDRB menurut
Pengeluaran/expenditure) serta pendekatan pendapatan (PDRB menurut
pendapatan/income). Ketiga pendekatan penghitungan tersebut secara teori akan
menghasilkan angka PDRB yang sama.
Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PDRB menurut pendekatan
pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa komponen,
yaitu: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non
Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori), Ekspor serta Impor. Data
PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya mengunakan tahun dasar
2010, serta sudah menerapkan konsep System of National Accounts 2008 seperti yang
direkomendasikan oleh United Nations.
Kepada seluruh anggota Tim Penyusun Publikasi ini yang telah memberikan
kontribusinya dalam mewujudkan publikasi ini disampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya. Demikian pula kepada instansi pemerintah dan lembaga/perusahaan swasta
yang telah memberikan dukungan data bagi penyusunan publikasi ini diucapkan terima
kasih. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus berlanjut serta dapat
ditingkatkan di masa-masa mendatang.
Terakhir, disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini
masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang bersifat
konstruktif sangat dihargai demi penyempurnaan isi publikasi ini selanjutnya.
Akhirnya, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Halaman
Kata Pengantar ………………………………………………………………….............. v
PENUTUP …………………………………………………………………... 71
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 75
Halaman
Tabel 3.2. PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Medan 2013-2017 …... 41
Tabel 4.1 PDRB dan PDRB Perkapita Kota Medan, 2013-2017 …..……….. 67
Halaman
Grafik 3.2. PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Medan 2013-2017 …...… 42
Halaman
1 Termasuk di dalamnya penyusutan dan pajak tidak langsung “neto” (pajak tidak langsung dikurangi subsidi)
2 Handbook of National Accounting. Accounting for Production: Sources and Methods (Series F no 30 United Nations)
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 3
2013-2017
membuat estimasi; ii) memberi manfaat lebih di dalam melakukan analisis; dan
iii) mengontrol kelayakan hasil estimasi. Secara teoritis, kedua pendekatan
tersebut akan menghasilkan nilai yang sama besar (equivalent). Namun karena
pendekatan estimasi dan metoda pengukuran yang digunakan berbeda, maka
akan muncul selisih statistik (statistical descrepancy).
Secara konsep, PDRB Produksi (Y) sama besar dengan PDRB Pengeluaran
(E), namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Selain berbeda dalam
struktur atau komposisi, pendekatan pengukuran antar keduanya juga berbeda.
Dalam penyajian data PDRB, perbedaan ini diletakkan pada sisi PDRB
Pengeluaran. Unsur yang menyebabkan perbedaan tersebut antara lain adalah
konsep dan basis pengukuran, metoda dan cakupan pengukuran, serta data dasar
Y = C + GFCF + Δ Inventori + X – M
3. - Yang dimaksud adalah rumahtangga, pemerintah, lembaga non profit yang melayani rumah tangga serta sektor
produksi (produsen) di wilayah domestik
- Disebut sebagai pendekatan “riil”
- Siklus ekonomi secara umum yang menjelaskan tentang hubungan antara balas jasa faktor produksi (pendapatan)
dengan pengeluaran atas penggunaan berbagai produk barang dan jasa oleh faktor produksi tersebut
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 5
2013-2017
Melalui pendekatan ini dapat diketahui perilaku masyarakat dalam
menggunakan pendapatan, apakah hanya untuk tujuan konsumsi (akhir) atau
juga untuk tujuan investasi (fisik). Selain itu juga dapat diketahui besarnya
ketergantungan ekonomi wilayah (domestik) terhadap luar negeri dalam bentuk
perdagangan internasional (external transaction). Selisih antara ekspor dan impor
juga disebut sebagai “ekspor neto”.
Terdapat 118 revisi di SNA 2008 dari SNA sebelumnya, dan 44 diantaranya
merupakan revisi yang utama. Beberapa revisi yang diadopsi dalam
penghitungan PDB/PDRB tahun dasar 2010 antara lain adalah:
4
SNA1993, para 16.76: “constant price series should not be allowed to run for more than five, or at the most, ten years
without rebasing”
8 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
peralatan militer dan PMTB seperti pesawat tempur, kendaraan lapis
baja, dan peluru kendali.
c. Penelitian dan pengembangan (research and development/RnD). RnD
merupakan nilai pengeluaran untuk aktivitas penelitian dan
pengembangan, yang diperlakukan sebagai bagian dari output industri
yang melakukannya dan PMTB seperti RnD tentang varietas padi,
produk otomotif, dan riset pemasaran.
d. Eksplorasi dan evaluasi mineral (mineral exploration and evaluation/MEE).
MEE merupakan nilai pengeluaran untuk aktivitas eksplorasi dan
evaluasi barang tambang dan mineral, tanpa memperhitungkan apakah
berhasil atau tidak menemukan cadangan tambang atau mineral. Biaya
eksplorasi dan evaluasi diperlakukan sebagai bagian dari output
industri pertambangan dan PMTB.
e. Bank Sentral (Central Bank/CB). Aktivitas Bank Indonesia yang terkait
dengan penyediaan jasa kebijakan moneter dan pengawasan dipisahkan
dari jasa intermediasi keuangan. Aktivitas tersebut digabungkan dengan
aktivitas penyediaan jasa regulasi yang dihasilkan pemerintahan.
f. Komputer software (computer software and databases/CSD). CSD
merupakan nilai pembelian atau biaya pembangunan databases, yang
diperlakukan sebagai bagian dari output industri yang melakukannya
dan PMTB.
g. Produk kekayaan intelektual (entertainment, literary or artistic
originals/ELA). ELA merupakan nilai pembelian atau biaya
pembangunannya, yang diperlakukan sebagai bagian dari output
industri yang melakukannya dan PMTB.
h. Pengeluaran untuk aktivitas eksplorasi dan evaluasi barang tambang
dan mineral, tanpa memperhitungkan apakah kegiatan tersebut berhasil
ataupun tidak berhasil menemukan cadangan tambang atau mineral.
Biaya eksplorasi dan evaluasi diperlakukan sebagai bagian dari output
industri pertambangan dan PMTB.
Metodologi
Valuasi
Nilai tambah bruto lapangan usaha dinilai dengan harga dasar (Basic Price).
Harga dasar merupakan harga keekonomian suatu barang atau jasa pada
tingkat produsen, sebelum ada intervensi pemerintah dalam bentuk pajak
dan subsidi atas produk.
Klasifikasi
Perubahan Klasifikasi PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2000 dan 2010
Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat
diperoleh dari data ini antara lain :
6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.
7. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala
atau per satu orang penduduk.
i. Pendahuluan
iii. Cakupan
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen
suatu wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik
suatu region. Jenis-jenis barang dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan
menurut COICOP (Classifications of Individual Consumption by Purpose) seperti
yang direkomendasikan oleh UN (United Nations), sbb:
Terdapat beberapa catatan yang perlu dikatahui berkaitan dengan PKRT ini,
yaitu:
1. Sumber data
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data
atau indikator suplai komoditas dan jenis pengeluaran tertentu,
2. Metode penghitungan
i Pendahuluan
Istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan
surplus melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh
biasanya diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis.
iii. Cakupan
1. Sumber data
xij
xij
ni
7 19
X xij Ni
i 1 j 1
i. Pendahuluan
iii. Cakupan
1. Sumber Data
PK-P ADHB=
Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank
Indonesia
i. Pendahuluan
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang
dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi
menurut jenis barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan
perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan
mengalami penyusutan sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto”
mengindikasikan bahwa di dalamnya masih mengandung unsur penyusutan.
Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital)
menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses
produksi secara normal selama satu periode.
iii. Cakupan
1. Sumber data
b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari
KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat.
c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil &
Rumah tangga (level provinsi).
Pendekatan Langsung
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia
adalah dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB ADHK 2010 dengan
indeks produksi jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB
diawali dengan menghitung PMTB ADHK 2010 terlebih dahulu. Selanjutnya
untuk memperoleh PMTB ADHB, nilai PMTB ADHK 2010 tersebut di
“reflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang
sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB ADHK 2010 di
tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit
diperoleh.
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data
publikasi yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
i. Pendahuluan
iii. Cakupan
b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua
bahan, komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi
barang jadi;
c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau
belum digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama
seperti pada waktu dibeli;
d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau
belum selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).
1. Sumber data
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen
dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia
(DGI), dan ternak dari Ditjennak Kementan.
2. Metode Penghitungan
Pendekatan Langsung
menghitung posisi inventori ADHK 2010, dengan cara mendeflate stok awal
dan akhir dengan IHPB akhir tahun;
menghitung perubahan inventori ADHK 2010 dengan mengurangkan
posisi di tahun berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
menghitung perubahan inventori ADHK 2010 dengan menginflate
perubahan inventori adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada
satu saat untuk periode waktu yang berurutan;
i. Pendahuluan
iii. Cakupan
Secara total, PDRB Kota Medan atas dasar harga Berlaku di tahun 2017
meningkat sebesar 55,24 persen, yakni dari 131.604,64 miliar Rupiah (2000=100)
pada tahun 2013 menjadi 204.299,85 milliar Rupiah (2010=100) pada tahun 2017.
Jika dinilai atas dasar harga Konstan 2010, maka peningkatan ini lebih kecil, yakni
dari 110.795,42 miliar Rupiah (2000=100) pada tahun 2013 menjadi 139.730,21
miliar Rupiah (2010=100) pada tahun 2017, atau meningkat sebesar 26,12 persen.
Pada periode tahun 2013 - 2017 PDRB Kota Medan atas dasar harga Berlaku
meningkat cukup signifikan, yakni sebesar 131.604,64 miliar Rupiah (2013);
148.247,32 miliar Rupiah (2014); 164.721,83 miliar Rupiah (2015); 186.049,04 miliar
Rupiah (2016); dan 204.299,85 miliar Rupiah (2017). Peningkatan ini dipengaruhi
baik oleh perubahan harga maupun perubahan volume. Peningkatan PDRB sisi
produksi diikuti oleh peningkatan PDRB dari sisi permintaan akhir atau PDRB
pengeluaran. Peningkatan PDRB menurut komponen pengeluaran Kota Medan
pada periode 2013-2017 dapat dilihat dari tabel 3.1 dan grafik 3.1 berikut ini:
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 39
2013-2017
Tabel 3.1. PDRB atas dasar harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Medan
GRDP at Current price by Expenditure, Medan City
2013 – 2017
(Miliar Rp/Trillion Rp)
Komponen
Pengeluaran/ 2013 2014 2015 2016*) 2016**)
Expenditure item
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah
Tangga/Household 63.273,93 71.912,14 78.975,63 85.243,82 94.302,02
Consumption
2. Konsumsi
LNPRT/NPISH 443,84 490,83 518,04 533,48 580,86
Consumption
3. Konsumsi
Pemerintah/Govern 6.608,90 7.283,06 7.879,84 8.105,13 9.297,44
ment Consumption
4. Pembentukan
Modal Tetap
58.044,77 63.692,68 70.322,14 77.958,16 84.384,40
Bruto/Gross Fixed
Capital Formation
5. Perubahan
Inventori/Changes 1.163,44 1.618,72 2.350,44 1.020,65 897,32
of Inventory
6. Ekspor/Export 63.342,36 72.583,95 74.296,92 83.788,23 89.593,55
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Grafik 3.1. PDRB atas dasar harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Medan
GRDP at Current price by Expenditure, Medan City
2013 – 2017
100 2.300
80 2.250
ribu jiwa
60 2.200
Triliun Rp
40 2.150
20 2.100
0 2.050
2013 2014 2015 2016 2017
Tabel 3.2. PDRB atas dasar harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
Kota Medan
GRDP at 2010 Constant price by Expenditure, Medan City
2013 - 2017
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
40 5,36
Persentase
5,40
30
20 5,20
10 5,00
0 4,80
2013 2014 2015 2016 2017
Dari tabel 3.2, terlihat bahwa nilai PDRB atas dasar harga Konstan di Kota
Medan meningkat, yakni sebesar 110.795,42 miliar Rupiah (2013); 117.525,06
miliar Rupiah (2014); 124.269,93 miliar Rupiah (2015); 132.062,86 miliar Rupiah
(2016); dan 139.730,21 miliar Rupiah (2017). Sedangkan dari grafik 3.2, terlihat
bahwa pertumbuhan ekonomi di Kota Medan cenderung berfluktuasi, yakni dari
5,36 persen pada tahun 2013 menjadi 5,81 persen pada tahun 2017.
Grafik 3.3. Perbandingan PDRB atas dasar harga Berlaku dan atas dasar harga
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kota Medan
Comparing of GRDP at Current price and GRDP at Constant price 2010, Medan City
2013-2017
204,30
Triliun Rp
200,00
186,05
180,00
164,72
160,00
148,25
140,00 131,60 139,73
132,06
120,00 124,27
117,53
110,80
100,00
2013 2014 2015 2016 2017
ADHK ADHB
Tabel 3.3. Distribusi PDRB atas dasar harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
Kota Medan
Distribution of GRDP at Current price by Expenditure, Medan City
2013 - 2017
Persen
Komponen Pengeluaran/
2013 2014 2015 2016*) 2017**)
Expenditure item
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah
Tangga/ Household 48,08 48,51 47,94 45,82 46,16
Consumption
2. Konsumsi LNPRT/NPISH
0,34 0,33 0,31 0,29 0,28
Consumption
3. Konsumsi Pemerintah/
5,02 4,91 4,78 4,36 4,55
Government Consumption
4. Pembentukan Modal
Tetap Bruto/Gross Fixed 44,11 42,96 42,69 41,90 41,30
Capital Formation
5. Perubahan Inventori/
0,88 1,09 1,43 0,55 0,44
Changes of Inventory
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Dari tabel 3.3 terlihat bahwa selama periode 2013-2017 PDRB Kota Medan
sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir
Grafik 3.4. Distribusi PDRB atas dasar harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
Kota Medan
Distribution of GRDP at Current price by Expenditure, Medan City
2013 – 2017
100%
80%
60%
40%
20%
0%
2013 2014 2015 2016 2017
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT
Konsumsi Pemerintah PMTB
Perubahan I nventori Ekspor Bar ang dan Jasa
Impor Bar ang dan Jasa
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
10
0
2013 2014 2015 2016 2017
-5
-10
-15
-20
1 Indeks perkembangan
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Secara umum, rata-rata konsumsi per rumah tangga terus meningkat dari
tahun ke tahun, baik menurut ADHB maupun ADHK 2010. Pada tahun 2013,
secara umum setiap rumah tangga di Kota Medan menghabiskan dana sekitar
128.249,47 ribu rupiah setahun untuk membiayai konsumsi baik dalam bentuk
makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan, dsb).
Pengeluaran ini terus meningkat menjadi 143.041,83 ribu rupiah (2014); 155.707,51
ribu rupiah (2015); 166.649,69 ribu rupiah (2016); dan menjadi 182.880,25 ribu
rupiah (2017).
3
Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB )
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan 51
2013-2017
Sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2017, kontribusi konsumsi bukan
makanan terhadap total konsumsi lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi
makanan. Proporsi pengeluaran untuk makanan selama periode tersebut
cenderung berada pada kisaran yang sedikit menurun, yaitu 31,92 persen (2013) ;
32,10 persen (2014); 32,00 persen (2015), 32,30 persen (2016), dan 31,74 persen
(2017).
Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) adalah salah
satu unit institusi yang melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan akumulasi
aset. Keberadaannya diakui oleh hukum atau masyarakat, terpisah dari orang
atau entitas lain yang memiliki atau mengendalikan. Dalam kegiatannya, LNPRT
merupakan mitra pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah sosial seperti
kemiskinan dan lingkungan hidup.
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sedangkan barang dan jasa kolektif ekuivalen dengan barang publik yang
memiliki ciri a) Non rivalry, yaitu pengeluaran satu konsumen terhadap suatu
barang tidak mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi
barang tersebut. b) Non excludable, yaitu apabila suatu barang publik tersedia,
maka tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat
dari barang tersebut atau dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke barang
tersebut. Contoh barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah dan tergolong
sebagai barang dan jasa kolektif adalah jasa pertahanan yang dilakukan TNI dan
keamanan yang dilakukan kepolisian.
b. ADHK 2010 240 156,06 252 730,22 255 715,19 290 021,65 298 846,88
Pertumbuhan5
a. Total konsumsi
1,74 4,95 2,69 -2,16 5,23
pemerintah
b. Konsumsi perkapita 1,14 2,28 1,78 -2,98 4,39
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
5 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan /ADHK 2010)
6 Tidak termasuk polisi dan militer
56 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
kuantitas. Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran
akhir pemerintah terhadap PDB berfluktuasi, dari terendah 4,36 persen (tahun
2016) hingga tertinggi 5,02 persen (tahun 2013).
7 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
58 PDRB Menurut Pengeluaran Kota Medan
2013-2017
PMTB tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 5,76 persen dan terendah pada
tahun 2013 sebesar 0,36 persen.
Total PMTB
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Pada tahun 2013 perubahan inventori atas dasar harga berlaku sebesar
1.163,44 miliar rupiah, yang kemudian menurun pada tahun 2014 menjadi
1.618,72 miliar rupiah. Pada tahun 2015 perubahan inventori mencapai 2.350,44
miliar rupiah, tahun 2016 turun menjadi mencapai 1.020,65 miliar rupiah,
kemudian kembali pada tahun 2016 turun menjadi 897,32 miliar rupiah.
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Secara total, dalam kurun waktu 2013-2017 nilai ekspor barang dan jasa
menunjukkan peningkatan hampir di setiap tahunnya. Pada tahun 2013 nilai
ekspor barang dan jasa sebesar 63.342,36 miliar rupiah meningkat menjadi
sebesar 72.583,95 miliar rupiah pada tahun 2014. Selanjutnya pada tahun 2015-
2016 nilai ekspor barang dan jasa meningkat sebesar 74.296,92 miliar rupiah dan
83.788,23 miliar rupiah. Pada tahun 2017 nilai ekspor meningkat menjadi
89.593,55 miliar rupiah.
Sementara itu, pada periode 2013 s.d 2017, proporsi dalam PDRB justru
cenderung menurun dari 48,13 persen pada tahun 2013 menjadi 43,85 persen di
tahun 2017. Pertumbuhan riil total ekspor mencapai angka yang tinggi,
khususnya pada tahun 2014 dan 2016 dengan masing-masing tahun mencapai
Data pada tabel 3.15 menunjukan bahwa secara total nilai impor barang
dan jasa Kota Medan meningkat terutama atas dasar harga berlaku pada kurun
tahun 2013 s.d 2017. Pada tahun 2013 nilai impor barang dan jasa atas dasar harga
berlaku mencapai 61.272,59 miliar rupiah, kemudian meningkat di tahun 2014
menjadi 69.334,05 miliar rupiah, 69.621,19 miliar rupiah pada tahun 2015,
70.600,44 miliar rupiah pada tahun 2016 dan menjadi 74.755,74 miliar rupiah
pada tahun 2017. Sebaliknya dengan proporsinya, terjadi penurunan pada kurun
tahun 2013 s.d 2017. Pada tahun 2013 impor barang dan jasa memberikan
kontribusi sebesar 46,56 persen turun menjadi 36,59 persen pada tahun 2017.
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Kota Medan
Gross Domestic Regional Bruto and per capita GRDP, Medan City
2013—2017
- ADHB 131 604,64 148 247,32 164 721,83 186 049,04 204 299,85
- ADHK 2010 110 795,42 117 525,06 124 269,93 132 062,86 139 730,21
PDRB perkapita (Ribu Rp)
Pertumbuhan
PDRB perkapita ADHK
4,73 3,38 4,81 5,38 4,96
2010
Jumlah Penduduk (000
2 135 516 2 191 140 2 210 624 2 229 408 2 247 425
org)
Pertumbuhan 0,60 2,60 0,89 0,85 0,81
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
*) Angka Sementara
Pada tahun 2013 sebagian besar barang dan jasa yang berada di wilayah
domestik digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (lebih dari 50
persen). Hampir sama dengan tahun-tahun berikutnya, proporsinya selalu di atas
50 persen, seiring konsumsi akhir yang makin meningkat setiap tahunnya.
Namun cenderung menurun, dalam hal ini produk yang tidak digunakan
menjadi konsumsi akhir (PMTB atau eskpor) memiliki peran yang semakin besar.
Dalam kurun waktu 2013 hingga 2017, proporsi terbesar terjadi pada
tahun 2014 yakni sebesar 53,75 persen. Sedangkan proporsi terendah terjadi pada
tahun 2016 yakni sebesar 50,46 persen.
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia
dari sumber daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang
dalam proses produksi. Sedangkan output adalah besarnya nilai keluaran dari
suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini digambarkan melalui
parameter ”Nilai Tambah”.
K I It
ICOR
Y Y Yt Yt 1
Yt = Output tahun ke t
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
3. Data disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2013 s.d 2017, sehingga
mudah di dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang
terjadi antara waktu. Masing-masing parameter disajikan dalam satuan
yang berbeda (rupiah, indeks, persentase, rasio, unit, dsb) sesuai dengan
tujuan analisis dan karakteristik masing-masing data.
4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut
pengeluaran, dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan
indikator ekonomi makro lain seperti pendapatan disposabel, tabungan,
serta model ekonomi sederhana yang saling berkaitan antara seluruh
variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung
maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi
makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-
Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus
Dana.
b. Non-Bangunan 6 342 185,31 7 546 818,44 8 155 258,90 8 557 885,99 9 060 931,08
Perubahan
5 1 163 440,66 1 618 719,54 2 350 436,74 1 020 648,60 897 321,62
Inventori
6 Ekspor 63 342 355,01 72 583 947,36 74 296 921,90 83 788 228,66 89 593 550,43
7 Impor 61 272 589,42 69 334 045,37 69 621 188,75 70 600 440,17 74 755 741,27
PDRB 131 604 644,39 148 247 321,62 164 721 825,38 186 049 036,60 204 299 849,53
b. Non-Bangunan 5 202 267,99 5 282 805,53 5 429 448,24 5 570 101,56 5 862 506,48
Perubahan
5 1 133 579,50 1 573 754,60 2 020 547,04 802 870,39 705 743,77
Inventori
6 Ekspor 64 764 452,74 68 214 755,77 70 692 921,92 80 784 688,07 83 109 409,43
7 Impor 52 224 861,44 55 360 623,84 56 867 271,48 62 309 917,87 62 297 795,24
PDRB 110 795 416,30 117 525 059,42 124 269 931,39 132 062 863,52 139 730 214,41
3. Badan Pusat Statistik, Incremental Capital Output Ratio Sektor Industri, 1980-1990, Jakarta.
13. Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stocks, Netherlands, 1992.
14. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29,
WashingtonDC, 1979.
15. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in
Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4, Jakarta
1988.
16. United Nations, A System of National Accounts, Studies in Methods, Series F No.2 Rev.3, New
York, 1968.
17. Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No. 14 Rev 1, New York, 1973.
18. Handbook of National Accounting for Production, Sources and Methods, Series F No. 39, New
York, 1986.
19. , Handbook of National Accounting, Public Sector Accounts, Studies Methods, Series F No. 50,
New York, 1988.
21. Verbiest Piet, Investment Matrix, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan
Pusat Statistik, Jakarta, 1997.
22. Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in OECD
Countries, Paris, 1976.