Anda di halaman 1dari 8

A.

Perawatan Pasien Pra Pembedahan Dan Pasca Pembedahan


Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan
membuat sayatan, setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan
tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam perawatan pasca bedah. Tindakan
pembedahan atau operasi dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala.
Keluhan dan gejala yang sering adalah nyeri (Sjamsuhidajat, 1998).
Nyeri menurut The International Association for the Study of Pain nyeri
merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri merupakan
suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh
stimulus tertentu (Mahon,1994; dalam Potter & Perry,2005). Rasa nyeri yang
timbul akibat pembedahan bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang
membahayakan yang mengganggu proses penyembuhan dan akan
mempengaruhi proses tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 1995). Seorang
anak tidak mudah untuk mengatakan tentang nyeri yang dirasakannya. Jika
seorang anak dalam keadaan nyeri, maka sering tidak mengatakan apa-apa
(Haley, 2003)

1. Perawatan Pasien Pra Pembedahan


Adalah bantuan yang diberikan oleh tenaga para medik (bidan, perawat)
kepada individu atau klien selama proses persiapan operasi.
Keberhasilan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung
pada fase ini. Hal ini disebabkan fase preoperatif merupakan tahap awal yang
menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan selanjutnya. Kesalahan yang
dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Pengakajian secara integral meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan tindakan operasi. Adapun
persiapan klien sebelum memasuki kamar operasi, meliputi:
a. Konsultasi dengan dokter obstetric-ginekologi dan dokter anestesi
Konsultasi dalam rangka persiapan tindakan operasi, meliputi inform
choice dan inform consent.
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi
aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan
persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien
terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan
serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya
sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan
informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani (inform choice).
b. Pramedikasi
Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan.
Sebagai persiapan atau bagian dari anestesi. Pramedikasi dapat
diresepkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan, misalnya relaksan,
antiemetik, analgesik dll. Tugas bidan adalah memberikan medikasi
kepada klien sesuai petunjuk/resep.
c. Perawatan kandung kemih dan usus
Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah setelah puasa dan
imobilisasi, oleh karena itu lebih baik bila dilakukan pengosongan usus
sebelum operasi. Kateter residu atau indweling dapat tetap dipasang
untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi.
d. Mengidentifikasi dan melepas prosthesis
Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan, dll
harus dilepas sebelum pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas
seandainya akan diberikan anestesi umum, karena adanya resiko terlepas
dan tertelan. Pasien mengenakan gelang identitas, terutama pada ibu
yang diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan juga gelang identitas
untuk bayi.
e. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang
operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi antara lain :
1) Status kesehatan fisik secara umum
Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien,
riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika,
status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,
fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus
istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup
pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga
bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat
stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
2) Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin)
dan keseimbangan nitrogen.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan
fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam
basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal
baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oligurianuria, insufisiensi renal akut,
nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi
ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Tindakan yang
bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan
tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enemalavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam
(biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan.
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman
dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi,
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Apabila masih
memungkinkan, klien dianjurkan membersihkan seluruh badannya
sendiri/dibantu keluarga di kamar mandi. Apabila tidak, maka bidan
melakukannya di atas tempat tidur.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi kandung kemih,
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance
cairan.
8) Latihan Pra Operasi
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain
latihan nafas dalam, latiihan batuk efektif dan latihan gerak
sendi.Latihan nafas dalam bermanfaat untuk memperingan keluhan
saat terjadi sesak nafas, sebagai salah satu teknik relaksasi, dan
memaksimalkan supply oksigen ke jaringan. Cara latihan teknik nafas
dalam yang benar adalah :
a) Tarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian tahan 1-2
detik
b) Keluarkan secara perlahan dari mulut
c) Lakukanlah 4-5 kali latihan, lakukanlah minimal 3 kali sehari (pagi,
siang, sore)

Batuk efektif bermanfaat untuk mengeluarkan secret yang menyumbat


jalan nafas. Cara batuk efektif adalah :
a) Tarik nafas dalam 4-5 kali
b) Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
c) Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan kuat
d) Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan
dengan kebutuhan
e) Perhatikan kondisi klien

Latihan gerak sendi bermanfaat untuk meningkatkan atau


mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot,
mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan, serta
mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. Beberapa jenis
gerakan sendi: fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, oposisi, dll.
f. Persiapan/ Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan
radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain, seperti: pemeriksaan
masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time)
darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein darah, dan hasil
pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks, EKG dan ECG.
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks,
abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT
scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance
Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon
in Loop), EKGECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro
Enchephalo Grafi), dll.
2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin,
angka leukosit, limfosit, LED (laju endap darah), jumlah trombosit,
protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan
chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan
kelainan darah.
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganasjinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). Pemeriksaan KGD dilakukan
untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang
normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam
(puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga
dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).

2. Persiapan dan Asuhan Post Operasi


Asuhan post operasi (segera setelah operasi) harus dilakukan di ruang
pemulihan tempat adanya akses yang cepat ke oksigen, pengisap, peralatan
resusitasi, monitor, bel panggil emergensi, dan staf terampil dalam jumlah dan
jenis yang memadai.
Asuhan pasca operatif secara umum meliputi :
a. Pengkajian tingkat kesadaran. Pada pasien yang mengalami anastesi
general, perlu dikaji tingkat kesadaran secara intensif sebelum
dipindahkan ke ruang perawatan. Kesadaran pasien akan kembali pulih
tergantung pada jenis anastesi dan kondisi umum pasien.
b. Pengkajian suhu tubuh, frekuensi jantung/ nadi, respirasi dan tekanan
darah. Tanda-tanda vital pasien harus selalu dipantau dengan baik.
c. Mempertahankan respirasi yang sempurna. Respirasi yang sempurna
akan meningkatkan supply oksigen ke jaringan. Respirasi yang sempurna
dapat dibantu dengan posisi yang benar dan menghilangkan sumbatan
pada jalan nafas pasien. Pada pasien yang kesadarannya belum pulih
seutuhnya, dapat tetap dipasang respirator.
d. Mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat.
e. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara
memonitor input serta outputnya.
f. Mempertahankan eliminasi, dengan cara mempertahankan asupan dan
output serta mencegah terjadinya retensi urine
g. Pemberian posisi yang tepat pada pasien, sesuai dengan tingkat
kesadaran, keadaan umum, dan jenis anastesi yang diberikan saat
operasi.
h. Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara
terapeutik.
i. Mengurangi rasa nyeri pada luka operasi, dengan teknik-teknik
mengurangi rasa nyeri.
j. Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum
ambulatory.
k. Meningkatkan proses penyembuhan luka dengan perawatan luka yang
benar, ditunjang factor lain yang dapat meningkatkan kesembuhan luka.

3. Diagnosa yang mungkin muncul :


a. Nyeri
b. Cemas
c. Intoleransi Aktivitas
d. Gangguan istirahat dan tidur
e. Mual

4. Intervensi
a. Nyeri
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5) Kurangi faktor presipitasi nyeri
6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin
8) Anjurkan pasien untuk meningkatkan istirahat
9) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
10) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali

b. Cemas
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3) Jelaskan semua prosedur tindakan dan apa yang dirasakan selama
prosedur tindakan
4) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
5) Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
6) Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien
7) Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi bila
cemas datang
8) Dengarkan dengan penuh perhatian bila pasien mengungkapna
kecemasan
9) Identifikasi tingkat kecemasan
10) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
11) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

c. Intoleransi Aktivitas
1) Observasi adanya pembatasan pasien dalam melakukan aktivitas
2) Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
3) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
4) Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,
sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
5) Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

d. Gangguan Istirahat dan tidur


1) Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur

2) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

3) Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)

4) Ciptakan lingkungan yang nyaman (atur pencahayaan, kurangi


kebisingan)
e. Mual
1) Jelaskan penyebab mual
2) Ajarkan pasien menelan untuk secara sadar atau napas dalam untuk
menekan reflek muntah
3) Ajarkan untuk makan secara perlahan
4) Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1 jam setelah, dan
selama makan

Anda mungkin juga menyukai