Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung
kitapun pernah mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani
“vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan
keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti
melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika adalah 64
orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo
juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi
dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu
akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo.
Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan
menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena
rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit
untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan
karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.
Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan
keperawatannya dirasa sangat penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan
yang baik beserta pemberian asuhan keperawatan yang benar, maka diharapkan
agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan masyarakat bisa mengetahui akan kasus
vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep patologis vertigo serta
,menyususn asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami vertigo.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian vertigo.

1
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari vertigo
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari vertigo.
d. Agar mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari vertigo
e. Agar mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari vertigo
f. Agar mahasiswa dapat mengetahui pathway dari vertigo
g. Agar mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari vertigo
h. Agar mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan dari vertigo
i. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan dari vertigo.

C. Manfaat penulisan
a. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian vertigo.
b. Agar mahasiswa dapat memahami etiologi dari vertigo
c. Agar mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis dari vertigo.
d. Agar mahasiswa dapat memahami komplikasi dari vertigo
e. Agar mahasiswa dapat memahami patofisiologi dari vertigo
f. Agar mahasiswa dapat memahami pathway dari vertigo
g. Agar mahasiswa dapat memahami pemeriksaan penunjang dari vertigo
h. Agar mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan dari vertigo
i. Agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan dari vertigo.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh
yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular,
system visual dan system somato sensorik (propioseptik).
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo
yang berarti kondisi. Vertigo atau yang disebut juga pusing, pening (giddiness), dan
pusing ringan adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh (Quinodoz, D.,
1997: 2).
Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari
3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo,
penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak
terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada
penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus
yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M,
2003).
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam
telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian
keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang.
Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat
terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada
labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral
dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.

3
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau
bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi
efiaty dan Nurbaiti, 2002)

B. Etiologi
Berikut ini berbagai penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan vertigo
a) Labirin, telinga dalam
b) Vertigo Posisional paraksimal benigna (kupulolitiasis)
c) Pasca trauma
d) Penyakit Meniere
e) Labirintitis (Viral, Bakterial)
f) Toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
g) Obstruksi peredaran darah dilabirin
h) Neuritis Iskemik (misalnya pada din)
i) Infeksi, Inflamasi (misalnya oleh sifilis, herpes zoster)
j) Neuronitis Vestibular
k) Neuroma Akustik
l) Tumor lainnya disudut serebels pontin (misalnya meningioma, metasfase)

C. Manifestasi Klinik
Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya
sendiri atau lingkungan
1. Nyeri kepala
2. Kepala terasa berat
3. Merasakan mual yang luar biasa
4. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
5. Gerakan mata yang abnormal
6. Tiba - tiba muncul keringat dingin
7. Telinga sering terasa berdenging
8. Mengalami kesulitan bicara

4
9. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
10. Ada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

D. Komplikasi
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan
akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang
terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

E. Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII,
dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik
lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh
terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan
sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan
merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya
fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo.
Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah
ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan

5
darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti
diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

F. KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo
sentral. Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk
menjaga keseimbangan. Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di
saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang
bertugas mengontrol keseimbangan.
 VERTIGO VESTIBULAR
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan

- PERIFER
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut
kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan.

Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti:

1. pandangan gelap
2. rasa lelah dan stamina menurun
3. jantung berdebar
4. hilang keseimbangan
5. tidak mampu berkonsentrasi
6. perasaan seperti mabuk
7. otot terasa sakit
8. mual dan muntah-muntah
9. memori dan daya pikir menurun

6
10. sensitif pada cahaya terang dan suara
11. berkeringat

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal


antara lain penyakit-penyakit seperti Benign Parozysmal Positional
Vertigo atau BPPV (gangguan keseimbangan karena ada perubahan
posisi kepala), meniere’s disease (gangguankeseimbangan yang sering
kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan
pada sel-sel saraf keseimbangan) dan labyrinthitis (radang di bagian
dalam pendengaran)

- SENTRAL
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak
dan serebelum (otak kecil).

Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan


mengalami hal-hal seperti:

1. penglihatan ganda
2. sukar menelan
3. kelumpuhan otot-otot wajah
4. sakit kepala yang parah
5. kesadaran terganggu
6. tidak mampu berkata-kata
7. hilangnya koordinasi
8. mual dan muntah-muntah
9. tubuh terasa lemah

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral


termasuk antara lain stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang
belakang dan otak), tumor, trauma di bagian kepala, migren, infeksi,

7
kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses (penyakit akibat
kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan dampak pada otak kecil.
Penyebab dan Gejala Keluhan vertigo biasanya datang mendadak,
diikuti gejala klinis tidak nyaman seperti banyak berkeringat, mual,dan
muntah. Faktor penyebab vertigo adalah Sistemik, Neurologik,
Ophtalmologik, Otolaringologi, Psikogenik, dapat disingkat SNOOP.

 VERTIGO NON VESTIBULAR


Vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh
penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung.
Sementara itu, vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang
disebabkan oleh gangguan saraf. Keluhan vertigo yang disebabkan oleh
gangguan mata atau berkurangnya daya penglihatan disebut vertigo
ophtalmologis; sedangkan vertigo yang disebabkan oleh berkurangnya
fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis. Selain
penyebab dari segi fisik,penyebab lain munculnya vertigo adalah pola
hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan
suatu masalah hingga stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau
tekanan emosional disebut vertigo psikogenik.

8
Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular

Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular

Sifat vertigo rasa berputar melayang, hilang


keseimbangan
Serangan episodik
kontinu
Mual/muntah +
-
Gangguan pendengaran +/-
-
Gerakan pencetus gerakan kepala
gerakan obyek visual
Situasi pencetus -
keramaian, lalu lintas

Tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Vestibular


Perifer Sentral

Bangkitan vertigo lebih mendadak lebih lambat

Derajat vertigo berat ringan

Pengaruh gerakan kepala ++ +/-

Gejala otonom (mual, ++ +


muntah, keringat)

Gangguan pendengaran
+ -
(tinitus, tuli)

Tanda fokal otak


- +

9
Jenis Vertigo Disertai Keluhan Tidak Disertai Timbul Karena
Berdasarkan Telinga Keluhan Telinga Perubahan Posisi
Awitan Serangan

Vertigo Penyakit Meniere, TIA arteri Benign


paroksismal tumor fossa cranii vertebro-basilaris, paroxysmal
posterior, epilepsi, vertigo positional vertigo
transient ischemic akibat lesi (BPPV)
attack (TIA) arteri lambung
vertebralis

Vertigo kronis Otitis media Kontusio serebri, Hipotensi


kronis, meningitis sindroma paska ortostatik, vertigo
tuberkulosa, komosio, multiple servikalis
tumor serebelo- sklerosis,
pontine, lesi intoksikasi obat-
labirin akibat zat obatan
ototoksik

Vertigo akut Trauma labirin, Neuronitis -


herpes zoster vestibularis,
otikus, labirinitis ensefalitis
akuta, perdarahan vestibularis,
labirin multipel sklerosis

Tabel. Gejala yang sering menyertai vertigo Vertigo Periferal


(Vestibulogenik) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)

10
NO Vertigo Periferal Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
(Vestibulogenik)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
3 Jantung berdebar Kelumpuhan otot-otot wajah
4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8 Mual dan muntah Mual dan muntah
9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
10 Sensitif pada cahaya terang dan
Suara
11 Berkeringat
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara
lain penyakit penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan
akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan
yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan
pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam
pendengaran).

G. Pathway Vertigo

11
H. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan
untuk pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan
kasus vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c) Pemeriksaan neurologik
d) Pemeriksaan otologik
e) Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a) Elektronistagmografi

12
Elektronistagrafi yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus
dan pergersksn mata yang timbul.
b) Audiometri dan BAEP
c) Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
a) Radiologik dan Imaging
b) EEG, EMG
EEG, EMG yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual,
vestibular dan somatosensorik.
I. Penatalaksanaan Vertigo
1. Penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi
 Penatalaksanaan non farmakologi
Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari
dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk
dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada
posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah
vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini
diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya
sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi
respon vertigo.
 Penatalaksanaan farmakologi
Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau
fenergen dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu
melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut.
Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada
penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya
sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak
berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi
perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.

13
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular
perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan
bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang
dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan,
temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan
relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.
e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular
perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada
hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut
mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi
ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis
vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya
adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa
kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo
menghilang setelah beberapa hari.
f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut
mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem
saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.
(http://niarahayu9.blogspot.com)

J. Asuhan Keperawatan sesuai teori


1. Pengkajian data keperawatan
a) Aktivitas / Istirahat

14
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata,
kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan
disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan
postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b) Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal,
pucat, wajah tampak kemerahan
c) Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan
ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi,
kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala,
mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d) Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak,
jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah,
anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e) Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera
kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis,
olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap
cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola
bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus,
penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
f) Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,
sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus
menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku

15
tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga
menegang, frigiditas vokal.
g) Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan
cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit
kepala pada gangguan sinus).
h) Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit
i) Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga,
penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi
oral/hormone, menopause.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

3. Intervensi Keperawatan
a) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam masalah risiko jatuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat energi yang dimiliki klien 1. Energi yang besar dapat memberikan
keseimbangan pada tubuh saat istirahat

16
2. Berikan terapi ringan untuk 2. Salah satu terapi ringan adalah
mempertahankan kesimbangan menggerakan bola mata, jika sudah
3. Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif terbiasa dilakukan, pusing akan
dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas berkurang.
klien. 3. Mengantisipasi dan meminimalkan
4. Berikan pengobatan nyeri (pusing) resiko jatuh.
sebelum aktivitas 4. Nyeri yang berkurang dapat
meminimalisasi terjadinya jatuh.

b) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah
intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Meyadari keterbatasan energi
2) Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas
3) Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
4) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Intervensi Rasional
1. Kaji respon emosi, sosial, 1. Respon emosi, sosial, dan spiritual
dan spiritual terhadap aktivitas mempengaruhi kehendak klien dalam
2. Berikan motivasi pada klien melakukan aktivitas
untuk melakukan aktivitas 2. Klien dapat bersemangat untuk
3. Ajarkan tentang pengaturan melakukan aktivitas
aktivitas dan teknik 3. Energi yang tidak stabil dapat
manajemen waktu untuk menghambat dalam melakukan
mencegah kelelahan. aktivitas, sehingga perlu dilakukan
4. Kolaborasi dengan ahli manajemen waktu
terapi okupasi 4. Terapi okupasi dapat menentukan
tindakan alternatif dalam melakukan
aktivitas.

17
c) Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah kurang
nutrisi dapat sedikit teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien tidak merasa mual muntah
2) Nafsu makan meningkat
3) BB stabil atau bertahan
Intervensi Rasional
1. Kaji kebiasaan makan yang1. Kebiasaan makan yang disukai
disukai klien dapat meningkatkan nafsu makan
2. Pantau input dan output 2. Untuk memantau status nutrisi pada
pada klien klien
3. Ajarkan untuk makan 3. Mempertahankan status nutisi pada
sedikit tapi sering klien agar dapat meningkat atau stabil.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi4. Ahli gizi dapat menentukan
makanan yang tepat untuk
meningkatkan kebutuhan nutrisi pada
klien.

d) Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah
gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat memfokuskan pendengaran
2) Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan
3) Pendengaran adekuat
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pendengaran 1. Mengetahui tingkat kemaksimalan
pada klien pendengaran pada klien untuk
menentukan terapi yang tepat.

18
2. Lakukan tes rinne, weber, 2. Mengetahui keabnormalan yang
atau swabah untuk mengetahui terjadi akibat tinitus
keseimbangan pendengaran 3. Mempertahankan keadekuatan
saat terjadi tinitus pendengaran
3. Ajarkan untuk 4. Memaksimalkan pendengaran pada
memfokuskan pendengaran klien
saat terjadi tinitus
4. Kolaborasi penggunaan alat
bantu pendengaran

e) Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah koping
individu tidak efektif dapat teratsi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran
2) Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan klien dalam1. Mengetahui batas maksimal
mempertahankan keadekuatan kemampuan pendengaran klien
pendengaran 2. Klien tidak mengalami depresi
2. Berikan motivasi dalam akibat keadaan fisiknya
menerima keadaan fisiknya 3. Pusing yang terjadi dapat
3. Ajarkan cara mengatasi memunculkan tinitus
masalah pendengaran akibat 4. Obat untuk mengatasi tinitus.
pusing yang diderita
4. Kolaborasi pemberian
antidepresan sedatif,
neurotonik, atau transquilizer
serta vitamin dan mineral.

19
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

20
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan


telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

21
Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular.
(http://niarahayu9.blogspot.com).Online diakses pada 22 oktober 2012.Pukul
23.50 WIB

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih


bahasa.Jakarta : Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

22

Anda mungkin juga menyukai