GALENIKA
Kompetensi Dasar:
3.1 Menerapkan pembuatan sediaan galenika
4.1 Membuat sediaan galenika
Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami pengertian dan ruang lingkup galenika
2. Mengkategorikan sediaan galenika dan contohnya
3. Menjelaskan cara pembuatan sediaan galenika
A.Pengertian/Definisi
Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos (Galen) yang
membuat sedian obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga tumbuhlah ilmu
obat-obatan yang disebut ilmu galenika. Ilmu Galenika adalah Ilmu yang mempelajari tentang
pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan
hewan). Sediaan galenika dibuat dengan cara disari meggunakan cairan penyari yang sesuai.
Sediaan galenik adalah sediaan yang diperoleh dengan cara melakukan penyarian zat-zat
yang bermanfaat bagi manusia. Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dengan
pelarut cair tertentu dimana zat yang tidak diinginkan tidak ikut terlarut. Dalam Permenkes
No246/Menkes/Per/V/1990, sediaan galenik didefinisikan sebagai hasil ekstraksi bahan atau
campuran bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhanatau hewan.
Umumnya mekanisme penyarian bahan alam yang berasal dari tumbuhan atau hewan dalam
keadaan kering (simplisia) adalah sebagai berikut:
1. Cairan penyari masuk ke dalam sel-sel dari simplisia
2. Zat yang tersari larut dalam cairan penyari
3. Setelah itu cairan yang mengandung zat tersari dipisahkan dari ampas simplisia yang
disari.
Pembuatan sediaan galenika secara umum dan singkat adalah sebagai berikut:
1. Bagian tumbuhan/hewan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahan
obat nabati/hewani
2. Zat berkhasiat dari simplisia kemudian diambil dan diolah dalam bentuk sediaan galenika
1
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
B.Tujuan Pembuatan Sediaan Galenika
1. Untuk memisahkan senyawa obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang
dianggap tidak memiliki khasiat obat.
2. Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai
3. Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama.
2
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
c. Olea volatilia (minyak atsiri): campuran bahan-bahan berbau keras yang menguap, yang
diperoleh baik dengan cara penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara
sintetis. Minyak atsiri diperolh dari tumbuh-tumbuhan.
3. Syrup: sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11)
tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
E. Cara pembuatan Sediaan Galenika
Sediaan galenik adalah sediaan yang diperoleh dengan cara melakukan penyarian zat-zat
yang bermanfaat Proses penyarian terdiri dari peyerbukan, pembasahan, penyarian, dan
pemekatan.
1. Penyerbukan
Proses penyerbukan dilakukan dengan tujuan memperkecil partikel bahan/simplisia.
Semakin kecil suatu partikel, maka semakin luas permukaannya. Apabila suatu serbuk
memiliki permukaan yang luas, maka permukaan yang terkena cairan penyari akan
semakin banyak, sehingga serbuk akan semakin mudah terbasahi oleh cairan penyari dan
proses penyarian berjalan dengan maksimal.
Gambar 1. Luas permukaan kubus yang dibelah-belah akan menjadi lebih luas
daripada luas permukaan sebelumnya.
Namun simplisia yang terlalu halus akan menimbulkan kesulitan pada proses
penyarian. Serbuk yang terlalu halus akan mempersulit proses penyaringan, karena butir-
butir halus tadi membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil penyarian.
Dengan demikian, hasil penyarian menjadi tidak murni lagi karen tercampur dengan
partikel-partikel halus tadi. Sehingga untuk mendapatkan hasil penyarian yang baik,
maka ditetapkan derajat halus pada masing-masing simplisia.
2. Pembasahan
Pembasahan serbuk dilakukan dengan maksud memberikan kesempatan sebesar-
besarnya kepada cairan penyari untuk memasuki seluruh pori-pori simplisia sehingga
mempermudah prosespenyarian selanjutnya.
3. Penyarian
Penyarian merupakan proses penarikan zat yang dapat larut dengan pelarut cair
tertentu dimana zat yang tidak diinginkan tidak ikut terlarut.
4. Pemekatan
Pemekatan/penguapan dilakukan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih
pekat. Dan tujuan dilakukan pemekatan adalah untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan.
F. Ekstraksi
3
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
Pembuatan sediaan galenika dapat dilakukan dengan cara penyarian atau ekstraksi.
Ekstraksi adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asal yang umumnya zat
berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan (khasiatnya) tidak berubah. Istilah ekstraksi hanya
dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahan asal dengan menggunakan cairan penarik/
pelarut. Cairan penarik yang dipergunakan disebut menstrum, ampasnya disebut marc atau
faeces. Cairan yang dipisahkan disebut Macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.
Tujuan utama extraksi untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat pengobatan sebanyak
mungkin dari zat-zat yang tidak berfaedah, supaya lebih mudah digunakan dari pada simplisia
asal. Begitu juga penyimpanan dan tujuan pengobatannya terjamin sebab pada umumnya
simplisia terdapat dalam keadaan tercampur yang memerlukan cara-cara penarikan dan cairan-
cairan penarik tertentu yang nantinya akan menghasilkan sediaan galenik sesuai dengan
pengolahannya.
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan, suhu penarikan untuk :
Maserasi : 15 – 25 ℃
Digerasi : 35 – 45 ℃
Infundasi : 90 – 98 ℃
Memasak : suhu mendidih
Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang dimaksud dibuat, simplisia perlu diolah terlebih
dahulu, misalnya menghilangkan lemaknya seperti: Strychni, Secale cornuti; atau menghilangkan
zat pahitnya seperti : Lichen islandicus, supaya zat-zat yang tidak berguna / merusak tidak ikut
tertarik bersama-sama dengan zat-zat yang berkhasiat.
Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak berguna :
1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan berkhasiatnya mudah larut,
sedangkan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.
2. Dengan menarik / merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiat terbanyak
larutnya.
3. Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan berkhasiat dari
simplisia lebih banyak larutnya, sedangkan bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut.
4. Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara tertentu baik secara ilmu alam
maupun ilmu kimia.
Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan, kadang-kadang juga yang segar.
Untuk kemudahan simplisia yang kering ini dilembabkan terlebih dahulu / di maserer dalam batas
waktu tertentu. Disamping itu simplisia ini ditentukan derajat halusnya untuk memperbesar atau
memperluas permukaannya, sehingga menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih
cepat dari pada melalui dinding-dinding sel yang utuh (proses osmosis).
G. Cairan Penarik
Menentukan cairan penarik apa yang akan digunakan harus diperhitungkan betul-betul
dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain :
1. Kelarutan zat-zat dalam menstrum
2. Tidak menyebabkan kerusakan zat-zat berkhasiat atau hal-hal yang tidak dikehendaki
(perubahan warna, pengendapan, hidrolisa)
3. Harga yang murah
4. Jenis preparat yang akan dibuat
4
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
Macam – macam cairan penyari :
1. Air
Merupakan bahan yang mudah didapat dan murah dengan pemakaian yang luas.
Pada suhu kamar air adalah pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat misalnya :
garam-garam alkaloida, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam
mineral.
Umumnya kenaikan suhu dapat menaikkan kelarutan dengan pengecualian misalnya
pada condurangin, Ca hidrat, garam glauber dll. Kelemahan dari air adalah banyak jenis
zat-zat yang tertarik dimana zat-zat tersebut merupakan makanan yang baik untuk jamur
atau bakteri dan dapat menyebabkan mengembangkan simplisia sedemikian rupa,
sehingga akan menyulitkan penarikan pada perkolasi.
2. Etanol
Etanol lebih selektif dibandingkan air. Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu
seperti alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak atsiri tetapi bukan untuk jenis-jenis
gom, gula dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzym-enzym tidak bekerja termasuk
peragian dan menghalangi perutumbuhan jamur dan kebanyakan bakteri. Sehingga
disamping sebagai cairan penyari juga berguna sebagai pengawet. Campuran air-etanol
(hidroalkoholic menstrum) lebih baik dari pada air sendiri.
3. Hidroalkohol
Hidroalkohol merupakan cairan penyari yang serbaguna dan paling luas
pemakainnya. Hidroalkohol merupakan campuran air-etanol. Karena keduanya mudah
bercampur, memungkinkan kombinasi yang fleksibel, yang merupakan campuran pelarut
paling sesuai untuk mengekstraksi bahan aktif dari simplisia tertentu. Hidroalkohol
memberikan perlindungan terpadu terhadap kontaminasi mikroba dan membantu
mencegah pemisahan bahan yang diekstraksi bila didiamkan.
4. Gycerinum (Gliserin)
Gliserin merupakan pelarut yang baik untuk banyak tumbuhan. Gliserin juga
digunakan sebagai pelarut pendamping dengan menstrum air dan etanol. Gliserin adalah
pelarut yang baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin
juga larut dalam gliserin. Karena cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk pembuatan
ekstrak-ekstrak kering.
5. Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk pembuatan sediaan
untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan lama.
6. Solvent Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah kasar. Pelarut yang
baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak. Biasanya dipergunakan untuk
menghilangkan lemak dari simplisia yang mengandung lemak-lemak yang tidak
diperlukan, sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenik, misalnya strychni, secale
cornutum.
7. Acetonum
5
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut yang baik untuk
bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak dan sukar hilang dari
sediaan. Dipakai misalnya pada pembuatan Capsicum oleoresin
8. Chloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena efek farmakologinya. Bahan pelarut
yang baik untuk basa alkaloida, damar, minyak lemak dan minyak atsiri.
CARA-CARA
1. PENARIKAN
Maserasi
Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam
cairan penyari pada suhu biasa yaitu pada suhunya 15-25 0C. Maserasi juga merupakan
proses pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi.
2. Digerasi
Cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan cairan penyari pada suhu 35o –
45o. Cara ini sekarang sudah jarang dilakukan karena disamping membutuhkan alat-alat
tertentu juga pada suhu tersebut beberapa simplisia menjadi rusak.
3. Perkolasi
Perkolasi ialaah suatu cara penarikan, memakai alat yang disebut perkolator, yang
simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut
akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan.
Cara-cara perkolasi :
1. perkolasi biasa
2. perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
3. perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
4. perkolasi persambungan, continous extraction, memakai alat soxhlet.
Hal-hal yang harus mendapat perhatian pada perkolasi ialah :
1. mempersiapkan simplisianya : derajat halusnya.
2. melembabkan dengan cara penyari : maserasi I
3. jenis perkolator yang dipergunakan dan memper-siapkannya
4. cara memasukkannya ke dalam perkolator dan lamanya di maserer dalam perkolator :
maserasi II
5. pengaturan penetapan cairan keluar dalam jangka waktu yang ditetapkan.
A. Perkolasi Biasa
Simplisia yang telah ditentukan derajat halusnya direndam dengan cairan penyari,
masukkan kedalam perkolator dan diperkolasi sampai didapat perkolat tertentu. Untuk
6
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
pembuatan tingtur disari sampai diperoleh bagian tertentu, untuk ekstrak cair disari
sampai tersari sempurna. Perkolasi umumnya digunakan untuk pengambilan sari zat-zat
yang berkhasiat keras.
Gambar Perkolator :
7
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
untuk pembuatan ekstrak-ekstrak cair yang simplisianya mengandung zat berkhasiat
yang tidak tahan atau rusak oleh pemanasan.
PEMBAGIAN TINCTUR
Pembagian
Tinctur
1. Menurut
Cara Pembuatan
A. Tingtur Asli
Tingtur asli adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.
Contoh :
Tingtur yang dibuat secara maserasi
1. Opii Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Capsici Tinctura FI II
4. Myrrhae Tinctura FI II
5. Opii Aromatica Tinctura FI III
6. Polygalae Tinctura Ext. FI 1974
Tingtur yang dibuat secara perkolasi, contoh :
1. Belladonae Tinctura FI III
2. Cinnamomi Tinctura FI III
3. Digitalis Tinctura FI III
9
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
4. Lobeliae Tinctura FI II
5. Strychnini Tinctura FI II
6. Ipecacuanhae Tinctura Ext. FI 1974
B. Tingtur Tidak Asli (Palsu)
Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam
cairan pelarut tertentu.
Contoh :
1. Iodii Tinctura FI III
2. Secalis Cornuti Tinctura FI III
10
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
Cara pembuatan : maserasi 200 g gambir yang telah diremukkan dengan 50 g kulit kayu manis
yang telah dimemarkan dengan 1000 ml etanol 45%, biarkan selama 7 hari, serkai, jernihkan
dengan penyaringan.
4. Tingtur Poligala (Polygalae Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian irisan halus herba poligala dengan etanol 60%
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
5. Tingtur Ratania (Ratanhiae Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (6/8) akar ratania dengan etanol 60 %
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
6. Tingtur Stramonii (Stramonii Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (8/24) herba Stramonium dengan etanol 70%
hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan
etanol 70%, hingga memenuhi persyaratan kadar, biarkan selama tidak kurang dari 24 jam,
saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak
boleh disimpan lebih dari 1 tahun sejak tanggal pembuatan. Pada etiket harus tertera tanggal
pembuatan.
7. Tingtur Strichni (Strychni Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (24/34) biji strichni yang telah dihilangkan
lemaknya dengan eter minyak tanah, yang menggunakan pelarut penyari etanol 70 % hingga
diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar strichnina, jika perlu dengan etanol 70%
secukupnya hingga memenuhi persyaratan kadar.
8. Tingtur Kemenyan ( Benzoes Tinctura)
Cara pembuatan : Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100 bagian etanol 90 %, saring.
9. Tingtur Lobelia (Lobeliae Tinctura)Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (6/34) herba
lobelia dengan etanol 70% secukupnya, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
10. Tingtur Mira (Myrrhae Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (24/34) Mira dengan etanol 90% hingga
diperoleh 100 bagian tingtur.
11. Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)
Cara pembuatan : 8 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong-potong halus, maserasi
dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
12. Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 100 g serbuk (10/24) cabe dengan campuran 9 bagian etanol 95 %
dan 1 bagian air selama 3 jam. Perkolasi dengan cepat hingga diperoleh 1000 ml tingtur.
13. Tingtur Beladon (Belladonnae Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk beladon dengan etanol encer, hingga diperoleh
100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, atur kadar dengan penambahan etanol encer
hingga memenuhi syarat, biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak
boleh disimpan lebih dari 1 tahun sejak tanggal pembuatan
14. Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)
Cara pembuatan : perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit kayu manis dengan etanol encer
hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
11
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk digitalis dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100
bagian tingtur. Tetapkan potensi atur potensi jika perlu encerkan dengan etanol 70 % hingga
memenuhi syarat.
16. Tingtur Iodium (Iodii Tinctura)
Cara pembuatan : Larutkan Iodum 1,8 – 2,2 %, Natriun Iodida 2,1 – 2,6 % dalam etanol encer.
17. Tingtur Opium (Tinctura Opii)
Cara pembuatan : maserasi 10 bagian serbuk opium dengan etanol 70 % hingga diperoleh 100
bagian tingtur. Tetapkan kadar dan atur hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan
etanol 70 % secukupnya.
18. Tingtur Opium wangi (Opii Tinctura Aromatica)
Cara pembuatan : maserasi campuran 1 bagian kulit kayu manis serbuk (22/60), 1 bagian
serbuk (22/60) cengkeh dan 12 bagian serbuk opium dengan campuran etanol 90 % dan air
volume sama banyak hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
19. Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)
Cara pembuatan : Campur 1 bagian ekstrak sekale kornutum dengan 9 bagian etanol encer.
20. Tingtur Valerian (Valerianae Tinctura)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (10/22) akar valerian dengan etanol 70 % hingga
diperoleh 100 bagian tingtur.
B. Ekstrak (Extracta)
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering
harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang dipakai adalah air, eter dan
campuran etanol dan air
Cara Pembuatan Ekstrak
Penyarian :
Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau penyeduhan
dengan air mendidih.
Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi.
Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.
1. Maserasi
Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tingtur, suling atau uapkan maserat
pada tekanan rendah pada suhu tidak leih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki.
2. Perkolasi
Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tinctura. Setelah perkolator ditutup
dan dibiarkan selama 24 jam biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan cairan
penyari hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan tidak meninggalkan
sisa. Perkolat disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari
50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki
Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat
selanjutnya diuapkan hingga 0,2 bagian campur dengan perkolat pertama.
12
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga dilakukan dengan cara
reperkolasi tanpa menggunakan panas.
Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera pada suhu kurang lebih 90
C, enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada takanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50
0
0
C hingga bobotnya sama dengan bobot simplisia yang digunakan.
Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 50 0C hingga konsentrasi yang dikehendaki.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau diupkan dengan tekanan rendah
pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki.
Contoh – Contoh Ekstrak
1. Ekstrak Belladonae
Cara pembuatan : perkolasi 100 bagian serbuk belladon (85/100) dengan campuran
etanol encer dan larutan dalam air asam asetat 2% v/v volume sama sehingga alkaloida
tersari sempurna yang diperiksa dengan cara sebagai berikut :
Kocok kuat-kuat campuran 3 ml eter, 5 tetes amonia encer dan 2 ml perkolat. Uapkan 2 ml
lapisan eter, larutkan sisa dalam 1 tetes H 2SO4 encer, kemudian tambahkan 5 tetes air dan 1
tetes larutan kalium tetraiodida hidrargyrat (II) tidak terjadi kekeruhan. Suling etanol
dengan perkolat, biarkan di tempat sejuk selama 24 jam. Tambahkan talk, saring, cuci sisa
dengan 100 bagian air. Uapkan filtrat menurut cara yang tertera pada extracta hingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak ini berkadar 1,3% alkaloida.
Penyimpanan : Ekstrak belladon dapat disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk
kering yang dibuat sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa, keringkan pada suhu tidak
lebih dari 30 0C, tambahkan sejumlah pati beras atau laktosa hingga tepat 3 bagian. Sisa
dalam wadah berisi zat pengering.
2. Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)
Cara pembuatan : sama dengan cara pembuatan Belladonae Extractum yang dibuat
dari serbuk hiosiamin
Ekstrak hiosiami kental disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk yang dibuat
sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati atau laktosa keringkan pada suhu tidak lebih
dari 80 0C, tambahkan sejumlah pati atau laktosa kering hingga tapat 3 bagian. Simpan
dalam wadah berisi zat pengering.
3. Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum)
Cara pembuatan : penyarian dilakukan dengan air mendidih kemudian diuapkan hingga
kering.
4. Ekstrak Timi (Thymi Extractum)
Cara pembuatan :
campurkan 500 bagian serbuk (85/100) herba timi dengan campuran 125 bagian air,
50 bagian gliserol dan 75 bagian etanol (90%). Biarkan campuran selama 24 jam dalam
sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi dengan campuran
yang terdiri dari 1 bagian etanol (90%) dan 3 bagian air q.s. hingga diperoleh 175 bagian
cairan, simpan cairan ini sebagai perkolat I
13
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
lanjutkan perkolasi dengan campuran etanol air seperti di atas, sehingga diperoleh
1500 bagian yang dinyatakan sebagai susulan I. Larutkan 30 bagian gliserol dalam 130
bagian susulan I yang mula-mula keluar, campurkan larutan ini dengan 325 bagian
serbuk (85/100) herba timi. Biarkan campuran selama 24 jam dalam sebuah bejana
tertutup, pindahkan ke dalam sebuah perkolator, perkolasi dengan sisa susulan I.
Pisahkan 325 bagian cairan mula-mula keluar yang dinyatakan sebagai hasil perkolasi II.
Hasil perkolasi selanjutnya dinyatakan sebagai susulan II.
Larutkan 20 bagian gliserol dalam 70 bagian susulan II yang mula-mula keluar,
campurkan larutan ini dengan 175 bagian serbuk (85/100) herba timi. Biarkan campuran
selam 24 jam dalam sebuah bejana tertutup, pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi
dengan sisa susulan II q.s. hingga diperoleh campuran 500 bagian campuran yang
dinyatakan sebagai hasil perkolasi III. Campur hasil perkolasi I, II dan III.
5. Ekstrak Strichi (Strychni Extractum)
Cara pembuatan : perkolasi serbuk biji strichni (24/34) yang telah dihilangkan lemaknya
dengan eter minyak tanah, dengan penyari etanol 70% v/v sampai sisa penguapan dari 2
tetes perkolat terakhir dengan penambahan 2 tetes asam nitrat tidak berwarna merah.
Uapkan perkolat menurut cara yang tertera pada ekstrakta hingga diperoleh ekstrak
kering. Tetapkan kadar strichnina dan jika perlu tambahkan laktosa hingga memenuhi
persyaratan kadar.
6. Ekstrak Pulepandak (Rouwolfiae Extractum)
Cara pembuatan : perkolasi 1800 bagian serbuk (8/24) akar pule pandak dengan etanol
90% v/v hingga alkaloida tersari sempurna, suling etanol pada tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 70 0C hingga diperoleh ekstrak lembek. Tambahkan 50 bagian pati
kering, lanjutkan penguapan hingga diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar
elkaloidanya hingga memenuhi syarat kadar. Ayak melalui pengayak no 12.
7. Ekstrak Kelembak (Rhei Extractum)
Cara pembuatan : perkolasi serbuk (8/24) kelembak dengan campuran yang terdiri dari
etanol 90% dan air volume sama, hingga perkolat terakhir hampir tidak berwarna,
uapkan perkolat hingga diperoleh ekstrak kering.
8. Ekstrak Stramonium (Stramonium Extractum)
Cara pembuatan : perkolasi 1000 g serbuk (8/24) herba stramonium dengan etanol 45%.
Pisahkan 850 ml perkolat pertama, teruskan perkolasi hingga penyarian sempurna.
Suling etanol dari perkolat sisa hingga menjadi ekstrak kental, larutkan ekstrak dalam
perkolat pertama. Tetapkan kadar alkaloidanya, jika perlu tambahkan etanol 45% q.s.
hingga memenuhi persyaratan kadar. Biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, jika perlu
saring.
9. Ekstrak Frangulae (frangulae extractum)
Cara pembuatan : pada 100 bagian serbuk (33/36) kulit frangula, tuangkan air mendidih,
biarkan selama 12 jam, peras. Pada sisa tambahkan 300 bagian air mendidih, biarkan
selama 6 jam, peras lagi. Kumpulkan sari, biarkan mengendap, serkai, uapkan serkaian
hingga diperoleh ekstrak kering.
10.Ekstrak Jadam (Aloes Extractum)
14
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
Cara pembuatan : tuangi 100 bagian jadam dengan 500 bagian air mendidih, tuangkan
campuran sambil diaduk ke dalam 500 bagian air, biarkan di tempat sejuk selam 24 jam,
serkai, uapkan serkaian hingga kering.
11. Ekstrak Kecambah (Malti Extractum)
Cara pembuatan : panaskan campuran kecambah yang telah dimemarkan dengan air
panas 3 kali bobot kecambah selama 3 jam. Biarkan mengenap, pisahkan cairan, sari sisa
dengan air panas. Campuran sari dipanaskan pada suhu kurang lebih 90 0C selama 1
jam, kemudian aupkan hingga diperoleh massa kental.
12. Ekstrak Hati (Hepatis Extractum)
Cara pembuatan : giling hati sapi segar dengan penggiling daging yang berlubang 3 mm,
maserasi 1000 bagian dengan campuran 1500 bagian volume air dan 2 bagian volume
HCl 4 N selama 12 jam, sambil berulang-ulang diaduk. Hangatkan hingga suhu 80 0C
serkai dan peras. Uapkan serkaian di atas penangas air hingga 100 bagian,
dinginkan,campur dengan 150 bagian volume etanol, kocok selama 10 menit,saring.
Suling etanol, uapkan sisa hingga 30 bagian volume, kocok dengan 300 bagian volume
etanol selama 10 menit, biarkan selama 12 jam. Tuangkan etanol, larutkan sisa dalam air
secukupnya hingga 135 bagian volume, tambahkan 15 bagian volume tingtur kayu manis.
13.Ekstrak Kina (Cinchonae Extractum)
Cara pembuatan : maserasi 100 bagian serbuk (34/40) kulit kina dengan 50 bagian
campuran 35 bagian HCl encer p, 20 bagian gliserol p, 45 bagian air selama 24 jam,
pindahkan ke dalam perkolator. Perkolasi mula-mula dengan 50 bagian sisa campuran di
atas yang diencerkan dengan 450 bagian air, kemudian dengan air secukupnya hingga 2
tetes perkolat terakhir jika di tambah 8 tetes larutan Na 2CO3 p tidak keruh. Uapkan
segera perkolat hingga diperoleh 90 bagian, dinginkan, tambahkan 100 bagian etanol.
Ekstrak ini berkadar 6 – 8 % alkaloida.
14.Ekstrak Kola (Colae Extractum)
Cara pembuatan : Perkolasi, serbuk (24/34) biji kola dengan campuran 60 bagian etanol
90% dan 40 bagian volume air hingga perkolat hampir tidak berasa dan tidak berwarna,
kemudian buatlah ekstrak cair.
15. Ekstrak Opium (Opii Extractum)
Cara pembuatan : maserasi 100 bagian opium yang telah dipotong tipis dengan 500
bagian air selama 24 jam sambil berulang-ulang di aduk, peras, campur dengan maserat
I. Uapkan hingga sisa 200 bagian, biarkan selama 24 jam, saring. Uapkan hingga
diperoleh ekstrak kering. Tetapkan kadar morfinanya, atur kadar dengan laktosa atau
ekstrak opium kering lain hingga memenuhi persyaratan kadar. Ekstrak ini mempunyai
kadar morphin 20 %.
C. Infus (Infusa)
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90 0C selama 15 menit.
Cara Pembuatan
15
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya,
panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 0C sambil
sekali-sekali di aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infus :
1. Jumlah simplisia
2. Derajat halus simplisia
3. Banyaknya ekstra air
4. Cara menyerkai
5. Penambahan bahan-bahan lain
untuk menambah kelarutan
untuk menambah kestabilan
untuk menghilangkan zat-zat yang menyebabkan efek lain
1. Jumlah Simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras di buat
dengan menggunakan 10 % simplisia.
Kecuali untuk simplisia seperti yang tertera di bawah ini, untuk membuat 100 bagian infus,
digunakan sejumlah simplisia seperti tersebut di bawah ini :
2. Aqua Menthae Piperitae = air permen, adalah larutan jenuh minyak permen dalam air.
Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang tertera pada aqua aromatika dengan
menggunakan 2 g minyak permen.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua aromatik.
3. Aqua Rosae = air mawar, adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air. Cara pembuatan :
larutkan 1 g minyak mawar dalam 20 ml etanol, saring. Pada filtrat tambahkan air
secukupnya hingga 5000 ml, saring.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua aromatika.
Khusus untuk aqua foeniculi jangan disimpan ditempat sejuk karena etanol akan
menghablur, jadi disimpan pada suhu kamar, kalau keruh kocok dulu sebelum digunakan.
Aqua foeniculi bila menghablur harus dipanaskan pada suhu 25 0C dan kemudian dikocok
kuat-kuat, sebelum digunakan harus disaring.
Identifikasi :
1. teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh.
2. pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan
uap tidak terjadi noda transparan
20
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
3. kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume sama, biarkan memisah,
volume air tidak boleh bertambah.
Cara-cara memperoleh minyak atsiri :
A. Cara pemerasan yaitu cara yang termudah dan masih dapat dikatakan primitif. Cara
ini hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan untuk
minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan minyak atsiri yang tidak tahan
pemanasan. Contoh : minyak jeruk
B. Cara penyulingan ( destilasi).
Ada 2:
1. Cara langsung ( menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah bejana di atas pelat
yang berlubang dan bejana berisi air. Uap air yang naik melalui lubang dan melalui
sebuah pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan uap air di tampung. Cara
ini hanya dapat digunakan untuk jumlah bahan bakal yang sedikit, karena jumlah air
yang akan menjadi uap dan membawa serta minyak terbatas jumlahnya.
2. Cara tidak langsung ( destilasi uap)
Bahan yang akan di olah di masukkan ke dalam sebuah bejana dan di tambah
dengan air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal dari bejana lain. Cara ini dapat
digunakan untuk bahan bakal dalam jumlah yang besar terutama bahan bakal yang
mempunyai kadar minyak atsiri yang rendah.
Dari ke dua cara di atas pada bejana penampungan akan terdapat dua lapisan, yaitu
air dan minyak atsiri.
Letak minyak atsiri dan air tergantung pada berat jenisnya. Jika Bj minyak atsiri > Bj
air maka minyak atsiri berada di bawah dan sebaliknya.
Ke dua lapisan ini dapat dipisahkan dan setelah dipisahkan sisa air dapat di
keringkan dengan menggunakan zat - zat pengering, contoh: Na 2SO4 exicatus.
Pengeringan sisa air ini perlu di lakukan sebab dengan adanya sisa air tersebut
minyak atsiri cepat rusak / menjadi tengik. Bila lapisan minyak atsiri dan air sukar
dipisahkan dapat di tambahkan NaCl jenuh untuk menarik airnya
3. Cara Enfleurage
Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun bunga yang digunakan
untuk kosmetik. Daun bunga disebarkan diatas keping gelas yang lebih dulu dilapisi
dengan lemak atau gemuk. Dibiarkan beberapa lama, tergantung dari jenis daun
yang diolah, contoh:bunga melati 24 jam. Kemudian daun bunga diangkat, diganti
dengan yang segar sampai beberapa kali, sampai lemak itu benar-benar jenuh
dengan minyak atsiri. Biasanya lemak itu dapat digunakan untuk 30 kali.
Kemudian lapisan lemak dikerok, dilarutkan dalam alkohol absolut, minyak
atsiri akan larut, sedangkan lemaknya tidak larut, sehingga lemaknya dapat
dipisahkan dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang ada dalam alkohol disuling secara
vacum (dengan alat evaporator vacum ). Alkohol yang digunakan bukan alkohol
fortior sebab waktu diuapkan, uap air akan membawa minyak atsiri.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dengan kandungan minyak atsiri yang
rendah dan tidak tahan pemanasan.
21
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
22
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
7. Oleum Menthae piperitae (minyak permen)
Adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan destilasi uap dari bagian di atas tanah tanaman
berbunga Mentha piperita yang segar dan telah dimurnikan.
G. Syrup (Sirupi)
Syrup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C 12
H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Cara pembuatan sirup :
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut.
Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa
yang terjadi, serkai.
Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari :
1. aqua destilata : untuk sirupus simplex.
2. hasil-hasil penarikan dari bahan dasar :
a. maserat misalnya sirupus Rhei
b. perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
c. colatura misalnya sirupus Senae
d. sari buah misalnya rubi idaei
3. larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya : methydilazina hydrochloridi sirupus,
sirup-sirup dengan nama patent misalnya yang mengandung campuran vitamin .
pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di tambahkan
Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.
Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan
metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.
Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi akan
terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.
Bj sirup kira-kira 1,3
Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi glukosa dan fruktosa
) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula
invert.
Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang
polarisasi kekiri.
Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan
berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat.
Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur,
meskipun jamur tidak mati.
23
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep, sirup
diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet misalnya
nipagin.
Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus Iodeti
ferrosi.
Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk ferro
menjadi bentuk ferri.
Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula dengan
asam sitrat.
Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa dilarutkan
dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan Thymi
sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus
sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.
Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk.
24
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
1. Ferrosi Iodidi Sirupus
Cara pembuatan : 20 bagian ferrum pulveratum dicampur dengan 60 bagian air,
tambahkan 41 bagian Iodium sedikit demi sedikit sambil digerus. Setelah warna coklat
hilang maka larutan disaring, dimasukkan kedalam larutan ½ bagian acidum citricum
dan 600 bagian sakarosa dalam 200 bagian air panas.
Untuk mencegah terjadinya oksidasi dari ferro Iodida maka ujung corong masuk
kedalam larutan sakarosa. Sisa serbuk besi pada kertas saring dicuci dengan air
sampai diperoleh 1000 bagian sirup.
Penggunaan acidum citricum adalah untuk mempercepat inversi sakarosa, menjadi
glukosa dan fruktosa yang merupakan reduktor kuat yang berguna untuk mencegah
oksidasi ferro lodidum.
Ferro Iodidum selalu dibuat baru.
25
FARMAKOGNOSI XII | GALENIKA
Dalam perdagangan dikenal “dry syrup” yaitu syrup berbentuk kering yang kalau akan
dipakai ditambahkan sejumlah pelarut tertentu atau aqua destilata, biasanya berisi zat
yang tidak stabil dalam suasana berair.
26