Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari


seorang ahli medis dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam
medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis
dan perencanaan perawatan pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari


bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan


fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni
sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut.
Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.

B. Rumusan masalah
Bagaimana pemeriksaan fisik pada telinga, hidung, mulut, dan
faring?
C. Tujuan
Mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik pada telinga, hidung,
mulut, dan faring.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Telinga

Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan jaga


keseimbangan. Menurut struktur anatominya, telinga dapat dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan


telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane timpani, dan
pendengaran. Alat-alat yang perlu dipersiapkan dalam pengkajian antara
lain otoskop, garpu tala, dan arloji.

1. Inspeksi dan palpasi


a. Bantu pasien dalam posisi duduk. Pasien yang masih anak-
anakdapat diatur duduk di pangkuan orang lain
b. Atur posisi anda duduk menghadap sisi telinga pasien yang akan
dikaji
c. Untuk pencahayaan, gunakan auriskop, lampu kepala, atau sumber
cahaya yang lainsehingga tangan anda akan bebas bekerja
d. Mulai amati telinga luar, periksa ukuran, bentuk, warna, lesi, dan
adanya massa pada pinna
e. Lanjutkan pengkajian palpasi dengan cara memegang telinga
dengan ibu jari dan jari telunjuk
f. Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis yaitu dari jaringan
lunak, kemudian jaringan keras, dan catat bila ada nyeri
g. Tekan bagian tragus ke dalam dan tekan pula tulang telinga di bawah
daun telinga. Bila ada peradangan, pasien akan merasa nyeri
h. Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan
i. Bila diperlukan, lanjutkan pengkajian telinga bagian dalam. Latihan
pengkajian telinga bagian dalam harus di bawah pengawasan
instruktur yang berpengalaman dan menguasai Teknik pengkajian
telinga bagian dalam
j. Pegang bagian pinggir daun telinga/heliks dan secara perlahan-lahan
Tarik daun telinga ke aats dan ke belakang sehingga lubang telinga

2
menjadi lurus dan mudah diamati. Pada anak-anak, daun telinga
ditarik ke bawah
k. Amati pintu masuk lubang telinga dan perhatikan ada atau tidaknya
peradangan, pendaraan, atau kotoran
l. Dengan hati-hati masuukkan otoskop yang menyala ke dalam lubang
telinga
m. Bila letak otoskop sudah tepat, arahkan mata anda pada eyepiece
n. Amati adanya kotoran, serumen, peradangan, atau adanya benda
asing pada dinding lubang telinga
o. Amati bentuk, warna, transparansi, kilau, perforasi, atay adanya
darah/ cairan pada membrane timpani
2. Pemeriksaan pendengaran
Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi
telinga. Secara sederhana pendengaran dapat diperiksa dengan
menggunakan suara bisikan. Pendengaran yang baik akan dengan
mudah mengetahui adanya bisikan. Bila pendengaran dicurigai tidak
berfungsi baik, pemeriksaan yang lebih teliti dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan garpu tala atau tes audiometri (oleh spesialis).
a. Cara pemeriksaan pendengaran dengan bisikan
1) Atur posisi pasien berdiri membelakangi anda pada jarak sekitar
4,5-6 meter
2) Anjurkan pasien untuk menutup salah satu telinga yang tidak
diperiksa
3) Bisikkan suatu bilangan (mis., tujuh enam)
4) Beri tahu pasien untuk mengulangi bilangan yang didengar
5) Periksa telinga sebelahnya dengan cara yang sama
6) Bandingkan kemampuan mendengar pada telinga kanan dan kiri
pasien
b. Cara memeriksa pendengaran dengan menggunakan arloji
1) Pegang sebuah arloji di sampingtelinga pasien
2) Minta pasien menyatakan apakah mendengar detak arloji
3) Pindah posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga pasien dan
minta pasien menyatakan bila tidak dapat mendengar lagi detak

3
arloji tersebut. Normalnya detak arloji masih dapat didengar
sampai jarak sekitar 30 cm dari telinga
4) Bandingkan telinga kanan dan kiri
3. Pemeriksaan pendengaran dengan garpu tala
Pemeriksaan garpu tala dapat dilakukan dengan du acara, yaitu
pemeriksaan rinne dan pemeriksaan weber. Pemeriksaan rinne
dilakukan untuk membandingkan antar konduksi udara dengan
konduksi tulang, sedangkan pemeriksaan weber digunakan untuk
mengetahui lateralisasi vibrasi (getaran, yang dirasakan baik oleh
telinga kanan maupun telinga kiri). Pada pemeriksaan rinne normalnya
konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang, dan pada
pemeriksaan weber normalnya vibrasi/suara dirasakan di tengah-tengah
kepala atau seimbang antara dua telinga.
a. Cara memeriksa pendengaran dengan garpu tala
1) Pemeriksaan pertama (Rinne)
a) Vibrasikan garpu tala
b) Letakkan garpu tala pada mastoid kanan pasien
c) Anjurkan pasien untuk memberi tahu jika tidak meraskan
getaran lagi
d) Angkat garpu tala dan pegang di depan telinga kanan pasien
dengan posisi garpu tala paralel terhadap lubang telinga luar
pasien
e) Anjurkan pasien untuk memberi tahu apakah masih
mendengarkan suara getaran atau tidak. Normalnya suara
getaran masih dapat didengar karena konduksi udara lebih
baik daripada konduksi tulang
2) Pemeriksaan kedua (weber)
a) Vibrasikan garpu tala
b) Letakkan garpu tala di tengah-tengah puncak kepa pasien
c) Tanya pasien tentang telinga yang mendengar suara getaran
lebih keras. Normalnya kedua telinga dapat mendengar
secara seimbang sehingga getaran dirasakan di tengah-
tengah kepala
d) Catat hasil pemeriksaan pendengaran
4
3) Tentukan apakah pasien mengalami gangguan konduksi tulang,
udara, atau keduanya
B. Hidung dan sinus

Pengkajian hidung dimulai dari bagian luar, bagian dalam, kemudian


sinus-sinus. Pasien dipersiapkan dalam kondisi duduk bila memungkinkan.
Perlatan yang dipersiapkan antara lain otoskop, speculum hidung, cermin
kecil, dan sumber penerangan/lampu.

1. Inspeksi dan palpasi


a. Cara inspeksi dan palpasi hidung bagian luar serta palpasi sinus-
sinus
1) Duduk menghadap pasien
2) Atur penerangan dan amati hidung bagian luar dari sisi depan,
samping, dan sisi atas. Perhatikan bentuk atau tulang hidung dari
ketiga sisi ini
3) Amati warna dan pembengkakan pada kulit hidung
4) Amati kesimetrisan lubang hidung
5) Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan catat bila
ditemukan ketidaknormalan kulit atau lubang hidung
6) Kaji mibilitas septum nasi
7) Palpasi sinus maksilaris, frontalis, dan etmoidalis. Perhatikan
adanya nyeri tekan
Untuk dapat melakukan inspeksi hisung bagian dalam, ada
beberapa perlatan yang diperlukan antara lain otoskop, speculum
hidung, cermin kesil, dan lampu. Tidak disarankan bagi peserta didik
keperawatan untuk melakukan praktik ini kecuali di bawah
pengawasan yang berpengalaman.
b. Cara inspeksi hidung bagian dalam
1) Duduk menghadap pasien
2) Pasang lampu kepala
3) Atur lampu sehingga tepat menerangi lubang hidung
4) Elevasikan ujung hidung pasien dnegan cara menekan hidung
dengan lembut dengan ibu jari anda, kemudian amati bagian
anterior lubang hidung

5
5) Amati posisi septum nasi dan kemungkinan adanya perfusi
6) Amati bagian konka nasalis inferior
7) Pasang ujung speculum hidung pada dasar hidung, sehingga
rongga hidung dapat diamati
8) Untuk memudahkan pengamatan pada dasar hidung, atur posisi
kepala sedikit menengadah
9) Dorong kepala menengadah sehingga bagian atas rongga hidung
mudah diamati
10) Amati bentuk dan posisi septum, kartilago, dan dinding-dinding
rongga hidung serta selaput lendir pada rongga hidung (warna,
sekresi, dan bengkak)
11) Bila sudah selesai, lepas speculum secara perlahan-lahan
Pengkajian hidung bagian dalam yang dilakukank di bawah
bimbingan instruktur ahli, dapat pula menggunakan otoskop.
Dianjurkan menggunakan otoskop yang dilengkapi dengan
speculum hidung dan kaca pembesar. Pengkajian kepatenan jalan
napas dilakukan terutama bila dicurigai adanya sumbatan atau
deformitas pada rongga hidung bagian bawah.
c. Cara pengkajian kepatenan jalan napas
1) Duduk di hadapan pasien
2) Gunakan satu tangan untuk menutup satu lubang hidung pasien,
minta pasien menghembuskan udara dari lubang hidung yang
tidak ditutup dan rasakan embusan udara tersebut. Normalnya
udara dapat diembuskakn dengan mudah dan dapat dirasakan
dengan jelas
3) Kaji lubang hidung sebelahnya
Kepatenan jalan napas juga dapat dikaji dengan
menggunakan sebuah cermin yang diletakkan di bawah hidung.
Pasien dianjurkan untuk menghembuskan udara dengan mulut
tertutup, kemudian kondensasi udara pada cermin diamati.
Normalnya sisi kanan dan kiri seimbang.
C. Mulut dan faring
Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi pasien duduk.
Pencahayaan harus baik sehingga semua bagian dalam mulut dapat diamati
6
dengan jelas. Pengkajian dimulai dengan mnegamati bibir, gigi, gusi, lidah,
selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut, dan palatum/langit-
langit mulut kemudian faring. Perawat di ruang perawatan sering kali
menggunakan keterampilan ini untuk mengkaji selaput lendir mulut pasien
yang karena kondisinya tidak mampu makan dan minum atau pasien yang
harus puasa. Pada situasi ini selaput lendir mulut harus dikaji dan kebersihan
dipertahankan (hygiene oral) untuk menghindari luka pada selaput lendir
mulut.
1. Inspeksi
a. Bantu pasien duduk berhadapan dan tinggi yang sejajar dengan anda
(bila kondisi memungkinkan)
b. Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan kongenital, bibir
sumbing, warna bibir, ulkus, lesi, dan massa
c. Lanjutkan pengamatan pada gigi dan anjurkan pasien membuka
mulut
d. Atur pencahayaan yang memadai dan bila diperlukan gunakan
penekan lidah agar gigi akan tampak lebih jelas
e. Amati posisi, jarak, gigi rahang atas dan bawah, ukuran, warna, lesi,
atau adanya tumor pada setiap gigi. Amati juga akar-akar gigi dan
gusi secara khusus
f. Periksa setiap gigi dengan cara mengetuk secara sistematis,
bandingkan gigi bagian kiri, kanan, atas, dan bawah serta anjurkan
pasien untuk memberi tahu bila merasa nyeri sewaktu giginya
diketuk
g. Perhatikan pula ciri-ciri umum sewaktu melakukan pengkajian
antara lain kebersihan mulut dan bau mulut
h. Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikakm kesimetrisannya.
Minta pasien menjulurkan lidah dan amati kelurusan, warna, ulkus,
dan setiap ada kelainan
i. Amati warna, adanya pembengkakan, tumor, sekresi, peradangan,
ulkus, dan pendarahan pada selaput lendir semua bagian mulut
secara sistematis
j. Beri kesempatan pasien untuk beristirahat dengan menutup mulut
sejenak bila Lelah, lalu lanjutkan inspeksi faring dengan
7
menganjurkan pasien membuka mulut dan menekan lidah pasien ke
bawah sewaktu pasien berkata “ah”. Amati kesimetrisan uvula pada
faring
2. Palpasi
Palpasi pada pengkajian mulut dilakukan terutama bila dari
inspeksi belum diperoleh data yang meyakinkan. Tujuan palpasi pada
mulut terutama adalah mengetahui bentuk dan setiap ada kelainan yang
dapat diketahui dengan palpasi, yang meliputi pipi, dasar mulut,
palatum, dan lidah. Palpasi harus dilakukan secara hati-hati dan perlu
diupayakan agar pasien tidak muntah.
a. Cara palpasi mulut
1) Atur posisi pasien duduk menghadap anda
2) Anjurkan pasien membuka mulut
3) Pegang pipi di antara ibu jari dan jari telunjuk (jari telunjuk berada
di dalam). Palpasi pipi secara sistematis dan perhatikan adanya
tumor atau pembengkakan. Bila ada pembengkakan, tentukan
menurut ukuran, konsistensi, hubungan dengan daerah sekitarnya,
dan adanya nyeri
4) Lanjutkan palpasi pada palatum dengan jari telunjuk dan rasakan
adanya pembengkakakn dan fisura
5) Palpasi dasar mulut dengan cara meminta pasien mengatakan “el”,
kemudian lakukan palpasi pada dasar mulut secara sistemis dengan
jari telunjuk tangan kanan. Bila diperlukan, beri sedikit penekanan
dengan ibu jari dari bawah dagu untuk mempermudah palpasi. Catat
bila didapatkan pembengkakan
6) Palpasi lidah dengan cara meminta pasien menjulurkan lidah,
pegang lidah dengan kasa steril menggunakan tangan kiri. Dengan
jari telunjuk tangan kanan, lakukan palpasi lidah terutama bagian
belakang dan batas-batas lidah

8
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama


pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat,
secara rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai
kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus di
lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun
tidak sadar.

Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat


bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan. memilih
intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka


perawat harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan
pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan
dilakukan dengan prosedur yang benar

Anda mungkin juga menyukai