Area jantung (precordial) diinspeksi dan dipalpasi secara simultan untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau dorongan (heaves). Palpasi area jantung membutuhkan keterampilan khusus dan keterampilan ini penting bagi perawat dengan keahlian atau spesialisasi jantung. Palpai dilakukan secara sistematis mengikuti struktur anatomi jantung mulai dari area aorta, area pulmonal, area tricuspid, area apical, dan area epigastrium. Hasil palpasi dijelaskan lokasinya, yaitu pada ruang intercostal ke berapa, jarak dari garis midsternal, midklavikula, dan garis aksila. Cara kerja inspeksi dan palpasi: 1. Bantu pasien mengatur posisi telentang dan perawat pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien. 2. Tentukan lokasi sudut Louis dengan palpasi. Sudut ini terletak di antara manubrium dan badan sternum. Sudut ini akan terasa seperti bagian sternum. 3. Pindah jari-jari ke arah tiap sisi sudut sehingga akan teraba ruang intercostal ke-2. Area aorta terletak di ruang intercostal ke-2 kanan dan area pulmonal terletak di ruang intercostal ke-2 kiri. 4. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau tidaknya pulsasi. 5. Dari area pulmonal, pindahkan jari-jari anda ke bawah sepanjang tiga ruang intercostal kiri. Area ventrikel atau tricuspid terletak di ruang intercostal kiri menghadap sternum. Amati ada atau tidaknya pulsasi. 6. Dari area tricuspid, pindahkan tangan anda secara lateral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri tempat ditemukan area apical atau titik impuls maksimal. 7. Inspeksi dan palpasi pulsasi pada area apical. Sekitar 50% orang dewasa akan memperlihatkan pulsasi apical. Ukuran jantung dapat diketahui dengan mengamati lokasi pulsasi apical. Apabila jantung membesar, pulsasi ini bergeser secara lateral ke garis midklavikula. 8. Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palpasi pada area epigastrium di dasar sternum. B. Perkusi Perkusi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar. Perawat melakukan perkusi jantung hanya dalam keadaan yang sangat diperlukan. Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai plesimeter (landasan) rapat-rapat pada dinding dada. Perkusi dapat dikerjakan dari semua arah menuju letak jantung. Untuk menentuan batas sisi kanan dan kiri, perkusi dikerjakan dari arah samping ke tengah dada. Batas atas jantung diketahui dengan perkusi dari atas ke bawah. Hendaknya mengetahui lokasi redup jantung. Batas kiri umumnya tidak lebih dari 4,7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada spasium interkostalis ke 4, 5, dan 8. Perkusi dapat pula dilakukan dari arah sternum keluar dengan jari yang stasioner secara paralel pada spasium interkostalis sampai suara redup tidak terdengar. Ukurlah jarak dari garis midsternal dan tentukan dalam sentimeter. Pemeriksaan perkusi pada jantung biasanya peranannya menurun sesudah ada foto rontgen toraks. Tetapi tetap bermanfaat untuk menentukan adanya kardiomegali, efusi perikard, dan aneurisma aorta, di mana daerah redup jantung melebar. Daerah redup jantung mengecil pada emfisema. C. Auskultasi Jantung dapat didengar dengan auskultasi. Pada tingkat dasar perawat perlu mengetahui bunyi-bunyi jantung. Bunyi-bunyi ini dihasilkan oleh penutupan katup-katup jantung. Bunyi jantung pertama (S1) timbul akibat penutupan katup mitralis dan trikuspidalis. Bunyi jantung kedua (S2) timbul akibat penutupan katup aorta dan pulmonalis. Biasanya S1 terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan nada S2 tinggi. S1 didiskripsikan sebagai bunyi “lub” dan S2 sebagai “dub”. Jarak kedua bunyi adalah 1 detik atau kurang. Bunyi jantung kadang-kadang sulit didengar karena dinding toraks terlalu tebal, jarak rongga anteroposterior terlalu besar atau karena kondisi-kondisi patologis tertentu. S1 terdengar lebih keras pada keadaan takikardi misalnya setelah olahraga, pada saat emosi, demam atau anemia. S2 juga dapat terdengar lebih keras misalnya pada penderita hipertensi. Periode yang berkaitan dengan bunyi jantung S1 dan S2 adalah periode systole dan periode diastole. Periode systole adalah periode saat ventrikel berkontraksi, yang dimulai dari bunyi jantung pertama sampai bunyi jantung kedua. Diastole merupakan periode saat ventrikel relaksasi yang dimulai dari bunyi jantung kedua dan berakhir pada saat atau mendekati bunyi jantung pertama. Systole biasanya lebih pendek daripada diastole. Secara normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode-periode di atas, tetapi pemeriksa yang sudah berpengalaman dapat mendengar berbagai bunyi tambahan (S3 dan S4) selama periode diastole. S3 dan S4 dapat didengar lebih jelas pada area apical dengan menggunakan bagian sungkup (bell) stetoskop. S3 timbul pada awal diastole yang terdengar seperti “lub-dub-ee”. S3 normal terdengar pada anak-anak dan dewasa muda. Bila didapatkan pada orang dewasa maka dapat pertanda adanya kegagalan jantung. S4 jarang terdengar pada orang normal. Bila ada, ini terdengar saat mendekati akhir diastole sebelum bunyi jantung pertama, S1 dan dinyatakan kira-kira seperti “dee- lub-dub” (S4, S1, S2). S4 dapat sebagai tanda adanya hipertensi. 1. Prinsip auskultasi Sebelumnya kita harus mengetahui bahwa stetoskop terdiri dari dua bagian yakni bell dan diafragma. Kualitas stetoskop yang baik mempunyai dua saluran terpisah yang menghubungkan bagian kepala stetoskop ke masing-masing bagian telinga. Untuk auskultasi yang akurat, pengalaman mendengarkan bunyi-bunyi yang normal adalah sangat penting. Ini hanya dapat diperoleh dengan latihan yang terus-menerus. Auskultasi bunyi jantung yang normal menunjukkan adanya dua bunyi yang disebut bunyi jantung pertama dan kedua. Penjelasan asal usul dari bunyi-bunyi ini berubah dari tahun ke tahun; bunyi-bunyi tersebut mungkin berhubungan dengan getaran- getaran dari penutupan katup jantung bersama-sama dengan perubahan aliran darah yang cepat dan tegangan dalam struktur jantung yang terjadi ketika katup-katup menutup. Auskultasi harus dilakukan pada lima area auskultsi utama dengan menggunakan stetoskop bagian diafragma kemudian dengan bagian bell. Gunakan tekanan lembut sewaktu menggunakan bagian diafragma dan tekanan yang mantap sewaktu menggunakan bagian bell. Lima area utama yang digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung adalah katup aorta, pulmonalis, trikuspidalis, apical, dan epigastrium. Bagian bell digunakan untuk mendengarkan suara yang nadanya rendah. Contohnya bunyi jantung 3, bunyi jantung 4, dan bising middiastol mitral / tricuspid. Tempelkan dengan penekanan yang ringan saja pada dinding dada. Diafragma merupakan kepala yang bermembran, digunakan untuk mendengarkan suara yang nadanya tinggi, contohnya bunyi 1 dan 2, OS (Opening Snap), bunyi ejeksi (ejection sound), pericardial friction rub, bising sistolik, dan awal diastolic.