PENDAHULUAN
Otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Prevalensi
terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 10 tahun sekitar 62 % sedangkan
anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83 %. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75 % anak
mengalami minimal 1 episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir
setengah dari mereka mengalaminya 3 kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25 %
anak mengalami minimal 1 episode sebelum usia 10 tahun ( Abidin, 2009. Di negara
tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Otitis Media
2. Untuk mengetahui macam – macam dari Otitis Media
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Otitis Media
4. Untuk mengetahui etiologi dari Otitis Media
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Otitis Media
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Otitis Media
7. Untuk mengetahui data penunjang dari Otitis Media
1
8. Untuk mengetahui Kebutuhan Dasar Manusia pada Otitis Media
1.4 Manfaat
1. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Otitis Media Akut dan Otitis Media
Kronis
2
BAB II
PENDAHULUAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005). Otitis media
adalah infeksi atau inflamasi pada telinga tengah (mediastore,2009 )
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu (Kapita selekta
kedokteran, 1999).
Otitis media akut adalah dari yang timbulnya cepat dan berdurasi pendek, otitis
media akut biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan di telinga tengah bersama
dengan tanda-tanda atau gejala-gejala dari infeksi telinga, gendang telinga, yang
menonjol biasanya disertai nyeri, atau gendang telinga yang berlubang, seringkali
dengan aliran dengan materi yang bernanah. Demam dapat hadir.
Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang
berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh
episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah Proses
peradangan di telinga tengah dan mastoid yang menetap > 12 minggu. Otitis media
kronik adalah perforasi pada gendang telinga ( warmasif, 2009).
Otitis Media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas oleh bakteri atau
virus yang menyebabkan peradangan di mukosa,gangguan drainase telinga tengah dan
menyebabkan penumpukan cairan steril. Bakteri atau virus masuk ke telinga tengah
melalui tuba eustachius,yang menyebabkan infeksi telinga tengah.
1. Bakteri
4
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut
penelitian, 65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui
isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong
sebagai nonpatogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga
jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae
(40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-
15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus
pyogenes (group A betahemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram
negatif. Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada
anak dan neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae
sering dijumpai pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang
dewasa juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak (Kerschner, 2007).
2. Virus
Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau
bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada
anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus
(sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau
enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius,
menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi
obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya (Kerschner,
2007). Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR) dan virus
specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat diisolasi dari
cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus (Buchman,
2003).
2.5 Patofisiologi
5
Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi
di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya
saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan
bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan
sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran
yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih
banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran
pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,
cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya.
Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah
terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir
selalu dimulai dengan otitis media berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara
lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh,
lingkungan, dan social ekonomi.
6
dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa
telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar
untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen,
mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap
kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang
tidak steril ke dalam liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran napas
bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan secret
yang mukoid atau mukopurulen.
7
2.6 Komplikasi Otitis Media
8
2.7 Data Penunjang
3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum
dari telinga tengah melalui membrane timpani).
Biasanya klien yang mengalami penyakit otitis media ini tidak mempedulikan sebuah
gejala kecil yang ditimbulkan, misalnya nyeri pada telinga sehingga ini menyebabkan
penanganan kesehatan tidak secepatnya dilakukan. Klien akan segera berobat ke
pelayanan kesehatan jika sudah mencapai stadium lanjut seperti keluarnya cairan
dari telinga dan nyeri yang dirasakan secara terus-menerus.
Biasanya pada sebagian klien otitis media mengalami anoreksia, mual dan muntah.
3. Pola eliminasi
Biasanya klien dengan Otitis media tidak mengalami masalah terhadap pola
eliminasai Namun, pengeluaran secret atau cairan yang keluar dari telinga harus
diperhatikan banyaknya dan warna cairan.
Biasanya klien dengan otitis media mengalami gangguan dalam beraktifitas karena
nyeri yang dirasakan.
Biasanya klien merasa istirahat dan tidurnya terganggu akibat nyeri yang dirsakan.
9
Biasanya klien mengalami penurunan pendengaran karena masuknya bakteri
patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril dan tidak
berpengaruh terhadap penglihatannya.
Biasanya klien dengan otitis media akan menjauhi lingkungan sekitarnya karena
memikirkan penyakitnya, merasa cemas, malu, depresi ataupun takut akan
menularkan penyakitnya kepada orang lain.
8. Pola hubungan-peran
Biasanya klien akan merasa harga diri rendah, minder, dan menjauh dari lingkungan
karena malu akibat bau busuk pada cairan yang keluar dari telinganya. Keluarga
berperan membantu klien dalam pemenuhan kebutuhannya, memotivasi klien dan
juga membantu aktivitas sosial antara klien dengan keluarga dan lingkungan sekitar.
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pola seksualitas karena merasa malu dan
rendah diri terhadap penyakitnya.
Biasanya klien dengan otitis media mengalam cemas dan takut terhadap
penyakitnya.
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam menjalani ibadahnya dan semakin
mendekatkan diri pada Tuhan untuk kesembuhan penyakitnya.
ASUHAN KEPERAWATAN
10
Asuhan Keperawatan pada Otitis Media Kronis
3.1 Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Identitas Pasien :
Riwayat adanya kelainan nyeri pada telinga, penggunaan minyak, kapas lidi,
peniti untuk membersihkan telinga
Riwayat infeksi saluran atas yang berulang, riwayat alergi, riwayat OMA
berkurang, riwayat penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin ),
riwayat operasi
2. Pengkajian Persistem :
11
B6 (Bone) : Malaise, alergi
3. Pengkajian Psikososial
4. Pemeriksaan diagnostik
5. Pemeriksaan pendengaran
Intervensi Keperawatan:
12
ü Ajarkan klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat
nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi seperti menarik napas panjang
Rasional : Kompres dingin bertujuan mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan
oleh rasa dingin di sekitar area telinga
ü Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruksi, beri sedatif sesuai indikasi
Kriteria hasil : Klien memakai alat bantu dengar ( jika sesuai ), menerima pesan
melalui metode pilihan ( misal: komunikasi lisan, bahasa lambang, berbicara dengan
jelas pada telinga yang baik
Intervensi keperawatan:
ü Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana
perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara,
bahasa isyarat.
Rasional: Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka
metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan
keterbatasan klien
a. Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan jelas
langsung ke telinga yang baik
13
b. Jika klien dapat membaca ucapan:
- Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat
membaca bibir anda
Rasional : Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima
dengan baik oleh klien.
Rasional : Memungkinkan komunikasi dua arah antara perawat dengan klien dapat
berjalan dengan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
Intervensi keperawatan :
14
Rasional : Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan / ketulian,
pemakaian serta perawatannya yang tepat.
Rasional : Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang
tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi
ü Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik ( baik itu antibiotik
sistemik maupun lokal )
Intervensi keperawatan :
Rasional : Dukungan dari beberapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan
sangat membantu klien
15
ü Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia yang
dapat membantu klien
Rasional : Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada di sekitarnya yang
dapat mendukung dia untuk berkomunikasi
Intervensi keperawatan :
Tujuan : Klien akan mempunyai pemahaman yang baik tentang pengobatan dan cara
pencegahan kekambuhan.
Intervensi keperawatan :
Rasional : pemahaman tentang komplikasi yang dapat terjadi pada klien dapat
membantu klien dan keluarga untuk melaporkan ke tenaga kesehatan sehingga dapat
dengan cepat ditangani.
16
ü Tekankan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti / evaluasi pendengaran.
Rasional : follow up sangat penting dilakukan oleh anak karena dapat mengetahui
perkembangan penyakit dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).
Evaluasi
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
17
Dalam kasus ini , pada awalnya pasien mengalami infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA) dan tonsilitis. Akan tetapi, karena adanya perluasan infeksi di daerah
auries media, maka pasien akan mengalami otitis meda akut. Otitis media akut yang
tidak diobati secara tuntas dapat berlanjut menjadi Otitis media Kronik yang ditandai
denagn adanya perforasi pada membran tympani.
4.2 Saran
Hendaknya dilakukan uji kultur pada pasien untuk mengetahui jenis bakteri yang
menginfeksi dan untuk pemberian antibiotik yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
18
Corwin J, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta
Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992
19