Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Prevalensi
terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 10 tahun sekitar 62 % sedangkan
anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83 %. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75 % anak
mengalami minimal 1 episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir
setengah dari mereka mengalaminya 3 kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25 %
anak mengalami minimal 1 episode sebelum usia 10 tahun ( Abidin, 2009. Di negara
tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.

Mengingat masih tingginya angka otitis media pada anak-anak, maka


diagnosis dini yang tepat dan pengobatan secara tuntas mutlak diperlukan guna
mengurangi angka kejadian komplikasi dan perkembangan penyakit menjadi otitis
media kronis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Otitis Media ?
2. Sebutkan macam – macam dari Otitis Media ?
3. Apa saja tanda dan gejala dari Otitis Media ?
4. Apa etiologi dari Otitis Media ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Otitis Media ?
6. Apa saja komplikasi dari Otitis Media ?
7. Apa saja data penunjang dari Otitis Media ?
8. Bagaimana Kebutuhan Dasar Manusia pada Otitis Media ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Otitis Media
2. Untuk mengetahui macam – macam dari Otitis Media
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Otitis Media
4. Untuk mengetahui etiologi dari Otitis Media
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Otitis Media
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Otitis Media
7. Untuk mengetahui data penunjang dari Otitis Media

1
8. Untuk mengetahui Kebutuhan Dasar Manusia pada Otitis Media

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil sebagai berikut :

1. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Otitis Media Akut dan Otitis Media
Kronis

2
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Otitis Media


Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis media
berarti peradangan dari telinga tengah. Otitis adalah radang telinga, yang ditandai
dengan nyeri, demam, hilangnya pendengaran, tinitus dan vertigo.

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005). Otitis media
adalah infeksi atau inflamasi pada telinga tengah (mediastore,2009 )

2.2 Macam – macam Otitis Media

1. Otitis Media Akut

Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu (Kapita selekta
kedokteran, 1999).

Otitis media akut adalah dari yang timbulnya cepat dan berdurasi pendek, otitis
media akut biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan di telinga tengah bersama
dengan tanda-tanda atau gejala-gejala dari infeksi telinga, gendang telinga, yang
menonjol biasanya disertai nyeri, atau gendang telinga yang berlubang, seringkali
dengan aliran dengan materi yang bernanah. Demam dapat hadir.

2. Otitis Media Kronis

Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang
berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh
episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah Proses
peradangan di telinga tengah dan mastoid yang menetap > 12 minggu. Otitis media
kronik adalah perforasi pada gendang telinga ( warmasif, 2009).

2.3 Tanda dan Gejala


3
 Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat
ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang
dewasa.
 Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang
dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif
atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke
otoskop ), dapat mengalami perforasi.
 Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
 Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
 Demam
 Anoreksia
 Limfadenopati servikal anterior

 Otitis Media Kronik


Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan
terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada
nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri
tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak
menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya
perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane
timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat
juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus
kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.
2.4 Etiologi

Otitis Media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas oleh bakteri atau
virus yang menyebabkan peradangan di mukosa,gangguan drainase telinga tengah dan
menyebabkan penumpukan cairan steril. Bakteri atau virus masuk ke telinga tengah
melalui tuba eustachius,yang menyebabkan infeksi telinga tengah.

1. Bakteri

4
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut
penelitian, 65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui
isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong
sebagai nonpatogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga
jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae
(40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-
15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus
pyogenes (group A betahemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram
negatif. Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada
anak dan neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae
sering dijumpai pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang
dewasa juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak (Kerschner, 2007).

2. Virus
Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau
bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada
anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus
(sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau
enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius,
menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi
obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya (Kerschner,
2007). Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR) dan virus
specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat diisolasi dari
cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus (Buchman,
2003).
2.5 Patofisiologi

1. Otitis Media Akut

Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga


kesterilan telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas
seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran

5
Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi
di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya
saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan
bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan
sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran
yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih
banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran
pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,
cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya.

2. Otitis Media Kronis

Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah
terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir
selalu dimulai dengan otitis media berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara
lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh,
lingkungan, dan social ekonomi.

Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis,


sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi
berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani,
maka terjadi inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa
di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi
telinga tengah, biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan
kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip
ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus

6
dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa
telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar
untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen,
mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap
kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang
tidak steril ke dalam liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran napas
bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan secret
yang mukoid atau mukopurulen.

PATHWAY OTITIS MEDIA AKUT

PATHWAY OTITIS MEDIA KRONIK

7
2.6 Komplikasi Otitis Media

Komplikasi otitis media tergolong sangat berbahaya, meskipun jarang terjadi.


Kompikasi yang muncul harus secepatnya ditangani oleh dokter dengan pemberian
antibiotik. Beberapa contoh komplikasi yang terjadi dalam kasus otitis media adalah:
 Labirinitis. Penyebaran infeksi ke telinga bagian dalam.
 Mastoiditis. Penyebaran infeksi ke tulang di belakang telinga.
 Meningitis. Penyebaran infeksi ke selaput pelindung otak dan saraf tulang belakang,
yang disebut meningen.

8
2.7 Data Penunjang

1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar

2. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani

3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum
dari telinga tengah melalui membrane timpani).

2.8 Kebutuhan Dasar Manusia Penyakit OMA dan OMK

1. Pola persepsi dan manajemn kesehatan

Biasanya klien yang mengalami penyakit otitis media ini tidak mempedulikan sebuah
gejala kecil yang ditimbulkan, misalnya nyeri pada telinga sehingga ini menyebabkan
penanganan kesehatan tidak secepatnya dilakukan. Klien akan segera berobat ke
pelayanan kesehatan jika sudah mencapai stadium lanjut seperti keluarnya cairan
dari telinga dan nyeri yang dirasakan secara terus-menerus.

2. Pola nutrisi – metabolik

Biasanya pada sebagian klien otitis media mengalami anoreksia, mual dan muntah.

3. Pola eliminasi

Biasanya klien dengan Otitis media tidak mengalami masalah terhadap pola
eliminasai Namun, pengeluaran secret atau cairan yang keluar dari telinga harus
diperhatikan banyaknya dan warna cairan.

4. Pola aktivitas – latihan

Biasanya klien dengan otitis media mengalami gangguan dalam beraktifitas karena
nyeri yang dirasakan.

5. Pola istirahat dan tidur

Biasanya klien merasa istirahat dan tidurnya terganggu akibat nyeri yang dirsakan.

6. Pola kognitif – perceptual

9
Biasanya klien mengalami penurunan pendengaran karena masuknya bakteri
patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril dan tidak
berpengaruh terhadap penglihatannya.

7. Pola persepsi-konsep diri

Biasanya klien dengan otitis media akan menjauhi lingkungan sekitarnya karena
memikirkan penyakitnya, merasa cemas, malu, depresi ataupun takut akan
menularkan penyakitnya kepada orang lain.

8. Pola hubungan-peran

Biasanya klien akan merasa harga diri rendah, minder, dan menjauh dari lingkungan
karena malu akibat bau busuk pada cairan yang keluar dari telinganya. Keluarga
berperan membantu klien dalam pemenuhan kebutuhannya, memotivasi klien dan
juga membantu aktivitas sosial antara klien dengan keluarga dan lingkungan sekitar.

9. Pola seksual – reproduksi

Biasanya klien mengalami gangguan dalam pola seksualitas karena merasa malu dan
rendah diri terhadap penyakitnya.

10. Pola koping dan toleransi stress

Biasanya klien dengan otitis media mengalam cemas dan takut terhadap
penyakitnya.

11. Pola nilai dan keyakinan

Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam menjalani ibadahnya dan semakin
mendekatkan diri pada Tuhan untuk kesembuhan penyakitnya.

ASUHAN KEPERAWATAN

10
Asuhan Keperawatan pada Otitis Media Kronis

3.1 Pengkajian

1. Pengumpulan Data

 Identitas Pasien :

1. Nama pasien : NY.N


2. Umur : 50 Tahun
3. Suku/bangsa : Betawi/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IBU RUMAH TANGGA
7. Alamat : PORIS

 Riwayat Penyakit Sekarang :

Riwayat adanya kelainan nyeri pada telinga, penggunaan minyak, kapas lidi,
peniti untuk membersihkan telinga

 Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat infeksi saluran atas yang berulang, riwayat alergi, riwayat OMA
berkurang, riwayat penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin ),
riwayat operasi

 Riwayat penyakit keluarga :

Apakah keluarga klien pernah mengalami penyakit telinga, sebab


dimungkinkan OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai
faktor genetik

2. Pengkajian Persistem :

Tanda-tanda vital : Suhu meningkat, keluarnya otore

B2 ( Blood ) : Nadi meningkat

B3 (Brain) : Nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, vertigo,


pusing, refleks kejut

B5 (Bowel) : Nausea vomiting

11
B6 (Bone) : Malaise, alergi

3. Pengkajian Psikososial

1. Nyeri otore berpengaruh pada interaksi


2. Aktivitas terbatas
3. Takut menghadapi tindakan pembedahan

4. Pemeriksaan diagnostik

a. Tes audiometri : pendengaran menurun

b. Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan mastoid

5. Pemeriksaan pendengaran

- Tes suara bisikan, tes garputala

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan

2. Gangguan komunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran

3. Perubahan persepsi / sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga


tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran

4. Cemas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,


nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah
operasi.

5. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri , otore berbau busuk

6. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan

3.3 Intervensi dan Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan

Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang rasa

Kriteria hasil : Klien mengungkapkan bahwa nyeri berkurang, klien mampu


melakukan metode pengalihan suasana

Intervensi Keperawatan:

12
ü Ajarkan klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat
nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi seperti menarik napas panjang

Rasional : Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi


nyeri yang diderita klien

ü Kompres dingin di sekitar area telinga

Rasional : Kompres dingin bertujuan mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan
oleh rasa dingin di sekitar area telinga

ü Atur posisi klien

Rasional : Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa nyaman

ü Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruksi, beri sedatif sesuai indikasi

Rasional : Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien


untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam

2. Gangguan komunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran

Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang

Kriteria hasil : Klien memakai alat bantu dengar ( jika sesuai ), menerima pesan
melalui metode pilihan ( misal: komunikasi lisan, bahasa lambang, berbicara dengan
jelas pada telinga yang baik

Intervensi keperawatan:

ü Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana
perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara,
bahasa isyarat.

Rasional: Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka
metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan
keterbatasan klien

ü Pantau kemampuan klien untuk menerima pesan secara verbal.

a. Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan jelas
langsung ke telinga yang baik

- Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu

- Dekati klien dari sisi telinga yang baik

13
b. Jika klien dapat membaca ucapan:

- Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas

- Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat
membaca bibir anda

c. Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien

- Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis

- Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya

d. Jika ia hanya mampu berbahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua


komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri
yang langsung berbicara pada klien dengan mengabaikan keberadaan penerjemah

Rasional : Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima
dengan baik oleh klien.

ü Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman

a. Bicara dengan jelas menghadap individu

b. Ulangi jika kilen tidak memahami seluruh isi pembicaraan

c. Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi

d. Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan


jawaban lebih dair ya dan tidak

Rasional : Memungkinkan komunikasi dua arah antara perawat dengan klien dapat
berjalan dengan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

3. Perubahan persepsi / sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga


tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran

Tujuan : Persepsi / sensoris baik

Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi / sensoris pendengaran


sampai pada tingkat fungsional

Intervensi keperawatan :

ü Ajarkan klien menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat

14
Rasional : Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan / ketulian,
pemakaian serta perawatannya yang tepat.

ü Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat


mencegah terjadinya ketulian lebih jauh

Rasional : Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang
tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi

ü Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut

Rasional : Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah


pendengaran rusak secara permanen

ü Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik ( baik itu antibiotik
sistemik maupun lokal )

Rasional : Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan


organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut

4. Cemas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,


nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah
operasi.

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang / hilang

Kriteria hasil : Klien mampu mengungakpkan ketakutan / kekhawatirannya

Intervensi keperawatan :

ü Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai


kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan
harapan klien dalam berkomunikasi

Rasional : Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangi kecemasan,


justru malah menimbulkan ketidakkepercayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan
kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat
khusus sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya

ü Berikan informasi tentang kelompok yang juga pernah mengalami gangguan


seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien

Rasional : Dukungan dari beberapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan
sangat membantu klien

15
ü Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia yang
dapat membantu klien

Rasional : Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada di sekitarnya yang
dapat mendukung dia untuk berkomunikasi

5. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri , otore berbau busuk

Tujuan : Tetap mengembangkan hubungan dengan orang lain

Kriteria Hasil : Klien tetap mengembangkan hubungan dengan orang lain

Intervensi keperawatan :

ü Bina hubungan saling percaya

Rasionalisasi : hubungan saling percaya dapat menjadi dasar terjadinya hubungan


sosial.

ü Yakinkan klien bahwa setelah dilakukan pengobatan / pembedahan cairan akan


keluar dan bau busuk akan hilang

Rasional : Klien akan kooperatif / berpartisipasi dalam persiapan pembedahan (


tympanoplasti ) dan akan mulai mengajak bicara dengan perawat dan keluarga

6. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan

Tujuan : Klien akan mempunyai pemahaman yang baik tentang pengobatan dan cara
pencegahan kekambuhan.

Kriteria hasil : Klien paham mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan

Intervensi keperawatan :

ü Ajarkan klien mengganti balutan dan menggunakan antibiotik secara kontinyu


sesuai aturan.

Rasional : pendidikan kesehatan tenyang cara mengganti balutan dapat meningkatkan


pemahaman klien sehingga dapat berpartisipasi dalam pencegahan kekambuhan.

ü Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan bagaimana cara melaporkannya

Rasional : pemahaman tentang komplikasi yang dapat terjadi pada klien dapat
membantu klien dan keluarga untuk melaporkan ke tenaga kesehatan sehingga dapat
dengan cepat ditangani.

16
ü Tekankan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti / evaluasi pendengaran.

Rasional : follow up sangat penting dilakukan oleh anak karena dapat mengetahui
perkembangan penyakit dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).

Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien


(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Nursalam, 2001)

BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

17
Dalam kasus ini , pada awalnya pasien mengalami infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA) dan tonsilitis. Akan tetapi, karena adanya perluasan infeksi di daerah
auries media, maka pasien akan mengalami otitis meda akut. Otitis media akut yang
tidak diobati secara tuntas dapat berlanjut menjadi Otitis media Kronik yang ditandai
denagn adanya perforasi pada membran tympani.

4.2 Saran

Hendaknya dilakukan uji kultur pada pasien untuk mengetahui jenis bakteri yang
menginfeksi dan untuk pemberian antibiotik yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002

18
Corwin J, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta
Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic – Noc. Mediaction Jogja : Jogjakarta

19

Anda mungkin juga menyukai