Anda di halaman 1dari 3

Berharap Polisi Terus Menyelidiki,

Dugaan Penelantaran Pasien di RSUD


03 MARET 2019, 13: 08: 51 WIB | EDITOR : ABDUL BASRI

SAMPANG – Kasus dugaan pembiaran pasien RSUD dr Mohammad Zyn


Sampang mendapat respons dari keluarga korban. Yakni, Nurul Hayati selaku
bibi korban Nawal Izza, 5, warga Dusun Baban, Desa Pangelen. Dia mendesak
aparat kepolisian tidak lamban menangani kasus keponakannya tersebut.

Nurul Hayati berharap aparat kepolisian terus melakukan pengembangan


penyelidikan atas laporan yang sudah disampaikan pada Kamis (24/1). Pihaknya
tidak ingin kasus yang menimpa keponakannya mandek.

Perempuan berhijab itu menyatakan, kepolisian harus transparan dan tegas.


Pihaknya tidak ingin ada permainan dalam kasus yang menimpa keponakannya
itu. ”Kasus seperti ini (penelantaran pasien, Red) tidak hanya terjadi sekali ini
saja. Tapi sudah berkali-kali. Makanya kami tidak ingin kasus seperti ini berulang
di Sampang,” ucapnya.

Perempuan 42 tahun itu berharap, pelayanan di RSUD dr Mohammad Zyn lebih


ditingkatkan lagi. Supaya apsien yang datang berobat mendapat penanganan
maksimal. ”Masyarakat harus dilayani sepenuh hati. Kami harap kasus yang
menimpa keponakan saya tidak lagi terjadi,” katanya.

Kasubbaghumas Polres Sampang Ipda Eko Puji Waluyo berjanji akan


menindaklanjuti laporan masyarakat. Terutama kasus di RSUD dr Mohammad
Zyn Sampang. ”Kami pasti tindak lanjuti. Buktinya, saksi-saksi sudah kami
panggil,” ujarnya.

”Baik saksi dari terlapor maupun pelapor sudah kami panggil. Dari keluarga
pelapor tiga orang. Sedangkan dari terlapor empat orang,” imbuhnya mewakili
Kapolres Sampang AKBP Budi Wardiman.

Saksi terlapor yakni kepala paviliun RSUD. ”Kasus di RSUD ini masih tahap
meminta keterangan saksi. Kami berjanji akan terus melakukan pengembangan
penyelidikan,” tegasnya.

Untuk diketahui, Senin (21/1) pukul 17.00 Safira Nawal Izza berobat ke rumah
sakit. Dia didiagnosis menderita demam berdarah dengue (DBD). Rabu (23/1)
pukul 02.00, pasien yang sudah dirawat itu mengeluarkan busa disertai darah
dari mulut. Karena panik, keluarga mencari dokter.
Namun, dokter tidak ada. Keluarga terus berusaha mendatangi perawat. Tujuh
kali keluarga pasien naik turun tangga mencari dokter. Di UGD ada dokter, tapi
menolak melihat kondisi Safira.

Alasannya, masih menangani pasien lain. Takdir berkata lain, Safira yang
merupakan buah hati pasangan dari suami-istri Mahfud dan Zainab
mengembuskan napas terakhir pukul 05.00 pada Rabu. Tidak terima atas insiden
tersebut, keluarga korban melapor ke Polres Sampang agar diproses hukum.
(mr/rul/hud/bas/JPR)

Anda mungkin juga menyukai