Anda di halaman 1dari 8

Karakteristik Mutu dan Citarasa Kopi Robusta Klom BP 42, BP 358, dan BP 308 ...............................

(Purwanto, Rubiyo & Towaha)

KARAKTERISTIK MUTU DAN CITARASA KOPI ROBUSTA KLON BP


42, BP 358 DAN BP 308 ASAL BALI DAN LAMPUNG
QUALITY AND ORGANOLEPTIC CHARACTERISTICS OF CLONES BP 42, BP 358
AND BP 308 ROBUSTA COFFEE FROM BALI AND LAMPUNG

Eko Heri Purwanto, Rubiyo dan Juniaty Towaha

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar


Jl. Raya Pakuwon – Parungkuda km. 2 Sukabumi, 43357
Telp. (0266) 6542181, Faks. (0266) 6542087
ekohappy01@gmail.com

ABSTRAK
Produksi kopi Indonesia hingga saat ini masih didominasi jenis Robusta. Kopi Robusta sering dinilai sebagai kopi kelas dua
setelah Arabika dan mempunyai harga yang lebih murah, namun paling luas penanamannya. Mengingat kopi Robusta ini
mempunyai peranan penting bagi mayoritas pekebun kopi Indonesia, maka diperlukan upaya peningkatan produktivitas
dengan menggunakan bahan tanam kopi Robusta yang sesuai dengan kondisi lingkungan kebun dan teknologi budidaya yang
tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran karakteristik mutu dan citarasa kopi Robusta klon BP 42, BP
358 dan BP 308 yang ditanam di Bali pada ketinggian + 650 m dpl, dengan iklim B (basah) dan Lampung pada ketinggian +
850 m dpl, dengan iklim A (sangat basah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji ketiga klon kopi Robusta dari Bali
mempunyai nilai mutu dan citarasa yang lebih baik daripada kopi Robusta dari Lampung. Kopi Robusta klon BP 308 dari
Bali mempunyai karakteristik mutu paling tinggi dan klon BP 42 dari Bali mempunyai citarasa paling tinggi.

Kata kunci: kualitas, citarasa, klon, kopi Robusta

ABSTRACT
Coffee production in Indonesia is still dominated by Robusta variety. Robusta coffee is often rated as the second class after
Arabica coffee and has cheaper price, although has the widest planting area. As Robusta coffee has a crucial role for the
majority of Indonesian coffee farmers, it is necessary to take actions to increase productivity by using Robusta coffee entress
suitable with environmental conditions and proper cultivation technology.This study aims to investigate the quality and cup-
test characteristics of coffee Robusta from clones BP 42, BP 358 and BP 308 that were planted in Bali at an altitude of + 650
m asl, with the climate of type B (wet) and in Lampung at an altitude of +850 m asl, with the climate of type A (very wet). The
results showed that quality and organoleptic values of the three clones from Bali are better than from Lampung. Robusta
coffee clone BP308 from Bali has the highest quality characteristic and clone BP 42 from Bali has the highest organoleptic
characteristic.

Keywords: Quality, organoleptic, clone, Robusta coffee

PENDAHULUAN sebesar 145.009 ton dengan luas area 162.247


ha yang seluruhnya merupakan perkebunan
Perdagangan biji kopi dunia didominasi rakyat dan terdiri dari kopi Robusta. Produksi
oleh dua jenis kopi yaitu Arabika dan Robusta. perkebunan kopi Robusta Bali tahun 2010
Arabika memiliki pangsa pasar 70% sedangkan adalah 11.105 ton dengan luas area 23.613 ha
Robusta 30%. Produksi kopi Indonesia hingga (Ditjenbun, 2011).
saat ini masih didominasi jenis Robusta sebesar Kopi Robusta dapat dikatakan sebagai kopi
540.280 ton dengan luas areal 958.782 ha atau kelas dua setelah kopi Arabika, karena rasanya
79,21% dari total luas areal tanaman kopi di lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung
Indonesia dan sisanya adalah jenis kopi Arabika kafein dalam kadar yang jauh lebih tinggi
dengan luas areal 251.583 ha. Produksi daripada Arabika. Namun, cakupan daerah
perkebunan kopi Lampung pada tahun 2010 tumbuh kopi Robusta lebih luas daripada kopi

SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 67 –74 ) 67


Karakteristik Mutu dan Citarasa Kopi Robusta Klom BP 42, BP 358, dan BP 308 ............................... (Purwanto, Rubiyo & Towaha)

Arabika. Keunggulan kopi jenis ini adalah lebih Menurut Salla (2009), untuk memperoleh
resisten terhadap serangan hama dan penyakit. kualitas kopi terbaik membutuhkan
Hal ini menjadikan harga kopi Robusta lebih varietas/bahan tanam, kondisi agroekologi,
murah (Buldani, 2011). Kopi Robusta penanganan pasca panen dan teknik pengolahan
mempunyai peranan penting bagi mayoritas yang cocok. Oleh karena itu penelitian ini
pekebun kopi Indonesia, maka diperlukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran
upaya peningkatan produktivitas dengan karakteristik mutu dan citarasa kopi Robusta
menggunakan bahan tanam yang sesuai dengan klon BP 42, BP 358 dan BP 308 yang ditanam
kondisi lingkungan kebun dan teknologi pada ketinggian + 650 m dpl., iklim B (basah)
budidaya yang tepat serta mempertahankan dan pada ketinggian + 850 m dpl., iklim A
kualitas dan meningkatkan nilainya. (sangat basah).
Klon BP 42, BP 358 dan BP 308 adalah
genotipe kopi Robusta yang telah BAHAN DAN METODE
direkomendasikan secara luas sebagai bahan
tanam. Klon BP 42 memiliki produktivitas 800– Penelitian dilakukan pada bulan Juni
1.200 kg/ha/th, daya adaptasi tinggi terhadap sampai Desember tahun 2012 dengan metode
iklim dan ketinggian sehingga dapat ditanam sampling dan analisa laboratorium. Sumber biji
pada semua tipe iklim dan ketinggian. Klon BP kopi hasil klon diambil dari kebun Pusat
358 sebagai bahan tanam anjuran mempunyai Penyuluhan dan Pengembangan Kopi Asosiasi
potensi produksi 800-1.700 kg/ha kopi pasar Eksportir Kopi Indonesia (P3K AEKI),
untuk populasi 1.600 pohon/ha dan daya Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat
adaptasi tinggi pada iklim A dan B (Puslitkoka, pada ketinggian + 850 m dpl. dengan tipe iklim
2003). Sedangkan klon BP 308 adalah bahan A (sangat basah) dan kebun induk kopi Pupuan
tanam yang dianjurkan untuk mengatasi Dinas Perkebunan Bali, Kecamatan Pupuan,
serangan nematoda pada tanaman kopi Robusta Kabupaten Tabanan, Bali dengan ketinggian +
karena sifat ketahanannya (Departemen 650 m dpl. tipe iklim B (basah). Klon yang
Pertanian, 2004). diambil untuk pengujian adalah BP 42, BP 358
Standar mutu biji kopi ditentukan dan BP 308. Analisa laboratorium dilaksanakan
berdasarkan standar nasional Indonesia di Laboratorium Ekofisiologi, Balittri untuk
komoditas biji kopi (SNI 01-2907-2008) analisis karakter fisik dan Laboratorium
mencantumkan syarat mutu umum biji kopi Pascapanen, Puslitkoka, Jember untuk analisis
berupa tidak adanya serangga hidup, biji berbau mutu dan uji citarasa.
busuk dan atau berbau kapang, kadar air Pemanenan buah kopi dilakukan pada Juni
maksimal 12,5% dan kadar kotoran selain biji 2012 saat buah masak merah secara manual.
kopi maksimal 0,5%. Adapun syarat mutu Jumlah sampel yang diambil untuk pengujian di
khusus untuk kopi Robusta digolongkan laboratorium sebanyak 10 kg gelondong merah
berdasarkan ukuran biji, jumlah keping biji dan yang dipanen dari populasi masing-masing klon
sistem nilai cacat (Badan Standardisasi kopi Robusta. Buah yang telah dipanen
Nasional, 2008). selanjutnya diproses menggunakan metode olah
Nilai biji kopi tidak hanya ditentukan oleh kering gerbus kering (dry process)
penampilannya secara fisik, tetapi ditentukan (Ridwansyah, 2003). Sortasi buah merah
pula dari karakter citarasanya. Kopi dikonsumsi dilakukan dengan merendam buah kopi dalam
karena citarasanya khas dan efek fisiologisnya air, dan diambil buah merah yang tenggelam.
sebagai minuman penyegar. Mengingat kopi Pengeringan di bawah sinar matahari dilakukan
merupakan produk pertanian yang sampai kadar air mencapai +12%. Buah kopi
mengandalkan aspek kualitas citarasa, maka kering dipisahkan kulit buah dan kulit
sasaran akhir budidaya kopi adalah produk biji tanduknya sehingga diperoleh biji beras (green
bercitarasa tinggi yang penentuannya dengan beans) dan dihitung rendemennya dengan
uji citarasa (Atmawinata, 2002). menghitung perbandingan antara berat biji kopi
68 SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 67– 74)
Karakteristik Mutu dan Citarasa Kopi Robusta Klom BP 42, BP 358, dan BP 308 ............................... (Purwanto, Rubiyo & Towaha)
beras kering dan berat awal buah kopi segar asin, asam dan pahit. Diamati pula karakter
(gelondong basah). aftertaste, acidity, dan bitterness. Sifat
Analisis mutu biji kopi merujuk pada SNI kekentalan kopi (body) dinilai dengan cara
01-2907-2008. Sebanyak 300 gram biji kopi menggosokkan lidah dengan langit-langit mulut
beras diambil untuk dianalisa karakter fisiknya sehingga ada kesan kekentalan dari cairan.
berupa persentase biji normal, tunggal dan cacat Proses pengujian dilakukan tiga sampai lima
serta persentase biji besar dan kecil. Ukuran biji kali untuk mendapatkan kesan yang tepat.
kopi beras Robusta pada pengolahan kering Penilaian profil citarasa menggunakan formulir
dikelompokkan menjadi dua, yaitu biji besar yang merujuk pada SCAA Cupping Form.
yang tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm Penilaian yang dilakukan meliputi intensitas
(Sieve No. 16) dan biji kecil yang lolos ayakan (ketajaman) dan kualitas citarasa dengan skala
diameter 6,5 mm dan tidak lolos ayakan 0–10. Data hasil analisa disajikan secara
berdiameter 3,5 mm (Sieve No. 9). Berdasarkan deskriptif.
jumlah keping biji dalam buah kopi dibedakan
menjadi biji normal (jumlah keping biji dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
satu buah ada dua) dan biji tunggal (Badan
Standardisasi Nasional, 2008). Mutu Biji Kopi
Citarasa kopi dianalisis merujuk cara Hasil analisa mutu biji kopi berdasarkan
pengujian uji citarasa SCAA (Specialty Coffee syarat mutu biji kopi SNI 01-2907-2008
Assosiation of America) (Lingle, 2010). Sampel menunjukkan biji kopi dari Bali dan Lampung
biji kopi secara acak diambil 300 g kemudian untuk semua klon memenuhi syarat mutu umum
disangrai pada suhu 175–2000C hingga berupa tidak adanya serangga hidup, jumlah biji
diperoleh biji kopi sangrai medium kemudian berbau busuk/kapang dan kadar kotoran serta
digiling. Penilaian fragrance dilakukan dengan kadar air dibawah 12,5% (Tabel 1.)
menghirup udara didekat bubuk kopi dalam Cara pengolahan biji kopi kering yang baik
mangkuk. Air mendidih (+ 1000 C) dituang ke akan menghasilkan biji kopi beras yang
dalam mangkuk berisi bubuk kopi, ditutup memenuhi syarat mutu umum biji kopi (Salla,
dan dibiarkan terendam sekitar 3 menit hingga 2009). Buah kopi hasil panen langsung dijemur
terbentuk lapisan bubuk pada permukaan di permukaan lantai semen dan dipisahkan dari
mangkuk kemudian diaduk perlahan (break) kulit buah serta kulit tanduknya setelah kering.
sambil dicium baunya kuat-kuat untuk menilai Pengeringan di atas lantai jemur semen tersebut
aromanya. Setelah partikel kopi yang lebih dapat menjaga kebersihan biji kopi dan
mengambang dibuang dan ditunggu hingga mencegah timbulnya bau busuk akibat
agak dingin (± 50 0C), dilakukan penilaian tumbuhnya jamur atau ikutnya tanah dalam biji
flavour dengan mencicipi seduhan kopi daripada pengeringan di atas tanah atau di
menggunakan sendok khusus. Dengan hirupan jalan.
yang kuat cairan akan memenuhi seluruh
permukaan lidah, ditahan 3–5 detik hingga
syaraf pengecap akan menangkap rasa manis,

SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 67 –74 ) 69


Karakteristik Mutu dan Citarasa Kopi Robusta Klom BP 42, BP 358, dan BP 308 ............................... (Purwanto, Rubiyo & Towaha)

Tabel 1. Hasil analisis mutu biji kopi Robusta Bali dan Lampung

Bali Lampung
No Karakteristik BP BP BP BP
BP 42 BP 42
358 308 358 308
1 Serangga hidup (Life insect) - - - - - -
2 Biji berbau busuk dan kapang
- - - - - -
(Rotted/Mouldy)
3 Kadar air (Moisture content) (%) 10,4 10,8 10,4 7,7 8,6 10,3
4 Kadar kotoran (Foreign matters) (%) 0 0 0 0 0 0
5 Nilai cacat (Defect number) 9,5 6,5 5,7 215,8 133 131,1
6 Ukuran biji (Bean size) Besar Besar Besar Besar Besar Kecil
7 Kesimpulan mutu menurut SNI 01-
Mutu1 Mutu1 Mutu1 Mutu6 Mutu5 Mutu5
2907-2008
Keterangan: - = Tidak ada

Kadar air merupakan parameter penting produksi menurun hingga 30% dan mutu kopi
dan indikator mutu biji kopi. Walaupun telah yang dihasilkan rendah.
memenuhi syarat mutu SNI, namun kadar air
biji kopi Lampung lebih rendah 0,1-2,7% dari Karakter Fisik Biji Kopi
biji kopi Bali. Semakin tinggi kadar air (diatas Penggolongan kelas mutu biji kopi dalam
12,5%) akan memudahkan pertumbuhan jamur perdagangan kopi dunia berdasarkan kepada
pada biji selama penyimpanan dan karakter fisik dari biji kopi. Ukuran dan
menyebabkan kerusakan fisik serta citarasa. keseragaman menjadi pertimbangan awal
Jika biji terlalu kering (kadar air dibawah 8%) penggolongan mutu biji kopi sebelum nilai
menyebabkan biji kehilangan citarasa atau cacat dan citarasa. Bagi industri kopi bubuk
menjadi lebih rapuh sehingga biji banyak yang (roasters), homogenitas ukuran biji sangat
pecah saat pengupasan kulit dengan mesin penting. Biji-biji yang ukurannya lebih
huller (Lorey et al., 2006). Berdasarkan sistem homogen akan menghasilkan kopi sangrai
nilai cacat yang dihitung sesuai SNI 01-2907- (roasted coffee) lebih seragam. Oleh karena itu,
2008 semua biji kopi Robusta dari Bali masuk ukuran biji perlu dipilah dalam beberapa klas
kategori mutu 1 (jumlah nilai cacat maksimum ukuran, sehingga diperoleh ukuran biji yang
11), biji kopi Lampung klon BP 358 dan BP lebih homogen.
308 digolongkan mutu 5 (jumlah nilai cacat 81 Rendemen biji tiga klon kopi Robusta asal
sampai dengan 150), sedangkan klon BP 42 Lampung yang diamati 60% lebih rendah dari
mutu 6 (jumlah nilai cacat 151 sampai dengan rendemen biji kopi Robusta asal Bali (Tabel 2.)
225) (Tabel 1). Hasil ini agak berbeda dengan Rendahnya rendemen biji kopi dari Lampung
pengujian Suharyanto et al. (2009) yang disebabkan karena serangan hama PBKo cukup
memasukkan kopi Pupuan (Bali) ke dalam mutu besar di area kebun kopi yang diambil sampel.
4a sedangkan kopi Lampung mutu 6. Tingginya serangan hama PBKo ini karena
Tingginya nilai cacat kopi Robusta dari iklim basah dan rimbunnya pohon kopi di
Lampung sebagian besar diakibatkan karena daerah tersebut yang merupakan lingkungan
serangan hama penggerek buah kopi (PBKo) yang sangat cocok untuk hidup dan
yang menyebabkan jumlah biji hitam, biji kecil berkembangnya populasi kumbang
dan biji pecah yang dikategorikan sebagai cacat Hypothenemus hampei. Menurut Vega et al.
utama cukup tinggi. Agustian (2008) dan (2003), PBKo menyebabkan tingkat kehilangan
Swibawa (2011) melaporkan serangan PBKo di hasil yang serius dan mempengaruhi kehidupan
Lampung menyebabkan kerusakan buah ekonomi lebih dari 20 juta petani kopi di
mencapai 64%. Pada tingkat serangan tersebut, seluruh penjuru dunia.

70 SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 67– 74)


Karakteristik Mutu dan Citarasa Kopi Robusta Klom BP 42, BP 358, dan BP 308 ............................... (Purwanto, Rubiyo & Towaha)

Tabel 2. Hasil analisis karakter fisik biji kopi robusta Bali dan Lampung
Bali Lampung
No Karakteristik
(%) BP 42 BP 358 BP 308 BP 42 BP 358 BP 308
1. Rendemen Biji 24,59 24,60 27,64 15,68 15,14 16,20
2. Biji Normal 65,88 56,09 39,97 44,79 46,44 56,63
3. Biji Tunggal 24,64 37,73 56,63 4,79 10,68 21,32
4. Biji Cacat 9,75 6,53 3,73 50,81 43,24 22,33
5. Biji Besar 95,90 97,37 97,24 82,86 84,65 75,96
6. Biji Kecil 4,27 2,99 2,98 16,66 14,37 21,70

Di Indonesia, hama PBKo merupakan kopi dari Lampung. Hal ini tidak berbeda dari
salah satu penyebab utama penurunan produksi hasil pengujian Suharyanto et al. (2009) dimana
dan mutu kopi nasional. Serangan PBKo di biji kopi Pupuan (Bali) termasuk klas mutu 1
Sulawesi Selatan telah menyebabkan dengan persentase ukuran biji besar sebesar
kehilangan hasil antara 30% sampai 60% (Laila 96%, sedangkan biji kopi Lampung sebanyak
et al., 2011). Selain itu wilayah pengambilan 83% tertahan ayakan 6,5 mm. Dari pengamatan
sampel di Lampung mempunyai tipe iklim A lapangan diketahui bahwa petani Pupuan secara
(basah) dimana hujan hampir merata sepanjang umum sudah melakukan petik merah (tepat
tahun. Hal itu mengakibatkan sebagian besar masak). Buah merah mempunyai
tanaman kopi tidak berbuah atau menghasilkan kecenderungan menghasilkan biji kopi kering
biji kopi yang berkualitas kurang baik. Cuaca dengan ukuran lebih besar daripada buah yang
buruk juga mempengaruhi rendemen kopi belum matang.
sehingga semakin sedikit biji kopi kering yang Pada persentase biji besar klon BP 42 lebih
dihasilkan dari 1 kg biji kopi basah. Area kebun kecil dari klon BP 358 dengan perbedaan
kopi Pupuan Bali sangat sedikit serangan hama sekitar 1,5%. Hal ini berbeda dengan
PBKo dan hampir tidak ditemukan cacat akibat karakteristik bahan tanam dari kedua klon
serangan PBKo pada biji kopi sampel. tersebut yang disampaikan oleh Hulupi (2005)
Dari ketiga klon di kedua tempat, dimana klon BP 42 mempunyai ciri biji
rendemen biji kopi dan persentase biji tunggal berukuran lebih besar 8% dari klon BP 358
klon BP 308 adalah yang paling tinggi (Tabel (densitas + 25 cc/100 vs 23 cc/100 biji).
2). Sifat ini sesuai dengan deskripsi bahan
tanam klon (Departemen Pertanian, 2004), Citarasa Biji Kopi
produksinya cukup tinggi (50% lebih tinggi Hasil penilaian citarasa menunjukkan
dibanding klon standar BP 42).Namun satu sifat bahwa kopi dari Bali lebih baik daripada
khas klon BP 308 yang tidak dimiliki klon-klon citarasa kopi dari lampung bahkan bisa masuk
anjuran kopi Robusta lain adalah persentase biji kategori kopi specialty atau disebut fine
tunggal yang tinggi (62,5%) dan persentase biji Robusta ( Tabel 3).
normal yang rendah (37,5%) membuat klon BP
308 kurang dimininatipetani apabila digunakan
sebagai sumber produksi biji.
Persentase biji besar Robusta dari Bali
semua klon lebih besar 15-28% daripada biji

SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 67 –74 ) 71


Karakteristik Mutu dan Citarasa Kopi Robusta Klom BP 42, BP 358, dan BP 308 ............................... (Purwanto, Rubiyo & Towaha)

Tabel 3. Hasil uji citarasa biji kopi robusta Bali dan Lampung

Bali Lampung
No Score Citarasa
BP 42 BP 358 BP 308 BP 42 BP 358 BP 308
1 Fragrance/Aroma 7,63 7,38 7,38 7 6,88 6,38
2 Flavor 7,75 7,63 7,63 7,63 6,75 7,63
3 Aftertaste 7,75 7,38 7,5 7,38 6,25 7,38
4 Salt/Acid 7,75 7 7,25 7,25 6,88 7,5
5 Bitter/Sweet 7,88 7,38 7,63 7,25 6,75 7,38
6 Mouthfeel/Body 7,75 7,63 7,5 7,75 7 7
7 Uniform Cups 10 10 10 10 10 10
8 Balance 7,88 7,38 7,5 7,25 6,63 7
9 Clean Cups 10 10 10 10 0 10
10 Overall 8 7,5 7,63 7,38 6,5 7,25
11 Taints-Faults None None None None None None
12 Final Score 82,38 79,25 80 78,88 63,63 77,5
13 Notes : Chocolaty, Chocolaty Caramel, Rather Stale, Chocolaty,
caramelly, caramelly, mild green, good woody, fruity,
mild, light body, rather astringent, herbal,
clean sweet, astringent harsh, somewhat
salty chocolaty liberika
Keterangan : Nilai kisaran penilaian citarasa 0-10,
Nilai minimum final score citarasa untuk specialty grade = 80

Rendahnya skor citarasa kopi dari citarasanya. Karakter aroma kopi secara umum
Lampung karena banyaknya biji kopi yang dapat mencerminkan citarasa kopi tersebut.
rusak akibat serangan hama PBKo. Selain Aroma mencakup fragrance (bau dari kopi
mengakibatkan rendahnya rendemen, serangan ketika masih kering/bubuk) dan aroma (bau
hama PBKo juga menyebabkan banyaknya biji ketika kopi diseduh dengan air panas). Flavour
kopi cacat (meningkatkan angka defect) yang merupakan kombinasi yang dirasakan pada
pada akhirnya akan menurunkan kualitas lidah dan aroma uap pada hidung yang
citarasa kopi. Menurut Tobing et al. (2006), mengalir dari mulut ke hidung (aroma dan
PBKo dapat menyerang buah yang belum body). Komponen penyusun flavour terdiri atas
mengeras. Buah kopi yang bijinya masihlunak senyawa volatil seperti golongan aldehid, keton,
umumnya digerek hanya untuk mendapatkan dan ester serta senyawa non-volatil seperti
makanan dan selanjutnya akan ditinggalkan. kafein, protein dan gula. Body merupakan
Buahdemikan tidak berkembang, warnanya karakter internal dari kopi, rasa minyak
berubah menjadi kuning kemerahan, dan (oilness) dan kelicinan (slipperiness)
akhirnya gugur. Serangan pada buah yang merupakan gambaran dari kandungan minyak,
bijinya telah mengeras akan berakibat sedangkan kekentalan menggambarkan
penurunan mutu biji kopi karena biji berlubang. kandungan serat atau protein. Kesemuanya
Biji kopi yang cacat berpengaruh negatif menentukan body dari kopi. Hasil ini sejalan
terhadapsusunan senyawa kimianya, terutama dengan penelitian Aishima (1991) dan Lorey et
kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang al. (1991) yang menunjukkan bahwa terdapat
merupakan salah satu penyebab utama perbedaan cup quality antar varietas/genotipe
kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa kopi yang berbeda. Namun, berbeda dengan
dipengaruhi oleh kombinasi komponen- penelitian Abdoellah et al. (2000) yang
komponen senyawa kimia yang terkandung di menyatakan bahan tanam kopi Robusta yang
dalam biji. meliputi klon-klon Bgn 300, Bgn 371, Bgn 372,
Skor aroma, flavour, body dan final score BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409, SA
pada biji kopi klon BP 42 terlihat paling tinggi 237, dan TS 6 maupun ilegitimnya (benih palsu)
dengan intensitas kuat (7-8) dan kualitas baik tidak berpengaruh terhadap perbedaan citarasa
(7-8), diantara ketiga klon yang diuji kopi yang dihasilkannya.
72 SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 67– 74)
Karakteristik Mutu dan Citarasa Kopi Robusta Klom BP 42, BP 358, dan BP 308 ............................... (Purwanto, Rubiyo & Towaha)
Perbedaan score keseluruhan klon BP 42, Agustian, A. 2008. Penerapan pengendalian
BP 358 dan BP 308 tidak terlalu besar dan hama terpadu pada kopi di Jawa Timur.
masing-masing mempunyai citarasa spesifik Warta Penelitian dan Pengembangan
yang menyenangkan seperti chocolaty, Pertanian, 30(6):10-12.
caramelly, fruity, sweet, good body, mild dan
Aishima, T. 1991. Discrimination of varieties
clean. Namun, klon BP 358 asal Lampung
and roasting levels in coffee beans by
mempunyai score terendah dan berbeda cukup
pattern recognition analysis of responses
besar dari yang lain. Hal ini karena terdapatnya
from semiconductor gas sensor array. 14th
cacat citarasa berupa stale, harsh dan woody.
Int. Conf. on Coffee Sci. San Franscisco,
Cacat citarasa ini biasanya muncul karena kopi
14-19 July 1991. ASIC, Paris: 137-145
tidak langsung diolah tetapi disimpan terlebih
dahulu dalam waktu yang lama atau karena Atmawinata, O. 2002. Peranan uji citarasa
cuaca yang tidak menentu sehingga dalam pengendalian mutu kopi. Materi
pengeringan dilakukan dalam keadaan lembab pelatihan uji citarasa kopi. Jember: Pusat
dan waktu lama. Bahan hasil pertanian yang Penelitian Kopi dan Kakao.
diolah hingga kadar airnya sangat rendah maka Badan Standardisasi Nasional. 2008. Standar
bahan tersebut tidak akan mempunyai rasa lagi. Nasional Indonesia: Biji Kopi. Jakarta:
Hal seperti ini dapat dilihat pada rasa yang BSN. SNI 01-2907-2008
timbul akibat kadar air kopi terlalu rendah yaitu
dibawah 10% (Dumadi, 2001) Buldani, D. 2011. E-book_Mengungkap rahasia
bisnis kopi luwak. Cicalengka, Bandung.
Departemen Pertanian. 2004. Pelepasan Kopi
KESIMPULAN Robusta Klon BP 308 Sebagai
Varietas/Klon Unggul. Surat Keputusan
Secara umum biji ketiga klon kopi Robusta Menteri Pertanian No:65/Kpts/SR.120/1
dari Bali mempunyai nilai mutu yang lebih baik /2004.
daripada kopi Robusta dari Lampung. Kopi
Robusta klon BP 308 dari Bali mempunyai Ditjenbun. 2011. Statistik perkebunan
karakteristik mutu paling tinggi dan klon BP 42 Indonesia 2010-2012 : kopi. Jakarta:
dari Bali mempunyai citarasa paling tinggi. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Dumadi, S. R. 2001. Hubungan kondisi
UCAPAN TERIMA KASIH pengeringan dengan uji citarasa kopi
Robusta pada cara pengolahan kering.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Seminar Teknologi untuk Negeri. Jakarta:
P3K AEKI Lampung dan Dinas Perkebunan BPPT.
Provinsi Bali atas izin tempat penelitian, Asif
Puslitkoka. 2003. Klon-klon unggul kopi
Aunillah yang telah membantu penelitian dan
Robusta dan beberapa pilihan komposisi
Bapak Prof. Dr. Gono Semiadi yang telah
klon berdasarkan kondisi lingkungan.
membimbing dalam penulisan karya tulis
Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
ilmiah ini.
Hulupi, R. 2005. Determinasi klon-klon kopi
Robusta dan varietas kopi Arabika.
DAFTAR PUSTAKA Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia.
Abdoellah, S., Hulupi, R., & Sulistyowati, E.
2000. Hubungan antara citarasa kopi Laila, M. S. I., Agus, N., & Saranga, A. P.
Robusta dengan komposisi bahan tanam 2011. Identifikasi penyakit busuk buah
serta komponen lingkungan. Pelita pada tanaman kopi Arabika (Coffea
Perkebunan, 16(2): 92-99. arabica Linneaus). Dalam S. Saenong, et.
al (Ed.), Seminar dan Pertemuan Tahunan
XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan

SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 67 –74 ) 73


Karakteristik Mutu dan Citarasa Kopi Robusta Klom BP 42, BP 358, dan BP 308 ............................... (Purwanto, Rubiyo & Towaha)

Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Suharyanto, E., Mulato, S., Ashari, H., &
Sulawesi Selatan (hal. 22–26). Makassar : Wijaya, K. A. 2010. Formulasi kopi-
PEIPFI Komdasulsel. ginseng (Pfaffia paniculata) cepat saji
dengan bahan baku biji kopi Robusta
Lingle, T. R. 2010. The coffee cupper’s
Lampung, Pupuan dan Dampit. Seminar
handbook. Long Beach. California:
Nasional Mekanisasi Pertanian (hal. 349–
Specialty Coffee Association of America.
360). Serpong : BBP Mekanisasi
Lorey, T., Perriot, J.J., Eskes, A.B., Guyot, B., Pertanian.
& Montagnon, C. 1991. Qualities
Swibawa, I. G & Sudarsono, H. 2011. Serangan
technologiques et organoleptiques de
hama bubuk buah kopi (Hypothenemus
quelques clones de coffea canephora en
hampei, Coleoptera : Scolytidae) pada
cote d’ivoire. 14th Int. Conf. on Coffee Sci.
sistem agroforestri sederhana vs. sistem
San Franscisco, 14-19 July 1991. ASIC,
agroforestri kompleks di Lampung. Dalam
Paris, 438-443
: Peran strategis sains dan teknologi
Lorey, T., Ribeyra, F., Bertrand, B., dalam membangun karakter bangsa.
Charmetant, P., Dufour, M., Montagnon, Seminar Nasional Sains dan Teknologi-IV
C., Marraccini, P., & Pot, D. 2006. (hal. 329-337). Bandar Lampung.
Genetics of coffee quality. Brasil. J. Plant
Tobing, M.C., Bakti, D., Marheni, & Harahap,
Physiology, 18(1), 229-242
M. 2006. Perbanyakan Beauveria
Puslitkoka. 2003. Klon-klon unggul kopi bassiana pada beberapa media dan
robusta dan beberapa pilihan komposisi patogenesitasnya terhadap imago
klon berdasarkan kondisi lingkungan. No Hypothenemus hampei Ferr (Coleoptera:
seri 02.022.2-303 Scolytidae). J. Agrik, 17(1): 15-22.
Ridwansyah. 2003. Pengolahan kopi. Fakultas Vega, F. E., Blackburn, M. B., Kurtzman, C. P.,
Pertanian. Medan : Universitas Sumatera & Dowd, P. F., 2003. Identification of a
Utara. coffee berry borrer associated yeast: Does
Salla, M. H. 2009. Influence of genotype, it break down caffein? Entomologia
location and processing methods on the Experimentalis at Aplicata, 107(1):17-24.
quality of coffee (Coffea arabica L.).
Thesis. Hawassa University, Hawassa,
Ethiopia).

74 SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 67– 74)

Anda mungkin juga menyukai