Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
“Pengenalan Mikroskop, Pembuatan Preparat Segar, Pengamatan Aliran
Sitoplasma, Zat Ergastik Pati dan Kristal, Pembuatan Larutan Sukrosa, dan
Plasmolisi”
Disusun oleh:
Hany Husnul Chotimah
10614025
Kelompok 4
Asisten:
Azarine Rahmawati Gandira
10612039
1.3. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam praktikum ini diantaranya:
1. Hydrilla verticillata memiliki aliran sitoplasma sirkulasi sedangkan Rhoeo
discolor memiliki aliran sitoplasma rotasi.
2. Zat ergastik pada daun Ficus elastica berupa ca-okasalat, pada batang suji
berupa kristal rafida, pada tangkai daun Carica papaya berupa kristal
druses, dan pada kerokan umbi kentang berupa pati tunggal.
3. Jenis sel sklerenkim yang terdapat pada kerokan temperung kelapa adalah
sel batu atau sklereid dan pada Sansevieria berupa sel serat.
4. Sifat reversibilitas sel dapat diketahui setelah sel mengalami plasmolisis
dan dapat kembali ke keadaan semula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Bahan
Mikroskop Air
Kaca objek Alkohol 95%
Pinset Kertas saring atau tissue
Brix refraktometer Bunga Rhoeo discolor
Tabung reaksi Daun Hydrilla verticillata
Umbi kentang
Larutan I2KI
Daun Ficus elastica
Batang suji (Pleomele angustifolia)
Tangkai daun Carica papaya
Larutan cuka
Tempurung kelapa
Anilin sulfat 2%
Etanol 96%
Tanaman Sansevieria
Larutan sukrosa
Kaca tutup
Akuades
3.2. Cara Kerja
Pembuatan preparat segar
Pertama, kaca objek dan kaca tutup dibersihkan dengan sabun dan air serta
disterilisasikan dengan alkohol 95% lalu diberi setetes air atau reagen pada
kaca objek tersebut. Dibuat sayatan setipis mungkin dan disimpan di atas air
atau reagen pada kaca objek. Salah satu ujung kaca tutup diletakkan pada
kaca objek tanpa menyentuh air atau reagen yang mengandung spesimen.
Kaca tutup diletakkan sampai menyentuh spesimen dengan baik dan air atau
reagennya tersebar merata. Kelebihan air dapat dihilangkan dengan
menggunakan tissue pad salah satu ujung kaca objek.
Rambut filamen
bunga Rhoeo
discolor
Perbesaran 40x10 Gambar 4.2 Filamen
(Beck, 2010)
bunga Rhoeo discolor
(Dokumen pribadi, 2016)
Kerokan umbi
kentang
Perbesaran 40x10
Gambar 4.3 kerokan
(Purnobasuki, 2011)
umbi kentang
(Dokumen pribadi, 2016)
Sayatan batang suji
Perbesaran 40x10
elastica
(Dokumen pribadi, 2016)
Sayatan Sansevieria
Perbesaran 40x10
Epidermal peel
Rhoeo discolor +
akuades
Perbesaran 40x10 Gambar 4.10 Epidermal
(Al, 2008)
Atas: awal peel Rhoeo discolor
(Dokumen pribadi, 2016)
Bawah: setelah 2
menit
Epidermal peel
Rhoeo discolor +
sukrosa 5%
Perbesaran 40x10 Gambar 4.12 Epidermal
peel Rhoeo discolor
Atas: awal
(Dokumen pribadi, 2016)
Bawah: setelah 2
menit
Epidermal peel
Rhoeo discolor +
sukrosa 10%
Perbesaran 40x10 Gambar 4.14 Epidermal
peel Rhoeo discolor
Atas: awal (Dokumen pribadi, 2016)
Bawah: setelah 2
menit
Epidermal peel
Rhoeo discolor +
sukrosa 20%
Perbesaran 10x10 Gambar 4.16 Epidermal
peel Rhoeo discolor
Atas: awal (Dokumen pribadi, 2016)
Bawah: setelah 2
menit
𝑉𝑎𝑘𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 3 − 2 = 1 𝑚𝑙
𝑉𝑎𝑘𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 6 − 2 = 4 𝑚𝑙
Pengenceran larutan 5%
Diketahui: M1 = 30% M2= 5%
V1 = 2 ml
Ditanya: V akuades yang harus ditambahkan = ?
30×2
Jawab: 𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2 ↔ 30 × 2 = 5 × 𝑉2 ↔ 𝑉2 = = 12 𝑚𝑙
5
𝑉𝑎𝑘𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = 12 − 2 = 10 𝑚𝑙
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan beberapa percobaan seperti pembuatan
preparat segar, pengamatan aliran sitoplasma, zat ergastik pati dan kristal,
pembuatan larutan sukrosa dan pengenceran, serta pengamatan terhadap
plasmolisis dan sifat reversibilitas sel tumbuhan.
Aliran sitoplasma dibedakan menjadi dua yaitu sirkulasi dan rotasi. Aliran
sitoplasma pada tumbuhan akan menggerakkan plastida melewati beberapa
vakuola ke segala arah yang disebut dengan sirkulasi, aliran ini biasanya
terdapat pada sel tumbuhan yang masih muda, karena pada tumbuhan muda
sel-sel masih dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangan, sehingga masih
membutuhkan bahan-bahan organik untuk sintesis komponen-komponen sel.
Sedangkan aliran sitoplasma yang mengelilingi vakuola disebut aliran rotasi,
terjadi pada sel tua karena sel tua tidak membutuhkan senyawa organik, maka
bahan organik tersebut dibawa ke vakuola untuk disimpan sebagai cadangan
makanan pada saat dibutuhkan seperti saat kemarau (Beck, 2010).
Pengamatan aliran sitoplasma dilakukan dengan menggunakan sampel
berupa sayatan daun Hydrilla verticillata dan rambut filamen bunga Rhoeo
discolor. Pada preparat sayatan daun Hydrilla verticillata tidak terlihat adanya
aliran sitoplasma, hal ini dikarenakan keadaan sampel sudah kering sehingga
memungkinkan sel-sel yang berada dalam sampel tersebut telah mati dan
aliran sitoplasma tidak terjadi, padahal jika keadaan sampel masih segar akan
terlihat aliran sitoplasma sirkulasi, yaitu aliran ke lebih dari satu arah.
Sedangkan pada rambut filamen bunga Rhoeo discolor aliran sitoplasma
teramati dengan sangat jelas dan merupakan jenis aliran rotasi dimana
sitoplasma mengalir ke satu arah (Beck, 2010).
Zat ergastik adalah zat-zat nonprotoplasmik (tak hidup) yang ada di sel-sel
makhluk hidup khususnya pada sel tumbuhan. Zat ergastik terdiri dari
substansi yang bersifat cair maupun padat yang merupakan hasil dari
metabolisme sel. Adapun benda ergastik yang bersifat padat adalah amilum,
aleuron, kristal Ca-oksalat, kristal kersik, kristal Ca-karbonat, dan sistolit.
Sedangkan yang bersifat cair adalah karbohidrat, protein, dan lemak (Beck,
2010). Pada praparat kerokan umbi kentang terlihat bahwa molekul patinya
adalah jenis pati tunggal, dimana molekul pati ini terlihat saling berpisah dan
tergolong pati sederhana. Pembuatan preparat kerokan umbi kentang ini
menggunakan reagen I2KI dimana reagen ini berfungsi sebagai pewarna atau
pemberi tanda bagi molekul pati yang ketika bereaksi dapat merubah warna
molekul pati menjadi biru kehitaman (Johnson, 1985) .
Pada preparat sayatan batang suji, kristal tidak teramati tetapi seharusnya
terlihat adanya kristal jenis rafida. Hal ini disebabkan karena sayatan masih
terlalu tebal dan preparat yang dibuat masih kurang baik. Preparat sayatan
daun Ficus diberi dua larutan yang berbeda. Pertama sayatan daun Ficus ini
ditetesi oleh akuades dan terlihat adanya kristal berbentuk druses, namun
kristal ini belum diketahui molekul penyusunnya. Kemudian sayatan daun
Ficus diberi larutan cuka untuk menentukan molekul penyusun tersebut.
Ternyata kristal tersebut meluruh sehingga dapat ditentukan bahwa kristal
tersebut merupakan kristal Ca-karbonat. Larutan cuka ini berfungsi sebagai
reagen yang dapat meluruhkan molekul karbonat dan menentukan apakah
suatu kristal termasuk kristal Ca-oksalat atau Ca-karbonat. Sedangkan pada
preparat sayatan tangkai daun Carica papaya terlihat adanya kristal druses
yang cukup jelas, yaitu berupa molekul berbentuk bulat dan cukup besar
(Johnson, 1985).
Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap sel-sel sklerenkim pada
tempurung kelapa dan tumbuhan Sansevieria. Pada pembuatan preparat
kerokan tempurung kelapa digunakan anilin sulfat 2% dalam etanol 96%
yang berfungsi untuk penebalan sudut-sudut dinding sel sehingga sel tidak
rusak dan bentuk aslinya dapat dipertahankan. Dari pengamatan, diketahui
bahwa jenis sel sklerenkim pada tempurung kelapa adalah sel sklereid. Sel
sklereid merupakan jenis sel mati yang bentuknya membulat dan mengalami
penebalan dinding sel. Sedangkan pada tumbuhan Sansevieria terdapat sel
serat yang berbentuk seperti pembuluh dan bagian ujungnya runcing (Beck,
2010).
Plasmolisis adalah peritiwa keluarnya air dari sel akibat sel dimasukkan ke
dalam larutan hipertonik dan menyebabkan sitoplasmanya menyusut dan
terlepas dari dinding sel pada tumbuhan (Campbell et al., 2002). Pada
pengamatan plasmolisis, digunakan larutan sukrosa dengan konsentrasi 5%,
10%, 20%, dan 30% terhadap preparat epidermal peel Rhoeo discolor. Pada
konsentrasi sukrosa 5% dan 10% di waktu 2 menit pertama sel-sel belum
menunjukkan perbedaan dari kondisi awalnya. Sedangkan pada konsentrasi
sukrosa 20% dan 30% di waktu 2 menit pertama, sel-sel tampak mengalami
perubahan dari kondisi awalnya, dimana warna ungu sel pada bagian pinggir
mulai memudar dan warna ungu tersebut hanya terpusat dibagian tengah sel.
Perbedaan antara plasmolisis pada konsentrasi sukrosa 20% dan 30% adalah
pada konsentrasi 30% plasmolisis lebih cepat terjadi ditandai dengan warna
mayoritas sel yang berubah menjadi putih dan hanya menunjukkan warna
ungu yang sangat tipis.
Pada sampel epidermal peel Rhoeo discolor yang menggunakan akuades,
terlihat bahwa sel tidak mengalami plasmolisis, akan tetapi sel menjadi
berukuran lebih besar dan cenderung memadat, hal ini menunjukan terjadinya
turgiditas pada sel. Untuk sifat reversibilitas sel tidak teramati (Campbell et
al., 2002).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Jenis aliran sitoplasma yang terdapat pada daun Hydrilla verticillata
adalah aliran sirkulasi, sedangkan pada rambut filamen bungan Rhoeo
discolor adalah aliran rotasi (sesuai hipotesis).
2. Zat ergastik yang terdapat pada daun Ficus elastica adalah kristal Ca-
karbonat, pada batang suji adalah kristal rafida, pada tangkai daun Carica
papaya adalah kristal druses, dan pada kerokan umbi kentang terdapat pati
tunggal (jenis kristal pada daun Ficus elastica kurang sesuai hipotesis).
3. Jenis sel sklerenkim yang terdapat pada kerokan tempurung kelapa adalah
sel sklereid atau sel batu dan pada Sansevieria berupa sel serat (sesuai
hipotesis).
4. Sifat reversibilitas sel epidermal peel tumbuhan Rhoeo discolor dalam
sukrosa tidak teramati sedangkan plasmolisis lebih cepat terjadi pada
larutan sukrosa dengan konsentrasi 20% dan 30%.
5.2. Saran
Saran yang diajukan untuk praktikum ini adalah:
1. Sayatlah sampel dengan setipis mungkin agar sel-sel yang akan diamati
menjadi lebih terlihat dan waktu praktikum menjadi lebih efisien.
2. Jika objek sayatan terlalu tipis gunakan penahan seperti wortel, kentang
atau lainnya.
3. Dahulukan membuat preparat dari objek yang mudah kering (contoh: daun
Hydrilla)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Aryati. 2005. Bahan Ajar Biologi Umum. Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo.
Al, Suyitno. 2008. Osmosis & Penyerapan Zat pada Tumbuhan. Yogyakarta:
UNY.
Alat Labor. 2016. “Cara Membuat dan Mengamati Preparat Mikroskop”. [Online]
http://www.alatlabor.com/article/detail/39/cara-membuat-dan-mengamati-
preparat-mikroskop diakses pada 01 Februari 2016.
Beck, C. B. 2010. An Introduction to Plant Structure and Development, Plant
Anatomy for The Twenty-First Century Second Edition. Cambridge:
Cambridge University Press.
Bima. 2005. “Mikroskop dan Penggunaannya”. [Online] http://bima.ipb.ac.id
diakses pada 29 Januari 2016.
Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, L. G. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Jakarta: Erlangga.
Ferdinand, P. F. Dan M. Ariebowo. 2007. Praktis Belajar Biologi. Jakarta:
Visindo Media Persada.
Johnson. 1985. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM.
Purnobasuki, Hery. 2011. Inklusi Sel. Unair: Unair Press.
Respati. 2008. “Macam-Macam Mikroskop dan Cara Penggunaannya”.
Momentum 4(2) : 42-44.
Taiz, L. and Zeiger. E. 2002. Plant Physiology Third Edition. Sunderland
Massachusetts : Sinauer Associates, Inc. Publishers.