PENDAHULUAN
1
merupakan anggota keluarga atau orang yang berada pada posisi yang mereka
percayai, seperti: pasangan hidup, anak, menantu, saudara, cucu, ataupun
perawat.
Power Syndrome Fenomena ini biasanya muncul atau terjadi pada
orang-orang yang baru saja kehilangan kekuasaan maupun
kelebihankelebihan lainnya, baik karena pensiun, PHK, mutasi, kehilangan
popularitas, atau karena sebab lainnya. Pada saat tidak menjabat atau
berkuasa dan tidak populer lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan
atau emosi yang kurang stabil yang biasanya bersifat negative. Mereka
kecewa terhadap hidup, karena yang bersangkutan tidak lagi dihormati dan
dipuja-puji seperti ketika masih berkuasa maupun saat
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di
rumah (Home Care) sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat
Indonesia yang masih berpegang pada nilai nilai budaya timur, sebagai
wujud perhatian terhadap lanjut usia dengan mengutamakan peran
masyarakat berbasis keluarga. Pelayanan lanjut usia di rumah (home care)
sangat membantu lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik, mental
dan sosial, termasuk memberikan dukungan dan pelayanan untuk hidup
mandiri, sehingga mengurangi beban baik dari anggota keluarga, teman,
kerabat maupun tetangga yang membantu memenuhi kebutuhan lanjut usia.
Menurut Warhola (1980, dalam Smith & Maurer, 2000)
perawatan kesehatan rumah adalah suatu pelayanan kesehatan secara
komprehensif yang diberikan kepada klien/individu atau keluarga di
temapat tinggal mereka (di rumah), bertujuan untuk memandirikan
klien dalam pemeliharaan kesehatan, peningkatan derajat kesehatan, upaya
pencegahan penyakit, dan risiko kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan.
Perawatan kesehatan rumah (home care) juga dapat diartikan sebagai
kesatuan yang memungkinkan pelayanan kesehatan dilakukan secara
bersamaan ataupun kombinasi dari berbagai profesi kesehatan sebagai satu
kesatuan tim untuk mencapai dan mempertahankan status kesehatan klien
secara optimal (Smith & Maurer, 2000).
Pendirian home care secara umum bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup usia lanjut, sedang rehabilitatif yaitu
pencegahan sekunder dan tertier yaitu pengobatan kronik penderita
keganasan/penyakit lainnya serta menghambat laju penyakit dan
menghambat timbulnya keterbatasan-keterbatasan (disability) sehingga
penderita dapat mempertahankan otonominya selama mungkin. Secara
3
khusus, tujuan yang diharapkan dari Pendampingan dan Perawatan lanjut
usia di rumah (Stanhope & Lancaster, 1996) adalah:
1. Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri
terhadap proses perubahan dirinya secara fisik, mental dan sosial.
2. Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu
berperan dan berfungsi di masyarakat secara wajar.
3. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam
pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah.
4. Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia baik di
rumah maupun di lingkungan sekitarnya.
4
Fasilitasi lansia berpakaian dengan lebih mudah tanpa bantuan,
dengan menganti resleting dan kancing dengan velcro dan
memberikan alat pengunci pakaian dibagian depan.
Letakkan alat dikamar mandi untuk membantu penderita keluar
atau masuk dengan cara yang mudah, serta letakkan alas di
lantainya untuk mencegah tergelincir atau jatuh. Atau Anda
mungkin dapat mempertimbangkan pemasangan shower, kursi
plastik yang diletakkan di bawah shower dapat memungkinkan
lansia untuk duduk dan mandi tanpa dibantu.
Pasang pegangan tangan di dekat kamar mandi, shower dan toilet
sehingga membantu lansia untuk lebih mandiri.
3. Keamanan rumah
Lansia terutama rentan terhadap kecelakaan Jatuh adalah masalah
terumum Untuk mengatasinya diperlukan penentraman hati dan tentu
saja Anda harus melakukan semua yang dapat Anda lakukan untuk
menjamin bahwa ia dapat bergerak dengan aman dan mantap
Pastikan bahwa tidak ada sisi karpet yang tau agak terlipat, yang
dapat lansia tersandung.
Lantai jangan terlalu sering di pel dan jangan terla licin.
Jalanan dan anak tangga terang, rapikan mainan anak-anak, dan
barang-barang lain yang tertinggal disekitarnya.
Letakan persediaan obat dalam tempat yang aman dan pastikan
bahwa lansia dapat membaca label tersebut. Terutama jika lansia
menggunakan pil tidur, pertahankan agar botol berada di lemari obat
dan bukan diletakkan di samping tempat tidur untuk mencegah
terjadinya pemakaian yang berlebihan secara tidak sengaja.
4. Menjaga kehangatan
Tubuh lansia tidak seefisien tubuh individu yang berusia lebih
muda, dalam mempertahankan suhu normal tubuh. Salah satu bahaya
cuaca dingin bagi lansia, adalah bahwa mereka mungkin tidak
5
menyadari bahwa mereka benar-benar sedang kedinginan seperti pada
kenyataannya.Apabila biaya pemanasan diseluruh ruangan rumah
terlalu mahal, atau jika pemanasan di kamar tidur tidak adekuat,
mungkin lebih baik bagi lansia untuk tidur di suatu ruangan yang hangat,
dan pindahkan tempat tidur penderita ke ruangan tersebut selama cuaca
dingin.
6
bicara untuk individu, agar dapat rumah dan alat bantu untuk membuat
tinggal menjadi aman. Apabila ada tuna netra yang bersama Anda,
pastikan bahwa furniture danbenda khusus di rumah digunakan
individu yang ada rumah tidak diubah.juga jalanan, koridor dan jalur
yang tetap bersih, untuk menuju keberbagai ruangan tetap bersih
.lakukan perawatan khusus pada tangga
7
d. Koordinator kasus
Koordinator kasus adalah tenaga kesehatan profesional yang di bantu
oleh tenaga kesehatan lain terkait dengan fungsinya sebagai
pengelola pelayanan kesehatan dalam melakukan asuhan
keperawatan.
e. Pramusila
Pramusila merupakan tenaga sukarela ataupun yang diberi imbalan
untuk melaksanakan kegiatan dan tugas-tugas perawatan kesehatan
di rumah.
2. Komponen penunjang
Komponen penunjang terdiri dari tim perawatan kesehatan
masyarakat yang berada di puskesmas, dokter keluarga yang berada di
masyarakat, dan tim kesehatan dari rawat rumah yang berada di rumah
sakit, terutama yang memiliki klinik geriatrik.
a. Tim perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas)
Tim perawatan kesehatan masyarkat adalah tim dari unit pelayanan
keperawatan kesehatan rumah yang berada di puskesmas yang terdiri
dari berbagai tim/tenaga kesehatan yang berada di puskesmas.
b. Dokter keluarga
Dokter keluarga merupakan dokter yang melaksanakan praktek
kedokteran keluarga secara mandiri ataupun berkelompok.
c. Tim rawat rumah (RR)
Tim ini adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat,
bidan, ahli gizi, therapis, dll yang bertugas untuk melaksanakan tindak
lanjut pelayanan kepada klien di rumah setelah dinyatakan dapat
menjalani proses rawat jalan oleh dokter yang merawat.
Pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat holistic dengan
memperhatikan aspek psikososial, ekonomi dan budaya yang
penyelenggaraannya bekerja sama dengan puskesmas sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat dasar yang dekat dengan
masyarakat.
8
2.1.5 Kontrak Dalam Perawatan Kesehatan Rumah
Kontrak atau perjanjian antara yayasan/pemberi jasa layanan/agency
dengan klien dan keluarga merupakan aspek penting dalam pelaksanaan
perawatan kesehatan di rumah. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan
kontak (Zang & Bailey, 2004) yaitu :
1. Persetujuan atau kesepakatan antara yayasan/agency dengan klien dan
keluarga tentang pelaksanaan dan perencanaan perawatan di rumah dan
catatan medis. Kontrak tersebut memperbolehkan klien dan keluarga
untuk menyusun tujuan sendiri ataupun membantu memecahkan masalah
perawatan klien sesuai rencana perawatan /pengobatan dokter dalam
kesepakatan yang tercantum (yang dibuat).
2. Kontrak berhubungan langsung dengan proses keperawatan dan dapat
diselesaikan sesuai dengan tahapan proses keperawatan, yaitu,
pengkajian, perumusan masalah/diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Dimana dalam setiap tindakan
berkaitan dengan asuhan keperawatan tersebut akan dilakukan atas
persetujuan klien/keluarga.
3. Jika selama kunjungan atau perawatan di rumah ada kesesuaian
kesepakatan antara yayasan/pemberi layanan/agency dan klien/keluarga,
maka kontrak tersebut dapat dilanjutkan pada kunjungan berikutnya,
akan tetapi bila tidak memungkinkan/tidak ada kesesuaian maka kontrak
dapat ditinjau kembali.
4. Pembuatan kontrak dapat dilakukan secara nonformal (lisan) ataupun
tulisan (formal), tergantung dari persetujuan dan kesepakatan bersama
kedua belah pihak antara yayasan/pemberi jasa layanan/agency dengan
klien/keluarga.
9
orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan
perkembangan atau perampasan hak (Bagong dkk, 2000).
Kekerasan terhadap usia lanjut pada umumnya adalah mengacu pada
salah satu tindakan dari beberapa bentuk penganiayaan dari seseorang yang
memiliki hubungan khusus dengan usia lanjut seperti pasangan, saudara,
anak, teman atau pengasuh di rumah, menurut (NCEA 1998 dalam
Mcdonald 2000 ).
10
kebutuhan dasarnya.
d. Kekerasan Fisik
Penggunaan kekuatan mengakibatkan tubuh cedera, sakit fisik,
atau gangguan fisik. Kekerasan fisik mungkin melibatkan tindakan
seperti kekerasan yang mencolok mendorong mencubit mendorong
menampar, menendang dan pembakaran. Mungkin juga termasuk
penggunaan obat yang tidak tepat, pembatasan dalam pemberian
makan dan hukuman fisik.
e. Pengabaian atau Penolakan
Penelantaran juga termasuk kegagalan seseorang yang memiliki
tanggung jawab keuangan untuk memberikan perawatan. Kegagalan
pada bagian dari penyedia layanan untuk memberikan asuhan.
Pengabaian berarti penolakan atau kegagalan untuk menyediakan
kebutuhan hidup seperti makanan, pakaian, obat-obatan, air,
penampungan, kebersihan pribadi, kenyamanan keamanan diri dan
kebutuhan lainnya termasuk dalam tersirat atau disepakati tanggung
jawab untuk usia lanjut.
11
B. Indikator kekerasan seksual
12
F. Pengabaian atau Membelot
13
gejala-gejala kejiwaan yang biasanya bersifat negatif atau emosi yang kurang
stabil.
Post power syndrome adalah gejala sindrom yang cukup populer di
kalangan orang lanjut usia khususnya sering menjangkit individu yang telah
usia lanjut dan telah pensiun atau tidak memiliki jabatan lagi di tempat
kerjanya. Post power syndrome merupakan salah satu gangguan
keseimbangan mental ringan akibat dari reaksi somatisasi dalam bentuk dan
kerusakan fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang bersifat progresif
karena individu telah pensiun dan tidak memiliki jabatan ataupun kekuasaan
lagi (Kartono, 2000:231).
Post power syndrome adalah gejala yang terjadi di mana penderita
hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya,
kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan
seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Seperti yang
terjadi pada kebanyakan orang pada usia mendekati pensiun. Selalu ingin
mengungkapkan betapa begitu bangga akan masa lalunya yang dilaluinya
dengan jerih payah yang luar biasa.
Post power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang
sudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang
yang berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan
dengan hati yang lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana seseorang
tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup
yang terus mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang hidup
keluarga, resiko terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.
Ahli gerontologi Robert Archley (1976), dalam Santrock, John W)
menggambarkan tujuh tahapan pensiun. Ketujuh tahapan pensiun ini dibagi
dalam dua tahapan yaitu pra-pensiun dan masa pensiun yaitu :
1) Fase Remote
14
2) Fase Near
Adalah fase paling awal dari masa pensiun dan pada fase ini banyak
individu yang merasa eforia (bersenang-senang). Mereka dapat
mengerjakan beberapa banyak hal yang dahulu tidak sempat dikerjakan
karena padatnya waktu bekerja, dan mereka menikmati waktu luang
dengan lebih banyak aktivitas serta bersenang - senang dengan uang
yang mereka terima.
4) Fase Disenchantment
15
7) Fase Termination
4. Antara pria dan wanita, pria lebih rentan terhadap post power
sindrome karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi dari
16
pada prestise, prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria.
17
sehingga kita bisa segera mengatasinya, seperti:
1) Tanda fisik
4) Menjadi pendiam.
18
sebaik-baiknya. Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah enam
puluh tahun ke atas. Ada beberapa orang yang sudah menginjak usia 60
tetapi tidak menampakkan gejala-gejala penuaan fisik maupun mental.
Oleh karena itu, usia 65 dianggap sebagai batas awal periode usia lanjut
pada orang yang memiliki kondisi hidup yang baik (Hurlock, 1980:380).
Setelah usia 65 tahun manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan.
Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik sehingga
kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan
kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat.
B. Masa Pensiun
Masa pensiun bisa memengaruhi konsep diri karena pensiun
menyebabkan seseorang kehilangan peran, status, dan identitasnya dalam
masyarakat menjadi berubah sehingga dapat menurunkan harga diri. Bila
anggota keluarga memandang pensiunan sebagai orang yang sudah tidak
berharga lagi dan memperlakukan mereka secara buruk, bukan tak
mungkin juga akan memicu munculnya sindrom ini.
19
payahnya selama ini di masa tuanya.
20
lingkungan masyarakat manusia sebagai edisi hidup baru yang harus
diisi dengan darmabakti dan kebaikan. Memang tidak banyak yang
bisa dilakukan oleh para mantan pada sisa hidupnya yang sudah
“senja”. Tetapi setidak-tidaknya seperti keindahan panorama senja
yang masih memberikan kecemerlangan mistis yang gilang-gemilang,
memberikan kebaikan kepada anak-cucu, generasi penerus serta
masyarakat pada umumnya.
21
c) Sebaiknya selama memegang jabatan, tidak hanya memikirkan
bagaimana cara untuk memertahankan kekuasaan, tetapi memikirkan
bagaimana cara untuk melakukan kaderisasi / regenerasi.
d) Penghargaan akan diberikan bukan karena kekuasaan yang dimiliki,
tetapi karena telah melakukan suatu regenerasi yang baik. Perlu selalu
ditanamkan bahwa tujuan kekuasaan bukanlah agar kita dihargai oleh
orang lain, tetapi supaya kita dapat berbuat lebih banyak bagi
kesejahteraan orang lain.
22
2) Tanamkanlah pada diri kita bahwa pensiun adalah sesuatu yang wajar
yang merupakan proses alami. Yang tidak dapat dihindarkan oleh
siapapun. Dengan jalan menerima bahwa hal tersebut adalah suatu
kenyataan hidup maka hati kita menjadi tenang jauh dari kerisauan
memikirkan masa pensiun.
3) Mempersiapkan tabungan sebaik-baiknya atau rencana investasi jangka
panjang dengan resiko yang seminim mungkin. Misalnya buka warnet,
kursus, kost-kosan .Walaupun hasilnya tidak besar, tapi setidaknya
untuk pengeluaran sehari harian. "Dalam bisnis, tidak ada sahabat yang
sejati" Sharing and connecting (berkomunikasi dan memasyarakatkan
diri) dengan baik pada siapa saja tanpa memandang apakah itu selevel
ataupun tidak dengan kita. Sehingga ketika memasuki masa pensiun,
bila kita memiliki kepribadian yang baik pasti akan tetap akan dihargai
dengan baik, tapi sebaliknya bila memiliki kepribadian yang tidak
menyenangkan maka siapapun akan cuek kepada kita.
4) Jangan pernah membanggakan diri, baik karena jabatan maupun
kekuasaan yang kita miliki pada saat masa jaya. Janganlah kita pernah
mengabaikan prinsip hidup yang satu ini “Bahwa segala sesuatu yang
sudah berhasil dicapai, tidak akan selamanya kita miliki”. Sehingga
kelak bila waktunya memasuki masa pensiun, maka kita dengan
berbesar hati dan percaya diri, berani melenggang masuk kegelangang
arena pensiunan. Hal ini akan mengatur dan mengarahkan langkah
langkah kita, sehingga kita mampu melengkapi motto : “Muda
berkarya, tua berguna”. Post Power Syndrom ibaratkan penyakit kanker
yang menular. Dia bisa menggerogoti seluruh jiwa dan harapan yang
ada didalam diri si penderita, dan bukan berhenti disitu saja, penyakit
ini bisa menular kepada orang-orang yang ada disekitar penderita.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Home Care pada lansia adalah memberikan pelayanan kesehatan
kepada lansia secara penuh atau sebagian yang dilakukan dilingkungan pasien
(rumah). Sedangkan kekerasan pada lansia adalah suatu kondisi ketika
seorang lansia mengalami kekerasan oleh orang lain; yang seringkali dalam
banyak kasus, berasal dari orang- orang yang mereka percayai. Karenanya,
mencegah kekerasan pada lansia dan meningkatkan kesadaran akan hal ini,
menjadi suatu tugas yang sulit. Lalu masalah yang kerap terjadi pada lansia
ada post power sindrom, yaitu sidrom pasca kekuasaan yang membuat di
mana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya
(karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain),
dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah yang telah kami susun dapat
memberikan pengetahuan kepada keluarga,masyarakat, serta tenaga kesehatn
khususnya perawat tentang cara memberikan perawatan lansia dirumah, lalu
dapat mengatasi post power syndrome ataupun Substance Abuse yang kerap
terjadi pada lansia.
24