Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. L a t a r B e l a k a n g
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien
yangmengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan
oranglain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien
dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan
untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk
melindungidiri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien
menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga
kehidupanemosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak
kesulitanyang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional
dengan orang lain. dalam membina hubungan sosial,individu berada dalam
rentang respon yan adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan
respon yang dapat diterima oleh norma-norma s o s i a l d a n k e b u d a ya a n
y a n g b e r l a k u , s e d a n g k a n r e s p o n m a l a d a p t i f merupakan respon yang
dilakukan indi$idu dalam menyelesaikan masalahyang kurang dapat diterima oleh
norma&norma sosial dan budaya. Respon sosial dan emosional yang
maladaptif sering sekali terjadidalam kehidupan sehari hari, khususnya sering
dialami pada pasien menarik diri sehingga melalui pendekatan proses
keperawatan yang komprehensif penulis berusaha memberikan asuhan
keperawatan yang semaksimal mungkin kepada pasien dengan masalah
keperawatan utama kerusakan interaksi sosial' menarik diri.

1
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk memberikan gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada
pasien gangguan jiwa dengan masalah utama isolasi sosial
b. Tujuan khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan
masalah keperawatan, membuat pohon masalah pada klien gangguan jiwa
dengan isolasi sosial : menarik diri.
2. Menerapkan diagnosa keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan
isolasi sosial : menarik diri.
3. Mahasiswa dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
4. Mahasiswa dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah Utama
Isolasi Sosial : Menarik Diri

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Purba, dkk, 2008). Isolasi sosial adalah gangguan
dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu
yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang
lain dan lingkungan (Dalami, dkk, 2009).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu
yang diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang
negatif atau mengancam (Wilkinson, 2007). Isolasi sosial merupakan suatu
keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain ( Keliat, 2006 ).

2. Tanda dan Gejala


a. Data Subjektif
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

3
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

b. Data Objektif
1. Tidak memiliki teman dekat
2. Menarik diri
3. Tidak komunikatif
4. Tindakan berulang dan tidak bermakna
5. Asyik dengan pikirannya sendiri
6. Tak ada kontak mata
7. Tampak sedih, afek tumpul
3. Penyebab
Penyebab dari isolasi sosial adalah harga diri rendah ( HDR ).
Harga diri rendah adalah Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,
tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri

4. Akibat
Akibat isolasi sosial adalah resiko perubahan sensori persepsi
halusinasi. Halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan gangguan
pencerapan (persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yg dapat
meliputi semua system penginderaan pada seseorang dalam keadaan
sadar penuh ( baik ).
Gejala Klinis (keliat, 2006):
a) Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b) Menarik diri dan menghindar dari orang lain.

4
c) Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
d) Tidak dapat memusatkan perhatian.
e) Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), takut.
f) Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

C. Pohon Masalah
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri Core problem

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


( Keliat, 2010)

D. Diagnosa Keperawatan Utama


Masalah keperawatan:
1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

1. Data yang perlu dikaji


a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4) Klien merasa makan sesuatu
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif:
1) Klien berbicara dan tertawa sendiri

5
2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3) Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
4) Disorientasi
b. Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup.
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri
hidup.

Diagnosa keperawatan yang utama:

1. Isolasi sosial: menarik diri


2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

E. Fokus Intervensi atau Rencana Tindakan


1. Diagnosa 1: Menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :

6
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
3) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
4) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain

7
5) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
6) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
7) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
8) diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
9) beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social
Tindakan:
1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain – K lain
K – Kel/Klp/Masy
3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai.
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan:
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain

8
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
a) Salam, perkenalan diri
b) Jelaskan tujuan
c) Buat kontrak
d) Eksplorasi perasaan klien
e) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1.1 Perilaku menarik diri
1.2 Penyebab perilaku menarik diri
1.3 Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
1.4 Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
2) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
3) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
4) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai
oleh keluarga

2. Diagnosa 2 : Harga Diri Rendah


Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
optimal
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :

9
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan:
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
c) Utamakan memberikan pujian yang realistik
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Tindakan:
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit.
b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
b) Kegiatan mandiri
c) Kegiatan dengan bantuan sebagian
d) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
e) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
f) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan.

10
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
Tindakan:
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien.
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah.
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba,
dkk, 2008)
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya : perilaku menarik
diri atau isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga
yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan
permasalahan ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.

B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa
optimal adalah :

a. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka


keluarga tetap melakukan kontrol ke RSJ
b. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dantim
medis lainnya guna memperlancar proses keperawatan.
c. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke
karena dapa membantu proses penyembuhan

12
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Masalah Utama : Isolasi Sosial

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data obyektif:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak
berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi
menekur.

b. Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat, ya atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan :Isolasi sosial : menarik diri

B. Strategi pelaksanaan tindakan:


Tujuan khusus :

1. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi


sosial
2. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
3. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang
lain
4. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
Tindakan keperawatan.

1. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial


2. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
3. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap

13
SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal
keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan
ORIENTASI (PERKENALAN):

“Selamat pagi ”

“Saya Siti Badriyah, Saya senang dipanggil Sibad., Saya mahasiswa STIKES pekajangan
Pekalongan yang akan merawat mbak”

“Siapa nama mbak…….? Senang dipanggil siapa?”

“Apa keluhan mbak………………. hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman mbak……? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana
kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, mbak? Bagaimana kalau 15 menit”????

KERJA:

(Jika pasien baru)

”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan mbak...........? Siapa
yang jarang bercakap-cakap dengan mbak......? Apa yang membuat mbak...............
jarang bercakap-cakap dengannya?”

(Jika pasien sudah lama dirawat)

”Apa yang mbak............... rasakan selama anda dirawat disini? O.. mbak..... merasa
sendirian? Siapa saja yang anda kenal di ruangan ini”

“Apa saja kegiatan yang biasa mbak............. lakukan dengan teman yang anda kenal?”

14
“Apa yang menghambat mbak..................... dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan pasien yang lain?”

”Menurut anda apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar,
ada teman untuk bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Nah ,,,kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya mbak...............? Ya,
apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa),,, Jadi banyak juga ruginya
kalau tidak punya teman ya????. Kalau begitu inginkah mbak.... belajar bergaul dengan
orang lain ?

« Bagus.???? Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”

“Begini lho mbak.... ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita
dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi kita. Contoh: Nama Saya T,
senang dipanggil T. Asal saya dari semarang, hobi memancing”

“Selanjutnya mbak............ menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya


begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”

“Ayo mbak.....sekarang dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan mbak..... Coba
berkenalan dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut mbak.... bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan mbak..... bicarakan. Misalnya tentang cuaca,
tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

TERMINASI:

”Bagaimana perasaan mbak....... setelah kita latihan berkenalan?”

” mbak........ tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”

”Selanjutnya mbak....... dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga anda lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. sekarang mau

15
praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada
jadwal kegiatan hariannya.”

”Besok pagi jam .....................saya akan datang kesini untuk mengajak anda berkenalan
dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, mbak..... mau kan?”

”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap

(berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-)

ORIENTASI :

“Selamat pagi mbak…..! ”

“Bagaimana perasaan mbak……. hari ini?

« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan perawat ! »

« Bagus sekali,mbak….. masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak anda
mencoba berkenalan dengan teman saya perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10 menit »

« Ayo kita temui perawat N disana »

KERJA :

( Bersama-sama klien mendekati perawat N)

« Selamat pagi perawat N, ini mbak…..ingin berkenalan dengan perawat N »

16
« Baiklah mbak, anda bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan
kemarin «

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,


menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)

« Ada lagi yang mbak……ingin tanyakan kepada perawat N. coba tanyakan tentang
keluarga perawat »

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, mbak…… bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
mbak…bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti »

« Baiklah perawat N, karena mbak….. sudah selesai berkenalan, saya dan anda akan
kembali ke ruangan anda. Selamat pagi »

(Bersama-sama dengan pasien meninggalkan perawat N untuk melakukan terminasi


dengan klien di tempat lain)

TERMINASI:

“Bagaimana perasaan mbak…… setelah berkenalan dengan perawat N”

” mbak….. tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”

”Pertahankan terus apa yang sudah mbak…… lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain ????. Mari
kita masukkan pada jadwal anda ya ??? Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2
kali. Baik nanti anda coba sendiri yaa??. Besok kita latihan lagi ya, ???? mau jam
berapa? Jam 10? Baik, kalau begitu Sampai besok. Ya pak?mas....??”

SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan


dengan orang kedua-seorang pasien)
ORIENTASI:

“Selamat pagi mbak........................! Bagaimana perasaan anda hari ini?

”Apakah mbak…………….….. bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”??

17
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain

”Bagaimana perasaan mbak................ setelah bercakap-cakap dengan perawat N


kemarin siang”

”Bagus sekali mbak…. menjadi senang karena punya teman lagi”

”Kalau begitu mbak….. ingin punya banyak teman lagi?”

”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien M”

”seperti biasa kira-kira 10 menit”

”Mari kita temui dia di ruang makan”

KERJA:

( Bersama-sama dengan pasien mendekati perawat M )

« Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »

« Baiklah mbak…, anda sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah anda
lakukan sebelumnya. »

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama


panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »

« Ada lagi yangmbak….. ingin tanyakan kepada perawat M ??? »

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, mbak….. bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
anda bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »

(mbak….. membuat janji untuk bertemu kembali dengan perawat M)

« Baiklah perawat M, karena mbak…… sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan
kembali ke ruangan mbak……. Selamat pagi »

(Bersama-sama dengan pasien, kami meninggalkan perawat M untuk melakukan


terminasi dengan pasien di tempat lain) .

18
TERMINASI:

“Bagaimana perasaan mbak….. setelah berkenalan perawat M??”

”Dibandingkan kemarin pagi,anda tampak lebih baik saat berkenalan dengan perawat
M” ”pertahankan apa yang sudah mbak….. lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu
kembali dengan perawat M jam 4 sore nanti”

”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang


lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari mbak…………..… dapat
berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan
jam 8 malam, mbak….. bisa bertemu dengan perawat N, dan tambah dengan pasien
yang baru dikenal. Selanjutnya anda bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara
bertahap. Bagaimana mbak….., setuju kan?”

”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman mbak…... Pada jam
yang sama dan tempat yang sama ya.??? Sampai besok.”

1. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


Tujuan:
setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
Tindakan:
a. Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial
b. Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat
membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang
selalu bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah
meliputi:

1.) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.


2.) Menjelaskan tentang:
 Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
 Penyebab isolasi sosial.

19
 Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
- Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara
bersikap peduli dan tidak ingkar janji.
- Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa
melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan
tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar.
- Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
- Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
3.) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
4.) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari,
mendiskusikan yang dihadapi.
5.) Menjelaskan perawatan lanjutan

SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi


sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien
dengan isolasi sosial

ORIENTASI:

“Selamat pagi Pak/bu”

”Perkenalkan saya perawat ......................, saya yang merawat, anak bapak/ibu”

”Nama Bapak/ibu siapa? Senang dipanggil apa?”

” Bagaimana perasaan Bapak/ibu hari ini? Bagaimana keadaan anak bapak/ibu


sekarang?”

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak/ibu dan cara
perawatannya dirumah”

”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak/ibu punya waktu? Bagaimana kalau
setengah jam?”

20
KERJA:

”kira-kira bapak/ibu tahu apa yang terjadi dengan anak bapak/ibu ? Apa yang sudah
dilakukan?”

“Masalah yang dialami oleh anak anda disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.

” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”

”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah
dengan orang–orang terdekat”

“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”

“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak/ibu dan anggota keluarga lainnya
harus sabar menghadapi anak bapak/ibu. Dan untuk merawat anak bapak/ibu, keluarga
perlu melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling
percaya dengan anak bapak/ibu yang caranya adalah bersikap peduli dengan anak
bapak/ibu dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan
dorongan kepada anak bapak/ibu untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama
dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.”

« Selanjutnya jangan biarkan anak anda sendirian. Buat rencana atau jadwal bercakap-
cakap dengan anak bapak/ibu. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi
bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.”

”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”

” Begini contoh komunikasinya, Pak/bu: anak bapak/ibu, (panggil nama pasien).....lihat


sekarang kamu sudah bisa bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga
lumayan lama. Bapak/ibu senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak . Coba kamu
bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu
sholat berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah,

21
kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana, kamu mau
coba kan, nak ?”

”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”

”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”

”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”

TERMINASI:

“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak/ibu setelah kita latihan
tadi?”

“Coba Bapak/ibu ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial »

« Selanjutnya bisa Bapak/ibu sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak/ibu


yang mengalami masalah isolasi sosial » ???

« Bagus sekali Pak/bu, Bapak/ibu bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan


tersebut »

«Nanti kalau ketemu anak anda coba Bpk/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada
semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama. »

« Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada anak
anda ? »

« Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama »

22
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan
pasien
Orientasi:

“Selamat pagi Pak/Bu”

” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”

”Bapak/ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak/ibu seperti yang kita pelajari
berberapa hari yang lalu?”

“Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba
30 menit.”

”Sekarang mari kita temui anak bapak/ibu”

Kerja:

”Selamat pagi mas..... Bagaimana perasaan mas..... hari ini?”

”Bpk/Ibu mas..... datang membesuk. Silahkan beri salam! Bagus. Tolong mas.....
tunjukkan jadwal kegiatannya!”

(kemudian pasien berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak/bu, sekarang Bapak/ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu”

(perawat mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang


telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).

”Bagaimana perasaan mas..... setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mas....?”

”Baiklah, sekarang saya dan orang tua mas.....ke ruang perawat dulu”

23
(perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)

Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”

« «Mulai sekarang Bapak/ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada anak
bapak »

« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak /ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti
sekarang Pak /bu»

« Sampai jumpa »

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan


ORIENTASI:

“Selamat pagi Pak/Bu”

”Karena rencana anak bapak/ibu mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan
lanjutan di rumah.”

”Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja”

”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

KERJA:

”Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak/ibu yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah
dilanjutkan? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di
rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”

24
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak
Bapak/ibu selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak/ibu terus menerus tidak mau
bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau bawa
anak bapak/ibu ke rumah sakit”.

TERMINASI:

”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak bapak/ibu
yaa??. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak. Silahkan selesaikan administrasinya yaa ???

25
DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. 2003, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gondoutomo.

Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B.A. 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC.

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :


Salemba Medika

Muhith, Abdul, 2015, Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi,


Yogyakarta : Andi Offset.

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga.Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses
Interaksi (API). Jakarta : fajar Interpratama

Yani, Achir, 2008, Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta :
EGC

26

Anda mungkin juga menyukai