Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK SELATAN
Jalan Tani Makmur 78121 ☎ 0561-8102656
1771
Pontianak Selatan
=====================================================================
=======================

KERANGKA ACUAN KEPATUHAN KAWASAN TANPA ROKOK


TAHUN 2019
Nomor : 440 / /UPTD-PS/KAK/I/2019

I. Pendahuluan
Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang harus diwujudkan sesuai
dengan Pancasila dan UUD 1945, namun saat ini sangat sulit sekali manusia untuk
mendapatkan kesehatan bahkan beberapa kalangan berbicara jika sehat itu mahal.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang
memiliki hak azasi untuk hidup sehat dan lingkungan sehat. Begitu pula dalam Deklarasi
Universal tentang hak asasi manusia, menyebutkan bahwa :”tiap orang mempunyai hak
untuk hidup pada standar yang layak untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka,
termasuk hak untuk mendapat makanan, perumahan, dan pelayanan kesehatan” (everyone
has the right to standar of living adequate for the health and well-being of himself and of
his family, including food, clothing, lifehousing and medical care).

II. Latar Belakang


Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia
setelah china dan India (WHO,2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat
ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Pada
tahun yang sama, Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa penduduk berumur diatas
10 tahun yang merokok sebesar 20,2% dan angkat tersebut meningkat sebesar 34,7%
pada tahun 2010 untuk kelompok umur diatas 15 tahun. Peningkatan prevalensi perokok
terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun, dari 17,3% (2007) menjadi 18,6% atau naik
hampir 10% dalam kurun waktu 3 tahun. Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur
produktif, yaitu 25-34 tahun dari 29,0% (2007) menjadi 31,1% (2010). Pravelensi
merokok pada remaja usia sekolah atau usia 10-18 tahun mengalami kenaikan menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terbaru. Persentase perilaku merokok remaja pada
Riskesdas 2018 tercatat sebesar 9.1 persen, meningkat dari Riskesdas 2013 yakni 7,2
persen. Hal ini berkaitan dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1)
menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak azasi untuk hidup sehat dan lingkungan
yang sehat dan perda tahun 2010 pasal (1) kota pontianak tentang Kawasan Tanpa
Rokok.
Berdasarkan ketentuan di atas maka hidup sehat merupakan hak asasi manusia.
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memenuhi hak masyarakat agar tetap hidup
sehat, pemerintah berperan sebagai penentu sebuah kebijakan yang seharusnya
dilaksanakan oleh masyarakat. Sebagaimana diketahui pemerintah melakukan berbagai
kebijakan dengan bermacam-macam tujuan, tujuan tersebut diantaranya harus
berlandaskan asas-asas pelenggaraan pemerintahan, termasuk asas penyelenggaraan
pelayanan publik. Salah satu kebijakan pemerintah dalam pelayanan publik khususnya
dalam bidang kesehatan adalah kebijakan tentang Kawasan Tanpa Rokok. Kebijakan
publik di bidang kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah ini terkait erat dengan
program yang bertujuan untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat dengan
mengarahkan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat (program PHBS).
Sebenarnya untuk mendapatkan kesehatan tidaklah sulit, salah satunya dengan
menjaga keseimbangan lingkungan. Lingkungan yang sehat dapat ditandai oleh
mudahnya mendapatkan udara yang sehat dan bersih. Dikota-kota besar polusi udara
semakin meningkat sehingga sulit kita mendapatkan udara bersih. Salah satu penyebab
utama dari meningkatnya polusi ini adalah asap rokok. Jumlah perokok semakin hari
semakin meningkat sehingga berakibat meningkatnya bahaya kesehatan baik individu
maupun masyarakat, baik yang berperan sebagai perokok aktif maupun hanya sebagai
perokok pasif. Sebagaimana diketahui jika dilihat dari aspek kesehatan, merokok dapat
mengakibatkan berubahnya fungsi dan struktur jaringan paru-paru dan saluran
pernafasan. Merokok dapat meningkatkan jumlah sel yang mengalami peradangan dan
kerusakan alveoli pada jaringan paru-paru.Merokok dapat menyebabkan peradangan
ringan hingga terjadinya penyempitan pada saluran pernafasan kecil sebagai akibat dari
meningkatnya jumlah sel dan penumbukan lendir. Dengan adanya perubahan struktur
paru-parum fungsi paru-paru pada perokok dapat berubah. Berubahnya struktur paru-paru
merupakan penyebab PPOK (Penyakit Obstruksi Paru-Paru Kronis), seperti asma,
bronkitis kronis dan pembengkakan (emfisema) pada paru-paru. Bahaya lain dari
merokok adalah dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru. Kandungan partikel
kasinogenik yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan resiko terkena penyakit
kanker paru-paru. Perokok lebih berisiko terkena penyakit kanker paru-paru 10 hingga 30
kali lipat. Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, maka kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat secara menyeluruh, dan kemmapuan pemerintah dan
masyarakat untuk mencegah penggunaan rokok baik yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kesehatan.
Pemerintah sebagai aparatur negara yang memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan, mengatur dan mengawasi roda pemerintah dalam hal pelayanan publik
terutama dalam bidang kesehatan telah menetapkan kawasan tanpa rokok sebagai sarana
untuk menekan jumlah penderita akibat rokok, sedangkan masyarakat diharapkan dapat
menjaga dan melaksanakan ketetapan yang telah dibuat oleh pemerintah. Dalam
menjalankan sebuah ketetapan yang berhubungan dengan pelayanan publik kita tidak
dapat terlepas dari asas yang menjadi dasar pembuatan suatu peraturan. Salah satu asas
yang menjadi pendukung dalam acuan ini yaitu asas manfaat.
Kegiatan kelas ibu ini memperhatikan tata nilai peduli dengan memperhatikan
masalah-masalah yang dihadapi ibu hamil seputar kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Ramah dengan bertutur kata sopan, santun, menyampaikan materi kelas ibu dengan
menciptakan sesuatu yang belum pernah ada dengan berkolaborasi dengan petugas
laboratorium dan petugas gizi. Mudah dengan akses ke tempat pelaksanaan kegiatan
dapat di jangkau. Aman, dilakukan bagi ibu hamil dengan tanpa komplikasi.

III. Tujuan Kegiatan


1. Tujuan Umum
Menjamin kepatuhan pelaksanaan kawasan tanpa rokok yang akan melindungi
masyarakat terutama anak usia sekolah dari paparan asap rokok dikawasan tanpa
rokok.
2. Tujuan Khusus
a. Terwujudnya kawasan tanpa rokok di kawasan sekolah, di kantor, dan di tempat-
tempat umum.
b. Terwujudnya peningkatan pengetahuan, keterampilan guru dalam pembinaan
program konseling masalah merokok pada anak usia sekolah.
c. Terlaksananya upaya promotif dan preventif dalam upaya pengendalian masalah
merokok di lingkungan sekolah.
d. Mewujudkan kualitas udara sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.
e.
IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
Memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok dan menjelaskan

V. Cara Melaksanakan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan dengan cara menempelkan stiker larangan merokok dan
Implementasi KTR.

VI. Sasaran
Sasaran adalah tempat-tempat umum terutama Tempat bermain anak-anak dan Tempat
belajar mengajar di lingkup sekolah dan kantor-kantor di wilayah binaan.

VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan Rencana Keteta Sasaran Pelaksanaan Petugas yg Capaian Ket


Pelaksanaan pan melaksanakan hasil keg
waktu
1 Implement Sesuai Jadwal Ya -Kantor -Maret 4,5,8,9 -Rusdiana 8 lokasi
asi KTR -Sekolah 2019 -Venny
-Maret -Anggraini
6,11,12,13 2019 Muhardiani
2 Implement Sesuai Jadwal Ya Sekolah 28 mei 2019 -Rusdiana 1 lokasi
asi KTR -Muhardiani

VIII. Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Peserta sangat antusias dengan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas tentang
dampak merokok serta peraturan tentang kawasan bebas rokok, serta diperlukan evaluasi
secara berkala dan berkesinambungan.

IX. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi


Pelaksanaan kegiatan meliputi penyuluhan tentang dampak merokok dan
peraturan tentang kawasan bebas rokok di lingkup sekolah dengan tujuan agar menambah
pengetahuan guru dan siswa serta pekerjalainnya di lingkup sekolah. Hasil kegiatan
penyuluhan tentang bahaya rokok dan peraturan kawasan bebas rokok di lingkup sekolah
dilakukan secara manual oleh petugas pelaksana kegiatan. Hasil pencacatan ini dianalisis
untuk digunakan dalam pembinaan sekaligus sebagai laporan instansi terkait secara
berjenjang. Hasil dari penyuluhan ini merupakan sumber data penting untuk pemantauan
dalam penilaian terhadap perokok di kalangan lingkup sekolah.

X. Penutup
Ketentuan tentang Peraturan kawasan tanpa rokok didasarkan pada Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dimana peningkatan derajat kesehatan
manusia menjadi salah satu amanat yang harus dijalankan oleh pemerintahan. Hal ini
didukung oleh Undang-Undang Nomor 28 H ayat (1) tentang Kesehatan yang pada
beberapa pasalnya menyebutkan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dalam
mendapatkan hidup sehat dan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
Ketentuan tentang kawasan tanpa rokok merupakan salah satu yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan dan kementerian dalam negeri untuk
membatasi kegiatan merokok yang dilakukan oleh perokok tanpa melanggar hak asasi
yang tidak merokok, bukan untuk melarang kegiatan merokok.
Ketentuan tentang kawasan tanpa rokok akan menjadi pedoman bagi pemerintah
daerah dalam menetapkan peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok yang
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia dengan
mengurangi resiko dari bahaya merokok.Adapun bentuk pengaturannya dituangkan
didalam sebuah Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negri Nomor
188 Tahun 2011 dan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok. Dalam peraturan ini pemerintah berusaha untuk membatasi perokok pasif
dari asap rokok dengan menciptakan lingkungan yang bersih bebas asap rokok tanpa
mengintimidasi para perokok itu sendiri karena pemerintah tetap menghargai dan
menghormati hak asasi manusia dalam peraturan ini.

Pontianak, Januari 20192019


Kepala UPTD Puskesmas Kec
Pontianak Selatan

Drg. Nuzulisa Zulkifli


NIP. 19830929 200802 2 001

Anda mungkin juga menyukai