Anda di halaman 1dari 16

Makalah

AKHLAK SERTA RUANG LINGKUPNYA

Disusun oleh Moh. Saihul Mufid

( untuk memenuhi tugas mata kuliah AGAMA ISLAM Semester I )

Universitas Sunan Giri (UNSURI)


Surabaya 2019
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah kita haturkan kehadirat Allah SWT. Karena sampai


saat ini kami masih diberikan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga makalah
yang berjudul “ AKHLAK SERTA RUANG LINGKUPNYA “ bisa kami selesaikan.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rosulillah


Muhammad SAW. Yang berhasil merubah corak hidup jahiliyah pada tatanan
kehidupan bernafaskan Islam, yang risalahnya sebagai suri tauladan bagi ummat
manusia.

Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini
masih banyak kekurangan. Baik isi maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu
kritik, saran dan pendapat pembaca sangat kami harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan serta memperluas wawasan bagi penulis dan para pembaca
umum nya.

Penulis,

Moh. Saihul Mufid

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. 2

Daftar isi............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

Rumusan Masalah............................................................................................. 4

Tujuan Penulisan .............................................................................................. 4

Manfaat .............................................................................................................. 5

Sistematika Penulisan ....................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

Kajian Teoritis ................................................................................................... 6

Kajian Teori Hal Baru ...................................................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN

Pendapat ............................................................................................................ 14

Diskusi ................................................................................................................ 14

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan ....................................................................................................... 15

Ucapan ............................................................................................................... 15

Daftar Pustaka .................................................................................................. 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

Semakin canggihnya ilmu pengetahuan, zaman semakin moderen dan


manusia hidup beragam dengan kemudahan – kemudahan yang disajikan oleh
modernisasi dunia. Peradaban di era globalisasi saat inimembuat kodrat manusia
sebagai hamba ALLAH swt. yang semata-mata hanya diwajibkan untuk menyembah
dan patuh terhadap perintah Nya. Kini mulai sedikit terasingkan dan tersingkirkan
dari kehidupan manusia itu sendiri.

Kemerosotan moral dan akhlak manusia itu semakin hari semakin


bertambah parah, yang dalam artian perilaku dan tindakan mereka semakin tidak
terkontrol. Baik kepada sesama manusia maupun kepada makhluk hidup yang
lainnya.

Telah banyak kita ketahui di negara kita ini, telah sering terjadi konflik
dan bencana, yang tanpa kita sadari itu hakikatnya adalah timbul dari ulah atau
perbuatan dari tangan-tangan manusia yang tidak ber akhlak.

Sehingga dampak keburukannya tidak hanya di rasakan oleh pelakunya saja, tetapi
juga berdampak kepada manusia atau bahkan kepada makhluk hidup yang lainnya.

Berkaitan dengan Akhlak, kita sebagai manusia harus bisa


mengklasifikasi atau mengelompokkannya, diantaranya Akhlak kepada TUHAN Dan
Akhlak kepada sesama manusia serta Akhlak kepada mahkluk hidup selain manusia.

1.1Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah ini sebagai berikut.

1. Apakah yang di maksud dari akhlak / norma itu?

2. Bagaimana karakteristik dari akhlak / norma ?

3. Mencakup apa saja ruang lingkup akhlak / norma itu?

4. Apa manfaat setelah mengetahui ruang lingkup akhlak / norma ?

1.2 Tujuan makalah

Tujuan dari disusun makalah ini sebagai berikut.

1. memaparkan pengertian dari akhlak / norma

2. mengetahui akan karakteristik dari akhlak / norma

3. memaparkan secara urut tentang ruang lingkup akhlak / norma

4.untuk mengetahui manfaat setelah mempelajariakhlak / norma

4
1.3 Manfaat penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah tentang akhlak / norma ini adalah untuk
mengingatkan kembali kepada kita semua khususnya bagi penulis betapa penting nya
akhlak / norma. yang belakangan ini sudah banyak di lupakan atau di tinggalkan
karena beberapa hal yang mempengaruhinya. Diantaranya yaitu derasnya
Modernisasi dan Globalisasi yang mau tidak mau harus kita ikuti bersama untuk
perkembangan jalannya kehidupan di dunia saat ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Disini penulis mengunakan sistematika penulisan dengan cara


pengambilan data. Dengan cara ini penulis bertujuan untuk memudahkan pembaca
dalam memahami isi yang ada di dalam makalah. Karena penulisan serta bahasan nya
runtun dan urut dari awal sampai akhir.

5
BAB II

PEMBAHASAN

II.A. Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa arab yang sudah diindonesiakan yang juga
diartikan dengan istilah perangai atau kesopanan. Kata “akhlak” adalah jamak dari
kata “khulqun” yang secara etimologis mempunyai arti tabi’at (al sajiyyat), watak (al
thab) budi pekerti, kebijaksanaan, agama (al din) menurut para ahli akhlak adalah
suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-
perbuatandengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran ( secara spontan ),
pertimbangan atau penelitian. Akhlak biasa disebut juga dengan dorongan jiwa
manusia berupa perbuatan yang baik dan buruk.

- Ibnu Athir dalam Annihayah menerangkan bahwa “pada hakikatnya khuluq ialah
gambaran batin manusia yang paling tepat (yaitu jiwa dan sifat), sedangkan khalqun
merupakan gambaran bentuk luarnya ( raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya
tubuhnya dan lain sebagainya)”

-Imam Ghozali mengatakan bahwa “ bilamana orang mengatakan si A itu baik


kholqun nya, berarti si A itu baik sifat lahirnya dan sifat bathinnya”

-Barmawy umary berpendapat bahwa penggunaan kata akhlak seakar dengan kata
khaliq ( Allah pencipta ) dimaksudkan agar terjadi hubungan baik antara manusia
sebagai mahkluk dengan Allah sebagai khaliq-nya, dan antara manusia sebagai
makhluk dan makhluk-makhluk yang lainnya.

Islam menetapkan keseimbangan tersempurna dalam akhlak. Islam memandang


bahwa akhlak merupakan dasar utama bagi kaidah-kaidah dalam kehidupan sosial.
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya
hubungan baik antara kholiq dengan mahkluk dan hubungan antar mahkluk.
Perkataan ini bersumber dari kalimat yang tercantum dalam Al-qur’an :

C. Sumber Akhlak Islam.

Dalam islam telah dijelaskan mengenai akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. Hal
itu tercantum dalam Al-Quran dan juga hadits Nabi SAW. Yang pada akhirnya kedua
hal tersebut dijadikan sebagai sumber ilmu akhlak dalam islam. Namun demikian,
Islam tidak menafikan adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk
menentukan baik dan buruk akhlak manusia.

Standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk adalah akal dan
nurani manusia serta pandangan umum masyarakat. Dengan hati nuraninya, manusia
dapat menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan potensi dasar
kepada manusia berupa tauhid.[10]

Allah Swt. Berfirman yang Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani

6
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".” (QS. al-A’raf
[7]: 172).

Dalam ayat yang lain Allah Swt. Berfirman yang artinya : “Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. al-
Rum [30]: 30)

Para ahli berbeda pendapat, namun intinya sama yaitu tentang prilaku
manusia. Pendapat-pendapat ahli tersebut dihimpun sebagai berikut :

1. Abdul hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang harus
dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi degan kebaikan, tentang
keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong ( bersih ) dari segala
keburukan.

2. Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang obyeknya membahas


nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuata manusia, dapat disifatkan baik atau
buruknya.

3. Ahmad Amin mengatakan bahwa bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan
buruk .contohnya apabila kebiasaan member suatu yang baik, maka disebut akhlakul
karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlakul madzmumah.

4. Soeganda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak,


kesusilaan,dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar
terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.

Oleh karena itu makna akhlak memiliki karakteristik, yaitu:

1. Akhlak yang didasari nilai-nilai pengetahuan Ilahiyah.

2. Akhlak yang bermuara pada nilai-nilai kemanusiaan.

3. Akhlak yang berlandaskan ilmu pengetahuan.

Beberapa istilah tentang akhlak, moral, etika dan juga budi pekertisering
disinonimkan antar istilah yang satu dengan yang lainnya, karena pada dasarnya
semua mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi orientasi sebagai petunjuk
kehidupan manusia.

2.2 . Ruang Lingkup akhlak

Demikian bahwa akhlak Islami mencakup berbagai makhluk yang diciptakan


oleh Tuhan, yakni akhlak manusia dengan Tuhan, akhlak pada diri sendiri, hubungan
antara manusia dengan sesamanya dan akhlak terhadap alam sekitar.Adapun semua
itu akan dijelaskan secara terperinci dibawah ini:

7
1. Akhlak terhadap Tuhan

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang diberikan kesempurnaan dan kelebihan
dibanding makhluk lainnya.Manusia diberikan akal untuk berpikir, perasaan dan
nafsu, maka sepantasnyalah mempunyai akhlak yang baik terhadap Allah.

Allah telah banyak memberikan kenikmatan yang tidak ada bandingannya dan
kenikmatan dari Allah tidak akan dapat terhitung. Sesuai dengan firman Allah:

ٌ ُ‫َّللاَ لَغَف‬
‫ور َر ِحي ٌم‬ ‫َوإِ ْن تَعُدُّوا نِ ْع َمةَ ه‬
ُ ْ‫َّللاِ ََل تُح‬
‫صوهَا ۗ إِ هن ه‬
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." .(QS. An-Nahl: 18)[20]

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai khalik.

Bertolak dari prinsip ketauhidan itu, manusia kemudian berkewajiban untuk


menghamba atau mengabdi kepada-Nya. Allah berfirman:

ِ ‫س إَِله ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َوما َخلَ ْقتُ ْال ِج هن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku “
Qurish Shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan
dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji,
demikian agung sifat itu jangankan manusia, malaikat pun tidak mampu
menjangkaunya.[21]

2. Akhlak terhadap Diri Sendiri

Manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani.Jasmani merupakan badan
kasar yang kelihatan, sedangkan rohani ialah badan halus yang bersifat abstrak seperti
akal, hati dan sebagainya.

Dalam hubungannya terhadap jasmani, manusia berkewajiban memenuhi kebutuhan


primer, yaitu makanan, pakaian dan tempat tinggal sesuai dengan tuntuan fitrahnya,
sehingga ia mampu menjalankan kewajibannya dengan baik.

Kewajiban manusia terhadap dirinya juga disertai dengan larangan merusak,


membinasakan dan menganiaya diri, baik secara jasmani (memotong dan merusak
badan), maupun secxara rohani (membiarkan larut dalam kepedihan). Hal tersebut
diatur dalam ajaran agama Islam, sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah
195:

َ‫َّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬


‫َّللاِ َو ََل ت ُ ْلقُوا ِبأ َ ْيدِي ُك ْم ِإلَى الت ه ْهلُ َك ِة ۛ َوأَحْ ِسنُوا ۛ ِإ هن ه‬ َ ‫َوأ َ ْن ِفقُوا ِفي‬
‫س ِبي ِل ه‬
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik".[24]

Tegasnya islam menganjurkan penggunaan benda-benda bersih, sehat dan bermanfaat


dan melarang penggunaan benda yang merugikan dan merusak fisik seperti memakai
tatoo, penyalahgunaan narkoba dan Iain-lain.

Adapun kewajiban manusia dalam hubungannya dengan kebutuhan batin atau rohani,
terkait dengan unsure akal dan hati.Kewajiban manusia terhadap aspek rohani bagi

8
dirinya sendiri dapat dikatakan lebih berat karena sifatnya yang abstrak.Namun
demikian, kebutuhan dalam bidang ini dapat dianggap sebagai kebutuhan yang
esensial. Mengabaikan kebutuhan ini memang tidak akan menyebabkan kematian,
tetapi pasti akan menyebabkan kehinaan dan kemstaan.

Kewajiban untuk memenuhi kebutuhan akalnya berupa ilmu.Dengan demikian,


manusia berkewajiban untuk belajar sehingga terus menghidupkan akalnya dengan
bekal pengetahuan yang cukup.Tanpa berfungsinya akal-karena ketiadaan ilmu-
manusia menjadi bodoh dan menyebabkan dirinya menjadi nista atau berderajat
rendah. Dalam surat az-Zumar ayat 39 dinyatakan dengan tegas perbedaan antara
orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu, sementara dalam surat al-
Mujadilah ayat 58 dinyatakan bahwa derajat orang yang beriman dan berilmu
ditingkatkan oleh Allah SWT dengan sendirinya, tentu saja melebihi orang kafir dan
orang bodoh. Karena itu dari sudut agama, menuntut ilmu berarti
memenuhi kebutuhan akal yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim baik laki-
laki maupun perempuan.[25]

Manusia juga berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan hati yang merupakan sumber
rasa. Hati yang tentram akan menciptakan rasa aman dan bahagia. Sebaliknya, hati
yang hampa dan tidak terbina akan menghasilkan rasa gundah, marah, dan tersiksa.
Manusia yang mengabaikan kebutuhan hati akan kehilangan rasa yang
menghancurkan jati dirinya. Rasa kasih saying, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas,
dan rasa berani, pada kenyataannya merupakan kebutuhan nuramah yang wajib
dipenuhi oleh setiap manusia . Dalam Al-qur an surah al-Fajr 27-30 ditegaskan:

‫﴾ َوادْ ُخ ِلي َجنهتِي‬٢٩﴿ ‫﴾ فَادْ ُخ ِلي فِي ِعبَادِي‬٢٨﴿ ً‫ضيهة‬


ِ ‫اضيَةً هم ْر‬ ْ ‫س ْال ُم‬
ْ ﴾٢٧﴿ ُ‫ط َم ِئنهة‬
ِ ‫ار ِج ِعي إِلَ ٰى َربِ ِِّك َر‬ ُ ‫يَا أَيهت ُ َها النه ْف‬
"Hai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya.Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku.Masuklah ke
dalam syurga-Ku ".
Kebutuhan jasmani dan rohani harus menjadi perhatian yang serius sehingga manusia
mampu dapat menjalankan tugasnya dengan baik yakni menjalankan tugas dan
kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi

3. Akhlak terhadap Sesama Manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang kehidupannya tidak dapat diisolasikan secara
permanen dari sesamanya.Kelahiran manusia di muka bumi ini dimungkinkan dari
kedua orang tuanya yang kemudian menjadi lingkungan pertamanya di
dunia.Perkembangan manusia kemudian tergantung pada interaksi dengan kelompok
masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.Pada akhirnya, manusia menempati posisi
dan memerankan tugas tertentu.Dalam kaitan ini, maka kewajiban manusia dengan
sesama harus dipenuhi sehingga tercipta kondisi yang harmonis dan dinamis yang
menjamin kelangsungan hidupnya. Dalam Al-qur’an surat Ali Imran ayat 112, Allah
berfirman:

‫ت َعلَ ْي ِه ُم‬
ْ ‫َّللاِ َوض ُِر َب‬‫ب ِمنَ ه‬ ٍ ‫ض‬َ َ‫اس َوبَا ُءوا بِغ‬ ِ ‫َّللاِ َو َح ْب ٍل ِمنَ النه‬ ‫ت َعلَ ْي ِه ُم الذِِّلهةُ أَيْنَ َما ث ُ ِقفُوا إِ هَل بِ َح ْب ٍل ِمنَ ه‬ ْ َ‫ض ُِرب‬
ٰ ٰ
ِ ‫ْال َم ْس َكنَةُ ۚ ذَلِكَ بِأَنه ُه ْم كَانُوا يَ ْكفُ ُرونَ بِآيَا‬
َ‫ص ْوا َوكَانُوا يَ ْعتَدُون‬ ٍ ِّ ‫َّللاِ َويَ ْقتُلُونَ ْاْل َ ْن ِبيَا َء ِبغَي ِْر َح‬
َ ‫ق ۚ ذَلِكَ بِ َما َع‬ ‫ت ه‬

"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia".[26]

9
Dari ayat diatas menjelaskan bahwa manusia tidak bisa lepas dari ikatan (agama)
Allah dalam hal menjalankan perintah Allah dan meningggalkan larangan-Nya yang
termasuk dalam etika (akhlak) terhadap Allah, dan manusia juga tidak bisa terhindar
dari urusan kemanusiaan, karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
antar sesamanya.

Islam memerintahkan manusia untuk memenuhi hak-hak pribadinya dan berlaku adil
terhadap dirinya sendiri, dalam memenuhi hak-hak pribadinya juga tidak boleh
merugikan hak-hak orang lain.

Islam mengimbangi hak-hak pribadi, hak-hak orang lain dan hak masyarakat
sehingga tidak timbul pertentangan. Semuanya harus bekerja sama dalam
mengembangkan hukum-hukum Allah. Akhlak terhadap manusia merupakan sikap
seseorang terhadap orang lain.

Adapun akhlak terhadap sesama manusia dapat diperincikan sebagai berikut:

a. Akhlak sebagai Anak

Sebagai seorang anak, wajib berbakti kepada orang tua, setelah takwa kepada
Allah. Orang tua telah bersusah payah memelihara, mengasuh, mendidik sehingga
menjadi orang yang berguna dan berbahagia. Karena itu anak wajib mentaatinya,
menjunjung tinggi titahnya, mencintai mereka dengan ikhlas, berbuat baik kepada
mereka, lebih-lebih bila usia mereka telah lanjut, jangan berkata keras dan kasar
kepada mereka.[27]

Allah berfirman dalam surah Al-Isra’ ayat 23, yang berbunyi:

‫سانًا ۚۚ إِ هما يَ ْبلُغ هَن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أَ َحد ُ ُه َما أَ ْو ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل لَ ُه َما‬
َ ْ‫ض ٰى َربُّكَ أ َ هَل ت َ ْعبُد ُوا إِ هَل إِيهاهُ َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن إِح‬
َ َ‫َوق‬
‫ف َو ََل تَ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْو ًَل ك َِري ًما‬ٍ ِّ ُ ‫أ‬

Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia


dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia ".[28]

Di dunia ini tidak seorang pun yang menyamai kedudukan orang tua. Tidak
ada satu usaha dan pembalsan yang dapat menyamai jasa kedua orang tua terhadap

10
anaknya. Perbuatan yang harus dilakukan seorang anak terhadap orang tua menurut
Al-qur an sebagai benkut :

1. Berbakti kepada kedua orang tua

2. Mendoakan keduanya

3. Taat terhadap segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang


dilarang mereka, sepanjang perintah dan larangan itu tidak bertentangan dengan
ajaran agama

4. Menghormatinya, merendahkan diri kepadanya, berkata yang halus dan


yang baik-baik supaya mereka tidak tersinggung, tidak membentak dan tidak bersuara
melebihi suaranya, tidak berjalan di depannya, tidak memanggil dengan nama, tetapi
memanggil dengan ayah (bapak) dan ibu.

5. Memberikan penghidupan, pakaian, mengobati jika sakit, dan


menyelamatkan dari sesuatu yang dapat membahayakannya.[29]

Apabila kedua orang tuanya telah tiada, seorang anak masih berkewajiban
berbakti kepadanya, yaitu dengan cara:

1. Mendoakan keduanya dan memintakan ampun atas kesalahan-kesalahan


yang dilakukan keduanya

2. Jika meninggalkan utang-piutang segerakan untuk membayarnya

3. Jika meninggalkan wasiat segera penuhi wasiatnya, sepanjang tidak


bertentangan dengan ajaran agama

4. Menyambung kembali tali silaturrahim kepada sanak famili dan sahabat


dekatnya serta menghormatinya

5. Menepati janji keduanya, umpamanya keduanya ingin menunaikan ibadah


haji, berjanji akan membangun madrasah, serta janji-janji lain yang tidak
bertentangan dengan Al-qur’an dan hadist.

b. Akhlak sebagai orang tua

Anak adalah amanah yang dititipkan Allah kepada orang tuanya. Sebagai
amanah, orang tua berkewajiban untuk memelihara dan mendidiknya agar ia menjadi
orang yang baik dan berguna dikemudian hari.[30]

Adapun kewajiban orang tua terhadap anaknya, secara terinci sebagai


berikut42:

1. Memberi nama yang baik

2. Menyembelih hewan aqiqah hari ketujuh dari kelahirannya

11
3. Mengkhitankannya

4. Memberi kasih sayang

5. Memberi nafkah

6. Memberikan pendidikan, pengajaran, terutama hal-hal yang berhubungan


berkenaan dengan masalah agama

7. Mengawinkan setelah dewasa

c. Akhlak terhadap Tetangga

Dalam ajaran agama Islam, manusia berkewajiban untuk memelihara dan


mengembangkan hubungan baik dengan tetangga, termasuk ikut memperhatikan
kebutuhannya. Kewajiban ini dipandang sangat penting karena berpengaruh pada
kualitas keimanan seseorang.[31]Rasulullah SAW bersabda: “Tiada sempurna iman
seseorang, apabila orang itu tidur lelap dengan perut yang kenyang, sedangkan ada
tetangganya yang tidak tidur karena kelaparan”.(HR. Al-Bukhari)

Kewajiban terhadap tetangga dapat dibedakan menurut klasifikasi tetangga itu


sendiri. Jika tetangga itu muslim dan famili, maka ada tiga kewajiban
menunaikannya[32]

1. Kewajiban memuliakan tetangga

2. Kewajiban menghormati hak keislamannya

3. Kewajiban kesamaan hak karena adanya hubungan famili Jika tetangga


muslim saja (tidak famili) ada dua kewajiban yang ditunaikan:

a. Kewajiban memuliakan tetangga

b. Kewajiban menghormati keislamannya

d. Akhlak terhadap Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat ialah lingkungan kelompok manusia yang berada di


sekelilingnya, bekerja sama, saling menghormati, saling membutuhkan dan dapat
mengorganisasikannya dalam lingkungan tersebut.[33]

Lingkungan masyarakat menjadikan situasi dan kondisi sosial cultural


berpengaruh terhadap perkembangan fitrah manusia secara individu.[34]Setiap orang
tidak dapat melepaskan dirinya dari lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam
pergaulan masyarakat itu ditentukan oleh tata cara bermasyarakat agar tidak terjadi
hal-hal yang diinginkan.

12
Dalam hal ini ada beberapa kewajiban yang harus diperhatikan oleh masing-
masing, antara lain[35]:

1. Menunjukkan wajah yang jernih terhadap mereka

2. Tidak menyakiti mereka, baik dengan lisan maupun perbuatan

3. Menghormati dan tenggang rasa terhadap mereka

4. Memberi pertolongan apabila mereka membutuhkan Akhlakul karimah


kepada lingkungan masyarakat hendaknya dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari agar ketentraman dan kerukunan hidup bermasyarakat dapat
tercapai sesuai dengan apa yang kita inginkan bersam

4. Akhlak terhadap Alam sekitar

Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan
mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat
dan cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan
kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikan dan memeliharanya dengan
baik. Allan berfirman:

َ َ‫َّللاُ ِإ َليْكَ ۖ َو ََل تَبْغِ ْالف‬


‫سادَ فِي‬ ‫سنَ ه‬َ ْ‫َصي َبكَ ِمنَ الدُّ ْن َيا ۖ َوأَحْ س ِْن َك َما أَح‬ َ ‫هار ْاْل ِخ َرة َ ۖ َو ََل ت َ ْن‬
ِ ‫سن‬ ‫َوا ْبتَغِ فِي َما آتَاكَ ه‬
َ ‫َّللاُ الد‬
ْ ْ
َ‫َّللاَ ََل ي ُِحبُّ ال ُمف ِسدِين‬ ِ ‫ْاْل َ ْر‬
‫ض ۖ إِ هن ه‬
"Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan". (QS. Al-
Qashash :77)[28]

Dalam ajaran Islam akhlak terhadap alam seisinya dikaitkan dengan tugas manusia
sebagai khalifah di muka bumi. Manusia bertugas memakmurkan, menjaga dan
melestarikan bumi ini untuk kebutuhannya. Akhlak manusia terhadap alam bukan
hanya semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari

itu untuk memelihara, melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan


kemakmuran alam dan keseimbangannya manusia dapat mencapai dan memenuhi
kebutuhannya sehingga kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat
te

13
BAB III

DISKUSI DAN PENDAPAT

Para ahli berbeda pendapat, namun intinya sama yaitu tentang prilaku
manusia. Pendapat-pendapat ahli tersebut dihimpun sebagai berikut :

1. Abdul hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaanyang harus


dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi degan kebaikan, tentang
keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong ( bersih ) dari segala
keburukan.

2. Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang obyeknya membahas


nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuata manusia, dapat disifatkan baik atau
buruknya.

3. Ahmad Amin mengatakan bahwa bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan
buruk .contohnya apabila kebiasaan member suatu yang baik, maka disebut akhlakul
karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlakul madzmumah.

4. Soeganda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak,


kesusilaan,dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar
terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.

14
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara
spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur
paksaan. ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna
untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat
kebaikan dan menghindarkan keburukan Akhlak pun memiliki kaitan erat dengan
etika, moral, kesusilaan dan kesopanan.

Pembahasan mengenai ruang lingkup ilmu akhlak adalah tentang perbuatan-


perbuatan manusia yang mendorong kepada baik atau buruknya. ilmu akhlak
bukanlah tingkah laku manusia melainkan perbuatan yang dilakukan atas kemauan
manusia itu sendiri yang selalu dilakukannya dan kemudian mendarah daging dalam
diri manusia itu sendiri.

B. Saran.

Mempelajari ilmu akhlak merupakan sesuatu yang sangat mudah. Dalam artian, kita
dapat memahami ruang lingkup, definisi dan juga sumber keilmuan tersebut. namun
hal yang harus dilakukan bukan hanya saja mempelajari ilmu akhlak tersebut,
melainkan untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

15
Daftar pustaka

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka


Cipta, 1996), h.115-117

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1997), h. 88

Zahruddin AR, M. dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, PT. Raja
GrafindoPersada, Jakarta 2004, Hal. 1

Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an dan Terjemahannya, Edisi Tahun 2012, al-
Huda. Jakarta,2012. Hal.565

HR Bukhori dalam Muhammad Jamaluddin Qosimi. Mauidhotul Mu’minin, Darul


Kitab Al-Islami. Libanon 2005, Juz 2 Hal 3.

Manan Idris, DKK. Reorientasi Pendidikan Islam , Hilal Pustaka: Pasuruan 2006 Hal.
107

Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta, Hal. 9.


19.

Manan Idris, DKK Op.cit. Hal 109

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, AMZAH, Jakarta,


2007 Hal. 3

Taufik Abdullah DKK,Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, PT Ichtiar Baru van Hoeve,
Cetakan kedua, Jakarta, 2003, Hal. 326.

Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru van Hoeve, Cetakan


kesembilan, Jakarta, 2001, Hal. 102.

M. Yatimin Abdullah, Op. cit, Hal. 4.

Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an dan Terjemahannya.Op.Cit.Hal.

Depag, Op. cit, Hal. 62.

M.Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawwuf, Penerbit Nuansa,


Bandung,2005, Hal.96

Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an dan Terjemahannya.Op.Cit.Hal.

Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an dan Terjemahannya.Op.Cit.Hal.

A. Musthafa. Akhlak Tasawwuf, Pustaka Setia, Bandung, 1997. Hal. 159.

Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an dan Terjemahannya.Op.Cit.Hal.

Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an dan Terjemahannya.Op.Cit.Hal.

M. Yatimin Abdullah, Op. cit, Hal. 212.

Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an dan Terjemahannya.Op.Cit.Hal.

16

Anda mungkin juga menyukai