A. Definisi/Pengeretian Kurikulum
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat
berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikuilum diartikan
sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk
memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia
pendidkan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswaa
dari awal samapai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.
Berdasarkan pengertian diatas, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok, yaitu:
Dengan demkian, implikasinya terhadap praktik pengajaran, yaitu setiap sswa harus
menguasai seluruh ata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat
penting dan menentukan. Keberhasilan siswa ditentukan oleh seberapa jauh mata pelajaran
terssebut dikuasainya dan biasanya disimbolkan dengan beberapa skor yang diperoleh setelah
mengkuti suatu tes atau ujian.
Pengertian kurikulum seperti disebutkan diatas dianggap terlalu sempit atau sangat
sederhana, sehingga perlu dipelajari pula buku-buku dan literature-literatur lainnya tentang
kurikulum terutama yang berkembang di negara-negara maju, maka akan ditemukan banyak
pengerrtian yang lebih luas dan beragam. Istilah kurikulu pada dasarnya tidak hanya terbatas pada
sejulah mata pelajaran saja, tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences)
yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide
Selanjutnya, bila merujuk pada dimensi pengertian yang terakhir, maka dengan mudah
dapat mengungkapkan keempat dimens kurikulum tersebut dikaitkan dengan pengertian
kurikulum.
Pengertian kurikulum sebagai diensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya
mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman
dalam pengembangan kurikulum selanjutnya.
Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai seperangkat rencana dan cara
mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan untuk pedoman
penyelenggarakan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Adapun pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim digunakan dalam
dunia pendidikan dan persekolahan di negara kita adalah kurkulum merupakan suatu rencana
tertulis yang disusun guna memperlancar proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan rumusan
pengertian kurikulum seperti yang tertera dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “kurkulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
C. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanankan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan
pengawasan, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya
belajar dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan disekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum
berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam
fungsi kurikulum, yaitu:
Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar
memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan social.
Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh
karena itu, siswa pun harus memilki keampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi di lingkungannya.
Bahwa kurikulum sebagai alat penddikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain tu,kurikulum juga diharapkan dapat
mempersiapkan siswa untuk dapat mempersiapkan siswa utnuk dapat hidup dalam masyarakat
seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan
siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.
Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada
pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang
dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
D. Peranan Kurikulum
a. Peranan Konservatif
b. Peranan Kreatif
Bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan
perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa
mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa
mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-
pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berfikir baru yang dibutuhkan dalam
kehidupannya.
Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau
menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk
menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut.
Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam control atau filter social. Nilai-
nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan
modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.
Ketiga peranan kurikulum diatas tentu saja harus berjalan secara seimbang dan harmonis agar
dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi ketimpangan-ketimpangan yang
menyebabkan peranan kurikulum persekolahan menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga
peranan kurikulum tersebut menjad tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses
pendidikan, diantaranya guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat.
Denegan demikian, pihak-pihak yang terkait idealnya dapat memahami tujuan dan isi dari
kurikulum yang diterapkan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengembang MKOP Kurikulum dan Pembelajaran, 2006. “Kurikulum dan Pembelajaran”.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
FUNGSI DAN PERAN KURIKULUM
BAB I
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan system Pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih mengarah pada model pembelajaran
yang di lakukan secara masal dan klaksikal, dengan berorientasi pada kuantitas agar mampu melayani
sebanyak-banyaknya peserta didik, sehingga tidak dapat meng akomodir kebutuhan peserta didik secara
individual diluar kelompok, pada hakikatnya Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan potensi
kecerdasan serta bakat yang di miliki peserta didik secara optimal sehingga peserta didik dapat
mengembangkan potensi diri yang di milikinya menjadi suatu prestasi yang punya nilai jual.
Dalam hal ini jelas bahwa system pendidikan di Indonesia sudah mulai di pokuskan pada keberhasilan pada
peserta didik dengan jaminan kemampuan yang diarahkan pada life skill yang kelak kemudian hari dapat
menopang kesejahtraan peserta didik itu sendiri untuk keluarganya serta masa depannya dengan kehidupan
yang layak di masyarakat. Bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah pembangunan sumber daya
manusia yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan
nasional, oleh karenanya yang menjadi pra syarat utamanya adalah peningkatan kualitas sumber daya
manusianya yang harus benar-benar diperhatikan serta dirancang sedemikian rupa yang diimbangi dengan
lajunya perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga selaras dengan tujuan pembangunan
nasional yang ingin di capai.
Pendidikan Non Formal merupakan salah satu wadah yang tepat di dalam upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia, konsekuensinya pembangunan di bidang pendidikan mutlak harus diutamakan dan
dioptimalkan.
Yang harus di ingat adalah bahwa peningkatan kualitas pendidikan harus di mulai dari pendidikan
informal, sementara pendidikan non formar merupakan wadah serta pondasi untuk menampung
masyarakat dari keluarga pra sejahtera agar memiliki kualitas serta dapat hidup layak dan sejajar dengan
masyarakat dari keluarga menengah keatas. pendidikan pada jenjang pendidikan non formal merupakan
satuan pendidikan yang membekali dan mempersiapkan warga belajar untuk dapat mengikuti tumbuh
kembangnya dunia ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga belajar menguasai kecakapan khusus
sehingga memiliki bekal yang matang.
Dalam hal in. yang merupakan tantangan bagi tutor atau pamong belajar pada jenjang pendidikan non
formal mengenal lebih jauh tentang fungsi dan peran kurikulum pendidikan non formal guna mampu
menguasai bahan sehingga dapat memenuhi standar prioritas tingkat keberhasilan warga belajar untuk
melangkah pada jenjang pendidikan selanjutnya.
1.1 Latar Belakang
Yang melatar belakang belakangi Penulis mengambil thema “ Fungsi dan Peran kurikulum dalam Proses
Pembelajaran ” dari mata kuliah Teori dan Proses Pembelajaran PLS/PNF adalah merupakan kajian dari
pengembangan peda pelaksanaan proses pembelajaran bagi warga belajar yang lebih diarahkan pada
penggalian kemampuan yang ada pada diri pesrta didik /warga belajar.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari Penulis menyajikan Tema diatas adalah sejalan dengan standar
pembangunan pendidikan Nasional diarahkan pada komponen penting dalam mencapai target Indek
Pembangunan Manusia yang juga merupakan adopsi dari Konsep Comunnity-Based Education yang lebih
ditekankan kepada pendekatan dimana masyarakat harus terlibat aktif dalam peningkatan serta
pelaksanaan pendidikan bagi anak-anak. Masyarakat diarahkan serta di ajak untuk terlibat aktif dalam
meningkatkan layanan pendidikan bagi generasi muda yang disesuaikan dengan kebutuhan serta potensi
masyarakat yang ada di sekitar wilayahnya masing-masing.
1.3 Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah Otonom.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Nasional Pendidikan.
5. Intrusi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Wajib Belajar Pendidikan
dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.
6. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Rencana Stratejik Pembangunan provinsi.
7. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi.
8. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeriharaan Bahasa Sastra dan Aksara Daerah.
9. Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah.
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Peraturan
Mendiknas Nomor 22 dan 23.
KESIMPULAN
Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu sistem (system), artinya kurikulum tersebut merupakan suatu
kesatuan atau totalitas yang terdiri dari beberapa komponen, di mana antara komponen satu dengan
komponen lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan.
Komponen-komponen kurikulum tersebut, yaitu tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi
Fungsi Preventif yaitu, fungsi dimana guru terhindar untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
ketetapan kurikulum.
Fungsi Korektif yaitu merupakan rambu-rambu sebagai pedoman dalam membetulkan, ketika pelaksanaan
menyimpang dari kurikulum.
Fungsi Konstruktif, yaitu memberikan yang benar bagi pelaksanaan serta pengembangan dengan
berpedoman pada kurikulum yang berlaku.
Dalam fungsi kurikulum ada hal – hal yang harus diperhatikan yang erat kaitannya dengan komponen-
komponen dalam fungsi kurikulum yaitu sasaran atau arah yang hendak dituju oleh proses penyelenggaraan
yang tertuang dalam Tujuan Pendidikan Nasional yang merupakan tujuan jangka panjang juga merupakan
Tujuan Ideal Pendidikan Bangsa Indonesia. Yang berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas,
maka fungsi kurikulum mempunyai arti sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu tingkatan lembaga pendidikan tertentu dan
untuk memungkinkan pencapaian tujuan dari lembaga pendidikan tersebut.
2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan dijalankan pada suatu
semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan tersebut.
3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar, sehingga kegiatan yang
dilakukan guru dengan murid terarah kepada tujuan yang ditentukan.
Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program kegiatan yang tercantum dalam
kurikulum yang akan mempengaruhi atau menentukan bentuk pribadi murid yang diinginkan. Oleh karena
itu pengembangan kurikulum perlu memperhatikan beberapa hal:
a) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
b) Tuntutan dunia kerja.
c) Aturan agama, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d) Dinamika perkembangan global.
e) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam melakukan pengembangan kurikulum, jika memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka akan
menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim dan mampu menyesuaikan
diri di mana mereka hidup di tengah-tengah masyarakat
Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga
peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan
peranan kreatif. Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan seimbang dan harmonis untuk mencapai
tujuan pendidikan secara optimal. Pelaksanaan ketiga peranan kurikulum menjadi tanggung jawab semua
pihak yang terkait dalam proses pendidikan. Berdasarkan beberapa uraian tentang Fungsi dan Peran
kurikulum, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini:
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan
segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu pembentukan manusia yang sesuai dengan falsafah
hidup bangsa memegang peranan penting dalam suatu sistem pendidikan. Maka kurikulum sebagai alat
untuk mencapai tujuan harus mampu mengantarkan anak didik menjadi manusia yang bertaqwa, cerdas,
terampil dan berbudi luhur, berilmu, bermoral, tidak hanya sebagai mata pelajaran yang harus diberikan
kepada peserta didik semata, melainkan sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk dialami,
diterima, dan dilakukan. Fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri yang
berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi kurikulum mempunyai arti sebagai
berikut:
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu tingkatan lembaga pendidikan tertentu dan
untuk memungkinkan pencapaian tujuan dari lembaga pendidikan tersebut.
2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran) yang akan dijalankan pada suatu
semester, kelas, maupun pada tingkat pendidikan tersebut.
3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar, sehingga kegiatan yang
dilakukan guru dengan murid terarah kepada tujuan yang ditentukan.
Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program kegiatan yang tercantum dalam
kurikulum yang akan mempengaruhi atau menentukan bentuk pribadi murid yang diinginkan. Oleh karena
itu pengembangan kurikulum perlu memperhatikan beberapa hal:
a) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
b) Tuntutan dunia kerja.
c) Aturan agama, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d) Dinamika perkembangan global.
e) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam melakukan pengembangan kurikulum, jika memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka akan
menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim dan mampu menyesuaikan
diri di mana mereka hidup di tengah-tengah masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 2007. Profil Baru Guru & Dosen Indonesia: Idealis, Profesional, Sejahtera. Jakarta: Pustaka
Indonesia.
Cooper, James M. (ed.) 1990. Classroom Teaching Skill. Lexington, Massachusetts Toronto: D.C. Heath and
Company.
Nurdin, Muhamad. 2004. Kiat menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Prismasophie.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada
Media Group.
Susilo, Muhammad Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan
Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyajarta: Pustaka Pelajar Offset.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005. Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia
BAB I
PENDAHULUAN
Maju dan mundurnya suatu lembaga sangat dipengaruhi oleh kinerja dari individu guru
yang ada di lembaga tersebut. Begitu juga dengan kualitas pendidikannya tidak terlepas
dari peran kinerja individu guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Peran kinerja individu sangat diperlukan untuk memajukan mutu pendidikan. Tanpa
kinerja yang baik maka tujuan akan sangat jauh tercapai bak jauh api dari panggang. Maka
kinerja individu guru sangat diperluan dalam dunia pendidikan.
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Kinerja
C. Strategi
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang peran kinerja
individu guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Lebih khusus lagi di negeri
BAB II
A. Pengertian Kinerja
Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance,
yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika Serikat dan
Canada (1979), berasal dari akar kata “to perform” dengan beberapa “entries” yaitu: (1)
melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau
melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar ( to discharge of fulfill; as vow); (3)
melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an
understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to
do what is expected of a person machine).
1. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan
pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps:
1992).
2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja
(Griffin: 1987).
4. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan
tugas atau pekerjaan, seseorang harus memliki derajat kesediaan dan tingkat
kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif
untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya( Hersey and Blanchard: 1993).
5. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan (Casio:
1992).
7. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolok ukur kinerja
individu. Ada tiga kriteria dalam melakukan penilian kinerja individu, yakni: (a) tugas
individu; (b) perilaku individu; dan (c) ciri individu (Robbin: 1996).
8. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan
oleh individu, kelompok maupun perusahaan (Schermerhorn, Hunt and Osborn: 1991).
9. Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau
motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = ƒ (A x M x O).
Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan
(Robbins: 1996).
Sehubungan dengan itu, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang
untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung
jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance
sebagai kata benda (noun) di mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan
(thing done), pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorng atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal,
tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.
Kinerja dapat dilihat dari sudut pandang “individu, tim, organisasi” yang berarti hasil
terkait dengan masukan (input) dalam kaitan elemen teknologi yang terdiri dari : people,
procesess, resources dan tools.
Keadaan elemen teknologi untuk pemecahan masalah atau menjawab kebutuhan dapat
digambarkan sebagai berikut :
b. Procesess - metode, cara, peraturan mau pun prosedur kerja yang diperlukan dalam
melaksanakan program yang sudah ditetapan untuk dikerjakan dan dicapai hasilnya sesuai
tujuan/sasaran.
Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai
keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa
mengetahui ketiga faktor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. Dengan kata lain,
kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan
kemampuan. Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri
adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian
mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan
kebutuhannya.
D. GURU/PENDIDIK
Pendidik atau di indonesia lebih dikenal dengan istilah pengajar, adalah tenaga
kependidian yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas
khusus sebagi profesi pendidik.
Visi misi pribadi adalah suatu pernyatan ekspresi pribadi yang menyatakan tujuan
dan makna hidup pribadi.
Setiap pengajaran yang saya berikan mengalir bagai air menyatu dengan alam.
Niat saya semata-mata mendapat ridha Allah untuk mengkader peserta didik menjadi
generasi qur’ani melalui perubahan paradigma dan penanaman aqidah. Dan lebih
berarti sehingga tugas ibadah dan kekhalifahan saya adalah mampu menguak rahasia
sunnatullah dan saya bermanfaat untuk umat melalui peserta didik saya atau
masyarakat binaan saya.
Setelah visi misi dan tujuan jelas, sebagai guru harus meningkatkan kualitas
iman dan Islam, kualitas pola pikir, kualitas proses pengajaran, kualitas hasil
pengajaran dan kualitas hidup pribadi.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dengan memperhatikan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran kinerja
individu guru itu memiliki peran yang luar biasa terhadap dunia pendidikan. Maju dan
Guru-guru yang hebat akan menghasilkan (output) yang hebat pula. Kinerja individu guru
B.SARAN
Setelah mengetahui betapa pentingnya kinerja itu, maka penulis menyarankan kepada
semua pihak, terutama kepada guru supaya menerapkan dan meningkatkan kinerjanya
sebagai guru.
1. Gibson, James L., John M. Ivancevich dan James H. Donnelly, Jr. (1996). Organisasi,
Perilaku, Struktur, Proses, (Alih Bahasa Nunuk Adiarni), Penerbit Binarupa Aksara,
Jakarta.
2. Hasibuan, Malayu SP. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
3. Mangkunegara, Anwar Prabu. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:
Rosdakarya
4. Rahardja, Alice Tjandralila. (2004). “Hubungan Antara Komunikasi antar Pribadi Guru
dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta. Jurnal
Pendidikan Penabur. III (3). [Online]. Tersedia:
www.bpkpenabur.or.id/jurnal. [20 Oktober 2005]
5. Rivai, Veithzal, (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Jakarta,
PT. Raja Grafindo Persada
6. Robbins, Stephen P., (2001), Organizational Behavior, New Jersey: Pearson Education
International.
7. Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar
Maju