Anda di halaman 1dari 8

TRANSPORT PASIEN DENGAN INFEKSI AIRBORNE

No Dokumen No Revisi Halaman


SPO/DDS/PPI/ 01 01/02

Tanggal Terbit Ditetapkan


SPO 13 Juli 2018 Direktur

dr. Endah Prasetyowati


NIP. 2008 09 51
Pengertian Transport pasien dengan infeksi airborne adalah proses pemindahan pasien yang
berisiko menularkan penyakit melalui udara

Tujuan Menghindari penularan langsung dan tidak langsung terhadap pasien dengan
pasien lain, petugas kesehatan, pengunjung, dan lingkungan sekitar.

Kebijakan Mengacu pada Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Diponegoro Dua
Satu Klaten Nomor : / KEP DIR/ DDS/ VII/ 2018 tentang Kebijakan Penerapan
Kewaspadaan Isolasi.

Prosedur 1. Batasi pemindahan pasien hanya apabila diperlukan (pemeriksaan,


tindakan operasi, berobat jalan)
2. Gunakan APD yang sesuai :
a. Sarung tangan : digunakan ketika kontak langsung dengan pasien atau
bahan yang menular (bahan pemeriksaan laboratorium, pakaian atau
sprei bekas pakai), melakukan prosedur medis yang bersifat invasive,
dan saat menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah
terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang tercemar.
b. Masker : digunakan ketika kontak dengan pasien
c. Googles : digunakan apabila ada risiko terkena percikan darah dan
cairan tubuh pasien.
d. Gaun/Apron : dipakai saat kontak langsung dengan pasien.
e. Sepatu/Pelindung kaki : digunakan pelindung kaki untuk melindungi
kaki dari cidera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin
jatuh secara tidak sengaja diatas kaki atau risiko terkena cairan tubuh
dan darah.
3. Selama transportasi pasien menggunakan APD (masker)
4. Pindahkan pasien melalui alur yang dapat mengurangi kemungkinan
terpajannya petugas, pasien lain atau pengunjung.
5. Setelah selesai melaksanakan transportasi petugas melepas APD yang
digunakan dan melakukan cuci tangan.
TRANSPORT PASIEN DENGAN INFEKSIUS AIRBORNE

No Dokumen No Revisi Halaman


SPO/DDS/PPI/ 01 02/02

Tanggal Terbit Ditetapkan


SPO 13 Juli 2018 Direktur

dr. Endah Prasetyowati, MPH


NIP. 2008 09 51
Unit Terkait 1. Unit Gawat Darurat
2. High Care Unit
3. Unit Rawat Inap
4. Unit Rawat Jalan
5. Unit Kamar Bedah
6. Hemodialisa
7. Ruang Isolasi
PERAWATAN PASIEN ISOLASI AIRBORNE

No Dokumen No Revisi Halaman


SPO/DDS/PPI/ 01 01/02

SPO Tanggal Terbit Ditetapkan


13 Juli 2018 Direktur

dr. Endah Prasetyowati, MPH


NIP. 2008 09 51
Pengertian Isolasi adalah segala usaha pencegahan penularan penyakit melalui udara dari
pasien ke pasien lain, petugas kesehatan, pengunjung dan lingkungan sekitar.

Tujuan Menghindari penularan penyakit melalui udara dari pasien ke pasien lain, petugas
kesehatan, pengunjung dan lingkungan sekitar.

Kebijakan Mengacu pada Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Diponegoro Dua
Satu Klaten Nomor : / KEP DIR/ DDS/ VII/ 2018 tentang Kebijakan Ruang
Perawatan Isolasi.

Prosedur A. Petugas Kesehatan


1. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah masuk ruang isolasi,
menyentuh bagian tubuh pasien yang menular atau menyentuh
pakaian/ alat yang ada di ruang isolasi.
2. Cuci tangan harus menggunakan antiseptik dengan air bersih yang
mengalir, jika secara kasat mata tangan kita kotor, apabila tangan
tampak bersih cukup menggunakan handrubs.
3. Gunakan APD yang sesuai :
a. Sarung tangan : digunakan ketika kontak langsung dengan pasien
atau bahan yang menular (bahan pemeriksaan laboratorium,
pakaian atau sprei bekas pakai), melakukan prosedur medis yang
bersifat invasive, dan saat menangani bahan-bahan bekas pakai
yang telah terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang
tercemar.
b. Masker : digunakan ketika kontak dengan pasien
c. Googles : digunakan apabila ada risiko terkena percikan darah dan
cairan tubuh pasien.
d. Gaun/Apron : dipakai saat kontak langsung dengan pasien.
e. Sepatu/Pelindung kaki : digunakan pelindung kaki untuk
melindungi kaki dari cidera akibat benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak sengaja diatas kaki atau risiko
terkena cairan tubuh dan darah.
4. Segera lepas APD jika keluar ruangan dan buanglah masker pada
tempat sampah infeksius
PERAWATAN PASIEN ISOLASI AIRBORNE

No Dokumen No Revisi Halaman


SPO/DDS/PPI/ 01 02/02

SPO Tanggal Terbit Ditetapkan


13 Juli 2018 Direktur

dr. Endah Prasetyowati, MPH


NIP. 2008 09 51
B. Pengunjung
1. Lakukan cuci tangna sebelum memasuki dan setelah keluar dari ruangan
isolasi.
2. Batasi pengunjung maksimal dua orang dan waktu berkunjung maksimal
10 menit.
3. Gunakan APD berupa masker, dan gaun apabila kontak langsung dengan
pasien.
4. Segera lepas APD jika keluar ruangan dan buanglah masker pada tempat
sampah infeksius.

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


2. Rawat Jalan
3. Unit Gawat Darurat
4. High Care Unit
5. Unit Laundry
6. Unit Rehab Medik
7. Unit Sanitasi
8. Unit Gizi
9. Komite PPI
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DIPONEGORO DUA SATU KLATEN
NOMOR : / KEP/ DIR/ DDS / VII/ 2018

TENTANG
KEBIJAKAN RUANG PERAWATAN ISOLASI
Dl RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DIPONEGORO DUA KLATEN KLATEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DIPONEGORO DUA SATU KLATEN


Menimbang :a. Bahwa dalam mencegah dan mengendalikan infeksi rumah sakit, harus
menerapkan kewaspadaan isolasi berdasarkan penyebaran melalui udara (air
borne disease transmission) di ruang perawatan.

b. Bahwa untuk menunjang penerapan pelayanan terhadap pasien yang berpotensi


menularkan infeksi melalui udara, perlu ruangan perawatan isolasi.

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu


ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah
Diponegoro Dua Satu Klaten.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan
2. Keputusan Menkes RI Nomor 270/ Menkes/ SK/ III/ 2007 tentang pedoman
manajerial rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
3. Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, Depkes RI tahun 2009
4. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang standar
pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH
DIPONEGORO DUA SATU KLATEN TENTANG KEBIJAKAN
RUANG PERAWATAN ISOLASI

Kedua : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah kebijakan ruang
perawatan isolasi di Rumah Sakit Khusus Bedah Diponegoro Dua
Satu Klaten.

Ketiga : Kebijakan ini mengatur bagaimana penerapan pelayanan dan indikasi


pasien penyakit menular yang di rawat di ruang isolasi.

Keempat : Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan


dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut
.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Klaten
Pada Tanggal 13 Juli 2018
Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah
Diponegoro Dua Satu Klaten

dr. Endah Prasetyowati, MPH.


NIP : 2008 09 51
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Diponegoro Dua Satu Klaten
No : /KEP/DIR/DDS/ VII/2018
Tanggal : 13 Juli 2018
Tentang : Kebijakan Ruang Perawatan Isolasi di Rumah Sakit Khusus Bedah Diponegoro
Dua Satu Klaten.

KEBIJAKAN RUANG PERAWATAN ISOLASI


DI RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH
DIPONEGORO DUA SATU KLATEN

I. Pengertian
Ruangan perawatan isolasi adalah ruangan yang disiapkan untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit melalui udara dari pasien ke pasien lain, petugas kesehatan, pengunjung
dan lingkungan sekitar.

II. Tujuan
Untuk menghindari penularan penyakit melalui udara dari pasien ke pasien lain, petugas
kesehatan pengunjung dan lingkungan sekitar.

III. Kebijakan
1. Pasien yang dirawat di ruang isolasi airborne adalah pasien dengan risiko penularan
melalui udara, misalnya :
a. TBC yang ditegakkan diagnosanya melalui pemeriksaan Ro. Thorax dan atau sputum
BTA.
b. Pada pasien suspek TBC dimana hasil pemeriksaan penunjang baik Ro. Thorax
maupun sputum belum dapat ditegakkan.
c. Pada pasien dengan keluhan batuk-batuk produktif lebih dari 2 minggu dan terdapat
keluhan batuk disertai darah.
2. Apabila ruang isolasi telah terisi pasien sementara masih ada pasien yang sesuai indikasi
masuk perawatan ruang isolasi maka pasien tersebut di tempatkan di ruangan dengan
sistem kohorting sesuai dengan hak pasien.
3. Sedangkan pada pasien TBC yang telah mendapatakan terapi OAT secara efektif
berdasarkan analisis risiko tidak berpotensi menularkan TBC, sehingga dapat
dikumpulkan dengan pasien yang lain.
4. Mobilisasi pasien dengan infeksi airborne agar dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk menghindari terjadinya transmisi penyakit yang tidak perlu kepada pasien
lain.
5. Ruang perawatan isolasi harus dilakukan monitoring secara berkala.
6. Semua petugas di ruang isolasi harus menggunakan APD yang sesuai dan menanggalkan
APD tersebut sebelum meninggalkan ruangan.
7. Untuk membatasi kontak antara petugas dengan pasien dan efisiensi penggunaan APD
dilakukan inventarisasi tindakan yang akan dilakukan pada pasien sebelum petugas masuk
ke ruang perawatan isolasi.
8. Pintu perawatan ruang isolasi harus selalu tertutup.

Ditetapkan di Klaten
Pada Tanggal 13 Juli 2018
Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah
Diponegoro Dua Satu Klaten

dr. Endah Prasetyowati, MPH.


NIP : 2008 09 51

Anda mungkin juga menyukai