Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tujuan Menghindari penularan langsung dan tidak langsung terhadap pasien dengan
pasien lain, petugas kesehatan, pengunjung, dan lingkungan sekitar.
Kebijakan Mengacu pada Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Diponegoro Dua
Satu Klaten Nomor : / KEP DIR/ DDS/ VII/ 2018 tentang Kebijakan Penerapan
Kewaspadaan Isolasi.
Tujuan Menghindari penularan penyakit melalui udara dari pasien ke pasien lain, petugas
kesehatan, pengunjung dan lingkungan sekitar.
Kebijakan Mengacu pada Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Diponegoro Dua
Satu Klaten Nomor : / KEP DIR/ DDS/ VII/ 2018 tentang Kebijakan Ruang
Perawatan Isolasi.
TENTANG
KEBIJAKAN RUANG PERAWATAN ISOLASI
Dl RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DIPONEGORO DUA KLATEN KLATEN
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH
DIPONEGORO DUA SATU KLATEN TENTANG KEBIJAKAN
RUANG PERAWATAN ISOLASI
Kedua : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah kebijakan ruang
perawatan isolasi di Rumah Sakit Khusus Bedah Diponegoro Dua
Satu Klaten.
Ditetapkan di Klaten
Pada Tanggal 13 Juli 2018
Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah
Diponegoro Dua Satu Klaten
I. Pengertian
Ruangan perawatan isolasi adalah ruangan yang disiapkan untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit melalui udara dari pasien ke pasien lain, petugas kesehatan, pengunjung
dan lingkungan sekitar.
II. Tujuan
Untuk menghindari penularan penyakit melalui udara dari pasien ke pasien lain, petugas
kesehatan pengunjung dan lingkungan sekitar.
III. Kebijakan
1. Pasien yang dirawat di ruang isolasi airborne adalah pasien dengan risiko penularan
melalui udara, misalnya :
a. TBC yang ditegakkan diagnosanya melalui pemeriksaan Ro. Thorax dan atau sputum
BTA.
b. Pada pasien suspek TBC dimana hasil pemeriksaan penunjang baik Ro. Thorax
maupun sputum belum dapat ditegakkan.
c. Pada pasien dengan keluhan batuk-batuk produktif lebih dari 2 minggu dan terdapat
keluhan batuk disertai darah.
2. Apabila ruang isolasi telah terisi pasien sementara masih ada pasien yang sesuai indikasi
masuk perawatan ruang isolasi maka pasien tersebut di tempatkan di ruangan dengan
sistem kohorting sesuai dengan hak pasien.
3. Sedangkan pada pasien TBC yang telah mendapatakan terapi OAT secara efektif
berdasarkan analisis risiko tidak berpotensi menularkan TBC, sehingga dapat
dikumpulkan dengan pasien yang lain.
4. Mobilisasi pasien dengan infeksi airborne agar dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk menghindari terjadinya transmisi penyakit yang tidak perlu kepada pasien
lain.
5. Ruang perawatan isolasi harus dilakukan monitoring secara berkala.
6. Semua petugas di ruang isolasi harus menggunakan APD yang sesuai dan menanggalkan
APD tersebut sebelum meninggalkan ruangan.
7. Untuk membatasi kontak antara petugas dengan pasien dan efisiensi penggunaan APD
dilakukan inventarisasi tindakan yang akan dilakukan pada pasien sebelum petugas masuk
ke ruang perawatan isolasi.
8. Pintu perawatan ruang isolasi harus selalu tertutup.
Ditetapkan di Klaten
Pada Tanggal 13 Juli 2018
Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah
Diponegoro Dua Satu Klaten