Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai Adat istiadat yang digunakan mengikuti perbedaan lokalitas dari
kelompok masyarakat riau di masing-masing daerah. Mereka umumnya menyadari
adanya variasi adat istiadat ini, Hal ini menandakan bahwa sebuah kelompok
masyarakat riau mempunyai suatu tradisi dan adat istiadat yang relatif berbeda
dengan kelompok masyarakat lainnya. Variasi kebudayaan riau juga menghasilkan
variasi identitas khusus orang riau yang penuh dengan keterbukaan, yang dilandasi
oleh prinsip hidup bersama dalam perbedaan. Prinsip ini memiliki kemiripan
dengan Bhinneka Tunggal Ika. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang diterapkan
masyarakat riau menyebabkan terbentuknya tradisi yang majemuk. Dengan
keterbukaannya, riau dapat mengakomodasi perbedaan yang terdapat dalam unsur-
unsurnya dan secara bersama-sama hidup dalam kehidupan yang penuh dengan
keterbukaan.

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 1


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cross Culture Understanding
Cross Culture Understanding yaitu pemahaman mengenai perbedaan
budaya yang berupa suatu pengenalan tentang perbedaan budaya asing dalam
kehidupan atau yang mengkaji tentang suatu kebiasaan antar negara yang bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman atas perbedaan budaya dan kebiasaan dari negara
tersebut. Cross Culture Understanding juga memberikan gambaran kepada kita
bahwa betapa perbedaan itu indah dan juga mampu memberikan gambaran tentang
bagaimana cara kita untuk menyikapi suatu perbedaan khususnya dalam hal budaya
B. Adat Istiadat Riau
Adat istiadat yang berkembang dan hidup di provinsi RIAU adalah adat
istiadat Melayu, yang mengatur segala kegiatan dan tingkah laku warga
masyarakatnya bersendikan Syariah Islam. Penduduknya pun terdiri dari Suku
Melayu Riau dan berbagai suku lainnya, mulai dari Bugis, Banjar, Mandahiling,
Batak, Jawa, Minangkabau, dan China.
Uniknya, di provinsi RIAU ini masih terdapat kelompok masyarakat yang
di kenal dengan masyarakat terasing, antara lain:
1. Suku Sakai: kelompok etnis yang berdiam di beberapa kabupaten antara
lain Kampar, Bengkalis, Dumai
2. Suku Talang Mamak: berdiam di daerah Kabupaten Indragiri Hulu dengan
daerah persebaran meliputi tiga kecamatan: Pasir Penyu, Siberida, dan
Rengat:
3. Suku Akit: kelompok sosial yang berdiam di daerah Hutan Panjang
Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis:
4. Suku Hutan: suku asli yang mendiami daerah Selat Baru dan Jangkang di
Bengkalis, dan juga membuat desa Sokap di Pulau Rangsang Kecamatan
Tebing Tinggi serta mendiami Merbau, sungai Apit dan Kuala Kampar.
C. Pakaian Adat Riau
Pakaian adat merupakan salah satu simbol yang mencerminkan karakter
budaya suatu kelompok sosial. Pakaian bukan hanya sekedar kain, melainkan
rekam-jejak sejarah, pemikiran, juga keyakinan suatu kelompok sosial. Seperti di
Indonesia, setiap daerah memiliki pakaian khasnya masing-masing, tak terkecuali
Provinsi Riau. membedakan pakaian adat Riau menurut fungsinya, yaitu:
1. Pakaian Harian
Pakaian untuk anak laki-laki yang masih kecil disebut baju monyet. Setelah
beranjak besar, anak laki-laki memakai Baju Teluk Belanga atau Baju Cekak

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 2


Musang. Terkadang, mereka juga memakai celana setengah, kopiah, dan ikat
kepala dari kain segi empat. Anak laki-laki juga memakai sarung ketika pada saat
mengaji dan beribadah. Sedangkan bagi anak perempuan yang belum dewasa
mengenakan baju kurung yang selaras dengan kain bermotif bunga atau satu warna
dengan kain tersebut.
Baju anak laki-laki dewasa disebut Baju Kurung Cekak Musang, yang
dilengkapi dengan samping berupa sarung perekat dan kopiah atau ikat kepala.
Sedangkan perempuan memakai Baju Kurung Laboh, Baju Kebaya Pendek, dan
Baju Kurung Tulang Belut. Pakaian ini dipadukan dengan kain sarung batik dan
penutup kepala berupa selendang atau tudung lingkup. Perempuan yang
melakukan kegiatan di ladang atau sawah biasanya menggunakan tutup kepala
berupa selendang atau kain belacu yang dinamakan tengkuluk.
Pakaian orang tua (laki-laki) setengah baya adalah Baju Kurung Teluk
atau Baju Kurung Cekak Musang, yang biasanya terbuat dari kain katun atau
kain lejo. Desainnya longgar, sehingga nyamain depakai. Sementara pakaian
perempuan setengah baya ada berbagai macam, seperti Baju Kurung Teluk
Belanga, Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya Pendek yang biasa dipakai ke ladang.
2. Pakaian Resmi
Dulu, pakaian resmi dikenakan ketika menghadiri pertemuan resmi yang
diadakan oleh pihak kerajaan. Sedangkan hari ini, pakaian resmi dikenakan dalam
berbafau acara pemerintah. Pakaian resmi untuk laki-laki adalah Baju Kurung
Cekak Musang lengkap dengan kopiah, kain samping yang terbuat dari kain tenun
Siak, Indragiri, Daik, dan daerah-daerah lainnya di Riau.
Baju Kurung Cekak Musang berupa kain sutra, kain satin, atau kain
berkualitas tinggi lainnya. Sebagai perlengkapannya antara lain adalah kopiah dan
kain samping. Bahan untuk kain samping adalah bahan pilihan, seperti kain
songket dan tenun lainnya. Cara mengenakan kain samping ada dua macam, yakni
ikat dagang dalam dan ikat dagang luar.
Pakaian resmi untuk perempuan dewasa adalah Kebaya Laboh dan Baju
Kurung Cekak Musang. Kedua jenis baju tersebut terbuat dari kain songket atau
kain pilihan lainnya, seperti Tenun Siak, Tenun Indragiri, Tenun Trengganu, dan
lain-lain. Bentuk Baju Kurung atau Kebaya Laboh ini disesuaikan dengan bentuk
tubuh Si Pemakai, namun tidak terlalu ketat. Pnjang baju perempuan yang masih
gadis adalah tiga jari di atas lutut, sedangkan untuk orang tua banjang bajunya tiga
jari dari bawah lutut.

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 3


3. Pakaian Upacara Adat
Dalam prosesi upacara adat ini, jenis pakaian yang dikenakan perempuan
yang masih gadis dan yang sudah menikah berbeda. Perempuan gadis dan
perempuan setengah baya adalah Baju Kebaya Laboh Cekak Musang berwarna
hitam yang terbuat dari bahan sutera, sementara perempuan tua mengenakan Baju
Kurung Tulang Belut.
4. Pakaian Upacara Perkawinan
Baju pengantin laki-laki Melayu Riau adalah Baju Kurung Cekak Musang
atau Baju Kurung Teluk Belanga. Selain Baju Kurung Cekak Musang, busana
pengantin laki-laki adalah kain samping bermotif serupa dengan celana dan baju,
distar berbentuk mahkota dipakai di kepala, sebai warna kuning di bahu kiri, rantai
panjang berbelit dua yang dikalungkan di leher, canggai yang dipakai di
kelingking, sepat runcing di bagian depan, dan keris hulu burung serindit pendek
yang diselipkan di sebela kiri.
Sementara busana yang dikenakan perempuan berbeda-beda, tergantung
pada jenis upacara adatnya. Pengantin perempuan dalam upacara Malam Berinai
memakai Baju Kurung Teluk Belanga. Sedangkan pada upacara Barandam,
pengantin perempuan memakai Baju Kurung Kebaya atau Kebaya Pendek. Kepala
hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga. Pakaian pengantin
perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh atau Baju
Kurung teluk. Kemudian, untuk pakaian pada waktu upacara Bersanding adalah
Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga.
D. Tarian dan Musik Tradisional di Riau
Tarian tradisional riau di antaranya :
1. Tari Tandak, merupakan tari pergaulan yang sangat digemari di daerah Riau.\
2. Joged Lambak, adalah tari pergaulan muda-mudi yang sangat populer dan
disenangi.
3. Tari Tandak Sebati, merupakan jenis tari pergaulan yang digarap dengan
memanfaatkan perbendaharaan unsur-unsur gerak tari Melayu kepulauan.
Rentak musik melayu yang mengiringinya membuat joged yang dinamis ini
bersuara gembira.
4. Tari Makan Sirih, biasanya disebut tari persembahan yang biasanya
digunakan untuk menyambut tamu atau pembukaan acara-acara tertentu. Tarian
ini menggambarkan bahwa orang melayu Riau menghargai hubungan
persahabatan dan kekerabatan

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 4


5. Tari Zapin, merupakan makna adab sopan santuan, sikap hormat dan
memuliakan orang lain. Tari Zapin juga bermakna penutup atau penyudah dari
sebuah persembahan yang disampaikan pada setiap orang yang melihatnya
Di Provinsi Riau yang merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau
Sumatera yang terkenal dengan kebiasaan hidup suku melayu di sana. Dalam hal
bermain musik, orang melayu terdahulu juga punya beberapa peninggalan alat-alat
Musik Tradisional. Di antaranya :
1. Rebana
Rebana adalah sejenis alat musik pukul yang terbuat dari kulit dan kayu.
Rebana asal Riau ini umumnya berbentuk bulat pipih. Ukuran besar kecilnya
beragam, ada yang kecil, sedang, dan ada yang besar.
2. Gambus
Gambus juga merupakan salah satu alat musik tradisional Riau jenis
petik. Hampir mirip seperti mandolin. Senar pada gambus berjumlah antara 3
sampai 12 senar. Hampir sama dengan rebana, gambus biasanya digunakan untuk
mengiringi senandung lagu-lagu berirama timur tengah. Bahkan tidak jarang
yang menggunakan bahasa Arab ketika bernyayi dengan diiringi alat musik
gambus dan gendang. Sampai-sampai muncul istilah orkes gambus yang pernah
populer di tanah air.
3. Kordeon
Kordeon adalah salah satu alat musik yang biasa dimainkan dengan cara
dipompa dan digendong. Cukup sulit untuk memainkan jenis alat musik satu ini.
Namun suara yang dihasilkan begitu merdu.
4. Kompang
Kompang merupakan alat musik Melayu yang paling populer karena
kompang banyak digunakan dalam berbagai acara-acara sosial seperti pawai hari
kemerdekaan. Selain itu alat musik ini juga digunakan untuk mengiringi lagu
gambus. Kompang memiliki kemiripan dengan rebana tetapi tanpa cakram logam
gemerincing di sekelilingnya.
5. Marwas
Marwas, atau disebut juga dengan meruas, merwas, adalah alat-musik
jenis gendang yang sangat berfungsi dan berarti sebagai pengatur tempo atau
rentak.
6. Bebano (Rebana Ubi)
Bebano adalah musik perkusi yang mengiringi Bukoba (koba) yaitu
tradisi lisan yang biasa didendangkan pada saat perhelatan seperti pernikahan.
7. Genggong

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 5


Genggong merupakan sebuah alat musik tradisional berbentuk tipis dan
kecil, terbuat dari pelepah pohon enau yang di ambil kulit luarnya yang keras.
Ada juga yang terbuat dari tembaga dan besi.
8. Gendang Panjang
Gendang yang dikenal di India dengan nama dhol ini kedua sisinya
ditutup oleh kulit binatang dan satu sisinya lebih kecil daripada sisi lainnya.
Gendang panjang selalu dimainkan 2 buah, yaitu induk untuk gendang dengan
ukuran besar yang bermembran kulit kerbau dan anak untuk gendang yang
berukuran lebih kecil dan bermembran kulit kambing. Kedua membran dalam
gendang panjang diikat dengan tali dari rotan. Ukuran gendang panjang rata-rata
sekitar 21 inci dan terbuat dari kayu marbau yang keras dan tahan lama.
E. Upacara-upacara Adat dan Makanan Khas Riau
Selain Upacara Perkawinan, ada beberapa upacara adat yang berkembang di
masyarakat Riau, yaitu:
1. Upacara Batobo, adalah kegiatan bergotong royong dalam mengerjakan
sawah, ladang, dan sebagainya.
2. Upacara Menyemah Laut, adalah upacara untuk melestarikan laut dan isinya,
agar mendatangkan manfaat bagi manusia.
3. Upacara Menumbai, adalah upacara untuk mengambil madu lebah di pohon
Sialang.
4. Upacara Belian, adalah pengobatan tradisional.
5. Upacara Bedewo, adalah pengobatan tradisional yang sekaligus dapat
dipergunakan untuk mencari benda-benda yang hilang.
6. Upacara Menetau Tanah, adalah upacara membuka lahan untuk pertanian
atau mendirikan bangunan.
Seperti halnya ada masakan dan makanan khas Jawa, Batak, Bugis,
Minang, Masyarakat Riau yang umumnya di kenal Melayu juga memiliki
makanan atau masakan khas khas diantaranya : Bolu Kemojo, Roti Jala, Roti
Cana, Asidah, Kue Bangkit, Cencaluk. Lempuk Durian, Es Laksamana
Mengamuk, Air Mata Pengantin, Mie Sagu, Ikan Salai dll.
F. Rumah Adat Riau
Rumah adat di daerah Riau bernama Selaso Jatuh Kembar. Ruangan
rumah ini terdiri dari ruangan besar untuk tempat tidur. ruangan bersila,
anjungan dan dapur. Rumah adat ini dilengkapi pula dengan Balai Adat yang
dipergunakan untuk pertemuan dan musyawarah adat.
G. Event Wisata Di Riau
1. Festival Pacu Jalur Tradisional

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 6


Pacu Jalur biasanya dibuka dengan kegiatan pawai budaya yang melibatkan
seluruh kecamatan di daerah ini. Festival Pacu Jalur tradisional merupakan
salah satu tradisi budaya nusantara yang sangat unik. Festival ini bahkan
disebut sebagai event budaya yang memiliki penonton paling ramai di
Indonesia. Festival Pacu Jalur tradisional merupakan tradisi asli nenek moyang
masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau yang sangat mengakar dan
telah bertahan selama ratusan tahun.

Festival Pacu Jalur merupakan perlombaan dengan menggunakan perahu


atau sampan yang terbuat dari kayu yang oleh masyarakat Kuantan Singingi
disebut Jalur. Jalur yang digunakan biasanya memiliki panjang 25-30 meter
dengan lebar 1,5 meter. Dengan ukuran ini, tak salah bila jalur merupakan salah
satu perlombaan perahu terpanjang di Indonesia. Jalur biasanya bisa memuat
40-60 orang pengayuh atau biasa disebut ‘’anak pacu’’. Festival ini biasanya
digelar tiap bulan Agustus untuk memeriahkan perayaan kemerdekaan
Republik Indonesia.

2. Bakar Tongkang

Dalam hitungan menit kertas sesembahan berubah menjadi kobaran api


besar dan menghanguskan seluruh bagian kapal hingga menjadi abu. Inilah
ritual budaya terbesar masyarakat Tionghoa kota Bagansiapiapi, Rokan Hilir,
Riau. Menjelang event Bakar Tongkang Kota Bagan Siapiapi, Rokan Hilir
berubah meriah. Berbagai ornamen khas Tionghoa menghiasi sepanjang jalan,
terutama di Jalan Perniagaan yang didiami banyak warga Tionghoa. Selain
masyarakat Tionghoa setempat, ribuan warga Tionghoa yang berada di berbagai
daerah di Indonesia bahkan luar negeri, biasanya punya tradisi untuk pulang
kampung. Mereka tak ingin melewatkan kesempatan langka menyaksikan ritual
Bakar Tongkang. Bakar Tongkang telah masuk dalam kalender pariwisata
Nasional. Bagi etnis Tionghoa Bagansiapiapi, Bakar Tongkang atau yang
dikenal dengan Sio Ong Cuon merupakan puncak kemeriahan yang dilakukan
secara besar-besaran. Festival Bakar Tongkang yang dalam bahasa Hokkien

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 7


dikenal sebagai Go Gek Cap Lak, jatuh pada tanggal 16 bulan kelima
penanggalan Lunar setiap tahunnya.

3. Festival Bekudo Bono

Festival Bekudo Bono merupakan gelaran tahunan yang bertujuan untuk


lebih mempromosikan destinasi Ombak Bono di Sungai Kampar, Pelalawan,
Riau. Baik kepada wisatawan domestik maupun mancanegara. Keunikan dan
kedahsyatan gelombang atau ombak Bono di Sungai Kampar, ombak satu-
satunya yang terjadi di sungai di Indonesia , menjadi daya tarik para peselancar
dalam dan luar negeri. Bekudo Bono adalah berselancar atau kegiatan
mengarungi gelombang Bono dengan menggunakan perahu (sampan) kayu.
Kegiatan Bekudo Bono ini telah ada sejak dari jaman dahulu dan masih
dilakukan sampai sekarang. Bekudo Bono saat ini dijadikan salah satu ajang
kompetisi khusus bagi masyarakat lokal.

4. Tour de Siak

Tour de Siak merupakan event olahraga yang rutin di gelar tiap tahun di
Siak. Event balap sepeda internasional Tour de Siak adalah event wisata
olahraga yang bertujuan untuk memperkenalkan potensi pariwisata di
Kabupaten Siak. Event ini sudah digelar selama 3 tahun berturut-turut. Pertama
kali digelar pada 2013. Melalui event Tour de Siak ini, Kabupaten Siak
semakin dikenal. Tidak hanya secara nasional namun hingga mancanegara.
Tour de Siak tidak hanya diikuti oleh pembalap nasional. Para pembalap dari
berbagai negara juga selalu ambil bagian pada event ini.

5. Mandi Safar

Mandi Safar merupakan salah satu kegiatan pelestarian budaya dan tradisi
masyarakat lokal di Kabupaten Bengkalis. Biasanya event ini disaksikan ribuan
warga dan dipusatkan di Pantai Tanjung Lapin, Kecamatan Rupat Utara.

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 8


Serangkaian acara Mandi Safar ini biasanya diisi dengan beragam permainan
rakyat. Mulai dari Sumpit hingga Lomba Jung. Biasanya, waktu pelaksanaan
tradisi budaya yang sudah ada sejak puluhan tahun silam itu dilakukan pada
hari Rabu, tepatnya di minggu ke-empat bulan Safar. Ada beberapa prosesi
yang dilakukan saat pelaksanaan tradisi budaya Mandi Safar. Diantaranya zikir
bersama, kemudian arak-arakan diiringi kompang menuju sumur tua.
Selanjutnya prosesi pengambilan air dari sumur tua oleh tokoh adat. Air
diambil menggunakan timba tradisional, selanjutnya dimasukkan ke dalam
wadah sebanyak tiga buah. Air diambil oleh tiga tokoh adat kampung secara
bergantian. Masing-masing orang menimba tiga kali untuk dimasukkan ke
dalam tiga tempat yang telah disediakan. Setelah itu baru dilanjutkan dengan
prosesi pemandian. Mandi dilakukan dengan gayung terbuat dari tempurung
kelapa dengan tangkai kayu.

H. Bahasa
Masyarakat Provinsi Riau yang mayoritas berasal dari suku bangsa Melayu
menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari (lingua
franca). Khusus untuk Provinsi Riau bahasa Melayu yang digunakan disebut
bahasa Melayu Riau. Sebagai bagian dari bahasa Melayu, bahasa Melayu Riau
juga memiliki sejarah panjang. Bahasa Melayu Riau sudah dikenal sejak zaman
Kerajaan Sriwijaya. Ketika itu, para pedagang menggunakan bahasa Melayu
(Melayu Riau) untuk berkomunikasi dengan penduduk atau pedagang lainnya.
Dari sinilah kemudian bahasa Melayu (Melayu Riau) tersebar ke berbagai
wilayah Nusantara, sampai akhirnya bahasa Melayu Riau digunakan sebagai
cikal bakal bahasa resmi negara Indonesia yaitu bahasa Indonesia. Bahasa
Melayu Riau dapat dibedakan menjadi dialek Melayu Kepulauan, dialek
Melayu Pesisir, dan dialek Melayu Riau Daratan. Persebaran bahasa Melayu
Kepulauan meliputi pulau-pulau di bagian timur daratan Riau dan Provinsi
Kepulauan Riau. Dialek tersebut meliputi subdialek Tambelan, Tarempa,
Bunguran, Singkep, dan Penyengat.

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 9


Dialek Melayu Pesisir dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di pesisir
pantai Provinsi Riau. Dialek tersebut meliputi subdialek Kampar, Rokan,
Kuantan, Batu Rijal, dan Peranap. Adapun persebaran dialek Melayu Riau
Daratan meliputi wilayah di bagian pedalaman sehingga dikenal subdialek
Rengat, Pekanbaru, Duri, Indragiri, dan Bangkinang. Di tengah dominasi
bahasa Melayu Riau, masih ada persebaran bahasa-bahasa orang asli Riau
lainnya, seperti bahasa Sakai, bahasa Orang Laut, bahasa Akit, bahasa Orang
Rimba (bahasa kubu), dan bahasa Talang Mamak. Persebaran bahasa-bahasa
tersebut hanya terbatas pada komunitas suku tersebut. Untuk berkomunikasi
dengan masyarakat lainnya, suku-suku bangsa asli menggunakan bahasa
Melayu Riau yang sudah dikenal luas. Hal serupa juga terjadi pada suku-suku
bangsa pendatang. Ketika berada dalam lingkungannya, para pendatang
menggunakan bahasa mereka sendiri. Pendatang dari suku bangsa Jawa
menggunakan bahasa Jawa, pendatang dari suku bangsa Minangkabau
menggunakan bahasa Minang, pendatang dari suku bangsa Banjar
menggunakan bahasa Banjar, dan pendatang dari suku bangsa Bugis
menggunakan bahasa Bugis. Pada saat berinteraksi dengan suku bangsa lain
suku suku bangsa pendatang itu menggunakan bahasa Melayu Riau.
I. Atraksi Wisata di Riau
1. Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban

Air terjun Tujuh Tingkat berlokasi di kecamatan Kuantan, Kabupaten Kuantan


Singingi. Untuk menuju ke air terjun ini jarak yang harus ditempuh sekitar 40
km. Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dari pusat kota Teluk Kuantan. Air
terjun ini menyuguhkan pemandangan yang sangat indah, dan masih asri.
Udara di sekitar air terjun ini juga sangat sejuk.

2. Pantai Rupat

Riau juga memiliki pantai berpasir putih yang tidak kalah menariknya dengan
pantai pantai Pulau Bali. Pulau Rupat adalah pantai berpasir putih di satu pulau
di Riau, yang memiliki garis pantai sepanjang 17 km. Pasir pantai Rupat yang
putih bersih, membuat wisatawan memiliki banyak pilihan. Dari mulai bermain
pasir, berjemur, mandi di laut hingga bersantai menikmati keindahan alam yang
terbentang.

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 10


3. Anjungan Seni Idrus Tintin

Anjungan Seni Idrus Tintin berupa gedung setinggi bangunan tiga lantai.
Bangunan ini pernah dipakai untuk menggelar acara Festival Film Indonesia
(FFI) pada tahun 2008. Saat itu hampir seluruh artis di Indonesia hadir di
gedung ini. Bangunan ini merupakan salah satu Wonder Building di Pekanbaru,
Riau.

4. Desa Okura di Pekanbaru

Di sini Anda bisa bersampan menyusuri sungai, melihat kebudayaan


tradisional, bersepeda di antara rimbunan pohon sagu dan berkuda di padang
pasir. Ratusan tokoh budaya ASEAN yang tergabung dalam Dunia Melayu
Dunia (DMDI) pernah berkumpul di desa wisata ini. Tepatnya Mereka
membahas berbagai persoalan budaya dan menggelar berbagai pementasan seni
tradisional serumpun.

5. Bono

Wisata yang satu ini sudah mendunia. Banyak surfer dunia yang sudah
memecahkan rekor dunia surfing terlama dan terpanjang di sana. Tinggi
gelombangnya sangat fenomenal. Meski hanya berupa sungai, tinggi
Gelombang Bono bisa mencapai 6 meter dengan kecepatan mencapai 40
km/jam.

6. Pulau Jemur

Pulau Jemur terletak kurang lebih sekitar 45 mil dari ibukota kabupaten Rokan
Hilir. Destinasi wisata ini terdiri dari beberapa pulau-pulau kecil. Di antaranya
pulau Tekong Emas, pulau Tekong Simbang serta pulau Labuhan Bilik. Di
pulau ini, Anda bisa melihat beragam spesies penyu.

7. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh

Taman Nasional Bukit Tigapuluh adalah lokasi konservasi bagi ekosistem yang
sudah hampir terancam punah. Lokasinya ada di dataran tinggi hutan rimba.

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 11


Taman Nasional Bukit Tigapuluh ini menjadi rumah bagi berbagai flora dan
fauna. Di sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh masih banyak suku-suku asli
Riau, yang mendiami lokasi ditengah hutan tersebut.

8. Taman Nasional TessoNilo

Taman Nasional Tesso Nilo memiliki fungsi yang hampir mirip dengan Taman
Nasional Bukit Tigapuluh yaitu sebagai pusat konservasi flora dan fauna. Yang
bikin beda, Taman Nasional Tesso Nilo terletak di dataran rendah. Nama Tesso
Nillo diambil dari nama dua sungai, Tesso dan Nillo yang ada di kabupaten
Kampar dan Kuantan Singingi. Taman Nasional ini diresmikan pada 19 Juli
2004 memiliki luas 38.576 hektar dan rencananya akan diperluas menjadi
100.000 hektar. Taman Nasional Tesso Nillo merupakan salah satu tempat
penangkaran gajah terbesar di dunia.

9. Riau Fantasi di Pekanbaru

Riau Fantasi adalah wahana permainan air terbesar dan terlengkap di Sumatera.
Luasnya 6,5 Ha. Dari mulai adventurepool, jembatan goyang, ember raksasa
yang mampu menampung 3000 liter air, semua ada. Itu belum termasuk
permainan yang menguji adrenalin seperti kora-kora, sky tower, wave blaster,
speedy coaster dan family swinger. Jika ingin permainan yang lebih santai,
Anda bisa mencoba komidi putar dan kereta wisata. Fasilitas pendukungnya,
ada musholla, toilet kafetaria dan lain.

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 12


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adat istiadat adalah tata cara yang mengatur tingkah laku manusia dalam
segala aspek kehidupannya. Dengan demikian, dalam masyarakat yang menjunjung
tinggi adat segala kegiatan kehidupannya diatur oleh adat.
Adat istiadat yang berkembang dan hidup di provinsi RIAU adalah adat
istiadat Melayu, yang mengatur segala kegiatan dan tingkah laku warga
masyarakatnya bersendikan Syariah Islam. Penduduknya pun terdiri dari Suku
Melayu Riau dan berbagai suku lainnya, mulai dari Bugis, Banjar, Mandahiling,
Batak, Jawa, Minangkabau, dan China.
B. Saran
Mari kita mengambil pesan moral dari setiap adat istiadat yang kita bahas
sehingga kita mengambil pelajaran yang dapat membudayakan adat istiadat bangsa
kita.

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 13


Daftar Pustaka
https://dokumen.tips/download/link/makalah-riau
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2550099/kunjungi-10-destinasi-wisata-
keren-ini-saat-liburan-ke-riau
https://www.senibudayaku.com/2018/02/bahasa-daerah-riau.html
http://julianprananda.blogspot.com/2014/11/tugas-cross-culture-understanding-
ccu.html

Cross Culture Understanding : Provinsi Riau 14

Anda mungkin juga menyukai