Anda di halaman 1dari 7

SYOK

No. Dokumen :

No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1/7

PUSKESMAS
SITTI NORMA, S.Tr.Keb
TONDASI

1. Pengertian Syok adalah sindroma multifaktorial yang menuju hipoperfusi


jaringan lokal atau sistemis dan mengakibatkan hipoksia sel dan
disfungsi multipel organ
2. Tujuan Sebagai acuan untuk diagnosa dan tatalaksana syok di puskesmas
Tondasi
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Tondasi No tentang Kebijakan
Pelayanan klinis
4. Referensi a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer
b. Singer M, Deutschman CS, Seymour CW, Shankar-Hari M,
Annane D, Bauer M, et al. The Third International Consensus
Definitions for Sepsis and Septic Shock (Sepsis-3). JAMA.
2016 Feb 23;315(8):801
5. Prosedur / a. Anamnesa
Langkah-
Langkah Keluhan


Pasien datang dengan lemas atau dapat tidak sadarkan


diri.
 Gejala klinis juga tergantung etiologi penyebabnya, yang
seringterjadi adalah tromboemboli paru, tamponade jantung,
obstruksiarterioventrikuler, tension pneumothorax.

Untuk identifikasi penyebab, perlu ditanyakan faktor predisposisi


seperti karena infark miokard antara lain: umur, diabetes melitus,
riwayat angina, gagal jantung kongestif, infarkanterior. Tanda awal
iskemi jantung akut yaitu nyeri dada, sesak nafas, diaforesis,
gelisah dan ketakutan, nausea dan vomiting dan gangguan
sirkulasilanjut menimbulkan berbagai disfungsi end organ. Riwayat
trauma untuk syok karena perdarahan atau syok neurogenik pada
trauma servikal atau high thoracic spinal cord injury. Demam dan
riwayat infeksi untuk syok septik. Gejala klinis yang timbul setelah
kontak dengan antigen pada syok anafilaktik.
b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum:

1) Hipotensi dan penyempitan tekanan denyutan (adalah tanda


hilangnya cairan yang berat dan syok). 


2) Hiperthermia, normothermia, atau hipothermia dapat terjadi


pada syok. Hipothermia adalah tanda dari hipovolemia berat
dan syok septik. 


3) Detak jantung naik, frekuensi nafas naik, kesadaran turun.


4) Produksi urine turun. Produksi urine merupakan penunjuk


awal 
 hipovolemia dan respon ginjal terhadap syok. 


5) Gambaran klinis syok kardiogenik tampak sama dengan


gejala klinis 
 syok hipovolemik, ditambah dengan adanya
disritmia, bising jantung, 
 gallop. 


6) Gejala klinis syok septik tak dapat dilepaskan dari keadaan


sepsis. Sepsis sendiri didefinisikan sebagai disregulasi
respons tubuh terhadap infeksi yang menyebabkan
disfungsi organ. Pada pasien yang memiliki / dicurigai
memiliki infeksi maka dapat dilakukan skoring qSOFA di
puskesmas untuk menentukan apakah ada kecurigaan ke
arah sepsis. Pasien dengan infeksi dan disertai nilai qSOFA
>=2 harus dievaluasi lebih lanjut untuk memeriksa tanda-
tanda disfungsi ogan lainnya di rumah sakit. Kriteria qSOFA
mencakup : RR>=22 kali/menit, penurunan kesadaran, dan
tekanan darah sistolok <= 100mmHg, masing masing
parameter tersebut diberi nilai satu jika ditemukan. Syok
septik adalah diperlukannya terapi vasopresor untuk
meningkatkan MAP >= 65mmHg dan laktat serum >2
mmol/L (18mg/dL) meskipun sudah mendapat resusitasi
yang cukup pada pasien dengan sepsis.

7) Efek klinis syok anafilaktik mengenai sistem pernafasan dan


sistem sirkulasi, yaitu terjadi edem hipofaring dan laring,
konstriksi bronkus dan bronkiolus, disertai hipersekresi
mukus, dimana semua keadaan ini menyebabkan spasme
dan obstruksi jalan nafas akut. 


8) Syok neurogenik ditandai dengan hipotensi disertai


bradikardi. Gangguan neurologis: paralisis flasid, refleks
extremitas hilang dan priapismus. 


9) Syok obstruktif, tampak hampir sama dengan syok


kardiogenik dan hipovolemik. Gejala klinis juga tergantung
etiologi penyebabnya, yang sering terjadi adalah
tromboemboli paru, tamponade jantung, obstruksi
arterioventrikuler, tension pneumothorax. Gejala ini akan
berlanjut sebagai tanda-tanda akut kor pulmonal dan payah
jantung kanan: pulsasi vena jugularis, gallop, bising
pulmonal, aritmia. Karakteristik manifestasi klinis tamponade
jantung: suara jantung menjauh, pulsus altemans, JVP
selama inspirasi. Sedangkan emboli pulmonal: disritmia
jantung, gagal jantung kongesti. 


Pemeriksaan Penunjang

1) Pulse oxymetri
2) EKG

c. Penegakan Diagnosis

Diagnosis Klinis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik


dan penunjang.

Diagnosis Banding :-


Komplikasi

Kerusakan otak, koma,kematian.

d. Penanganan Syok
Tatalaksana
1) Pengenalan dan restorasi yang cepat dari perfusi adalah
kunci pencegahan disfungsi organ-multipel dan kematian.
2) Pada semua bentuk syok, manajemen jalan nafas dan
pernafasan untuk memastikan oksigenasi pasien baik,
kemudian restorasi cepat dengan infus cairan.
3) Pilihan pertama adalah kristaloid (Ringer laktat/Ringer
asetat) disusul darah pada syok perdarahan. Keadaan
hipovolemi diatasi dengan cairan koloid atau kristaloid
sekaligus memperbaiki keadaan asidosis.
4) Pengobatan syok sebelumnya didahului dengan penegakan
diagnosis etiologi. Diagnosis awal etiologi syok adalah
esensial, kemudian terapi selanjutnya tergantung

etiologinya. 


5) Tindakan invasif seperti intubasi endotrakeal dan


cricothyroidotomy atau tracheostomy dapat dilakukan hanya

untuk life saving oleh dokter yang kompeten. 


Syok Hipovolemik:

1) Infus cepat kristaloid untuk ekspansi volume intravaskuler


melalui kanula vena besar (dapat lebih satu tempat) atau
melalui vena sentral. 


2) Pada perdarahan maka dapat diberikan 3-4 kali dari jumlah



 perdarahan. Setelah pemberian 3 liter disusul dengan
transfusi darah. 
 Secara bersamaan sumber perdarahan
harus dikontrol. 


3) Resusitasi tidak komplit sampai serum laktat kembali


normal. Pasien syok hipovolemik berat dengan resusitasi
cairan akan terjadi 
 penumpukan cairan di rongga ketiga.

4) Vasokonstriksi jarang diperlukan pada syok hipovolemik


murni. 


Syok Obstruktif :
1) Penyebab syok obstruktif harus diidentifikasi dan segera
dihilangkan.
2) Pericardiocentesis atau pericardiotomi untuk tamponade
jantung.
3) Dekompressi jarum atau pipa thoracostomy atau
keduanya pada pneumothorax tension
4) Dukungan ventilasi dan jantung, mungkin thrombolisis,
dan mungkin prosedur radiologi intervensional untuk
emboli paru.
5) Abdominal compartment syndrome diatasi dengan
laparotomy dekompresif.
Syok Kardiogenik:

1) Optimalkan pra-beban dengan infus cairan. 


2) Optimalkan kontraktilitas jantung dengan inotropik sesuai


keperluan, 
 seimbangkan kebutuhan oksigen jantung.
Selain itu, dapat dipakai 
 dobutamin atau obat vasoaktif
lain. 


3) Sesuaikan pasca-beban untuk memaksimalkan CO.


Dapat dipakai 
 vasokonstriktor bila pasien hipotensi
dengan SVR rendah. Pasien syok kardiogenik mungkin
membutuhkan vasodilatasi untuk menurunkan SVR,
tahanan pada aliran darah dari jantung yang lemah. Obat
yang dapat dipakai adalah nitroprusside dan
nitroglycerin. 


4) Diberikan diuretik bila jantung dekompensasi. 


5) PAC dianjurkan dipasang untuk penunjuk terapi. 


6) Penyakit jantung yang mendasari harus diidentifikasi dan


diobati. 


Syok Sepsis:

1) Pengobatan berupa resusitasi cairan segera dan setelah


kondisi cairan terkoreksi, dapat diberikan vasopressor
untuk mencapai MAP optimal. Sering terjadi vasopressor
dimulai sebelum pra- beban adekuat tercapai. Perfusi
jaringan dan oksigenasi sel tidak akan optimal kecuali
bila ada perbaikan pra-beban. 


2) Obat yang dapat dipakai adalah dopamin, nor-epinefrin


dan vasopresin. 


3) Dianjurkan pemasangan PAC. 


4) Pengobatan kausal dari sepsis, pemberian antibiotik


empiris sebaiknya diberikan dalam 1 jam setelah
diagnosis klinis sepsis tanpa harus menunggu hasil
kultur. 


Syok Neurogenik:

1) Setelah mengamankan jalan nafas dan resusitasi


cairan, guna meningkatkantonus vaskuler dan
mencegah bradikardi diberikan epinefrin.
2) Epinefrin berguna meningkatkan tonus vaskuler tetapi
akan memperberat bradikardi, sehingga dapat
ditambahkan dopamin dan efedrin. Agen
antimuskarinikatropin dan glikopirolat juga dapat untuk
mengatasi bradikardi.
3) Terapi definitif adalah stabilisasi Medulla spinalis yang
terkena.

Syok Anafilaksis (dibahas tersendiri)

Rencana Tindak Lanjut

Mencari penyebab syok dan mencatatnya di rekam medis serta


memberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk tindakan lebih
lanjut yang diperlukan.

Konseling dan Edukasi
 Keluarga perlu diberitahukan mengenai


kemungkinan terburuk yang dapat terjadi pada pasien dan
pencegahan terjadinya kondisi serupa.

Kriteria Rujukan


Setelah kegawatan pasien ditangani, pasien dirujuk ke rumah sakit


terdekat.

e. Bagan Alir

f. Hal – hal yang


perlu
diperhatikan
g. Unit terkait a. Poli umum
b. Ruang tindakan
h. Dokumen Rekam medis
terkait

i. Histori
Perubahan
No Yang di ubah Isi perubahan Tanggal mulai di
berlakukan

Anda mungkin juga menyukai