Anda di halaman 1dari 24

Pendahuluan Fisika Inti

Peluruhan Sinar Alfa (𝜶)

Disusun Oleh :

Abdullah Ubaid 103224025/ Aunun Jannah 113224003

Ria Novita 113224014/ Vita Retu M 113224016

Ria Inus S 113224020/ M.Sholachuddin 113224022

Dina Mila T 113224028/ Yonita Fadila 113224201

Usayidah 113224204/ Ria Septitis 113224208

Universitas Negeri Surabaya


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Fisika
2015
SUB BAB 1

Peluruhan Spontan
A. Kondisi pada peluruhan spontan
Tinjau inti AZX dengan massa Mp kemudian mengalami peluruhan menjadi inti lain
A−4
Z−2Y dengan massa Md dan partikel alfa dari massa mx.
A A−4
ZX Z−2Y + 42He

Karena inti induk diam sebelum peluruhan, anak partikel dan x-partikel harus
terpancar dalam arah yang berlawanan setelah peluruhan untuk menghemat
momentum (Gambar 1.1). Ei (Energi pada induk) dan Ef (Energi setelah terjadi
peluruhan) adalah total energi sistem sebelum dan sesudah peluruhan.
Berdasarkan prinsip energy.

Mp

(a) sebelum

Vd Md Mα Vα

(a)Sesudah

Gambar 1.1(a) nukleus inti sebelum peluruhan dan (b) anak inti dan partikel alfa
bertumbukan saling menjauh.

Ei= Ef 1.1
atau
Mpc2+Kp= Mdc2+Kd+Mzc2+Ka 1.2
Mpc2+0 = Mdc2+Kd+Mzc2+Ka
Kd + Ka= Mdc2+Mzc2- Mpc2

dimana Kp adalah energi kinetik dari inti induk partikel, tetapi karena induk
partikel dalam keadaan diam maka nilai Kp = 0. Kd dan Ka adalah energi kinetik

Peluruhan Alfa Page 2


dari inti anak partikel dan partikel alfa. Dengan demikian energi disintegrasi, Q,
pada proses ini diberikan sebagai berikut:
Q = Kd+Ka = (Mp-Md-Ma)c2 1.3
Untuk peluruhan spontan, Q harus positif. Dari Persamaan (1.3), sehingga kita
dapat menyimpulkan bahwa peluruhan α akan berlangsung hanya jika jumlah
massa pada inti induk yang dalam kondisi diam lebih besar dari jumlah massa sisa
inti anak partikel kemudian ditambah dengan partikel alfa.
B. Energi kinetik dari bagian partikel alfa
Dari kekekalan momentum dan kekelan energi, kita telah lihat pada (gambar 1.1)
𝑝1 = 𝑝2

MpVP = Mαvα - Mdvd

(vd Bernilai negatif karena bergerak ke arah


kiri)

0 = Mαvα - Mdvd (Vp bernilai nol karena inti induk diam)


Mαva = Mdvd
𝑀∝ 𝑣∝
𝑣𝑑 = 𝑀𝑑

dan
1 1
Q = Kd+Ka= 2 MdVd2+ 2mava 1.6

dimana rx dan Vd adalah kecepatan dari partikel alfa dan inti partikel. Dengan
substitusi Vd dari persamaan (1.5) ke persamaan (1.6), kita mendapatkan
1 1
Q = 2Md(Mzvz/Md)2 + 2 mzvz2
1 𝑚
= 2 mzvz2+ (𝑀 𝑧 + 1)
𝑑

𝑚
Q = Kx(𝑀 𝑧 + 1) 1.7
𝑑

𝑄
Kx= 1+ (𝑀 1.8
𝑧 /𝑀𝑑 )

Jika A dan A-4 adalah nomor massa dan inti, masing-masing, mx / Md = 4 / (A-4),
dan Pers. (1.8) menjadi
𝐴−4
Kz = |𝑄| 1.9
𝐴

Peluruhan Alfa Page 3


Untuk nilaiyang besar A, A-4 / Ahampir kesatuan, dan partikel alfa, sebagai
hasilnya, akan mengambil sebagian besar energi disintegrasi, Q, tetapi tidak
secara keseluruhan.

Peluruhan Alfa Page 4


SUB BAB 2

Pengukuran Energi dari Partikel Alfa


Terdapat dua hal penting dalam penentuan secara akurat energi partikel alfa;
pertama, untuk meningkatkan teori yang mengatur peluruhan alfa, dan kedua, untuk
membangun skema tingkat energi nuklir yang tepat. Banyak teknik yang telah
digunakan untuk melakukn pengukuran energi partikel alfa.Metode yang deskripsinya
telah dijelaskan, pada kenyataannya, dapat digunakan untuk setiap partikel bermuatan
berat seperti proton, neutron, dan sejenisnya. Metode tersebut dapat dikategorikan
sebagai berikut : (a) defleksi magnetik, (b) berkisar energi hubungan, dan (c) analisis
pulsa-tinggi
A. Defleksi Magnetik

Salah satu metode tertua dan paling tepat untuk penentuan energi adalah
pengukuran defleksi dari jalur partikel alfa di bawah pengaruh medan magnet.

++++++++++++++++++++++++++++++++
+

Muatan Pengamat

------------ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
---

Gambar 2.1 Penembakan muatan partikel alfa pada dua plat

Gambar 2.1 diatas menjelaskan eksperimen pada dua plat yang dialiri listrik.
Terdapat muatan partikel alfa yang ditempakkan pada dua plat yaitu plat positif
dan plat negatif. Pengamat tidak mampu melihat berkas partikel alfa yang
ditembakkan karena arah dari muatan partikel alfa jatuh kebawah (kearah plat
negatif). Berkas partikel alfa jatuh sesuai dengan arah arus listrik yang dialiran
pada plat tersebut yaitu dari positif ke negatif. Pengamat hanya mampu melihat
berkas partikel alfa yang sejajar dengan posisi pengamat. Gaya yang berlaku pada
dua plat tersebut adalah sebagai berikut :

Peluruhan Alfa Page 5


Fe = qE (2.1)

dimana :

Fe = Gaya Electric (Gaya Listrik)

q = Muatan

E = Medan Listrik

++++++++++++++++++++++++++++++++ Medan
+ Magnet
Ketikapartikelbergerakbermuatan di ujungkanan
x x x
x

x x x
Muatan x Pengamat

------------ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
---

Gambar 2.2 Terdapat medan magnet yang berfungsi membelokkan arah dari
muatan alfa

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa medan magnet berfungsi untuk


membelokkan arah muatan partikel alfa. Muatan partikel yang ditembakkan
melewati garis lurus dari pengamat, sehingga pengamat dapat melihat muatan
partikel alfa yang ditembakkan.Kecepatan partikel alfa adalah konstan, sehingga
percepatannya bernilai 0. Gaya yang berpengaruh pada eksperiment tersebut
adalah gaya listrik dan gaya magnet, maka persamaannya menjadi :

∑𝐅 = m. 𝐚

∑𝐅 = m. 0

𝐅𝐞 + 𝐅𝐦 = 0

𝐅e = −𝐅m

𝐅e = 𝐅m

qE = qvH (2.1)

Peluruhan Alfa Page 6


Persamaan diatas tidak digunakan dalam pembahasan sub bab pada makalah
ini,karena pembahasan pada sub bab masalah ini menitik beratkan pada
pembelokan partikel alfa karena pengaruh medan magnet. Jadi gaya yang
digunakan adalah gaya medan magnet, sehigga perumusannya menjadi :

∑𝑭 = 𝑚. 𝒂

𝑚𝑣 2
𝑞𝑣𝐻 =
𝑟

𝑚𝑣
𝑞𝐻 =
𝑟
𝑞
𝑣 = 𝑚 (𝐻𝑟) (2.3)

Energi kinetik yang berlaku pada persamaan ini adalah

1
𝐾= 𝑚𝑣 2
2

1 𝑞 2
= 2 𝑚 (𝑚 𝐻𝑟) (2.4)

Karena pergerakan dari partikel sangat cepat sehingga berlaku rumus relativitas
sebagai berikut :

𝑚0
𝑚=
√1 − 𝑣 2 /𝑐 2

𝑞
𝑣= (𝐻𝑟)
𝑚

𝑞
= 𝑚0 𝐻𝑟
√1−𝑣 2 /𝑐 2

𝑣2
𝑞𝐻𝑟√1 − 𝑐 2
=
𝑚0

𝑞𝐻𝑟 𝑣2
𝑣= √1 −
𝑚0 𝑐2

maka energi kinetiknya adalah sebagai berikut:

Peluruhan Alfa Page 7


1
𝑘 = 𝑚𝑣 2
2

1 𝑞 2
= 𝑚 ( 𝐻𝑟)
2 𝑚

1 𝑞2
= 𝑚 2 𝐻𝑟 2
2 𝑚

𝑞 2 √1 − 𝑣 2 /𝑐 2 2
= 𝐻𝑟
2𝑚0

𝑣 2 𝑚0 2 √1 − 𝑣 2 /𝑐 2
=
𝑣2
2√1 − 𝑐 2 . 𝑚0

1 𝑣 2 𝑚0
=2 (2.5)
√1−𝑣 2 /𝑐 2

B. Range energy relationship


Kisaran partikel alfa dapat diukur dengan memanfaatkan ruang awan, piring
emulsi nuklir, atau ruang sebagai ion.Gambar 1.5 menunjukkan foto jejak partikel
alfa dalam ruang hampa.

Gambar 2.3 Tracks of alfa particles from thorium (C+C’) in a Wilson Cloud
Chamber showing the two ranges Rutherford, Chadwick, and Ellis.

Peluruhan Alfa Page 8


Gambar 2.4 Tracks of alfa particles of about 50µ range in various emulsion
plates : a) Ilford C2 emulsion, b) Ilford El emulsion.

Gambar 2.4 menunjukkan jalan partikel alfa di piring emulsi nuklir. Jika kisaran
tersebut diukur, adalah untuk mendapatkan energy partikel alfa dari hubungan
jarak-energi, yang akan kita bahas secara rinci pada bagian berikutnya. Bentuk
modifikasi dari ruang ionisasi (juga dibahas dalam bagian berikutnya) adalah
perangkat yang nyaman untuk mengukur rentang partikel alfa.

c. High pulse analysis

Prinsip metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa ukuran pulse yang dihasilkan
sebanding dengan energy partikel alfa. Ini dapat dicapai dalam tiga cara yang
berbeda.

(i) dengan menggunakan total ruang pengion atau counter proporsional,

(ii) dengan menggunakan counter solid state,

(iii) dengan menggunakan pencacah sintilasi

Gambar 2.5. Pulse height spectra of alfa particles from a source containing Am241,
Am243, and Cm244 obtained by using a solid state detector of 25 mm2 sensitive area

Peluruhan Alfa Page 9


Gambar 2.6. Pulse height spectra of alfa particles from the U230 series, obtained by
using a NaI crystal.

Gambar 2.5 dan 2.6 menunjukkan alfa spektrum (Am241 + + Am243 Cm244) danseri
U230 diperoleh dengan menggunakan counter solid state dan pencacah sintilasi,
masing-masing. Perhatikan perbedaan yang nyata dalam resolusi dua detektor

Peluruhan Alfa Page 10


SUB BAB 3

Jarak dan Ionisasi


Pengukuran rentang merupakan metode yang mudah dan akurat untuk menentukan energi
partikel yang bermuatan. Partikel bermuatan bergerak lalu menyerap atau kehilangan energi
kinetik sebesar interaksi elektromagnetik dengan elektron dari atom yang menyerap. Jika
bertabrakan, sebuah elektron mendapatkan energi yang cukup, mungkin benar-benar
melepaskan diri dari atom. sebaliknya elektron yang tersisa dalam keadaan batas-terlarang.
Dalam pembahasan berikut istilah "ionisasi" akan berarti baik tingkat terikat dan terikat
eksitasi. Energi rata-rata yang dibutuhkan untuk ionisasi disebut potensial ionisasi rata-rata,
dan dilambangkan dengan I.
Kisaran partikel alfa dapat didefinisikan sebagai jarak perjalanan dari sumber ke titik
di mana energi kinetik adalah nol. Tergantung pada metode pengukuran nilai kisaran akan
sedikit berbeda. Ada tiga jenis kisaran antara lain: Kisaran ekstrapolasi, berbagai rata-rata,
dan rentang ionisasi. Nilai kisaran bergantung pada energi kinetik inti dari partikel
bermuatan, serta jenis bahan penyerap. Standar penyerapan di udara yaitu pada 15°C dan 760
mmHg.

A. Pengukuran Kisaran Partikel Alfa


Untuk pengukuran akurat dari rentang partikel alfa di udara ditunjukkan oleh
percobaan Holloway dan Livingstone pada tahun 1938 dan ditunjukkan pada Gambar.
2.6. dimanaTerdiri dari ruangan ionisasi dangkal yang terisolasi (kedalaman 1-2 mm).
Kedalaman ruang dapat diubah dengan memasang kembali pelat pada sekrup 1 mm pitch,
yang menentukan kedalaman dengan akurasi yang lebih dari 0,005 mm. Pelat belakang
bergerak, yang terhubung ke amplifier, merupakan piringan kuningan dengan diameter
3/4 inci dan dikelilingi oleh cincin penjaga.Bagian depan. yang membentuk elektroda
potensial tinggi, adalah layar nikel tenunan erat dengan lubang persegi panjang 0,20 x
0.40 mm. Sumber partikel alfa dipasang diantara mesin penjaga yang tegak lurus dengan
ruangan (chamber).Jarak antara ruang dan sumber dapat diubah dengan memindahkan
sekrup baja. Celah ditempatkan di depan sumber untuk mendapatkan sinar collimated
partikel alfa atau untuk memfokuskan sinar.

Peluruhan Alfa Page 11


Gambar 3.1 Tabung ionisasi untuk pembuktian adanya sinar alfa (Hordway, M. G. And M. S.
Livingston, Phys. Vol.54, pp. 18, 1938)
Ketika sumber memancarkan partikel alfa, partikel alfa akan masuk dalam ruang
ionisasi. Dimana dalam ruang ionisasi ini akan terjadi tabrakan antar partikel yang
menyebabkan partikel akan mengalami proses ionisasi, yaitu proses pelepasan atau
pengikatan electron. Laju hitungan diukur untuk jarak yang berbeda antara sumber
danbagian depanruang. Kurva 3.2 menunjukkan kurva jarak untuk Po210 partikel alfa
(hanya bagian ujung kurva yang ditampilkan). Itu menunjukkan bahwa jumlah partikel
alfa mencapai ruangan tetap konstan untuk jarak sekitar 3,7 cm,setelah itu laju hitungan
jatuh sangat tajam menjadi sekitar 3,85 cm dan kemudian menuju nol.Kisaran
ekstrapolasi, Rcdidefinisikan sebagai jarak dari titik asal ke titik di mana bersinggungan
ditarik ke kurva A. pada titik belok, memotong sumbu jarak. seperti ditunjukkan pada
gambar. 3.2 untuk Po210 partikel alfa, Rc = 3,897 cm.
Kurva B pada gambar 3.2 disebut kurva kisaran diferensial dan diperoleh dengan
mengambil turunan dari nomor - kurva jarak A pada jarak yang berbeda. kurva yang
dihasilkan menunjukkan maksimum pada titik infleksi A. kisaran rata-rata, R ,
didefinisikan sebagai jarak dari asal ke maksimum kurva kisaran diferensial. dalam hal ini
R  3,482 cm. Sebuah makna penting dari kisaran rata-rata adalah bahwa setengah dari
partikel alfa memiliki rentang lebih dari R dan kurang dari setengah R . kisaran rata-rata
lebih sering digunakan daripada kisaran ekstrapolasi.

Peluruhan Alfa Page 12


Gambar 3.2 Kurva Kisaran Differensial

B. Terurai
Sebagaimana telah disebutkan,bahwa partikel alfa kehilangan energy melalui proses
ionisasi dan eksitasi.kehilangan energy, terjadi dalam jumlah diskrit dan akan
menunjukkan fluktuasi statistik tentang rata-rata atau kisaran yang paling mungkin. ini
cukup jelas dari kurva A dan B pada Gambar 3.2 yang menunjukkan bahwa semua
partikel alfa tidak memiliki range yang sama. Jika semua partikel alfa memiliki range
yang sama, akan ada penurunan di akhir. Fluktuasi dalam range disebut range straggling
(kisaran terurai). efek kisaran terurai juga terlihat dari gambar. 2.1 , yang menunjukkan
bahwa semua tracks tidak memiliki panjang yangsama. kurva distribusi B dapat
diperkirakan ketat oleh fuction gausian , yaitu
2
𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = (1/√𝜋𝛼) 𝑒 −(𝑅−𝑥)2/𝑥 𝑑𝑥 (3.1)
Dimana f(x)dx adalah nomor fraksi total yang mempunyai kisaran akhir antara xdan
x+dx, R adalah mean range, dan x adalah parameter range straggling. yang terakhir
didefinisikan sebagai setengah dari lebar kurva distribusi pada 1/e maksimal, dan α/ R
adalah koefisien dimensi dari range straggling yang disimbolkan dengan ρ.
Menggunakan persamaan (3.1) kita dapat menunjukkan bahwa kuantitas S, yang
didefinisikan sebagai selisih antara kisaran rata-rata dan kisaran ekstrapolasi, diberikan
oleh
1
𝑆 = 𝑅̅ − 𝑅𝑐 = √𝜋𝛼 (3.2)
2

Untuk partikel alfa Po210, nilai eksperimen dari α = 0,060 cm memberikan S = 0,055 cm.
S juga dapat dihitung langsung dari selisih antara R dan Rc, dalam kondisisuhu dan
tekanan standar, memberikan S = 0,070cm . yang dihitung dari gradien garis lurus yang

Peluruhan Alfa Page 13


digunakan dalam interpolasi perhitungan nilai setengah maksimum, S = 0.074 cm. dengan
demikian, stragglingparameter total untuk partikel alfa Po210 diberikan oleh
1
 t  0,074 /   0,084cm
2

Total pengamatan straggling ini sebenarnya jumlah dari banyaknya bagian efek
straggling, beberapa diantaranya adalah: (i) range straggling, (ii) noise straggling, (iii)
ionization straggling, (iv) angular straggling, (v) chamber-dept straggling, (vi) source
straggling.

C. Kisaran Ionisasi
Perhitungan dari kisaran dan ionisasi sepanjang garis dari partikel alfa dapat
digunakan untuk menghitung energi awal. Didefinisikan ionisasi spesifik sebagai jumlah
ionisasi persatuan panjang dari garis balok. Relatif spesifik ionisasi dihasilkan oleh sinar
partikel alfa pada jarak yang berbedadari sumber dapat diukur dengan bantuan ruang
ionisasi dan gkal yang dijelaskan sebelumnya. Untuk tujuan ini, amplifier dari ruang
ionisasi dirancang sedemikian rupa sehingga ketinggian pulsa tegangan keluaran
sebanding dengan jumlah pasangan ion yang terbentuk dalam tabung. Plot ionisasi
spesifik terhadap jarak dari akhir rentang disebut kurva Bragg. Dua kurva tersebut untuk
Po210 dan Po214 alpha partikel ditunjukkan pada gambar 3.3 (kurva pada gambar 3.2 juga
merupakan kurva Bragg). Kurva tersebut menunjukkan bahwa ionisasi relatif spesifik
tetap konstan sampai jarak tertentu, naik dengan cepat dan diikuti oleh penurunan tajam.
Partikel alfa Po214 memiliki massa yang lebih besar dari Po210. Untuk mencapai ionisasi
yang sama besar, Po214 memerlukan waktu yang lebih lama dan jarak yang lebih jauh
serta dengan kecepatan yang lebih rendah dari Po210. kisaran ionisasi ekstrapolasi, Ri,
didefinisikan sebagaijarakdari titik asal ketitik dimana kurva ionisasi bersinggungan, pada
titik infleksi, memotong sumbu axis. Dari kurva D pada gambar 3.1 kita mendapatkan
Ri=3,870cm.
Pada kurva 3.3 dimana koreksi telah dibuat untuk kedalaman ruang yang terbatas.
Dalam hubungan ini kita mendefinisikan perbedaan ionisasi spesifik sebagai nilai yang
didekati oleh ionisasi spesifik. Dalam semua diskusi kita sebelumnya, kita telah
membahas tentang jenis dari tabrakan. Ketika partikel bermuatan dengan energi tinggi
bertabrakan dengan elektron, Sebagian besar dari energinya diberikan kepada elektron
dalam tabrakan tunggal. Elektron yang dihasilkan dengan cara ini disebut sinar delta.

Peluruhan Alfa Page 14


Gambar 3.3 Kurva Bragg (Rutherford, et. Al., 1930)

Gambar 3.4 Koreksi Kurva Bragg (Holloway. M. G, 1938)

Peluruhan Alfa Page 15


SUB BAB 4

Stopping Power dan Jangkauan Rata-rata Energinya


Stopping Power adalah besarnya sejumlah energi yang hilang oleh partikel dalam
bahan tertentu karena terjadi penyerapan partikel bermuatan oleh bahan per satuan
panjang.Contohnya : Saat pancaran sinar alfa dihalangi oleh Timbal, maka pancaran sinar
alfa tidak dapat tembus. Diketahui rumusan Stopping Power sebagai berikut:

𝑑𝐸
𝑆(𝐸) = − 𝑑𝑥 = 𝜔𝐼 (4.1)

Dimana S(E) adalah fungsi energi kinetik dari partikel E, nilainya berbeda untuk
material yang berbeda pula. I adalah nilai rata-rata ionisasi jenis khususnya dalam hal
jumlah pasangan ion yang dibentuk per satuan panjang. ω adalah energi yang dibutuhkan
𝑑𝐸
untuk menghasilkan pasangan ion. − 𝑑𝑥 adalah laju dari hilangnya energi partikel bermuatan

dalam melewati bahan. Jika nilai stopping power diketahui jangkauan rata-rata energinya
dapat dihitung sebagai berikut.

𝑅 𝐸 𝑑𝐸 −1 𝐸 𝑑𝐸
𝑅̅ = ∫0 𝑑𝑥 = ∫0 (− 𝑑𝑥 ) 𝑑𝐸 = ∫0 (4.2)
𝑆(𝐸)

Sebaliknya, jika jangkauan rata-rata 𝑅̅ energi partikel alfa pada media perantara dari
stopping power S(E) diketahui. Jangkauan rata-rata 𝑅̅ adalah jarak r yang berhubungan
dengan titik maksimum dan kurva integral , energinya bisa dihitung sebagai berikut.

𝑅 𝑑𝐸
𝐸 = ∫0 (− 𝑑𝑥 ) 𝑑𝑅 (4.3)

Jika diketahui jangkauan energi stopping power sebagai fungsi dari energi(muatan
dan massa ion) pada bahan maka memungkinkan juga untuk mencari nilai stopping power
dari suatu bahan sebagai berikut:

𝑑𝑅 1
= 𝑆(𝐸) (4.4)
𝑑𝐸

Penghitungan stopping power tidak perlu dilakukan secara eksperimental untuk


penyerap yang berbeda , karena dapat dihitung secara teoritik baik dari mekanika klasik

Peluruhan Alfa Page 16


maupun mekanika kuantum. Interaksi antara partikel bermuatan dan elektron atom mirip
dengan Coulomb. Jika ion berkurang muatannya dengan cara mengambil selama melewati
materi, maka interaksi Coulomb dan laju hilangnya akan berkurang. Besarnya daya penghenti
dapat ditentukan dengan persamaan yang diturunkan berdasarkan mekanika kuantum dan
relativitas.

(4.5)
Dimana ʋ adalah kecepatan partikel, z adalah nomor atom dan e adalah muatan
elektron, dan m adalah massa elektron, N adalah jumlah atom per satuan volume dalam
penyerap, Z adalah nomor atom penyerap, I adalah potensial ionisasi efektif. β adalah v/e, c
adalah kecepatan cahaya, γ adalah fraksi rata-rata elektron atom penyerap diambil oleh ion
positif . Jika energi kinetik ion positif sangat kecil dibandingkan dengan energi massa
rehatnya atau β <<< 1, maka persamaan (4.5.1) dapat direduksi menjadi
𝑑𝐸 4𝜋𝑧 2 𝑒 4 2𝑚𝑣 2
𝑆(𝐸) = − 𝑑𝑥 = ( ) 𝑁𝑍 ln ( ) (4.6)
𝑚𝑣 2 𝐼

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa laju hilangnya energi semua partikel
bermuatan yang bergerak dengan laju yang sama pada suatu penyerap adalah berbanding
lurus dengan kuadrat muatannya. Dengan demikian laju hilangnya energi proton yang
berenergi E, deuteron yang berenergi 2E, dan triton yang berenergi 3E adalah sama satu
dengan yang lain, dan sama dengan seperempat 3He yang berenergi 3E atau partikel alfa
berenergi 4E. Ketentuan tersebut berlaku jika radiasi ion positif dapat mengambil
(mengosongkan) semua elektron dari atom penyusun penyerap (γ=l) dan hilangnya energi
karena penghentian nuklir dapat diabaikan. Ion-ion yang sangat ringan seperti hidrogen dan
helium dapat mengambil dan mengosongkan semua elektronnya pada energi diatas
MeV/amu.Untuk boron sampai dengan neon, energi yang diperlukan sekitar 10 MeV/amu,
sedangkan untuk uranium mendekati beberapa ratus MeV/amu.
Seperti yang dijelaskan pada persamaan di atas, stopping power adalah fungsi dari
kecepatan. Stopping power relative yang dimana kecepatannya sendiri didefinisikan sebagai
rasio stopping power dari penyerap untuk beberapa penyerap standar. Jika di bawah 0
menunjuk ke substansi standar maka

S(E) 𝑍𝑙𝑛(2𝑚𝑣 2 )−ln 𝐼


relative stopping power(RSP) = S =𝑍 2 )−𝑙𝑛𝐼
𝜋𝑟 2 = 𝜋𝑟 2 (4.7)
0 (E) 0 𝑙𝑛(2𝑚𝑣 0

Juga

Peluruhan Alfa Page 17


S(E) 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑎𝑙𝑓𝑎(𝛼) 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑅𝑆𝑃 = S = 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑘𝑎𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑎𝑙𝑓𝑎 (𝛼) 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑚 (4.8)
0 (E)

Secara eksperimental, kita akan lebih tertarik untuk mengetahui ketebalan suatu bahan
yang diperlukan untuk menyerap sejumlah partikel alfa. Hal ini biasanya disebut ketebalan
setara pada satuan mg/cm2 yang didefinisikan sebagai

𝑚𝑔
𝑒𝑞𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑡 𝑡ℎ𝑖𝑐𝑘𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑖𝑛 𝑐𝑚2 = 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑥 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑥 1000 (4.9)

Jika stopping power relatif bahan dan jangkauan selanjutnya di udara diketahui,
ketebalan setara bisa dihitung dengan menggunakan persamaan (4.8) dan (4.9).

Peluruhan Alfa Page 18


SUB BAB 5

Theori Yang Menghentikan Peluruhan


Beban patikel yang melalui penyerapan akan menghilangkan energi ionisasi atom
yang terserap, energi dapat hilang dari ketinggian, serta menghentikan energi yang
dapat memperhitungkan dalam teori energinya dalam bentuk energi yang berhenti
didasarkan dari mekanikal klasik dari niels bohr dan H. Bethe, jadi penjelasan tersebut
dengan pendekatan mekanikal kuantum, jadi F. Bloch pada tahun 1993 dan
memasukkan kembali hukum bohr dan bethe yang memiliki tempat yang terbatas,
seharusnya menunjukkan point yang klasik lalu menggantikan dari mekanikan
kuantum

Kejadian beban partikel massa M dijadikan ke ze dan kecepatan c,

Gambar 5.1 Hubungan antara partikel alfa dengan atom berelektron

Ukuran dari partikel menunjukkan ukuran yang kecil gambar 1.13 hanya t=0 waktu
yang wewakili yang memiliki asal mula partikel untuk memiliki asal yang mudah, ini
membuat banyak kemungkinan:

(i) Partikel yang dibebankan sangat baik dan, sebab kecepatan yang tinggi, yang
mana memiliki penyerapan yang kecil hubungan yang kuat. Semua itu dapat
menghilangkan energi ionisasi dan menarik atom untuk menyerap juga, ini
semua mengasumsikan dapat diatur dengan menggunakan mekanikal klasik
dan hubungan relativistik yang di inginkan. Ini membuktikan bahwa partikel
alfa hilang kurang lebih sebesar 10 Mev.
(ii) Elektron yang diserap akan bebas. Selama gerak elektron posisinya tetap.ini
menunjukkan kecepatan partikel bagus lalu kecepatan elektron terdapat di
atom

Peluruhan Alfa Page 19


Dari masalah yang alami gambar 1.13 komponen x memberi elektron pada elektron
yang nol. Ini menyebabkan kontribusi pendekatan 0 ditiadakan ketika partikel dari i
∞ ∞
∫−∞ 𝐹𝑥𝑑𝑡 = ∫0 𝐹𝑥𝑑𝑡 (5.1)

Dimana F adalah x componen untuk gaya F=ze2/r2. Komponen y adalah momentum


yang memberikan elektron.
∞ ∞ 𝑍𝑒 2
Py = ∫−∞ 𝐹𝑦𝑑𝑡 = ∫−∞ ( 𝑟 2 ) sin 𝜃 𝑑𝑡 (5.2)

Untuk mengganti yang berhubungan dengan variable gambar 5.1

Sin θ = b/r -vt/b = cos 𝜃

dt = (b/v) csc2𝜃

dari persamaan 1.22 dan integrasi, kita dapatkan

Py = 2Ze2/bv (5.3)

Energi yang memberikan elektron tunggal jarak b, selama,

𝑃2 𝑦 2𝑍 2 𝑒 4
Ee = = 𝑚𝑏2 𝑣2 (5.4)
2𝑚

Jika NA adalah bilangan avigadro, maka (ZpNA)/A nomer elektron yang memiliki
volume penyerapan, sebab tabung simetri bermasalah, elektron memiliki radi i b dan b
+ db dan panjang dx menunjukkan gambar 5.2

dN = 2πb db dx(ZρNA/A) (5.5)

Gambar 5.2 area representasi silinder radius b, ketebalan db, dan panjang dx

dari persamaan 1.24 dan 1.25 energi hilang dengan panjang dx dan ketebalan db

𝑍ρ𝑁𝑎2𝑍 2 𝐸 2
-dE(b) = 2𝜋b db dx (5.6)
𝐴𝑚𝑏 2 𝑣 2

Sehingga total energi yang hilang per satuan unit panjang elektron semuanya terikat
pada kulit dengan dampak parameter minimum adalah b min dan dampak maksimum
parameternya adalah bmax

Peluruhan Alfa Page 20


𝑑𝐸 4𝜋𝑧 2 𝑒 4 𝑁𝑎𝑝𝑍 𝑏𝑚𝑎𝑥 𝑑𝑏 4𝜋𝑧 2 𝑒 4 𝑁𝑍 𝑏𝑚𝑎𝑥
-𝑑𝑥 = ∫𝑏𝑚𝑖𝑛 = ln 𝑏𝑚𝑖𝑛 (5.7)
𝑚𝑣 2 𝐴 𝑏 𝑚𝑣 2

𝑝𝑁𝑎
Dimana dapat diganti dengan N, nomer atom per unit yang menyerap.Oleh karena
𝐴
itu, dapat menghitung nilai b min san b max.seharusnya untuk menghentikan
peluruhan ada berbagai caratetapi kita menggunakan simple classic method.

Nilai minimum yang dapat dihitung dari clasikal maxsimum kecepatannya dapat
menanamkan elektron dengan kondisi 2v, ini edalah energi,

Ee ≤ ½ m (2v)2 = 2mv2 (5.8)

Dan dari persamaan 5.3 dan 5.4

b min = ze2 /mv2 (5.9)

Nilai maksimum b dapat menghitung dengan mengasumsikan elektron terjadi


tabrakan, elektron dapat terikat, dan rata rata energi minimum, b max dapat di hitung
dengan ,

I = 2z2e4/mbmax2v2

bmax = ze2/v(2/mI)1/2 (5.10)

Untuk alternatif b max/bmin didapatkan dari pendekatan mekaanika kuantum.

Nilai bmin : gelombang dengan elektron dan kecepatan v didapatkan

√1−𝑏2
λ= h/p = h 𝑚0 𝑣

Ini terjadi valid, yang manahanya hukum colom partikel yang terjadi tidak ada
dimensi yang lain

√1−𝑏2
(bmin)Q,M ≡ h 𝑚0 𝑣

Nilai bmax dari poin relativistik, waktu untuk melanjutkan pulsa memberikan elektron
serta arah partikel,

𝜏 ≡b√1 − 𝑏 2 /𝑣

Jika 1/𝜏 < 𝑣, yang mana frekuensi elektron, elektron tidak dapat menyerap energi,
untuk menyerap menggunakan

1/v > 𝜏 ≡ b √1 − 𝑏 2 /𝑣

Atau

bmax = v/v b √1 − 𝑏 2

Peluruhan Alfa Page 21


Dimana v merupakan rata rata frekuensi elektron. Ini dapat menunjukkan rasio
elektron bmak/bmin diperoleh dari pengolahan clasikal yang sama.

Dari mengkombinasi 5.12, 5.13, dan 5.14 maka didapatkan


4𝜋𝑧 2 𝑒 4
S = -dE/dx = 𝑁𝑍 ln(2𝑚𝑣 2 /𝐼) (5.11)
𝑚𝑣 2

Jika penentuan relativistik terjadi energi tinggi akan mengambil pemikiran mengikuti.
4𝜋𝑧 2 𝑒 4 2𝑚𝑣 2 𝑣2 𝑣2
S = -dE/dx = 𝑁𝑍 [ln ( ) − ln (1 − 𝑐 2 ) − 𝑐 2 ] (5.12)
𝑚𝑣 2 𝐼

Dimana mo adalah massa elektron. Massa yang datang menimbulkan partikel tidak
mengalir, nilai berasal dari biaya partikel alfa, deutron, proton, mesons, dan yang
keempat. Membandingkan teorema yang menghentikan energi dengan hasil
percobaan, dengan pertimbangan partikel alfa z=2, untuk mengambil dari

S(E) = -dE/dx = 16𝜋e4/mv2𝑁𝑍 ln(2𝑚𝑣 2 /𝐼) (5.13)

Dengan menulis didapatkan


𝑚𝑣 2
S’(E) = -16𝜋𝑒 4 𝑁dE/dx = 𝑁𝑍 ln(2𝑚𝑣 2 /𝐼) (5.14)

Untuk nilai S’(E) gambar 5.3 menunjukhan hubunagn antara S’(E) dengan Z. Garis
padat gambar 5.2 yang mana membuka poin. Menggunakan antara teori dan
percobaan yang terbaik, menggunakan ekspresion, A. Beiser menghitung energinya
berhenti yang berbeda, nilai dari gambar 5.4 untuk alfa partikel, deutron, proton,
pimesons, mu-mesons, dan elektron, menggunakan penyerapan.

Gambar 5.3 Verifikasi dari penjelasan energi stopping

Peluruhan Alfa Page 22


Untuk menghentikan energi yang berasal tidak dapat mengalir sesuai dengan partikel,
untuk contoh partikel alfa tidak kurang dari 5Mev dan energi poton yang kurang dari
1,3 Mev. Teori yang tidak disetujui untuk memberikan energi yang fakta yang
menutupi dan elektron yang hilang, yang mana mendatangkan energi lemah yang
menonjol, serta tidak dapat mengambil perhatian.

Gambar 5.4 plot dari dE/dx dalam MeV di udara untuk differensial partikel

Peluruhan Alfa Page 23


DAFTAR PUSTAKA

Array, Atam P., tahun...., Judul...... pp. 189-198

Buechner, W. W. 1995. Program Nuclear Physics..Vol.5, p.1

Hinds, S., and R. Middleron. 1959. Proc. Physics Society. Vol.73, p.501

Rutherford, Chadwick, and Ellis. 1930. Radiaion from radioactive substances. New York:
Cambridge University Press

Blankenship, J. L., and C. J. Borkowski, I. R. E. 1961. Trans. NS-8, p. 17

Stephen, F. Jr., F. Asaro, and I. Periman. 1954. Physics Rev. Vol.96, p. 1568

Holloway, M. G., and M. S. Livingston. 1938. Physics Rev. Vol.54, p. 18

Kaplan, I. 1963. Nuclear Physics. Reading, Mass.:Addison Wesley Publishing Co., p. 315

Beiser, A. 1952. Revsl Modern Physics. Peluruhan Alfa. Vol.24, p. 273

Peluruhan Alfa Page 24

Anda mungkin juga menyukai