Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Korupsi berasal dari kata latin Corrumpere,
Corruptio, atau Corruptus. Arti harfiah dari kata tersebut adalah
penyimpangan dari kesucian (Profanity), tindakan tak bermoral, kebejatan,
kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran atau kecurangan. Dengan demikian
korupsi memiliki konotasi adanya tindakan-tindakan hina, fitnah atau hal-
hal buruk lainnya. Bahasa Eropa Barat kemudian mengadopsi kata ini
dengan sedikit modifikasi; Inggris : Corrupt,
Corruption; Perancis : Corruption; Belanda : Korruptie. Dan akhirnya dari
bahasa Belanda terdapat penyesuaian ke istilah Indonesia menjadi : Korupsi.
Korupsi merupakan tindak pidana yang memperkaya diri sendiri,
golongan, kerabat dengan cara melawan aturan hukum. yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin, kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan
rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras,
kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya
sumber daya manusia, serta struktur ekonomi. Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat, dan tujuan. Dampak
korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi,
ekonomi, dan kesejahteraan negara.
Peraturan perundang-undangan (legislation) merupakan wujud dari
politik hukum institusi Negara dirancang dan disahkan sebagai undang-
undang pemberantasan tindak pidana korupsi. Secara parsial, dapat
disimpulkan pemerintah dan bangsa Indonesia serius melawan dan
memberantas tindak pidana korupsi di negeri ini. Peran serta masyarakat
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
diwujudkan dalam bentuk antara lain mencari, memperoleh, memberikan

1
data atau informasi tentang tindak pidana korupsi dan hak menyampaikan
saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Sesuai dengan prinsip keterbukaan
dalam negara demokrasi yang memberikan hak kepada masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif mengenai
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

1.2. Tujuan pembuatan makalah


1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi pembaca
tentang Anti Korupsi.

1.2.2 Tujuan Khusus


Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan secara
lebih mendalam tentang :
1. Penyelenggara
2. Asas
3. Hak dan Kewajiban
4. Peran Masyarakat

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Penyelenggara
Penyelenggara disini dimaksud adalah Penyelenggara Pemerintahan/
Negara. Penyelenggara negara dalam arti luas meliputi bidang eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Menurut UUD 1945 penyelenggara negara meliputi
penyelenggara negara dalam berbagai bidang pemerintahan.
Penyelenggara negara menurut Undang-Undang RI No. 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi
eksekutif, legislatif atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas
pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi, penyelenggara
negara meliputi :
1. Pejabat negara pada lembaga negara
2. Menteri
3. Gubernur
4. Hakim
5. Pejabat negara yang lain, misalnya duta besar, wakil gubernur,
bupati/walikota
6. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategi dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan negara, misalnya Gubernur Bank Indonesia,
Kapolri, Rektor Perguruan Tinggi Negeri.
Kemudian, pengertian aparatur sipil negara dan pejabat negara diatur
dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 43 Tahun
1999 tentang Aparatur Sipil Negara.
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi
bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
yang bekerja pada instansi pemerintah.
Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi
negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan
Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-undang
Selanjutnya, dalam UU No. 5 Tahun 2014 dijelaskan bahwa Aparatur
Sipil Negara terdiri dari:
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS);
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

3
Menurut pasal 121 UU No. 5 Tahun 2014, Pegawai ASN dapat
menjadi pejabat negara, pejabat negara sebagaimana dimaksud yaitu:
1. Presiden dan Wakil Presiden;
2. Ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat;
3. Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat;
4. Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah;
5. Ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim agung pada Mahkamah
Agung serta ketua, wakil ketua, dan hakim pada semua badan
peradilan kecuali hakim ad hoc;
6. Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi;
7. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
8. Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial;
9. Ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi;
10. Menteri dan jabatan setingkat menteri;
11. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang
berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh;
12. Gubernur dan wakil gubernur;
13. Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan
14. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang
Penyelenggara negara dalam menjalankan tugasnya berpijak pada
asas-asas umum penyelenggaraan negara yang baik. Asas umum
penyelenggaraan yang baik adalah asas yang menjunjung tinggi dan menaati
norma kelembagaan, norma kesusilaan, norma kepatuhan, dan norma
hukum dan etika yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

2.2 Asas
Asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan/ negara yang baik
berdasarkan UU No. 9 Tahun 2004 tentang tentang Perubahan atas UU No.
5 Tahun 1986 tentang PTUN. Dimana dalam penjelasannya disebutkan :
“Yang dimaksud dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik
adalah meliputi atas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara,
keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas dan akuntabilitas, sebagai
dimaksud dalam UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme”.

4
Disamping itu, dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, asas-asas umum pemerintahan yang baik tersebut dijadikan asas
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana tercantum dalam
Pasal 20 ayat (1) yang berbunyi:
“penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum
Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas: asas kepastian hukum, asas
tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan,
asas proporsionalitas, asas profesionalitas, asas akuntabilitas, asas
efisiensi dan asas efektivitas”.
Selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang merupakan pengganti UU No. 32 Tahun 2004
menyebutkan bahwa kepala daerah, dan DPRD dibantu oleh Perangkat
Daerah menyelenggarakan pemerintahan daerah berpedoman pada asas
penyelenggaraan pemerintahan negara terdiri atas :
1. Asas kepastian hukum, yaitu asas yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam
setiap kebijakan penyelenggara negara.
2. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi
landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggara negara.
3. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan
kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan
selektif.
4. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif dengan memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
7. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang

5
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggara negara yang baik harus dapat menerapkan asas
keterbukaan, yakni kesediaan penyelenggara negara untuk memberitahukan
hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggara negara kepada rakyatnya.
Dengan keterbukaan itu, rakyat akan percaya dan mendukung
penyelenggaraan negara.

2.3 Hak dan Kewajiban


Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang
semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh
pihak manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,
akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang.
Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara
yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.
Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak
mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu
tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk
memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada
akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan
penggunaannya tergantung kepada kita sendiri. Contoh dari hak adalah:
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum;
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak;
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata
hukum dan di dalam pemerintahan;
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan
menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang
dipercayai;
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran;

6
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara
kesatuan Indonesia atau nkri dari serangan musuh;dan
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan
berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan
tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.
Kewajiban adalah sesuatu yg dilakukan dengan tanggung
jawab.Contoh dari kewajiban adalah:
1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta
dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia
dari serangan musuh;
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
(pemda);
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar
negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan
dengan sebaik-baiknya;
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap
segala hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia;dan
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk
membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke
arah yang lebih baik.
Sebagaimana yang telah diatur oleh UUD 1945 maka kita harus
melaksankan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara dengan
tertib,yang meliputi:
1. Hak dan kewajiban dalam bidang politik;
2. Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya;
3. Hak dan kewajiban dalam bidang hankam;dan
4. Hak dan kewajiban dalam bidang ekonomi.
Hak dan kewajiban penyelenggara negara menurut Undang-Undang
RI No. 28 Tahun 1999 Bab IV pasal 4 dan 5 yaitu:
Setiap Penyelenggara Negara berhak untuk:
1. Menerima gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, tindakan dari
atasannya, ancaman hukuman, dan kritik masyarakat;
3. Menyampaikan pendapat di muka umum secara bertanggungjawab
sesuai dengan wewenangnya; dan

7
4. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Setiap Penyelenggara Negara berkewajiban untuk:
1. Mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum
memangku jabatannya;
2. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan setelah
menjabat;
3. Melaporkan dan mengumumkan kekayaan sebelum dan setelah
menjabat;
4. Tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme;
5. Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, tas,
dan golongan;
6. Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggungjawab dan tidak
melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan
pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dan tidak
mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
dan
7. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dan
nepotisme serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak dan kewajiban Penyelenggaraan Negara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 dan Pasal 5 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4 Peran Serta Masyarakat Terhadap Pemberantasan Korupsi


Peran serta masyarakat menurut undang-undang RI No. 28 Tahun
1999 Bab VI pasal 8 dan 9 yaitu:
1. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara merupakan
hak dan tanggungjawab masyarakat untuk ikut mewujudkan
Penyelenggara Negara yang bersih;
2. Hubungan antara Penyelenggara Negara dan masyarakat
dilaksanakan dengan berpegang teguh pada asas-asas umum
penyelenggaraan Negara.
Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
diwujudkan dalam bentuk:
a. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi tentang
penyelenggaraan negara;

8
b. Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari
Penyelenggara Negara;
c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab
terhadap kebijakan Penyelenggara Negara; dan
d. Hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal:
1) Melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b,
dan c;
2) Diminta hadir dalam proses Penyelidikan, penyidikan, dan
disidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Untuk melaksanakan ketentuan Undang- Undang tersebut diatas
ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam Peraturan
Pemerintah ini yang dimaksud dengan Peran serta masyarakat adalah peran
aktif perorangan, Organisasi Masyarakat, atau Lembaga Swadaya
Masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000
Menyatakan bahwa: “Setiap orang, Organisasi Masyarakat, atau Lembaga
Swadaya Masyarakat berhak mencari, memperoleh dan memberikan
informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi serta
menyampaikan saran dan pendapat kepada penegak hukum dan atau Komisi
mengenai perkara tindak pidana korupsi”.
Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) adalah perbuatan yang
menyelewengkan atau menyalahgunakan uang Negara untuk kepentingan
pribadi atau orang lain. Memberantas korupsi bukanlah perkara yang
mudah. Diperlukan upaya sungguh-sungguh dan didukung oleh semua pihak
untuk memberantasnya. Upaya-upaya pemberantasan korupsi terus
berlangsung hingga sekarang ini. Upaya-upaya pemberantasan atau
pencegahan tindak pidana korupsi dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut :
1. Pengawasan oleh lembaga masyarakat (Contohnya : ICW)
2. Lembaga pengawas seperti DPR, DPRD, BPK, BPKP, dan
Bawasda
3. Lembaga pengawas Independen seperti KPK

9
4. Lembaga penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, dan
Pengadilan.
Peran Aktif Masyarakat Dalam Melawan Korupsi sangat diharapkan
dalam pemberantasan korupsi di negara ini, demi mewujudkan Indonesia
yang bebas dari korupsi.

10

Anda mungkin juga menyukai