Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
pelayanan gawat darurat memiliki sistem triage, yaitu prioritas 1 ATS 1 dan
).
Menurut hasil penelitian World Health Organization ( WHO ) Tahun
terjadi sekitar 30% diseluruh IGD rumah sakit di dunia ( Bashkin et al,
Menteri Kesehatan RI, 2014 ). Data kunjungan pasien disetiap rumah sakit
Provinsi NTT tiap tahun kian bertambah yaitu sebesar 3.323.855 kunjungan
bahwa perawat yang bekerja di IGD menjalani peningkatan beban kerja dan
pasien sehingga pasien tidak merasa puas karena kurangnya perhatian dari
perawat seperti, kesan perawat kurang ramah, sikap perawat yang sangat
sensitif atau mudah emosi ketika ditanya oleh pasien atau keluarganya (
adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah pasien yang melebihi
April 2019 di IGD RSUD Prof dr. W. Z. Johannes Kupang bahwa jumlah
didapatkan data sebanyak 21.566 pasien dan jumlah bed yang berada di
ruangan IGD sebanyak 30 orang yang terdiri dari perawat IGD berjumlah
hanya 1 orang yaitu, pada shift pagi. Hal ini dikarenakan kurangnya jumlah
ruangan IGD. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Kupang.
a. Untuk mengetahui beban kerja perawat triage di IGD RSUD Prof. dr.
W. Z. Johannes Kupang.
penilaian triage.
pasien gawat darurat melalui penilaian triage yang tepat IGD RSUD
TINJAUAN PUSTAKA
P3 ATS 5 ( Hijau ), klasifikasi triage ini adalah yang paling ringan diantara
2014 ).
IGD ialah metode triage yang biasa digunakan adalah Australian triage
scale ( ATS ). Metode ini berprinsip pada sederhana dan kecepatan yang
a. Ruang Skrining
pasien.
kegawatdaruratan pasien.
ialah 5 - 10 menit.
3. P3 Hijau ( Non Emergency ) adalah pasien yang tidak mengalami
samping IGD
c. P3 ( Hijau ) : ATS 5
darurat terlayani
a. Pendaftran
b. Billing
dengan cara :
cedera berat mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila
atau mental dan reaksi emosional seperti sakit kepala dan mudah marah
Mastini ( 2013 ).
eksternal.
1. Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari
luar tubuh pekerja atau yang disebut dengan stressor, yaitu meliputi
tugas yang bersifat fisik tata ruangan tempat kerja, alat dan sarana
tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja
strain dapat dinilai baik secara objek maupun subjektif. Faktor internal
yang dapat mempengaruhi beban kerja ialah kondisi pasien yang selalu
meningkat.
d. Motivasi kerja
sebagai berikut:
karyawan.
Rosa, 2015 ).
tepat waktu dalam bekerja disertai rasa tanggung jawab yang tinggi
baik.
lainnya, tidak akan saling terjadi iri ataupun lempar tanggung jawab
jawabnya.
f. Motivasi bertujuan meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi
karyawan.
e. Jam perawatan atau atau waktu perawatan adalah waktu rata-rata yang
1. Pengetian triage
Konsep triage 2. Klasifikasi triage
3. Alur pelaksanaan triage
4. Pengertian penilaian triage
METODE PENELITIAN
Penilaian triage
Keterangan
: Diteliti
: Tidak diteliti
dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan
untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau
2018 ). Variabel, definisi operasional, parameter, alat ukur, hasil ukur dan
3.5.1 Populasi
2. Bekerja di IGD
Z. Johannes Kupang.
subjek peneliti hanya diminta memilih alternatif responden atau jawaban yang
Jumlah
No Variabel Aspek yang diteliti No. item soal
soal
1 Beban kerja 1. Faktor internal 42 1,2,3,4,5,6,7,8,9, 10,
perawat 11,12,13,14,15, 16,
2. Faktor 17, 18, 19, 20, 21, 22,
eksternal 23, 24, 25, 26, 27. 28,
29, 30, 31, 32, 33, 34,
35, 36, 37, 38, 39, 40,
41, 42.
masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
tidak bersedia.
responden pada lembar alat ukur atau kuisioner dan hanya menuliskan
kode atau inisial pada lembar pengumpulan data atau hasil peneliti yang
disajikan.
3. Kerahasian ( confidentially )
tahap yaitu :
kuesioner.
maka korelasi antara dua variabel makin kuat dan terdapat hubungan,
6 ∑𝑑 2
𝑟𝑠 = 1 −
𝑛(𝑛2 − 1)
Keterangan :
eratnya antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk melihat hasil
yang bermakna. Sedangkan apabila nilai ρ > 0,05 maka secara statistik
sebagai rumah sakit tertua dan terlengkap dari segi fasilitas dan aspek
sakit ini dipandang sangat strategis di jantung kota kupang dan juga adalah
ibu kota provinsi NTT. Berdiri diatas areal tanah seluas 5 hektar lebih, dan
rumah sakit rujukan yang dapat menerima rujukan dari rumah sakit lain
fasilitas rawat jalan dan fasilitas untuk rawat inap, IGD, kamar operasi (
THT, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik bedah, poliklinik kebidanan dan
up, poliklinik jantung dan 1 unit hemodialisa. Sementara untuk rawat inap
fasilitas kelas utama atau paviliun, kelas I, II, III kelas perawatan bedah,
kelas bersalin dan kamar perawatan intensif ( ICU, HCU, NICU, PICU ).
tidur. Di samping itu juga terdapat ruang kerja dokter dan perawat yang di
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2019
sebanyak 13 perawat ( 57 % ).
2 26 - 30 tahun 9 30,0
3 31 - 35 tahun 12 40,0
4 36 - 40 tahun 4 13,3
5 ≥ 40 tahun 5 16,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2019
8 perawat ( 26,7 % ).
2 Cukup 16 53,3
3 Kurang 7 23,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 30 responden
perawat ( 23,3 % ).
korelasi spearman rank yang digunakan pada statistik non parametris. Cara
Di Ruangan IGD
0,004 yang artinya HO ditolak atau ada hubungan beban kerja perawat dengan
ketepatan penilaian triage di ruangan instalasi gawat darurat RSUD Prof. dr. W.
Z. Johannes Kupang.
tertera pada tabel 4.7 angka tersebut berada pada kategori cukup kuat yakni
faktor diantaranya usia dan masa kerja menurut Syahrizal, Karim, dan Nauli (
menimbulkan kelelahan fisik atau mental dan reaksi emosional seperti sakit
kepala dan mudah marah. Beban kerja perawat adalah menghitung aktifitas
Nursalam, 2014 ).
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanti, dkk. 2013,
dengan judul “Hubungan beban kerja perawat dengan perilaku caring perawat
darurat dan lain - lain. Kemudian perawat juga melakukan tindakan non
melayani pasien poli (pasien non kegawatan), serta melayani adanya pasien
rujukan dari beberapa rumah sakit lainnya Akibat dari pelayanan tersebut
sangat tinggi.
salah satu faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan triage adalah rasio
ruangan triage hanya 1 orang perawat saja dishift pagi namun, pada shift sore
dan shift malam tidak ada perawat yang bertugas di ruangan triage, kemudian
jumlah kunjungan pasien sehingga terjadi beban kerja pada perawat hal ini
tersebut.
Menurut Sunaryo 2014 menyatakan bahwa masa kerja yang lama akan
cenderung membuat sesorang merasa lebih betah dalam suatu organisasi, hal
hidup dasar ( BHD ) di ruangan intensive care unit ( ICU ) RSUD dr. Pirngadi
di ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi medan tahun 2017 didapatkan bahwa
masa kerja perawat paling banyak yaitu > 10 tahun sebanyak 17 orang (
63,0% ) sedangkan masa kerja perawat < 5 tahun sebanyak 5 orang ( 18,5 %
tahun tahun berjumlah 19 perawat ( 63,3 % ), dan sebagian kecil masa kerja
perawat di IGD rumah sakit tipe C” hasil penelitian didapatkan bahwa dari
seseorang maka semakin kritis, logis, dan sistematis cara berpikirnya, serta
bahwa sebagian perawat pada saat melakukan penilaian awal pada pasien,
secara lengkap, hal ini akan sangat mempengaruhi pada saat melakukan
didapatkan bahwa jenis pelatihan yang paling banyak diikuti oleh perawat
orang ( 22,2 % ) dan lain-lain sebanyak 5 orang ( 18,5 % ). Dan tidak ada
( 16,7 % ).
4.2.2 Analisa Bivariat
ditolak atau ada hubungan beban kerja perawat dengan ketepatan penilaian
yang tertera pada tabel 4.7 angka tersebut berada pada kategori cukup kuat
yakni kisaran 0,40 - 0,599. Hal tersebut dikarenakan beban kerja perawat
dengan judul hubungan beban kerja perawat dengan perilaku caring perawat
gawat darurat dan lain - lain. Kemudian perawat juga melakukan tindakan
juga melayani pasien poli ( pasien non kegawatan ), serta melayani adanya
pasien rujukan dari beberapa rumah sakit lainnya Akibat dari pelayanan
yang mempengaruhi beban kerja adalah jumlah pasien yang masuk tiap unit,
perawat dengan jumlah kunjungan pasien sehingga terjadi beban kerja pada
perawat hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas ketepatan penilaian triage
kerja perawat dengan ketepatan penilaian triage diruangan IGD RSUD Prof.
1. Pelayanan Keperawatan
data bahwa ada hubungan beban kerja perawat dengan ketepatan penilaian
2. Pendidikan Keperawatan
3. Penelitian Keperawatan
selesai.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dinilai ρ = 0.004 dimana nilai ρ < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dan Hasil ini memiliki hubungan yang signifikan antara beban kerja
5.2 Saran
institusi
secara mandiri.
Africia, F. (2017). Hubungan Beban Kerja Per awat Dengan Kinerja Perawat di
Bangsal Instalasi Rawat Inap RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. Jurnal
Keperawatan. 1 (1), 43-50.
Barahama, F. K., Katuk, M., Oroh, M. W. 2019. Hubungan Beban Kerja Dengan
Kepuasan Kerja Perawat di Ruangan Perawatan Dewasa RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado. Jurnal Keperawatan.
Gita Tri, Puspitasari. (2012). Hubungan Beban Kerja Fisik Dan Kerja Dengan
Haryoto
SKRIPSI
Keperawatan
OLEH
Telp: +6282144825288
Email : jewibria22@gmail.com
ABSTRAK
52
PENDAHULUAN (13,3 %) dari total seluruh kunjungan
Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) di rumah sakit umum (Menteri
merupakan salah satu unit pelayanan Kesehatan RI, 2014). Data
di rumah sakit yang menyediakan kunjungan pasien disetiap rumah
penanganan awal ketika pasien sakit Provinsi NTT tiap tahun kian
menderita sakit atau cedera sehingga bertambah yaitu sebesar 3.323.855
dapat mengancam kelangsungan kunjungan pasien ( DINKES, 2015 ).
hidupnya. IGD berfungsi untuk Penanganan pasien yang
menerima, menstabilkan dan dilakukan tanpa memilah pasien
mengatur pasien yang membutuhkan berdasarkan tingkat kegawatan atau
penanganan kegawatdaruratan triage dan berdasarkan urutan
segera, baik dalam kondisi sehari- kedatangan pasien akan
hari maupun terjadi bencana. mengakibatkan penundaan
Pelayanan pasien gawat darurat penanganan pada pasien gawat
memerlukan pelayanan segera, yaitu darurat dan kritis sehingga berpotensi
cepat, tepat dan cermat untuk membahayakan pasien, bahkan bisa
mencegah kematian dan kecacatan ( membuat pasien yang kritis
Permenkes RI, 2018 ). mengalami kecacatan dan meninggal
Pelayanan gawat darurat ( Aloyce, et al., 2014 ).
mempunyai beberapa pembagian dan ketepatan perawat dalam
penanganan kriteria pasien dalam melakukan triage sangat
kondisi kegawatdaruratan di IGD. berpengaruh terhadap tingkat
Pada pelayanan gawat darurat keberhasilan pertolongan pada saat
memiliki sistem triage, yaitu pasien yang mengalami
prioritas 1 ATS 1 dan ATS 2 merah ( kegawatdaruratan selaian itu,
Emergency ) merupakan pasien ketepatan perawat dalam
dengan kondisi gawat darurat yang melaksanakan triage juga
mengancam nyawa atau fungsi vital dipengaruhi oleh beberapa faktor
dan membutuhkan penanganan antara lain pengetahuan perawat
segera. Prioritas 2 ATS 3 & ATS 4 tentang triage, motivasi kerja dan
kuning ( Urgent ) merupakan pasien beban kerja.
dalam kondisi darurat yang perlu Beberapa Negara Asia
evaluasi secara menyeluruh dan di Tenggara termasuk Indonesia
tangani oleh dokter untuk stabilisasi, ditemukan bahwa perawat yang
diagnosa dan terapi. Prioritas 3 ATS bekerja di IGD menjalani
5 hijau ( Non Emergency ) peningkatan beban kerja dan masih
merupakan pasein dalam kondisi mengalami kekurangan jumlah
tidak mengalami kegawatan dan perawat. Hal yang sama juga
kedaruratan ( Permenkes RI, 2018 ). dikemukakan oleh Martianti (2015),
Menurut hasil penelitian World bahwa faktor yang memepengaruhi
Health Organization ( WHO ) Tahun ketepatan penilaian triage adalah
2011 kunjungan pasien di IGD terus beban kerja. Beban kerja merupakan
bertambah tiap tahunnya, keadaan dimana seorang perawat
peningkatan terjadi sekitar 30% dihadapkan pada tugas yang harus
diseluruh IGD rumah sakit di dunia diselesaikan pada waktu tertentu (
(Bashkin et al, 2015). Data Nurhafinah, 2015 ). Dalam hal ini
kunjungan pasien masuk ke IGD di perawat yang dibebani dengan tugas
Indonesia adalah 4.402.205 pasien - tugas non keperawatan dapat
meningkatkan beban kerja sehingga, pemeriksaan vital signs. Namun
berdampak pada penurunan kualitas dalam pelaksanaan triage di IGD
pelayanan keperawatan dan tindakan perawat yang bertugas di ruangan
pertolongan pertama pada pasien triage hanya 1 orang yaitu, pada shift
gawat darurat ( WHO, 2011 ). pagi. Hal ini dikarenakan kurangnya
Beban kerja perawat yang jumlah perawat triage di ruangan
berlebihan memberikan efek kepada sehingga perawat yang bekerja di
pasien sehingga pasien tidak merasa ruangan IGD mengalami
puas karena kurangnya perhatian dari peningkatan beban kerja selain itu,
perawat seperti, kesan perawat hasil wawancara dengan perawat
kurang ramah, sikap perawat yang triage bahwa adanya kesalahan
sangat sensitif atau mudah emosi dalam menentukan triage seperti
ketika ditanya oleh pasien atau pada saat perawat melakukan
keluarganya ( Chusnawiyah, 2015 ). penilaian awal pada pasien P1 merah
Faktor yang mempengaruhi beban ( Emergency ) dengan kondisi gawat
kerja perawat adalah kondisi pasien darurat pindahkan ke P2 Kuning (
yang selalu berubah, jumlah pasien Urgent ) dengan kondisi pasien
yang melebihi sumber daya perawat, gawat tidak darurat sehingga akan
jumlah rata-rata jam perawatan yang mempengaruhi ketepatan penilaian
dibutuhkan untuk memberikan triage terhadap pasien yang masuk
pelayanan langsung pada pasien ke ruangan IGD. Oleh karena itu
melebihi kemampuan perawat itu peneliti tertarik untuk melakukan
sendiri, keinginan untuk berprestasi penelitian dengan judul “Hubungan
kerja, tuntutan pekerjaan tinggi,serta beban kerja perawat dengan
dokumentasi asuhan keperawatan. ketepatan penilaian triage” di IGD
Perawat dengan beban kerja RSUD Prof. dr. W. Z. Johannes
berlebihan dapat berdampak pada Kupang.
penurunan motivasi kerja perawat
dalam melakukan ketepatan METODE
penilaian triage terhadap pasien.
Berdasarkan studi Jenis penelitian yang digunakan
pendahuluan yang dilakukan pada adalah penelitian kuantitatif dengan
tanggal 29 April 2019 di IGD RSUD metode studi korelasi dengan
Prof dr. W. Z. Johannes Kupang menggunakan pendekatan cross
bahwa jumlah kunjungan pasien di sectional, Cara pengambilan sampel
IGD pada bulan Januari-Desember dalam penelitian ini dilakukan
tahun 2018 didapatkan data sebanyak dengan teknik proposive sampling
21.566 pasien dan jumlah bed yang dengan pengambilan sampel secara
berada di ruangan IGD sebanyak 16 purposive didasarkan pada suatu
bed. Jumlah keseluruhan perawat pertimbangan tertentu yang dibuat
yang bekerja di ruangan IGD oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri
sebanyak 30 orang yang terdiri dari atau sifat-sifat populasi yang sudah
perawat IGD berjumlah 30 orang dan diketahui sebelumnya.
perawat triage berjumlah 4 orang. Sampel dalam penelitian ini
Pelaksanaan triage di ruangan IGD berjumalah 30 responden.
menggunakan sistem Australian
Triage Scale ( ATS ), wawancara
dan observasi lanjutan serta
Hasil Penelitian perawat Terendah 8 26,7
1. Data Umum Ketepatan Baik 7 23,3
Berdasarkan penelitian yang penilaian
telah dilakukan diperoleh hasil triage Cukup 16 53,3
sebagi berikut Kurang 7 23,3
Tabel 1. Data Umum Responden
Karateristik N % Berdasarkan tabel diatas dapat
Jenis Laki-laki 17 43 diketahui bahwa dari 30 responden
kelami sebagian besar yang melakukan
n Perempuan 13 57
ketepatan penilaian triage cukup
Umur 26-30 tahun 9 30,0 berjumlah 16 perawat ( 53,3% ), dan
31-35 tahun 12 40,0 sebagian kecil yang melakukan
ketepatan penilaian triage baik
Pendidi D3 21 70,0 berjumlah 7 perawat ( 23,3 % ).
kan keperawata 2. Hubungan Beban Kerja
terakhi n Perawat Dengan Ketepatan
r S1 9 30,0 Penilaian Triage
Keperawata Tabel 3. Hasil Bivariat
n/Ners Variabel Variabel P R
Masa ≥ 10 tahun 19 63,3 independen dependen
kerja Beban Ketepatan 0,004 0,516
4-6 tahun 5 16,7 kerja penilaian
perawat triage
Ketera BT & CLS 18 60,0
mpilan Berdasarkan tabel diatas
kerja ACLS 3 10,0 terlihat bahwa angka signifikan
korelasi sebesar 0,004 yang artinya
HO ditolak atau ada hubungan
Berdasarkan tabel diatas dapat pengetahuan perawat dengan
diketahui bahwa dari 30 responden pelaksanaan triage di ruangan
sebagian besar berjenis kelamin laki- instalasi gawat darurat RSUD Prof.
laki 17 perawat ( 43 % ), hampir dr. W. Z. Johannes Kupang.
setengah berusia antara 31-35 tahun Hasil perhitungan dengan
yakni 12 tahun ( 40,0 % ), sebagian spearman rank menunjukan
besar responden berpendidikan D3 correlation Coefficient sebesar
Keperawatan yakni 21 perawat ( 70, 0,516. Berdasarkan kriteria
0 % ), hampir setengah responden penafsiran koefisien korelasi yang
memiliki masa kerja ≥ 10 tahun tertera pada tabel 4.7 angka tersebut
berjumlah 19 perawat ( 63,3 % ), dan berada pada kategori cukup kuat
hampir setengah responden memiliki yakni kisaran 0,40 - 0,599.
keterampilan klinis BT & CLS yakni
18 perawat ( 60,3 % ). PEMBAHASAN
1. Beban kerja perawat
Tabel 2. Hasil Analisis Univariat Berdasarkan penelitian yang
Variabel N % dilakukan pada 30 responden
Beban Tertinggi 9 30,0 sebagian besar beban kerja perawat
kerja sedang berjumlah 13 perawat ( 43,3
Sedang 13 43,3 % ) dan sebagian kecil beban kerja
perawat tertinggi berjumlah 9 ke ruangan, melakukan pemasangan
perawat ( 30,0 % ). Hal tersebut keteter intravena, melakukan heating
dikarenakan beban kerja perawat pada luka, melakukan ganti balut
dipengaruhi oleh beberapa faktor luka, serta melakukan
diantaranya usia menurut Syahrizal, pendokumentasian asuhan
Karim, dan Nauli ( 2015 ) keperawatan gawat darurat dan lain-
menyebutkan bahwa usia dewasa lain. Kemudian perawat juga
awal merupakan tingkat usia melakukan tindakan non
produktif dalam bekerja sehingga keperawatan seperti melakukan
dapat melakukan berbagai tindakan membersihkan instrumen medis yang
keperawatan. Usia mempengaruhi telah dipakai, membersihkan ruangan
terhadap daya tangkap dan pola pikir dan membereskan sampah sisa
seseorang ( Notoatmodjo, 2014 ), tindakan keperawatan. Berdasarkan
daya ingat seseorang salah satunya di hasil wawancara didapatkan data
pengaruhi usia bertambahnya umur dengan sejumlah perawat 3 - 4 orang
sesorang dapat berpengaruh pada dengan jumlah total perawat 20
pertambahan pengetahuan yang orang yang sudah termasuk dengan
diperolehnya, akan tetapi pada umur kepala ruangan pelayanan di IGD di
tertentu atau menjelang usia lanjut, RSU PKU Muhamadiyah tidak
kemampuan untuk mengingat suatu hanya melayani pasien dengan
pengetahuan akan berkurang ( kegawatan tetapi juga melayani
Martanti, dkk. 2015 ). pasien poli (pasien non kegawatan),
Beban kerja perawat merupakan serta melayani adanya pasien rujukan
keadaan dimana seseorang dari beberapa rumah sakit lainnya
dihadapkan pada tugas yang harus Akibat dari pelayanan tersebut
diselesaikan pada waktu tertentu. membuat beban kerja perawat di
Berdasarkan hasil penelitian yang IGD RSU PKU Muhamadiyah
dilakukan oleh Nurhafinah ( 2015 ), Yogyakarta sangat tinggi.
mengemukakan bahwa Beban kerja Menurut penelitian
perawat yang berlebihan akan Dadashzadeh, et all. ( 2013 )
menimbulkan kelelahan fisik atau menjelaskan bahwa salah satu faktor
mental dan reaksi emosional seperti yang berhubungan dengan
sakit kepala dan mudah marah. pelaksanaan triage adalah rasio
Beban kerja perawat adalah jumlah perawat dan pasien. Yang
menghitung aktifitas kerja perawat dimaksud Tidak berimbangnya
dan ketergantungan klien, pada antara ketersediaan sumber daya
pelayanan keperawatan ( Nursalam, manusia dengan jumlah kunjungan
2014 ). pasien yang banyak akan berpotensi
Sesuai dengan penelitian yang pada penundaan penanganan pasien
dilakukan oleh Haryanti, dkk. 2013, sehingga berdampak fatal bahkan
dengan judul “Hubungan beban kerja mematikan bagi pasien dengan
perawat dengan perilaku caring kondisi emergency ( Evie, dkk. 2016
perawat menurut presepsi klien di ).
IGD RS PKU Muhamadiyah Sejalan dengan fakta yang ada
Yogyakarta” mengatakan bahwa dilapangan Berdasarkan penelitian
hampir 50 % beban kerja perawat yang dilakukan pada 30 responden
tinggi dimana tugas perawat sebagian besar beban kerja perawat
menerima dan mengantar pasien baru sedang berjumlah 13 perawat (
43,3 % ) dan sebagian kecil beban cukup berjumlah 16 perawat ( 53,3
kerja perawat tertinggi berjumlah 9 % ) dan sebagian kecil perawat yang
perawat ( 30,0 % ). Berdasarkan melakukan ketepatan penilaian triage
hasil observasi yang dilakukan, baik berjumlah 7 perawat ( 23,3 % ).
perawat yang bertugas di ruangan Hal tersebut dikarenakan ketepatan
triage hanya 1 orang perawat saja penilaian triage dipengaruhi oleh
dishift pagi namun, pada shift sore tingkat pendidikan, dan keterampilan
dan shift malam tidak ada perawat klinis.
yang bertugas di ruangan triage, Sesuai dengan penelitian yang
kemudian didapatkan juga bahwa dilakukan oleh ( Fitriyanti dan
tidak seimbangnya antara jumlah Suryati, 2016 ) dengan judul
perawat dengan jumlah kunjungan “Hubungan ketepatan triage dengan
pasien sehingga terjadi Beban kerja respon time perawat di IGD rumah
pada perawat hal ini akan sakit tipe C” hasil penelitian
berpengaruh terhadap kualitas didapatkan bahwa dari karakteristik
ketepatan penilaian triage pada tingkat pendidikan, hasil penelitian
pasien tersebut. Pendidikan yang menunjukan bahwa dari total 36
cukup akan tetapi belum tentu responden ( 100 % ) dengan tingkat
pengetahuannya terhadap pendidikan D3 keperawatan
Pelaksanaan Triage baik. merupakan yang terbanyak yakni 26
Penelitian ini juga didukung orang ( 72,2 % ), kemudian dengan
oleh penelitian sebelumnya yang tingkat pendidikan S1 Ners sebanyak
berjudul Hasil Hubungan Ketepatan 9 orang ( 25 % ), dan 1 orang dengan
Triagee Dengan Response Time tingkat pendidikan D4 keperawatan (
Perawat Di Instalasi Gawat Darurat 2,8 % ). Pendidikan yang tinggi
Rumah Sakit Tipe C Tahun 2019 dapat meningkatkan keterampilan
menunjukan dari total 36 responden ( perawat, juga semakin tinggi
100 % ) dengan tingkat pendidikan pendidikan seseorang maka semakin
D3 Keperawatan merupakan yang kritis, logis, dan sistematis cara
terbanyak yakni 26 orang ( 72,2 % ) berpikirnya, serta semakin tinggi
kemudian dengan tingkat pendidikan kualitas kerjanya.
S1 Ners sebanyak 9 orang ( 25 % ) 3. Hubungan Beban Kerja
dan 1 orang dengan tingkat Perawat Dengan Ketepatan
pendidikan D4 Keperawatan. Penilaian Triage Di Ruangan
pendidikan yang tinggi dapat Instalasi Gawat Darurat
meningkatkan keterampilan perawat, RSUD Prof. dr. W. Z.
juga semakin tinggi pendidikan Johannes Kupang
seseorang maka semakin kritis, logis Berdasarkan penelitian yang
dan sistematis cara berpikirnya, serta dilakukan pada 30 responden diatas
semakin tinggi kualitas kerjanya ( terlihat bahwa angka signifikan
Fitrianty & Suryati 2016 ). korelasi sebesar ρ = 0.004 yang
artinya HO ditolak atau ada
2. Ketepatan Penilaian Triage hubungan beban kerja perawat
dengan ketepatan penilaian triage di
Berdasarkan hasil penelitian ruangan instalasi gawat darurat
yang dilakukan pada 30 responden RSUD Prof. dr. W. Z. Johannes
sebagian besar perawat yang Kupang. Hasil perhitungan dengan
melakukan ketepatan penilaian triage spearman rank menunjukan
correlation Coefficient sebesar 5.2.2 Bagi Pemerintah Dinas
0,516. Berdasarkan kriteria Kesehatan Provinsi Nusa
penafsiran koefisien korelasi yang Tenggara Timur
tertera pada tabel 4.7 angka tersebut
berada pada kategori cukup kuat a. Diharapkan dapat meningkatkan
yakni kisaran 0,40 - 0,599. Hal kualitas sumber daya perawat dengan
tersebut dikarenakan beban kerja program pelatihan sesuai dengan
perawat mempengaruhi ketepatan kompetensi yang dibutuhkan oleh
penilaian triage. institusi
b. Diharapkan dapat memperbaiki
KESIMPULAN sistem kerja perawat yang ada
sehingga perawat lebih banyak
a). Beban kerja perawat waktu untuk melaksanakan peran dan
Berdasarkan penelitian yang fungsinya secara mandiri.
dilakukan di IGD RSUD Prof. dr. W.
Z. Johannes Kupang dapat 5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
disimpulkan bahwa beban kerja
perawat (sedang) sebesar 43,3 % dan Dengan adanya penelitian ini
beban kerja perawat (tertinggi diharapkan peneliti lain mampu
sebesar) 30,0 %. mengadakan dan mengembangkan
b). Ketepatan penilaian triage penelitian lanjutan tentang hubungan
Berdasarkan penelitian yang beban kerja perawat dengan
dilakukan IGD RSUD Prof. dr. W. Z. ketepatan penilaian triage diinstalasi
Johannes Kupang perawat yang gawat darura t RSUD Prof. dr. W. Z.
melakukan ketepatan penilaian triage Johannes Kupang.
(cukup) sebesar 53,3 % dan perawat
yang melakukan ketepatan penilaian DAFTAR PUSTAKA
triage (baik) sebesar ( 23,3 % ),
berdasarkan hasil perhitungan Buku: Pedoman Pelayanan Instalasi
diperoleh dinilai ρ = 0.004 dimana Gawat Darurat RSUD Prof. dr. W. Z.
nilai ρ < 0.05 maka Ho ditolak dan Johannes Kupang (2017).
Ha diterima. Dan Hasil ini memiliki
hubungan yang signifikan antara Barahama, F. K., Katuk, M., Oroh,
beban kerja perawat dengan M. W. 2019. Hubungan Beban Kerja
ketepatan penilaian triage di ruangan Dengan Kepuasan Kerja Perawat di
IGD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Ruangan Perawatan Dewasa RSU
Kupang. GMIM Pancaran Kasih Manado.
Jurnal Keperawatan.
SARAN
Bakri. H. M. 2017. Manajemen
5.2.1 Bagi pihak rumah sakit Keperawatan, Konsep dan Aplikasi
Praktik Keperawatan Profesional.
Diharapkan Rumah Sakit dapat Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
mengevaluasi beban kerja perawat
serta mengoptimalkan kinerja Deviantony, F., Ahsan, Setyoadi.
perawat pelaksana dalam (2017). Analisis Faktor Yang
memberikan pelayanan ketepatan Berhubungan Dengan Waktu Tunggu
penilaian triage kepada pasien. Pasien Setelah Keputusan Rawat
Inap Diputusakan DI Zona Kuning di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Instalasi Gawat Darurat.RSUD dr. Wates.
Iskak Tulung Agung Malang,
Nursline Journal. Notoadmodjo, S. (2018). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Fitriyanti, L., Suryati, S. (2016). Rineka Cipta
Hubungan Karakteristik Perawat
Dengan Motivasi Kerja Dalam Notoadmodjo, S. (2014). Promosi
Pelaksanaan Terapi Aktifitas kesehatan dan perilaku kesehatan.
Kelompok Di Rumah Sakit Khusus Jakarta: Rineka Cipta.
Daerah Duren Sawit Jakarta Timur.
Jurnal Artikel Ilmu Kesehatan Vol. Nursalam. 2013. Konsep dan
8. No. 1 Fakultas Kesehatan MH Penerapan Metodologi Penelitian
Thamrin. Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian
Gusti, M., M, Manurung. (2018). Keperawatan. Jakarta: Salemba
Hubungan Ketepatan Triase Dengan Medika.
Tingkat Keberhasilan Penanganan
Pasien Cedera Kepala Di IGD RSU Nurhanifah, D. (2015). Hubungan
HKBP Balige Kabupaten Toba Karakteristik, Beban Kerja Dan
Samosir. Jurnal Jumantik. 3 (2), 98- Supervisi Dengan Motivasi Perawat
114. Dalam Melakukan Triage Di IGD
RSUD Ulin Banjarmasin: STIKES
Gita Tri, Puspitasari. (2012). Muhamadyah Bnjarmasin.
Hubungan Beban Kerja Fisik Dan
Kerja Dengan Haryoto Nursalam, (2014). Manajemen
Keperawatan: Aplikasi Dalam
Juliana, S. Salsalina, B. Sembering. Praktek Keperawatan Profesional.
(2018). Gambaran Pengetahuan (Edisi 4). Jakarta: Salemba Medika.
Perawat Dalam Melakukan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) Di Ruangan Peraturan Menteri Kesehatan
Intensive Care Unit (ICU) RSUD Republik Indonesia No. 47 Tahun
DR. Pirngadi Medan. Jurnal Online 2018 Tentang Pelayanan
Keperawatan Indonesia. 1 (2), 17- Kegawatdaruratan.
22.
Paruntu, B. R. L., Rattu, A. J. M..,
Kundiman, V., Kumat, L., Kiling, M. Tilaar, C. R. (2015). Perencanaan
(2019). Hubungan Overcrowded Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Dengan Ketepatan Pelaksanaan Di Puskesmas Kabupaten Minahasa.
Triage Di Instalasi Gawat Darurat Artikel penelitian (JKMU).
RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado, Jurnal Keperawatan. Raditya, N., Agustina, Martha, A, D.,
& Machelia, N. S.
Martanti, R., Nofianto, M., Prasojo, (2018).Pengetahuan Dan Presepsi
J. A. (2015). Hubungan Tingkat Perawat Tentang Triage Di Unit
Pengetahuan Dengan Keterampilan Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Petugas Dalam Pelaksanaan Triage Daerah.
Said, S., Mappanganro, A.
(2018).Hubungan Beban Kerja
Perawat Dengan Respon Time Pada
Penanganan Pasien Di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit IBNU
Sina Makasar. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muslim
Indonesia, Journal of Islamik
Nursing.