Anda di halaman 1dari 15

MENGANALISIS KASUS PENDIDIKAN

DENGAN PENDEKATAN FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

DOSEN PENGAMPU : SRINAHYANTI, S.Pd., M.Pd.


MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
DIVA RIVERA ( 7192444008 )
EKA SAFITRI ( 7192144001 )
MEISITA RIZKI ANGGREINI LUBIS ( 7192444012 )
SILVIA NOVA RAMADANI ( 7193144012 )

JURUSAN PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nafas
kepada saya dan teman saya dan telah menolong hambanya menyelesaikan rekayasa ide ini yang
berjudul “ Menganalisis Kasus Pendidikan Dengan Pendekatan Filsafat Pendidikan” dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik. Dan tidak lupa ucapan terima kasih kepada Ibu Srinahyanti, S.Pd., M.Pd. sebagai
dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sebagai pelatihan dan
penambahan wawasan, serta berbagai pihak yang telah membantu kami menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Adapun rekayasa ide ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Filsafat
Pendidikan, yang mana dalam mengajukan gagasannya ini berdasarkan pemahaman dan apa
yang diketahui penulis.
Pada kesempatan kali ini saya menyampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
rekayasa ide ini. Saya berharap semoga rekayasa ide ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan
kepada para pembacanya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain
dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Penembangan Manusia (Human
Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan
manunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Diantara 174
negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1998), ke-99 (1997), ke-105 (1998) dan
ke-109 (1999).

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di
Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah
Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki
daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di
dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai
follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut
bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan
karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan
karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan
terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa
Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia
terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya
dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber
daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya
manusia di negara-negara lain.
Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan diberbagai jenjang pendidikan, baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan
keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa
dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan
dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata
juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years
Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat
pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas rekayasa ide Filsafat
Pendidikan dan juga mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi pada pendidikan di
Indoensia.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai sumber literasi bagi para pembaca dan sebagai
solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia.
BAB II
BERITA KASUS

Di bawah ini akan kami paparkan tiga kasus pendidikan setipe yang terjadi di Indonesia
mengenai pembullian siswa terhadap gurunya.

Viralnya Kasus Bullying Siswa Terhadap Guru

A. Kasus Pendidikan I
Murid "Bullying" Gurunya Sendiri di Jakarta
Kompas.com-26/03/2019,
11:07WIB.
Penulis:TatangGuritno
Editor : Egidius Patnistik
JAKARTA, KOMPAS.com
Kasus bullying atau perundungan yang dilakukan siswa terhadap gurunya di sekolah
terjadi lagi Jumat (22/3/2019) pekan lalu di Jakarta. Akun @lambe_turah di Instagram
mengunggah sebuah video sekumpulan siswa yang mengelilingi seorang guru perempuan sambil
berjoged. Dari hasil penelusuran Kompas.com, kejadian tersebut terjadi di SMP Maha Prajna,
Cilincing, Jakarta Utara. Menurut Kasudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara Momon
Sulaeman, kejadian tersebut dilakukan siswa kelas IX kepada guru pengajar Pendidikan
Lingkungan Kehidupan Jakarta (PLKJ).
Belum diketahui bagaimana kronologi dan alasan adanya aksi tersebut. Namun Momon
menyebutkan, pihaknya akan mengintensifkan pembinaan pada instansi sekolah terkait
pendidikan karakter anak. Ini Kata Sudin Pendidikan Jakut "Kami akan mengintensifkan
pembinaan kepada yayasan, kepala sekolah, guru dan siswa. Ini berkaitan dengan karakter,
sekolah harus menumbuhkan karakter-karakter baik dan menghilangkan karakter buruk,"
katanya, Senin kemarin. Momon menambahkan selain sekolah, orang tua juga harus bertanggung
jawab dalam pertumbuhan pendidikan karakter anak.
"Biasakan berperilaku baik terhadap siapapun termasuk guru. Sebab prestasi akademik,
olahraga, dan seni tidak akan berarti jika memiliki perilaku tercela," pesan Momon.

B. Kasus Pendidikan II
Viral Siswa Bully Guru Perempuan di SMP Jakut, Disdik Beri Pembinaan
Jakarta - Video siswa SMP mem-bully guru viral di media sosial. Peristiwa itu terjadi di
sebuah sekolahdiCilincingJakartaUtara. Rekaman video yang beredar itu berdurasi 30 detik. Di
dalam kelas, sebagian murid laki-laki tampak mengitari gurunya sambil bernyanyi dan berjoged.
Sang guru terlihat hanya terdiam. Sementara para murid terus bernyanyi dan berjoged. Bahkan,
salah satu siswa terlihat naik ke atas meja guru.
Kasudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara, Momon Sulaeman menjelaskan, peristiwa
itu terjadi di SMP swasta Maha Prajna, Cilincing, Jakarta Utara. Dinas Pendidikan sudah
menangani kasus tersebut dan melakukan pembinaan terhadap siswa, orang tua murid, sekaligus
pihaksekolah.
"Kami sudah menangani secara arif video viral tersebut. Video tersebut terjadi Jumat
22/3/2019 di SMP Swasta Maha Prajna Cilincing menjelang pergantian pelajaran dari pelajaran
olahraga ke PLKJ," kata Momon, saat dimintai konfrimasi, Selasa (26/3/2019).
Sudin Pendidikan Wilayah 2 Jakarta Utara, kata Momon, sudah memberikan
pemahaman kepada siswa, orang tua murid, hingga pihak sekolah soal pembinaan karakter.
Momon juga mengatakan, murid dan pihak sekolah sudah berkomitmen untuk melakukan
pembinaan di sekolah dan menjamin tidak ada lagi aksi bullying di lingkungan sekolah.
"Kami dari Sudin Pendidikan Wilayah 2 Jakut. Pihak Yayasan, Kepala sekolah, guru,
orang tua dan siswa telah diberikan pemahaman pentingnya pembinaan karakter dan kehati-
hatian dalan bermedia sosial. Semua pihak telah menyadari kekeliruannya dan berjanji tidak
akan mengulang lagi," paparnya.

C. Kasus Pendidikan III


Viral Guru Di-bully Murid-muridnya di Kendal, Ini Kata Kepsek
Angling Adhitya Purbaya – detikNews
Kendal - Sebuah video sekumpulan murid mengepung guruya dan seolah saling tendang
di dalam kelas beredar di media sosial. Para siswa yang ada dalam video 24 detik itu pun
tertawa-tawa bahkan ada yang sampai mendorong meja.
Dari sejumlah komentar di video tersebut diketahui lokasinya adalah SMK NU 03
Kaliwungu Kabupaten Kendal. Dalam video itu terihat seorang siswa mendorong kemudian
disusul siswa lain. Sang guru terihat berusaha menghalau murid-muridnya itu.
Gerakan sang guru disambut para siswa dan terlihat seolah saling tendang bahkan sepatu guru
tersebut melayang sebelah. Video berakhir dengan tawa-tawa siswa dan guru mengambil
kembali sepatunya yang lepas.
Kepala sekolah yang bersangkutan langsung membuat pernyataan tertulis dengan tanda
tangan namanya, Muhaidin. Dalam pernyataannya, Muhaidin menjelaskan peristiwa itu terjadi
hari Kamis (8/11) lalu saat pelajaran kelas X TKR antara jam keempat sampai kedelapan, pukul
09.15 WIB sampai 13.20 WIB. Saat itu siswa dalam pelajaran Gambar Teknik Otomotif yang
diampu guru yang bernama Joko Susilo.
"Pada jam 13.00 menjelang berakhirnya jam pelajaran tersebut, anak-anak ramai
bercanda, ada yang saling melempar kertas, dan saah satu kertas tersebut ada yang mengenai pak
Joko," kata Muhaidin dalam keterangan tertulisnya tertanggal hari ini, Minggu (11/11/2018).
Lebih lanjut, Muhaidin menjelaskan, ketika guru Joko bertanya siapa yang melempar
kertas ternyata tidak ada yang mengaku. Saat itulah ada anak yang maju ke depan kelas seperti
yang terjadi dalam video. Namun menurut keterangan Muhaidin, hal itu hanya bercanda.
"Beberapa anak maju ke depan kelas untuk bercanda (guyonan) dengan harapan pak Joko tidak
marah-marah karena pada dasarnya pak Joko adalah guru yang suka bercanda dengan anak-anak.
"Tindakan tersebut ditanggapi reaktif oleh pak Joko dengan melakukan gerakan seperti
orang yang akan berkelahi sehingga membuat anak-anak semakin mendekati pak Joko sambil
tertawa-tawa menyentuh bagian tubuh pak Joko. Bagian inilah yang berkesan seolah-olah terjadi
tindakan pemukulan dan pengeroyokan terhadap guru” kata muhaidil. "Setelah kejadian itu
pelajaran dilanjutkan kembali dan diakhiri dengan doa bersama, ini membuktikan bahwa
peristiwa itu murni guyonan anak-anak dan tidak ada tindakan pemukulan terhadap guru,"
imbuhnya.
Sementara itu terkait awal tersebarnya video tersebut, Muhaidin menjelaskan ada salah
satu siswa yang mengabadikan untuk story WA. Namun setelah 1 menit dia menghapusnya.
Meski demikian ternyata jejak digital masih tersimpan dan justru tersebar.
"Dari sinilah video tersebut menyebar dan diviralkan oleh pihak lain. Jadi kami tegaskan
lagi bahwa pada hari Kamis, 8 November 2018, tidak ada pemukulan atau pengeroyokan siswa
terhadap guru” tandasnya. Penanganan dari pihak sekolah juga sudah dilakukan terhadap siswa
yang terlibat dalam video itu. Ia juga megakui bahwa guyonan yang terjadi sudah di luar batas
wajar. Maka selanjutnya akan dilakukan pemanggilan terhadap wali dari murid-murid itu.
BAB III
ANALISIS KASUS

A. Menganalisis Kasus Dengan Metode Ontology, Epistemology, dan Aksiologi


Metode penelitian yang digunakan adalah metode ontology, epistomologi, dan aksiologi. Dan
teknis analisis data pun secara terpadu, dengan meneliti para remaja yang ada di sekitar Medan
ini dengan mengamati kegiatan dan tingkah laku mereka.
 Ontology
Dengan metode ini kita dapat mempelajari suatu yang ada atau berwujud
berdasarkan logika sehingga dapat diterima oleh banyak orang yag bersifat rasional dapat
difikirkan dan sudah terbukti keabsahannya.
Menurut kasus pendidikan yang sering terjadi di Indonesia, di zaman sekarang,
begitu banyak permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Salah satunya
kekerasan yang terjadi di suatu tempat pendidikan dilaksanakan. Dikarenakan tujuannya
adalah untuk melatih kedisiplinan siswa siswi atau mahasiswa. Tetapi tidak boleh
dilakukan dengan kedisiplinan yang melebihi batas, sehingga responden para masyarakat
menjadi negatif kepada pihak sekolah.
 Epistimologi
Dengan metode ini kita dapat mencari tahu tentang terjadinya kasus pendidikan,
sumber kasus pendidikan, asal mula kasus pendidikan, batas-batas, sifat, metode dan
kesahihan kasus pendidikan.
Apa saja yang kita lihat sehingga kita mengetahui peristiwa apa yang sedang
terjadi di dunia pendidikan. Pada awalnya kita menangkap pengetahuan tentang
permasalahan pendidikan melalui panca indera yang kita punya. Kemudian akan
dianalisis oleh otak atau akal yang kita miliki. Akal yang akan mengklarifikasikannya
informasi yang kita terima menjadi sebuah ilmu pengetahuan mengenai permasalahan
yang terjadi di dunia pendidikan.
 Aksiologi
Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu
agama, tak dapat dibentak lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh
umat manusia terutama siswa/mahasiswa yang mengejar ilmu pendidikan. Maka sudah
seharusnya tenaga pendidik mengingatkan pentingnya mengedepankan akal sebagai teori
nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Kita dapat mengetahui bahwa pendidikan adalah ilmu yang sangat kita butuhkan
untuk menjadikan hidup lebih baik, lebih dihargai oleh orang lain. Kita tau dimana kita
akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan manfaat dari pendidikan jika dibarengi
dengan pengajaran yang baik pula.

B. Responden Masyarakat
Menururt beberapa informasi atau pendapat yang kami terima dari masyarakat bahwa
mereka pun geram melihat aksi siswa yang berpendidikan tetapi layaknya tidak berpendidikan.
Ini kata salah seorang masyarakat:
"Bagaimanapun hubungan guru dan siswa harus dijaga dengan baik. Sehingga jangan
sampai, kalau ada candaan pun dia ada batasannya, jangan sampai keblablasan," ujar ibu rumah
tangga
masyarakat mengatakan seorang guru tak dilarang bercanda dengan anak murid. Namun
para pengajar tidak boleh lupa untuk menjaga wibawanya. Menurut masyarakat wibawa guru
untuk memberikan keteladanan kepada para siswa. "Ada saatnya bercanda, ada saatnya seorang
guru menunjukan otoritasnya sebagai orang yang dipatuhi, disegani, dan harus dijadikan teladan
oleh siswanya," ujar salah satu guru.

C. Hubungan Kasus Tersebut Dengan Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem


Filsafat pendidikan sebagai sistem yaitu suatu cara berfikir bagaimana pendidikan akan
diselenggarakan di sebuah Negara. Maka disini hubungannya dengan kasus pendidikan tersebut
adalah bagaimana upaya cara kita berfikir agar pendidikan berjalan dengan baik dan terus maju
sesuai dengan tujuan pendidikan menurut UUD 1945.
Terjadinya kasus perundungan di dunia pendidikan ini memunculkan pertanyaan di benak
kita, mengapa itu bisa terjadi? Apakah guru sudah dibatasi wewenangnya dalam “mendidik”
sehingga siswa sudah tidak menghormati guru, bahkan berani untuk melawan guru baik di dalam
maupun di luar kelas. Ketika kasus itu terjadi, stakeholder sekolah bisa menengahi atau justru
mengabaikan?
Kasus bullying siswa terhadap guru Terjadinya kasus bullying ini bisa disebabkan
beberapa faktor, baik faktor psikologis siswa, lingkungan sekolah, lingkungan rumah, maupun
faktor guru yang menyebabkan kasus ini muncul. Dan ternyata ada beberapa faktor yang memicu
terjadinya kasus bullying di sekolah, seperti berikut:
1. Kondisi lingkungan keluarga siswa yang memengaruhi psikologis siswa. Jika kondisi di
dalam keluarganya baik, psikologis anaknya pun baik. Peran orang tua sangat penting
karena baik dan buruknya anak tergantung dari peran orang tua yang aktif.
2. Faktor lingkungan sekitar siswa yang memengaruhi siswa dalam berinteraksi. Jika faktor
lingkungan sekitar buruk, perilaku anak pun menjadi buruk
3. Hilangnya batasan antara siswa dan guru di zaman globalisasi. Karena akses informasi
semakin mudah, masuknya pengaruh-pengaruh negatif ini dapat diterima oleh siswa
sehingga siswa berani melawan guru atas pengaruh tersebut
4. Faktor pendekatan guru yang dinilai siswa tidak bisa menjaga wibawa.
5. Peran wali kelas dan guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah tidak berjalan efektif.
Karenanya, psikologis dan emosialnya tidak terfasilitasi dan terlayani.

Lalu bagaimana solusi atas permasalahan tersebut? Berikut ini kami paparkan solusinya.
1. Peran orang tua yang aktif memantau kegiatan anak di luar rumah. Orang tua harus
memberikan perhatian yang membuat anak nyaman.
2. Libatkan wali kelas dan guru BK dalam menangani permasalahan anak. Terkadang,
dalam benak kita, BK menjadi hal yang menyeramkan. Padahal fungsi BK adalah
menyeimbangkan psikologi siswa di sekolah.
3. Guru harus introspeksi dalam mengajar di dalam kelas. Guru harus introspeksi supaya
bisa tampil berwibawa disegani oleh siswa itu juga mutlak.
4. Berikan punishment yang tepat bagi siswa.
5. Guru harus selalu menanamkan pentingnya religi bagi anak didik guna untuk
meningkatkan iman dan takwa mereka
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana
tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan membuat seseorang
merasa tidak nyaman. Diperlukan pemahaman filsafat pendidikan mengenai moral individu,
yang menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang
berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk.
Dengan adanya pemahaman moral yang tinggi, siswa akan memikirkan dahulu perbuatan
yang akan dilakukan sehingga tidak akan melakukan menyakiti atau melakukan bullying kepada
temannya.

B. Saran
Jadi saran kami mengenai masalah kasus pendidikan jika dihubungkan dengan filsafat
pendidkan sebagai sistem adalah, bahwa orang tua lebih memantau bagaimana keadaan anak.
Sesibuk apapun orangtua untuk tetap menyempatka bertanya tentang keadaan anak disekolah
bagaimana, dan harus selalu menyikapi tingkah laku anak dengan baik-baik. Karena apabila
orang tua terlalu keras kepada anak, hanya akan mencetak anak yang berkeribadian keras seperti
apa yang dilakukan oleh orangtua mereka. Dan sebaiknya orang tua menjalin kerjasama dengan
pihak sekolah untuk tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya tindakan
bullying antar pelajar di sekolah
Untuk pihak sekolah hendaknya, pihak sekolah proaktif dengan membuat program
pengajaran keterampilan sosial, problemsolving, manajemen konflik, dan pendidikan
karakter. Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam maupun
di luar kelas; dan perlu kerjasama yang harmonis antara guru BK, guru-guru mata pelajaran,
serta staf dan karyawan sekolah.
D. Referensi
Sumber Online
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/elnihandayani/masalah-pendidikan-
di-indonesia-dan-solusinya_551fe289813311186e9de629(diakses pada Minggu, 8 September
2019 pukul 22:10 WIB)

https://vann88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/ (diakses pada


Minggu, 8 September 2019 pukul 22:35 WIB)

https://www.google.com/amp/s/meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-
pendidikan-di-indonesia/amp (diakses pada Minggu, 8 September 2019 pukul 22:55 WIB)

https://www.google.com/amp/s/www.brilio.net/amp/duh/3-kasus-kekerasan-di-dunia-
pendidikan-awal-2019-terbaru-di-atkp-190206l.html (diakses pada Minggu, 8 September 2019
pukul 23:15 WIB

LAMPIRAN
1. Diva Rivera mewawancarai salah satu siswa SMP Jabal Noor – Medan
2. Eka Safitri mewawancarai salah satu masyarakat

3. Silvia Nova dalam memewancarai salah satu mahasiswa unimed

4. Meisita Anggreini Lubis dalam mewawancarai salah satu mahasiswa unimed

Anda mungkin juga menyukai