Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

HEPATITIS

DISUSUN OLEH :

AMIN SALAPUDIN (170102002)

ANIS WAHYU EKAPRATIWI (170102003)

ANNISA SALSABILLA R (170102004)

ANNIZAHRO NURUL S (1701020)

ANTI AFRIANI (170102006)

APRILIA INDRIYANI (170102007)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STIKES HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2018

1
KATA PENGANTAR

Puja dan piji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak
nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konjungtivitis” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini telah kami selesaikan
dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata Bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembicara. Demikian yang bias kami sampaikan, semoga makalah
ini dapat menambahmkhazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk
masyarakat luas.

Purwokerto, 2 Oktober 2018

Penulis

2
Daftar isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


Daftar isi ....................................................................................................................................................... 3
Bab I .............................................................................................................................................................. 4
Pendahuluan .................................................................................................................................................. 4
1. Latar belakang ................................................................................................................................... 4
2. Rumusan masalah ............................................................................................................................. 4
3. Tujuan ............................................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
ISI.................................................................................................................................................................. 6
A. Pengertian Hepatitis .......................................................................................................................... 6
B. Penyebab dan factor risiko ................................................................................................................ 6
C. Tanda dan gejala ............................................................................................................................... 7
D. Pemeriksaan penunjang......................................................................................................................... 8
E. Penegasan diagnosa .......................................................................................................................... 9
F. Penatalaksanaan pengobatan Hepatitis ........................................................................................... 10
G. Tatalaksana keperawatan ................................................................................................................ 11
H. Pengkajian ....................................................................................................................................... 11
I. Masalah keperawatan yang muncul ................................................................................................ 12
J. Recana intervensi ............................................................................................................................ 12
K. Evaluasi ........................................................................................................................................... 17
Bab IV ......................................................................................................................................................... 18
Penutup ....................................................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................................................... 18
Daftar pustaka ............................................................................................................................................. 19

3
Bab I

Pendahuluan

1. Latar belakang
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan oleh
beberapa mekanisme, termasuk agen infeksius. Virus hepatitis dapat disebabkan oleh
berbagai macam virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D dan E. Penyakit
kuning adalah ciri karakteristik penyakit hati dan bukan hanya karena virus
hepatitis, diagnosis yang benar hanya dapat dilakukan dengan pengujian SERA pada
pasien untuk mendeteksi adanya antivirus pada antibodi. Sebagian besar kasus
terkait hepatitis karena transfusi disebabkan oleh hepatitis A virus (HAV) atau virus
hepatitis B (HBV), kedua hanya dikenal hepatitis manusia, virus ini dikenal pada tahun
1975. Pada waktu itu, Hepatitis C sudah ada, tapi dikenal dengan sebutan
hepatitis non A non B (NANB). Pada tahun 1989 virus hepatitis non A-B
diidentifikasi dan dikloning, kemudian dinamai virus hepatitis C (HCV) (WHO, 2010).

2. Rumusan masalah
a. Pengertian hepatitis?
b. Tanda dan gejala?
c. Pemeriksaan penunjang?
d. Penegakan diagnosis?
e. Tatalaksana pengobatan?
f. Tatalaksana keperawatan?
g. Pengkajian?
h. Masalah keperawatan yang muncul?
i. Rencana intervensi?
j. Evaluasi

4
3. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari hepatitis, tanda dan gejala, pemeriksaan
penunjang, diagnose medis, tatalaksana pengobatan, tatalaksana keperawatan, pengkajian,
masalah keperawatan yang sering muncul, rencana intervensi, evaluasi.

5
BAB II

ISI

A. Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah salah satu dari penyakit hati (liver) yang ditandai dengansuatu
perdangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati. Banyak kasus hepatitis tidak
diobati karena tidak ada gejala atau sebagian orang menganggap diakibatkan
hanya oleh serangan flu biasa. Gejala hepatitis yang paling umum adalah nafsu
makan hilang, kelelahan, demam, pegal sekujur tubuh, mual dan muntah serta
nyeri pada perut. Beberapa orang mungkin mengalami air seni yang menjadi
berwarna gelap, buang air besar berwarna pucat, dan kulit serta mata kuning
yang sering disebut dengan icterus atau jaundice.

B. Penyebab dan factor risiko


Penyebab hepatitis:
a. Infeksi
a) Virus : hepatotropik (A – G), Epstein Barr, Cytomegalovirus
b) Bakteri : S.typhosa, M.tuberculosis
c) Protozoa : Toxoplasma
d) Parasit : amoeba
b. Non – infeksi
a) Autoimun
b) Infiltrasi (keganasan)
c) Toksik (obat a.l tuberkulostatika, sitostatika, parasetamol, antikonvulsan)
d) Metabolik (penyakit Wilson, def α1 - antitripsin, gangguan metabolik KH, lemak,
protein)

Faktor Risiko Menurut WHO (2002):


terdapat beberapa kelompok yang berisiko terinfeksi virus hepatitis B:
a) Anak yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B.

6
b) Anak-anak kecil di tempat perawatan anak yang tinggal di lingkungan yang
endemis.
c) Tinggal serumah atau berhubungan seksual (suami -istri) dengan penderita, Risiko
tertular untuk orang yang tinggal serumah terjadi karena menggunakan peralatan
rumah tangga yang bisa terkena darah seperti pisau cukur, sikat gigi.
d) Pekerja Kesehatan, Paparan terhadap darah secara rutin menjadi potensi utama
terjadinya penularan di kalangan kesehatan.
e) Pasien cuci darah
f) Pengguna narkoba dengan jarum suntik
g) Mereka yang menggunakan peralatan kesehatan bersama seperti pasien dokter gigi,
dan lain lain. Karena itu, seharusnya dokter menggunakan alat sekali pakai atau
mensterilkan alat setiap kali pemakaian.
h) Orang yang memberi terapi akupuntur atau orang yang menerima terapi akupuntur.
i) Mereka yang tinggal di daerah endemis, atau sering bepergian ke daerah endemis
hepatits B.
j) Mereka yang berganti-ganti pasangan, dan ketidaktahuan akan kondisi kesehatan
pasangan.
k) Kaum homoseksual.

C. Tanda dan gejala


Periode inkubasi infeksi virus hepatitis A antara 10-50 hari (rata-rata 25 hari),
biasanya dikuti demam, kurang nafsu makan, mual, nyeri pada kuadran kanan atas perut,
dan dalam waktu beberapa hari kemudian timbul sakit kuning. Urin penderita biasanya
berwarna kuning gelap yang terdiri dari 1-5 hari sebelum timbulnya penyakit kuning.
Terjadi pembesaran pada organ hati dan terasa empuk. Banyak orang yang mempunyai
bukti serologi infeksi akut hepatitis A tidak menunjukan gejala atau hanya sedikit sakit,
tanpa ikterus (anicteric hepatitis A). infeksi penyakit tergantung pada usia. Lebih sering
dijumpai pada anak- anak. Sebagian besar (99%) dari kasus hepatitis A adalah sembuh
sendiri (Wilson, 2001).
Virus hepatitis A ditularkan dari orang melalui mekanisme fekal- oral. Virus
disekresi dalam tinja, dan dapat bertahan di lingkungan untuk jangka waktu lama. Orang

7
bisa tertular apabila mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh virus
hepatitis A dari tinja. Kadang- kadang virus ini juga diperoleh dari hubungan seksual (anal-
oral) dan transfuse darah (WHO, 2010).
Hepatitis akut A dapat dibagi menjadi empat fase klinis:
a) Inkubasi atau periode preklinik, 10 sampai 50 hari, di mana pasien tetap
asimtomatik meskipun terjadi replikasi aktif virus.
b) Fase prodromal atau preicteric, mulai dari beberapa hari sampai lebih dari
seminggu, ditandai dengan munculnya gejala seperti kehilangan nafsu makan,
kelelahan, perut sakit, mual dan muntah, demam, diare, urin gelap dan tinja yang
pucat.
c) Fase icteric, dimana penyakit kuning berkembang di tingkat bilirubin total melebihi
20-40 mg/l. pasien sering minta bantuan medis pada tahap penyakit mereka. Fase
icteric biasanya dimulai dalam waktu 10 hari gejala awal. Demam biasanya
membaik setelah beberapa hari pertama penyakit kuning. Viremia berakhir tak lama
setelah mengembangkan hepatitis, meskipun tinja teteap menular 1-2 minggu.
Tingkat kematian rendah (0,2% dari kasus icteric) dan penyakit akhirnya sembuh
sendiri. Dalam hal ini demam tinggi, ditandai nyeri perut, muntah, penyakit kuning,
dan pengembangan ensefalopati hati terkait dengan koma dan kejang, ini adalah
tanda- tanda hepatitis fulminan, menyebabkan kematian pada tahun 70-90% dari
pasien. Dalam kasus- kasus kematian sangat tinggi berhubungan dengan
bertambahnya usia, dan kelangsungan hidup ini jarang terjadi lebih dari 50 tahun.
d) Masa penyembuhan, berjalan lambat, tetapi pemulihan pasien lancer dan lengkap.
Kejadian kambuh hepatitis terjadi 3-20% dari pasien, sekitar 4-15 minggu setelah
gejala awal telah sembuh (WHO, 2010).

D. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis hepatitis dibuat dengan penilaian biokimia, fungsi hati (evalusi
laboratorium: bilirubin urindan urobilirubin, protein total, albumin, IgG, IgA, IgM, hitung
darah lengkap). Diagnosis spesifik hepatitis akut A dibuat dengan menentukan anti virus
hepatitis A IgM dalam serum pasien. Sebuah pilihan kedua adalah deteksi virus dan antigen
dalam faeces. Virus dan antibody dapat dideteksi oleh RIA tersedia secara komersial,
8
AMDAL atau ELISA kit. Tes ini secara komersial tersedia untuk anti virus hepatitis A IgM
dan anti virus hepatitis total (IgM dan IgG) untuk penilaian kekebalan terhadap virus
hepatitis A tidak dipengaruhi oleh administrasi pasif IgG, karena dosis profikalis berada
dibawah deteksi level. Pada awal penyakit, keberadaan IgG teteap seumur hidup setelah
infeksi akut, deteksi IgG anti virus hepatitis A saja menunjukan infeksi masa lalu (WHO,
2010).

E. Penegasan diagnosa
1. Anamnesis
Anamnesis pada pasien hepatitis A bisa didapatkan demam yang tidak terlalu tinggi
antara 38,0 ᵒC – 39,0 ᵒC, selain itu terdapat pula gangguan pencernaan seperti mual,
muntah, lemah badan, pusing, nyeri sendi dan otot, sakit kepala, mudah silau, nyeri
tenggorok, batuk dan pilek dapat timbul sebelum badan menjadi kuning selama 1-2
minggu. Keluhan lain yang mungkin timbul yaitu dapat berupa air seni menjadi
berwarna seperti air teh (pekat gelap) dan warna feses menjadi pucat terjadi 1-5 hari
sebelum badan menjadi kuning. Pada saat timbul gejala utama yaitu badan dan mata
menjadi kuning (kuning kenari), gejala-gejala awal tersebut biasanya menghilang,
tetapi pada beberapa pasien dapat disertai kehilangan berat badan (2,5-5 kg), hal ini
biasa dan dapat terus terjadi selama proses infeksi. Hati menjadi membesar dan nyeri
sehingga keluhan dapat berupa nyeri perut kanan atas, atau atas, terasa penuh di ulu
hati. Terkadang keluhan berlanjut menjadi tubuh bertambah kuning (kuning gelap)
yang merupakan tanda adanya sumbatan pada saluran kandung empedu (Sanityoso,
2009).

2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita hepatitis A didapatkan ikterus,
hepatomegaliringan, nyeri tekan pada abdomen regio hipocondriaca dextra
(70%) dan splenomegaly (5-20%).

9
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk hepatitis A diantaranya adalah:
a) Liver function test seperti ALT, AST, bilirubin direk, bilirubin total serta
alkalifosfatase.
b) Diagnosis hepatitis A ditegakkan dengan tes darah. Tes darah ini mencari
dua jenis antibodi terhadap virus, yang disebut sebagai IgM dan IgG.
Pertama, dicari antibodi IgM, yang dibuat oleh hepatitis virus. sistem
kekebalan tubuh lima sampai sepuluh hari sebelum gejala muncul, dan
biasanya hilang dalam enam bulan. Tes juga mencari antibodi IgG, yang
menggantikan antibodi IgM dan untuk Seterusnya melindungi terhadap
infeksi HAV. (Putri, 2008).

F. Penatalaksanaan pengobatan Hepatitis


Tidak ada pengobatan sepesifik untuk hepatitis virus, akan tetapi secara umum
penatalaksanaan pengobatan hepatitis adalah sebagai berikut:
a. Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kecualimereka dengan umur tua dan
keadaan umum yang buruk.
b. Diet
Jika pasien mual, tidak ada nafsu makan atau muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika
tidak mual lagi, diberikan makanan cukup kalori (30-35 kalori/ kg BB) dengan protein
cukup (1 gr/ kg BB), yang diberikan secara berangsur- angsur disesuaikan dengan nafsu
makan klien yang mudah dicerna dan tidak merangsang serta rendah garam (bila ada
resistensi garam/air).
c. Medikamentosa
Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah.
Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestaris yang berkepanjangan, dimana
transaiminase serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggal. Pada
keadaan ini dapat diberikan prednisone 3x 10mg selama 7 hari, jangan diberikan
antimetik, jika perlu sekali dapat diberikan fenotiazin. Vitamin K diberikan pada kasus

10
dengan kecenderungan perdarahan. Bila pasien dalam keadaan perkoma atau koma,
penanganan seperti pada koma hepatic (Arif, 2000).

G. Tatalaksana keperawatan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit hepatitis virus. Pengobatan terutama
bersifatsuportif dan termasuk:
a. BeristirahatPasien yang sangat keletihan membutuhkan sering istirahat dan membuat
interval seringistirahat.
b. Nutrisi yang adekuat (prioritas utama) Anjurkan diit karbohidrat tinggi untuk
mensuplai kalori yang cukup. Pemberian makananmelalui IV hanya diperlukan apabila
pemasukan peroral terbatas karena mual dan muntah.
c. Mencegah terjadinya stress lebih lanjut pada hepar dengan menghindari bahan-bahan
danobat-obat hepatotoksik. Hepatitis toksik ditangani terutama dengan menghindari
penyebabnya.
d. Setelah terpajan terhadap virus hepatitis A, imunisasi pasif dapat dicapai melalui
penggunaanserum globulin imun yang mengandung anti HAV dengan jumlah yang
adekuat.

H. Pengkajian
Data tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, malaise umum
b. Sirkulasi
Tanda: Bradikardia (hiperbiliurinemia berat) Ikteri pada sklera, kulit, membran
mukosa.
c. Eliminasi
Gejala: urine gelap, diare/ konstipasi: feses warna tanah liat, adanya perubahan
hemodialisa
d. Makanan/ cairan
Gejala: hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat
(edema) mual/ muntah (asites)

11
e. Neurosensori
Tanda: peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas maligia, artralgia, sakit
kepala, gatal pruritus) tanda: otot tegang, gelisah
g. Pernafasan
Gejala: Tidak minat/ enggang merokok (perokok)
h. Keamanan
Gejala: adanya transfuse darah/ predok darah, tanda: deman urtikaria lesimakula
popular, aritema palmar, ginekomastia (kadang- kadang ada pada hepatitissalkoholik)
sptenomegali, pembesaran nodus servikal posterior
i. Seksualitas
Gejala: pola hidup/ pelaku meningkatkan resiko terpajan (contoh homoseksual aktif/
biseksual pada wanita)
j. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala: Riwayat diketahui/ mungkin terpajan pada virus, bakteri atau toksin.
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6-7 hari

I. Masalah keperawatan yang muncul


a. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.
d. Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gatal sekunder
dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.
e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual – muntah.
f. Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.

J. Recana intervensi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan

12
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan: Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
a) Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
Rasional: keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering
Rasional: adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan
menurunkan kapasitasnya.
c) Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
Rasional: akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak
sedap yang menurunkan nafsu makan.
d) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
Rasional: menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan
e) Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
Rasional: glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani
hepar.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan: Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri
(tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
a) Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk
intensitas nyeri
Rasional: nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada
individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif
mengurangi nyeri.
b) Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri

13
- Akui adanya nyeri
- Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
Rasional: klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan
bahwa ia mengalami nyeri
c) Berikan informasi akurat dan
- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
Rasional: klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri
yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
d) Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
Rasional: kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk
mengurangi nyeri.

c. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan: Tidak terjadi peningkatan suhu
a) Monitor tanda vital: suhu badan
Rasional: sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b) Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000
l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
Rasional: dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu
timbulnya dehidrasi
c) Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
Rerasional: nghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi
kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
penguapan
d) Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
Rasional: kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan
jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

14
d. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
a) Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
Rasional: dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung
lebih tenang
b) Sarankan klien untuk tirah baring
Rasional: tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c) Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat
Rasional: memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang
sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang
penting
d) Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak
energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
Rasional: keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang
dapat menimbulkan keletihan
e) Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi)
Rasional: untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan: Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a) Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
- Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril,
lanolin)
- Keringkan kulit, jaringan digosok
Rasional: kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung
syaraf
b) Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan
kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal

15
Rasional: penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan
sensitivitas melalui vasodilatasi
c) Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat
pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
Rasional: penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak
pruritus
d) Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
Rasional: pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
f. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites
penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan: Pola nafas adekuat
Intervensi:
a) Awasi frekwensi, kedalaman dan upaya pernafasan
Rasional: pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi
cairan dalam abdomen
b) Auskultasi bunyi nafas tambahan
Rasional: kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c) Berikan posisi semi fowler
Rasional: memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma
dan meminimalkan ukuran sekret
d) Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional: membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Rasional: mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
g. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent
virus
Hasil yang diharapkan: Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
a) Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
- Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh

16
- Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat,
jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
Rasional: pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b) Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan
tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
Rasional: teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi
infeksius dan mencegah transmisi penyakit
c) Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
Rasional: mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi
infeksi
d) Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang
tepat
Rasional: rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan
kemungkinan orang lain terinfeksi.

K. Evaluasi
evaluasi adalah tahap akhir dari proses perawatan. Proses yang kontinu yang penting untuk
menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan, yang dilakukan dengan
meninjau respon pasien untuk menentukan keefektivan rencana perawatan dalam
memenuhi kebutuhan pasien.
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan hasil yang telah dicapai klien seperti:
a. Tanda- tanda dan gejala kembali normal
b. Istirahat cukup dan nutrisi kembali adekuat
c. Klien mengetahui proses penyakitnya
d. Komplikasi tidak terjadi
e. Kecemasan dapat teratasi
f. Transmisi infeksi dapat dicegah
Pada tahap evaluasi ini juga sangat berkaitan erat dengan tujuan perencanaan tindakan yang
akan diberikan kepada klien.

17
Bab IV

Penutup

A. Kesimpulan
Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang
menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Di
Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami
golongan hepatitis A, B dan hepatitis C. Jika kita melihat konsep Blum mengenai derajat
kesehatan, faktor yang paling berperan penting dalam menyebabkan penyakit hepatitis
adalah faktor genetika dan lingkungan. Seperti pada jenis hepatitis A dimana tinja menjadi
faktor penyebar utama. Pada kasus ini, sanitasi lingkungan merupakan faktor yang paling
penting.

B. Saran
Kita harus memperhatikan kebersihan lingkungan, pergaulan sehari-hari, dan juga
obat-obatan. Karena dengan hal-hal yang kecil yang tidak kita perhatikan dapat
menyebabkan hal-halyang tidak akan kita duga nantinya. Hepatitis pun dapat diakibatkan
dari hal yang kecil semacam itu. Bagi penderita penyakit hepatitis harus mementingkan
makanan yang kaya dengan vitamin dan mineral.

18
Daftar pustaka

Ester, Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta:
Salemba Medika
Oswari, 2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru
Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Vol 2. Jakarta:
EGC

19

Anda mungkin juga menyukai