2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan limpah
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikaan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Tn.M dengan Fraktur Femur di Ruang Bougenvile di RSUD. RAA. Soewondo
Pati”.
Dengan terselesainya makalah ini kami berharap, agar setelah membaca dan mempelajari
makalah ini bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan sebagaimana tertera dalam
tujuan pembuatan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang telah membantu
tersusunnya makalah ini dan kami mengharapkan segala masukan baik berupa kritikan maupun
saran demi tersempurnaanya makalah ini.
Demikian dalam pembuatan makalah ini, penyusun berharap semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi semua pihak.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Dampak masalah dari fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh yang
terkena cidera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri yang di rasakannya, resiko
terjadinya infeksi, resiko perdarahan, ganguan integritas kulit serta berbagai masalah yang
mengganggu kebutuhan dasar lainnya, selain itu fraktur juga dapat menyebabkan kematian.
Kegawatan fraktur diharuskan segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan klien dari
kecacatan fisik. Kecacatan fisik dapat dipulihkan secara bertahap melalui mobilisasi
persendian yaitu dengan latihan range of motion (ROM). Range of motion adalah latihan
yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan
tonus otot (Potter & Perry, 2005). Pasien harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa
sesegera mungkin. Hal tersebut perlu dilakukan sedini mungkin pada klien post operasi untuk
mengembalikan kelainan fungsi klien seoptimal mungkin atau melatih klien dan
menggunakan fungsi yang masih tertinggal seoptimal mungkin.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien dengan fraktur Femur Dekstra.
b. Tujuan Khusus
Untuk Memenuhi Tugas PKKD II.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. (smeltzer & Bare, 2002).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tegangan fisik.
(Mansjoer ,2002)
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total
maupun sebagian. (Muttaqin,. 2008 )
Femur merupakan tulang yang terpanjang pada badan, dimana fraktur dapat terjadi
mulai dari proksimal sampai distal tulang. Fraktur femur atau patah tulang paha adalah
rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
2.2 Klasifikasi .
a) Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar.
b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat,
yaitu :
1. Derajat I
a) Luka kurang dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk
c) Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan
d) Kontaminasi ringan
6
2. Derajat II
a) Laserasi lebih dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c) Fraktur komuniti sedang
3. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler
serta kontaminasi derajat tinggi
a) Fraktur complete adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal).
b) Fraktur incomplete adalah patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
2.3 Etiologi
Smeltzer & bare (2002) menyebutkan penyebab fraktur dapat dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu :
7
2.4 Pathofisiologi
Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum, pembuluh
darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan
jaringan di ujung tulang. Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler
dan jaringan ikat tumbuh ke dalamnya., menyerap hematoma tersebut, dan menggantikannya.
Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan
endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara
bertahap dibentuk menjadi profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu
sel yang melarutkan tulang. Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang
disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase
hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis
dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling
menempel, fase ini disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah
tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini
kemudianjuga tumbuh sel jaringan mesenkin yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah
menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan.
Kondroid dan osteoid ini mula-mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto
rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan
kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang.
a) Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :Rotasi pemendekan
tulang.Penekanan tulang
b) BengkakEdema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
c) Ekimosis dari perdarahan subculaneous
d) Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur
e) Tenderness
8
f) Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan
g) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/ perdarahan)
h) Pergerakan abnormal
i) Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
j) Krepitasi. (Black,1993:191).
2.7 Komplikasi
a) Komplikasi segera (immediate) : Komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara
lain syok neurogenik, kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan kulit.
b) Early Complication : Dapat terjadi seperti osteomelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome
compartemen.
c) Late Complication : Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes
(kaku sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang terganggu (malunion)
9
2.9 Penatalaksanaan
a) Pengobatan
Pengobatan yang terkait dengan fraktur; mengurangi nyeri, mencegah perdarhan dan edema,
mengurangi spasme otot, meluruskan tulang yang patah, meningkatkan kesembuhan
tulang,imobilisasi fraktur, dan mencegah komplikasi.
b) Reduksi ; reposisi pada tulang. Reduksi tertutup dilakukan dengan cara manipulasi eksternal
untuk meluruskan tulang yang patah ke sedia kala. Open reduktion and Internal Fixation
(ORIF) yaitu dengan pembedahan, adanya fiksasi internal yang membantu mempertahankan
kelurusan tulang.
10
c) Retensi ; Gips, traksi; kulit dan skeletal.
11
2) Traksi Bryant ; digunakan untuk fraktur femur
4) Traksi sevikal ; digunakan untuk fraktur servikal dan mengobati iritasi sarafdan otot
pada bahu dan lengan atas.
12
5) Traksi balanced suspension ; digunakan untuk fraktur pelvis dan femur
13
8) Cruthflield tong traksi ; digunakan untuk stabilitas fraktur servikal, tulang belakang
tengkorak dan dislokasi.
Tujuan traksi adalah mengembalikan posisi semula tulang yang patah, mempertahankan
kesegarisan (aligment), mengistirahatkan ekstrimitas yang patah, mencegah dan
memperbaiki adanya kontraktur dan deformitas, memperbaiki dislokasi, mengurangi
spasme, dan mengurangi nyeri.
d) Fasiotomy adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengurangi tekanan yang
terkait dengan kompartemen sindrom.
14
BAB III
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Belum kawin
Alamat : Desa Sidoharjo, RT: 01 RW:03 Kecamatan Wedarijaksa
Kabupaten Pati
Tanggal masuk RS : 15 Desember 2015, puku 18:46 WIB
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.H
Umur : 51 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Hub. dengan klien : Ibu kandung
Alamat : Desa Sidoharjo, RT: 01 RW:03 Kecamatan Wedarijaksa
Kabupaten Pati
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Alasan Masuk RS
Klien mengatakan pada kaki paha kanan tidak bisa digerakkan dan terasa sakit
karena patah setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
2. Keluhan Utama
15
Klien mengatakan sakit pada kaki paha kanan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 15 desember 2015 jam 17.00
WIB dan diantar oleh keluarga ke RSUD RAA Soewondo Pati dalam keadaan
pingsan. Klien sampai di IGD RSUD Soewondo Pati pada tanggal 16 Desember
2015 jam 17.45 WIB. Setelah dilakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital TD=
120/80 mmHg, N= 80×/menit, RR= 20×/menit, S= 36,6 C dan dilakukan
pemeriksaan fisik kaki kanan bagian paha klien mengalami deformitas kemudian
oleh dokter klien di diagnosa medis Fraktur Femur Dextra. Kemudian pasien
dianjurkan untuk opname dan pasien memilih Ruang Edelways. Pasien masuk
Ruang Edelways jam 18.46 WIB. Selama di ruangan pasien memperoleh terapi:
IV cefoperazone 2 x 1 gram, injeksi IV ketorolac 2 x 30 mg, injeksi IV ranitidin 2
x 50 mg. Pada tanggal 17 Desember 2015 jam 09.15 WIB pasien dilakukan
tindakan ORIF pemasangan Plate.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di Rumah Sakit dan belum
pernah mengalami fraktur
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
seperti, Osteoporosis, artritis reumatoid, hiperparatiroid, dan Diabetes Millitus
6. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat, cuaca, debu
maupun makanan.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Vital Sign
1) HR : 92 x/menit
2) RR : 22 x/menit
3) BP :140/70 mmHg
4) Temperatur : 36,5C
b. Sakit/ Nyeri
16
1) Paliatif : Nyeri pada Femur
2) Kualitas : tersayat-sayat
3) Regio : di paha sebelah kanan
4) Skala :7
5) Time : timbul saat gerak
c. Antopometri
1) TB : 60 kg
2) BB : 150 cm
3) IMT : 60/(150/100)2 = 26,6 kgBB/cm2
Biocemical
Data Objektif
4) Pola nafas
Pola nafas normal, irama reguler
5) Tidak menggunakan pernafasan cuping dada
6) Sianosis
7) Inspeksi dada
Bentuk dada simetris, pergerakan dada normal
8) Palpasi dada
Tidak ada nyeri tekan, retraksi dada tidak ada
17
9) Perkusi dada
Sonor pada kedua lapang paru
10) Auskultasi dada
Bunyi paru normal, vesikuler pada paru kiri dan kanan
11) Alat bantu pernafasan
Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
b. Kardiovaskuler
Data subjektif
Keluhan terkait system kardiovaskuler:
Pasien mengatakan tidak ada nyeri dada saat beraktivitas
Data Objektif
1) Nadi : 92 ×/ menit
2) Tekanan darah : 140/70 mmHg
3) JVP tidak tampak
4) CRT ≤ 3 detik
I : Bentuk dadaa simetris, tidak tampak ictus kordis
P : Tidak ditemukan nyeri tekan, tidak ditemukan pembesaran jan
tung (kardiomegali)
P : Bunyi redup
A : Tidak ada bunyi jantung tambahan
5) Tidak ditemukan udema pada kaki
c. Persyarafan dan penginderaan (B3: Brain)
1) Pemeriksaan fungsi luhur
Intelektual : Pasien bisa menjawab
pertanyaan dengan baik
Memori : Pasien bisa mengingat
kejadian yang lalu
Kemampuan berbahasa : Pasien dapat berkomunikasi
dengan baik dan lancar
2) Tingkat kesadaran
Compos mentis
18
3) Pemeriksaan 12 nervus cranialis
N I Olfaktorius : Mampu membedakan bau
N II Optikus : Mata normal, pupil ishokor, penglihatan
tidak kabur
N III Okulomotorius : Gerakan bola mata sesuai perintah
kanan dan kiri
NIV Trocheali : Gerakan bola mata sesuai perintah.
NV Trigiminus : Sensasi umum kulit terhadap
rangsang
N VI Abdusen : Gerakan bola mata keatas dan kebawah
N VII Fasialis : Wajah simetris
N VIII Vestibulokhoclealis : Fungsi dan keseimbangan
pendengaran baik
N IX Glosofaringius : Mampu membedakan rasa manis,
asam, asin, dan pahit
N X Vagus : Tidak ada kesulitan dalam menelan
N XI Aksesoris : Gerakan kepala sesuai perintah
N XII Hipoglosus : Tidak ada deviasi ke arah sinistra
4) GCS: 15 ( E:4, V:5, M:6 )
5) Kelumpuhan
Klien tidak mengalami kelumpuhan hanya kaki bagian paha kanan
saja yang mengalami fraktur
6) Kejang
Kejang tidak ditemukan
7) Penglihatan
Bentuk mata simetris, keadaan pupil ishokor, sclera an ikterik,
gerakan bola mata normal, buta warna tidak ditemukan, Tekanan
intra okuler tidak ditemukan
8) Penciuman
Bentuk hidung simetris, bersih, keluhan penciuman tidak
ditemukan
19
9) Pendengaran
Telinga bersih, bentuk telinga simetris, tidak ditemukan keluhan
pada pendengaran, klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaraan
10) Perasa
Klien mampu membedakan rasa pahit, asam, manis, pedas
11) Peraba
Kulit lembab, tidak ditemukan gangguan terkait indra peraba
d. Pekemihan (Bladder)
1) Pola berkemih : Tidak ditemukan adanya gangguan
2) Produksi urine : banyak
3) Karakteristik urine : Warna kuning, bau khas
4) Masalah kandung kemih : Tidak ditemukan
5) Tidak terdapat keluhan pada kandung kemih
6) Perkusi pada kostovetrebalis : Nyeri tidak di temukan
e. Pencernaan dan masalah eliminasi fekal (Bowel)
1) Clinical sign
Rambut : Bersih, berwarna hitam, dan tidak rontok
2) Mulut dan tenggorokan
Mulut atau selaput lendir : Lembab, tidak ada stomatis
Kebersihan rongga mulut : Terjaga
Lidah : Bersih
Karies dan keutuhan gigi : Tidak ditemukan
Kesulitan untuk menelan : Tidak ditemukan
3) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak ditemukan adanya lesi
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Palpasi : Tidak ditemukan adanya nyeri tekan
Perkusi : Timpany
4) Masalah usus besar dan rektum
20
Pola BAB : 2 x dalam sehari dengan konsistensi
lembek
Masalah BAB : Tidak ditemukan masalah terkait BAB
f. Sistem Muskuloskeletal (Bone)
Data subjektif
Klien mengatakan nyeri pada kaki kanannya
Data Objektif
1) Kekuatan otot : Lemah pada kaki kanan
2) Keterbatasan gerak pada kaki kanan
3) Pasien mengalami fraktur femur dextra
4) Warna kulit pucat (sianosis)
5) Turgor kulit menurun
6) Tidak ditemukan keluhan terkait tulang belakang
Skor ADL
AKTIVITAS SKOR
Mandiri Dibantu Tergantung
Makan
Mandi
Berpakaian
Toileting
Inkontinensia
Transfering
+ + - -
+ - 21
- -
g. Sistem Reproduksi
1) Laki-laki
a) Bentuk alat kelamin : Normal
b) Kebersihan alat kelamin : Bersih
c) Memiliki anak : Klien belum mempunyai anak
d) Keluhan terkait dengan gangguang reproduksi tidak
ditemukan
h. Endokrine
1) Faktor alergi : tidak ditemukan
2) Kelainan endokrin : tidak ditemukan
3) Tidak memiliki penyakit diabetes Militus
D. PSIKOSOSIAL BUDAYA DAN SPRITUAL
1. Psikologis
a. Klien merasa sedih dengan kejadian ini dan tidak menyangka akan terjadi
seperti ini
b. Klien ingin cepat sembuh dan ingin segera kembali ke rumah untuk
kumpul dengan keluarga
c. Klien tahu tentang masalah penyakit atau penyakit yang sedang terjadi
pada dirinya
2. Sosial
Klien berhubungan baik dengan masyarakat. Terbukti selama sakit banyak
tetangga klien yang membesuk pasien.
3. Budaya
Pasien tidak mempunyai pantangan makanan dalam kesembuhan penyakitnya
4. Spiritual
Selama sakit klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
Pemeriksaan Penunjang
22
Tanggal pemeriksaan 15 Desember 2015, pukul 19:26 WIB
PARAMETERS NILAI NORMAL
WBC 8,01 + [ 103/Ul ] M: 4,8 - 10,8 F: 4,8 - 10,8
RBC 5,08 [ 106/Ul ] M: 4,7- 6,1 F: 4,2 - 5,4
HGB 13,5 [ g/ dL ] M: 14 - 18 F: 12 -16
HCT 38,5 [%] M: 42-52 F: 37-57
MCV 78,8 [ fL ] 79,0 - 99,0
MCH 26,6 [ pg ] 27,0 - 31,0
MCHC 35,1 [ g/ dL ] 33,0-37,0
PLT 251 [ 103/Ul ] 150 - 450
RDW-CV 13,6 [%] 11,5 - 14,5
RDW-SD 36,3 [ fL ] 35 - 47
PDW 10,9 [ fL ] 9,0 - 13,0
MPV 9,6 [ fL ] 7,2 - 11,1
P-LCR 21,8 [%] 15,0 - 25,0
DIFFERENTIAL
NEUT# 16,64* [ 103/Ul ] 1,8 - 8
LYMPH# 0,64* [ 103/Ul ] 0,9 – 5,2
MONO# 0,70* [ 103/Ul ] 0,16 - 1
EO# 0,02* [ 103/Ul ] 0,045 – 0,44
BASO# 0,01 [ 103/Ul ] 0 – 0,2
NEUT % 9,23* [%] 50 - 70
LYMPH% 3,6* [%] 25 - 40
MONO% 3,9* [%] 2-8
EO% 0,1* [%] 2-4
BASO% 0,1 [%] 0-1
LED 1 jam M: 3-11 F: 7-15
LED 2 jam
Golongan darah :B
23
Hb : 9,3 g/dl (17 Desember 2015)
15 Desember 2015
GDS : 164 mg/dl
Ureum : 30,2 mg/dl
Creatinin : 0,96 mg/dl
24
ANALISA DATA
25
R: Di femur dextra
S: 7
T: Timbul saat gerak
DO:
Klien tampak meringis
kesakitan
Klien tampak menahan
nyeri sambil memegang
paha kanannya
17/ 12/ 15 DS: Gangguan Keterbatasan
Jam 09.15 Pasien mengatakan paha Mobilitas Fisik aktivitas dan
WIB kanannya tidak dapat bergerak Gerak
dan aktivitas sehari-hari di
bantu oleh keluarganya
DO:
Pasien post op pemasangan
ORIF pada fraktur femur
dextra
17/ 12/ 15 DS: Resiko Infeksi Perawatan
Jam 09.30 Pasien mengatakan badannya luka yang
WIB panas tidak bersih
DO:
T: 38 C, luka balutan tidak
bersih
PRIORITAS DIAGNOSA
26
3. Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan luka yang tidak bersih
27
RENCANA KEPERAWATAN
28
1. Pasien dapat 2. Ajarkan tehnik
melakukan ambulasi dan
aktivitas perpindahan
sehari-hari yang aman
secara 3. Ajarkan dan
mandiri dukung pasien
2. Dapat dalam latihan
melakukan ROM pasif dan
perpindahan aktif untuk
(duduk, mempertahanka
berdiri, n atau
berjalan) meningkatakan
kekuatan dan
pertahanan otot
4. Awasi seluruh
kegiatan
mobiltas dan
bantu pasien jika
diperlukan
5. Kolaborasikan
dengan ahli
terapi fisik
untuk
meningkatkan
mobiltas
17/12/15 III Setelah dilakukann Kontrol 1. Kaji TTV pasien
Jam tindakan infeksi 2. Pantau tanda
09.30 keperawatan selama gejala infeksi
WIB 3x24 jam (misal: suhu
diharapkan: tubuh, denyut
1. Terbebas dari jantung,
29
tanda-tanda penampilan
gejala infeksi luka, sekresi,
2. Tanda-tanda penampilan
vital normal urine.
3. Tidak terjadi 3. Pantau hasil
peningkatan laboratorium
leukosit 4. Ajarkan kepada
pasien dan
keluarga tentang
tanda/ gejala
infeksi dan
kapan harus
melaporkan
kepada perawat.
5. Berikan terapi
antibiotik bila
diperlukan
Cefoperazone
(2x1 gram)
30
TGL/J KODI IMPLEMENTASI RESPON TTD /
AM NG NAMA
IMPLEMENTASI
31
17/12/1 1. Kaji skala nyeri . S: Pasien mau dilakukan pengkajian
5 1 2. Ajarkan tehnik nyeri
Jam relaksasi O: Didapatkan hasil pengkajian P:
09.00 3. Kolaborasikan dengan Nyeri pada paha
wib pemberian analgetik Q: Tersayat-sayat
R: Di femur dextra
S: 7
T: Timbul saat gerak
S:Pasien mampraktikanya
O: pasien terlihat rileks, dengan
diajarai tekhnik relaksasi tarik nafas
dalam untuk mengurangi nyeri
S:Pasien meminum obat anti nyeri
yang diberikan dari rumah sakit
O: Nyeri sedikit berkurang
32
mobiltas dan tubuhnya dalam mobilisasi
Berikan alat
bantu pasien
jika diperlukan
33
CATATAN PERKEMBANGAN
34
TGL JAM DIAGNOSA EVALUASI TTD/NAMA
17/12/15 09.00 WIB Nyeri S: Pasien Mengatakan
berhubungan nyeri pada paha sebelah
dengan kanan
pergeseran O: Terlihat meringis
fragmen menahan Kesakitan,
tulang A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
35
17/12/15 09.30 Resiko infeksi S: Merasakan Sakit
WIB berhubungan bila dilakukan
dengan perawatan pembersihan
luka yang tidak O: suhu 38C
bersih A:Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan
Intervensi
36
EVALUASI
37
17/12/15 Resiko infeksi berhubungan S: Merasakan Sakit bila
09.30
dengan perawatan luka yang dilakukan pembersihan
tidak bersih O: suhu 38C
A:Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. (smeltzer & Bare, 2002).
Femur merupakan tulang yang terpanjang pada badan, dimana fraktur dapat terjadi
mulai dari proksimal sampai distal tulang. Fraktur femur atau patah tulang paha adalah
rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
Smeltzer & bare (2002) menyebutkan penyebab fraktur dapat dibagi menjadi beberapa
bagian yaitu :
4.2 Saran
Berdasarkan Hasil pembuatan makalah ini penyusun menyarankan terutama kepada
pembaca untuk selalu berhati-hati dan menjaga diri segala hal yang menyebabkan trauma
yang dapat mengakibatkan terjadinya fraktrur.
39
DAFTAR PUSTAKA
40