Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. M DENGAN FRAKTUR FEMUR DI


RUANG BOUGENVILE DI RSUD. RAA. SOEWONDO PATI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan mengikuti PKKD II

Dosen Pembimbing : Noor Faidah,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Aliani Nailil Izzah (2013011528)


2. Ardiana Nur Aflah (2013011529)
3. Kukuh Putri K. (2013011506)
4. Stefanus Ardhi N. (2013011520)
5. Susi Wijayanti (2013011521)
6. Uti Lathifah (2013011522)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS

2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan limpah
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikaan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Tn.M dengan Fraktur Femur di Ruang Bougenvile di RSUD. RAA. Soewondo
Pati”.

Dengan terselesainya makalah ini kami berharap, agar setelah membaca dan mempelajari
makalah ini bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan sebagaimana tertera dalam
tujuan pembuatan makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang telah membantu
tersusunnya makalah ini dan kami mengharapkan segala masukan baik berupa kritikan maupun
saran demi tersempurnaanya makalah ini.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang “”Asuhan


Keperawatan Pada Pasien Tn.M dengan Fraktur Femur di Ruang Bougenvile di RSUD. RAA.
Soewondo Pati”. yang sangat diperlukan bagi mahasiswa untuk mendapatkan wawasan dalam
melanjutkan proses pembelajaran yang lebih efektif.

Demikian dalam pembuatan makalah ini, penyusun berharap semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi semua pihak.

Pati, Desember 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah ....................................................................


1.2 Tujuan masalah .................................................................................
BAB II KONSEP TEORI

2.1 Anatomi dan Fisiologi ........................................................................


2.2 Pengertian,Etiologi, dan Faktor Resiko..............................................
2.3 Patofisiologi .......................................................................................
2.4 ManifestasiKlinis................................................................................
2.5 Komplikasi ..........................................................................................
2.6 Penatalaksanaan Medis .....................................................................
2.7 Penatalaksanaan KeperawatanPenunjangMedis ..............................
2.8 Manajemen Diet .................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian ..........................................................................................


3.2 DiagnosaKeperawatan .......................................................................
3.3 IntervensiKeperawatan ......................................................................
BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan .............................................................................................


4.2 Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi discontinuitas tulang, penyebab


terbanyak adalah insiden kecelakaan tetapi factor lain seperti proses degeneratife juga dapat
berpengaruh terhadap kejadian fraktur. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress atau beban
yang lebih besar dan kemampuan tulang untuk mentolelir beban tersebut. Fraktur dapat
menyebabkan disfungsi organ tubuh atau bahkan dapat menyebabkan kecacatan atau
kehilangan fungsi ekstremitas permanen,selain itu komplikasi awal yang berupa infeksi dan
tromboemboli (emboli fraktur) juga dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah
cedera, oleh karena itu radiografi sudah memastikan adanya fraktur maka harus segera
dilakukan stabilisasi atau perbaikan fraktur.( Brunner & Sudart, 2002)
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal
dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Usman
(2012) menyebutkan bahwa hasil data Riset Kesehatan Dasar (RIKERDAS) tahun 2011, di
Indonesia terjadinya fraktur yang disebabkan oleh cedera yaitu karena jatuh, kecelakaan lalu
lintas dan trauma tajam / tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur
sebanyak 1.775 orang (3,8 %), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, mengalami fraktur
sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda tajam / tumpul, yang mengalami
fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %). (Depkes 2009) Dan menurut data depkes 2005
kalimantan timur korban fraktur akibat dari kecelakaan berkisar 10,5%, sedangkan
bedasarkan data yang diperoleh dari catatan medical record di rumah sakit islam samarinda,
data pada tahun 2012 (periode januari – juni ) didapatkan 14 kasus fraktur, sedangkan untuk
bulan juli ada 7 kasus fraktur.

4
Dampak masalah dari fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh yang
terkena cidera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri yang di rasakannya, resiko
terjadinya infeksi, resiko perdarahan, ganguan integritas kulit serta berbagai masalah yang
mengganggu kebutuhan dasar lainnya, selain itu fraktur juga dapat menyebabkan kematian.
Kegawatan fraktur diharuskan segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan klien dari
kecacatan fisik. Kecacatan fisik dapat dipulihkan secara bertahap melalui mobilisasi
persendian yaitu dengan latihan range of motion (ROM). Range of motion adalah latihan
yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan
tonus otot (Potter & Perry, 2005). Pasien harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa
sesegera mungkin. Hal tersebut perlu dilakukan sedini mungkin pada klien post operasi untuk
mengembalikan kelainan fungsi klien seoptimal mungkin atau melatih klien dan
menggunakan fungsi yang masih tertinggal seoptimal mungkin.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien dengan fraktur Femur Dekstra.
b. Tujuan Khusus
Untuk Memenuhi Tugas PKKD II.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. (smeltzer & Bare, 2002).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tegangan fisik.
(Mansjoer ,2002)
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total
maupun sebagian. (Muttaqin,. 2008 )
Femur merupakan tulang yang terpanjang pada badan, dimana fraktur dapat terjadi
mulai dari proksimal sampai distal tulang. Fraktur femur atau patah tulang paha adalah
rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

2.2 Klasifikasi .

Klasifikasi Fraktur femur dibagi sebagai berikut:

a) Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar.
b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat,
yaitu :
1. Derajat I
a) Luka kurang dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk
c) Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan
d) Kontaminasi ringan

6
2. Derajat II
a) Laserasi lebih dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c) Fraktur komuniti sedang

3. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler
serta kontaminasi derajat tinggi
a) Fraktur complete adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal).
b) Fraktur incomplete adalah patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.

2.3 Etiologi

Smeltzer & bare (2002) menyebutkan penyebab fraktur dapat dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu :

a) Trauma lansung : kecelakaan lalu lintas


b) Trauma tidak lansung : jatuh dengan ketinggian dengan berdiri atau duduk sehingga
terjadi fraktur tulang belakang
c) Proses penyakit (osteoporosis yang menyebabkan fraktur yang patologis)
d) Secara spontan di sebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
polio dan orang yang bertugas di kemiliteran
e) Serta kelainan bawaan sejak lahir, dimana tulang seseorang sangat rapuh sehingga mudah
patah.

7
2.4 Pathofisiologi

Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum, pembuluh
darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan
jaringan di ujung tulang. Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler
dan jaringan ikat tumbuh ke dalamnya., menyerap hematoma tersebut, dan menggantikannya.
Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan
endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara
bertahap dibentuk menjadi profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu
sel yang melarutkan tulang. Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang
disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase
hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis
dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling
menempel, fase ini disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah
tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini
kemudianjuga tumbuh sel jaringan mesenkin yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah
menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan.
Kondroid dan osteoid ini mula-mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto
rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan
kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang.

2.5 Konsep Mapping


2.6 Manifestasi Klinis

a) Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :Rotasi pemendekan
tulang.Penekanan tulang
b) BengkakEdema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
c) Ekimosis dari perdarahan subculaneous
d) Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur
e) Tenderness

8
f) Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan
g) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/ perdarahan)
h) Pergerakan abnormal
i) Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
j) Krepitasi. (Black,1993:191).

2.7 Komplikasi

a) Komplikasi segera (immediate) : Komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara
lain syok neurogenik, kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan kulit.
b) Early Complication : Dapat terjadi seperti osteomelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome
compartemen.
c) Late Complication : Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes
(kaku sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang terganggu (malunion)

2.8 Pemeriksaan diagnostic

Menurut Doenges dalam Jitowiyono (2010:21). Beberapa pemeriksaan yang dapat


dilakukan pada klien dengan fraktur, diantranya:
a) Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
b) Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c) Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d) Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau
organ jauh pada trauma multipel.
e) Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
f) Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel,
atau cidera hati. Golongan darah, dilakukan sebagai persiapan transfusi darah jika
ada kehilangan darah yang bermakna akibat cedera atau tindakan pembedahan.

9
2.9 Penatalaksanaan
a) Pengobatan
Pengobatan yang terkait dengan fraktur; mengurangi nyeri, mencegah perdarhan dan edema,
mengurangi spasme otot, meluruskan tulang yang patah, meningkatkan kesembuhan
tulang,imobilisasi fraktur, dan mencegah komplikasi.
b) Reduksi ; reposisi pada tulang. Reduksi tertutup dilakukan dengan cara manipulasi eksternal
untuk meluruskan tulang yang patah ke sedia kala. Open reduktion and Internal Fixation
(ORIF) yaitu dengan pembedahan, adanya fiksasi internal yang membantu mempertahankan
kelurusan tulang.

Gambar 1.1 ORIF

10
c) Retensi ; Gips, traksi; kulit dan skeletal.

Gambar 1.2 traksi

1) Buck extention traction ; untuk fraktur panggul, kotraktur, spasme otot.

Gambar 1.3 Buck extention traction

11
2) Traksi Bryant ; digunakan untuk fraktur femur

Gambar 1.4 Traksi Bryant

3) Traksi Russel ; digunakan untuk stabilitas fraktur femur.

Gambar 1.5 Traksi Russel

4) Traksi sevikal ; digunakan untuk fraktur servikal dan mengobati iritasi sarafdan otot
pada bahu dan lengan atas.

Gambar 1.6 Traksi sevikal

12
5) Traksi balanced suspension ; digunakan untuk fraktur pelvis dan femur

Gambar 1.7 Traksi balanced suspension

6) 90/90 femoral traksi ; digunakan untuk stabilitas fraktur femur.

Gambar 1.8. 90/90 femoral traksi

7) Dunlop traksi ; digunakan untuk fraktur suprakondilar pada humerus.

Gambar 1.9 Dunlop traksi

13
8) Cruthflield tong traksi ; digunakan untuk stabilitas fraktur servikal, tulang belakang
tengkorak dan dislokasi.

Gambar 1.10 Cruthflield tong traksi

Tujuan traksi adalah mengembalikan posisi semula tulang yang patah, mempertahankan
kesegarisan (aligment), mengistirahatkan ekstrimitas yang patah, mencegah dan
memperbaiki adanya kontraktur dan deformitas, memperbaiki dislokasi, mengurangi
spasme, dan mengurangi nyeri.

d) Fasiotomy adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengurangi tekanan yang
terkait dengan kompartemen sindrom.

14
BAB III

LAPORAN KASUS PADA TN.M DENGAN FRAKTUR FEMUR POST OP DI RUANG


BOEGENVILE DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Belum kawin
Alamat : Desa Sidoharjo, RT: 01 RW:03 Kecamatan Wedarijaksa
Kabupaten Pati
Tanggal masuk RS : 15 Desember 2015, puku 18:46 WIB
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.H
Umur : 51 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Hub. dengan klien : Ibu kandung
Alamat : Desa Sidoharjo, RT: 01 RW:03 Kecamatan Wedarijaksa
Kabupaten Pati
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Alasan Masuk RS
Klien mengatakan pada kaki paha kanan tidak bisa digerakkan dan terasa sakit
karena patah setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
2. Keluhan Utama

15
Klien mengatakan sakit pada kaki paha kanan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 15 desember 2015 jam 17.00
WIB dan diantar oleh keluarga ke RSUD RAA Soewondo Pati dalam keadaan
pingsan. Klien sampai di IGD RSUD Soewondo Pati pada tanggal 16 Desember
2015 jam 17.45 WIB. Setelah dilakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital TD=
120/80 mmHg, N= 80×/menit, RR= 20×/menit, S= 36,6 C dan dilakukan
pemeriksaan fisik kaki kanan bagian paha klien mengalami deformitas kemudian
oleh dokter klien di diagnosa medis Fraktur Femur Dextra. Kemudian pasien
dianjurkan untuk opname dan pasien memilih Ruang Edelways. Pasien masuk
Ruang Edelways jam 18.46 WIB. Selama di ruangan pasien memperoleh terapi:
IV cefoperazone 2 x 1 gram, injeksi IV ketorolac 2 x 30 mg, injeksi IV ranitidin 2
x 50 mg. Pada tanggal 17 Desember 2015 jam 09.15 WIB pasien dilakukan
tindakan ORIF pemasangan Plate.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di Rumah Sakit dan belum
pernah mengalami fraktur
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
seperti, Osteoporosis, artritis reumatoid, hiperparatiroid, dan Diabetes Millitus
6. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat, cuaca, debu
maupun makanan.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Vital Sign
1) HR : 92 x/menit
2) RR : 22 x/menit
3) BP :140/70 mmHg
4) Temperatur : 36,5C
b. Sakit/ Nyeri

16
1) Paliatif : Nyeri pada Femur
2) Kualitas : tersayat-sayat
3) Regio : di paha sebelah kanan
4) Skala :7
5) Time : timbul saat gerak
c. Antopometri
1) TB : 60 kg
2) BB : 150 cm
3) IMT : 60/(150/100)2 = 26,6 kgBB/cm2

Biocemical

1) Hb : 9,3 g/dl (17 Desember 2015)


d. Status Personal Higine : pasien tidak bisa merawat dirinya sendiri, pasien
hanya mandi dengan siben air hangat yang disediakan dari rumah sakit.
2. Data Per Sistem
a. Sistem Pernafasan
Data Subjektif
Keluhan pasien:
1) Batuk : Batuk tidak ditemukan
2) Sesak napas : Sesak nafas tidak ditemukan
3) Nyeri waktu bernafas : Nyeri waktu bernafas tidak ditemukan

Data Objektif

4) Pola nafas
Pola nafas normal, irama reguler
5) Tidak menggunakan pernafasan cuping dada
6) Sianosis
7) Inspeksi dada
Bentuk dada simetris, pergerakan dada normal
8) Palpasi dada
Tidak ada nyeri tekan, retraksi dada tidak ada

17
9) Perkusi dada
Sonor pada kedua lapang paru
10) Auskultasi dada
Bunyi paru normal, vesikuler pada paru kiri dan kanan
11) Alat bantu pernafasan
Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
b. Kardiovaskuler
Data subjektif
Keluhan terkait system kardiovaskuler:
Pasien mengatakan tidak ada nyeri dada saat beraktivitas
Data Objektif
1) Nadi : 92 ×/ menit
2) Tekanan darah : 140/70 mmHg
3) JVP tidak tampak
4) CRT ≤ 3 detik
I : Bentuk dadaa simetris, tidak tampak ictus kordis
P : Tidak ditemukan nyeri tekan, tidak ditemukan pembesaran jan
tung (kardiomegali)
P : Bunyi redup
A : Tidak ada bunyi jantung tambahan
5) Tidak ditemukan udema pada kaki
c. Persyarafan dan penginderaan (B3: Brain)
1) Pemeriksaan fungsi luhur
 Intelektual : Pasien bisa menjawab
pertanyaan dengan baik
 Memori : Pasien bisa mengingat
kejadian yang lalu
 Kemampuan berbahasa : Pasien dapat berkomunikasi
dengan baik dan lancar
2) Tingkat kesadaran
Compos mentis

18
3) Pemeriksaan 12 nervus cranialis
 N I Olfaktorius : Mampu membedakan bau
 N II Optikus : Mata normal, pupil ishokor, penglihatan
tidak kabur
 N III Okulomotorius : Gerakan bola mata sesuai perintah
kanan dan kiri
 NIV Trocheali : Gerakan bola mata sesuai perintah.
 NV Trigiminus : Sensasi umum kulit terhadap
rangsang
 N VI Abdusen : Gerakan bola mata keatas dan kebawah
 N VII Fasialis : Wajah simetris
 N VIII Vestibulokhoclealis : Fungsi dan keseimbangan
pendengaran baik
 N IX Glosofaringius : Mampu membedakan rasa manis,
asam, asin, dan pahit
 N X Vagus : Tidak ada kesulitan dalam menelan
 N XI Aksesoris : Gerakan kepala sesuai perintah
 N XII Hipoglosus : Tidak ada deviasi ke arah sinistra
4) GCS: 15 ( E:4, V:5, M:6 )
5) Kelumpuhan
Klien tidak mengalami kelumpuhan hanya kaki bagian paha kanan
saja yang mengalami fraktur
6) Kejang
Kejang tidak ditemukan
7) Penglihatan
Bentuk mata simetris, keadaan pupil ishokor, sclera an ikterik,
gerakan bola mata normal, buta warna tidak ditemukan, Tekanan
intra okuler tidak ditemukan
8) Penciuman
Bentuk hidung simetris, bersih, keluhan penciuman tidak
ditemukan

19
9) Pendengaran
Telinga bersih, bentuk telinga simetris, tidak ditemukan keluhan
pada pendengaran, klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaraan
10) Perasa
Klien mampu membedakan rasa pahit, asam, manis, pedas
11) Peraba
Kulit lembab, tidak ditemukan gangguan terkait indra peraba
d. Pekemihan (Bladder)
1) Pola berkemih : Tidak ditemukan adanya gangguan
2) Produksi urine : banyak
3) Karakteristik urine : Warna kuning, bau khas
4) Masalah kandung kemih : Tidak ditemukan
5) Tidak terdapat keluhan pada kandung kemih
6) Perkusi pada kostovetrebalis : Nyeri tidak di temukan
e. Pencernaan dan masalah eliminasi fekal (Bowel)
1) Clinical sign
 Rambut : Bersih, berwarna hitam, dan tidak rontok
2) Mulut dan tenggorokan
 Mulut atau selaput lendir : Lembab, tidak ada stomatis
 Kebersihan rongga mulut : Terjaga
 Lidah : Bersih
 Karies dan keutuhan gigi : Tidak ditemukan
 Kesulitan untuk menelan : Tidak ditemukan
3) Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi : Perut datar, tidak ditemukan adanya lesi
 Auskultasi : Bising usus 8x/menit
 Palpasi : Tidak ditemukan adanya nyeri tekan
 Perkusi : Timpany
4) Masalah usus besar dan rektum

20
 Pola BAB : 2 x dalam sehari dengan konsistensi
lembek
 Masalah BAB : Tidak ditemukan masalah terkait BAB
f. Sistem Muskuloskeletal (Bone)
Data subjektif
Klien mengatakan nyeri pada kaki kanannya
Data Objektif
1) Kekuatan otot : Lemah pada kaki kanan
2) Keterbatasan gerak pada kaki kanan
3) Pasien mengalami fraktur femur dextra
4) Warna kulit pucat (sianosis)
5) Turgor kulit menurun
6) Tidak ditemukan keluhan terkait tulang belakang

Skor ADL
AKTIVITAS SKOR
Mandiri Dibantu Tergantung
Makan 
Mandi 
Berpakaian 
Toileting 
Inkontinensia 
Transfering 

Keterangan pasien tergantung dikarenakan post ORIF pemasangan Plate


pada kaki kanan.
Kekuatan Tonus Otot Oedema

+ + - -
+ - 21
- -

g. Sistem Reproduksi
1) Laki-laki
a) Bentuk alat kelamin : Normal
b) Kebersihan alat kelamin : Bersih
c) Memiliki anak : Klien belum mempunyai anak
d) Keluhan terkait dengan gangguang reproduksi tidak
ditemukan
h. Endokrine
1) Faktor alergi : tidak ditemukan
2) Kelainan endokrin : tidak ditemukan
3) Tidak memiliki penyakit diabetes Militus
D. PSIKOSOSIAL BUDAYA DAN SPRITUAL
1. Psikologis
a. Klien merasa sedih dengan kejadian ini dan tidak menyangka akan terjadi
seperti ini
b. Klien ingin cepat sembuh dan ingin segera kembali ke rumah untuk
kumpul dengan keluarga
c. Klien tahu tentang masalah penyakit atau penyakit yang sedang terjadi
pada dirinya
2. Sosial
Klien berhubungan baik dengan masyarakat. Terbukti selama sakit banyak
tetangga klien yang membesuk pasien.
3. Budaya
Pasien tidak mempunyai pantangan makanan dalam kesembuhan penyakitnya
4. Spiritual
Selama sakit klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
Pemeriksaan Penunjang

22
Tanggal pemeriksaan 15 Desember 2015, pukul 19:26 WIB
PARAMETERS NILAI NORMAL
WBC 8,01 + [ 103/Ul ] M: 4,8 - 10,8 F: 4,8 - 10,8
RBC 5,08 [ 106/Ul ] M: 4,7- 6,1 F: 4,2 - 5,4
HGB 13,5 [ g/ dL ] M: 14 - 18 F: 12 -16
HCT 38,5 [%] M: 42-52 F: 37-57
MCV 78,8 [ fL ] 79,0 - 99,0
MCH 26,6 [ pg ] 27,0 - 31,0
MCHC 35,1 [ g/ dL ] 33,0-37,0
PLT 251 [ 103/Ul ] 150 - 450
RDW-CV 13,6 [%] 11,5 - 14,5
RDW-SD 36,3 [ fL ] 35 - 47
PDW 10,9 [ fL ] 9,0 - 13,0
MPV 9,6 [ fL ] 7,2 - 11,1
P-LCR 21,8 [%] 15,0 - 25,0
DIFFERENTIAL
NEUT# 16,64* [ 103/Ul ] 1,8 - 8
LYMPH# 0,64* [ 103/Ul ] 0,9 – 5,2
MONO# 0,70* [ 103/Ul ] 0,16 - 1
EO# 0,02* [ 103/Ul ] 0,045 – 0,44
BASO# 0,01 [ 103/Ul ] 0 – 0,2
NEUT % 9,23* [%] 50 - 70
LYMPH% 3,6* [%] 25 - 40
MONO% 3,9* [%] 2-8
EO% 0,1* [%] 2-4
BASO% 0,1 [%] 0-1
LED 1 jam M: 3-11 F: 7-15
LED 2 jam

Golongan darah :B

23
Hb : 9,3 g/dl (17 Desember 2015)
15 Desember 2015
GDS : 164 mg/dl
Ureum : 30,2 mg/dl
Creatinin : 0,96 mg/dl

Terapi yang didapatkan:


15 Desember 2015
Infus RL : 20 tpm
Cefoperazone : 2 x 1 gram
Ranitidin : 2 x 50 mg/ml
Ketorolac : 2 x 30 mg
Metronidazol : 3 x 500 mg
16 Desember 2015
Infus RL : 20 tpm
Cefoperazone : 2 x 1 gram
Ranitidin : 2 x 50 mg/ml
Ketorolac : 2 x 30 mg
Metronidazol : 3 x 500 mg
17 Desember 19
Infus RL : 20 tpm
Cefoperazone : 2 x 1 gram
Ranitidin : 2 x 50 mg/ml
Ketorolac : 2 x 30 mg
Metronidazol : 3 x 500 mg

24
ANALISA DATA

Nama klien : Tn. M No. Register: 092096


Umur : 20 Tahun Dx. Medis: Fraktur Humerus Dextra
Ruang dirawat : Boegenville/ II Alamat:Sidoharjo,1/3 Wedarijaksa Pati

TGL/ JAM DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


17/ 12/ 15 DS: Nyeri Pergeseran
Jam 09.00 Klien mengatakan nyeri pada fragmen
WIB paha sebelah kanan tulang
P: Nyeri pada paha
Q: Tersayat-sayat

25
R: Di femur dextra
S: 7
T: Timbul saat gerak
DO:
 Klien tampak meringis
kesakitan
 Klien tampak menahan
nyeri sambil memegang
paha kanannya
17/ 12/ 15 DS: Gangguan Keterbatasan
Jam 09.15 Pasien mengatakan paha Mobilitas Fisik aktivitas dan
WIB kanannya tidak dapat bergerak Gerak
dan aktivitas sehari-hari di
bantu oleh keluarganya
DO:
Pasien post op pemasangan
ORIF pada fraktur femur
dextra
17/ 12/ 15 DS: Resiko Infeksi Perawatan
Jam 09.30 Pasien mengatakan badannya luka yang
WIB panas tidak bersih
DO:
T: 38 C, luka balutan tidak
bersih

PRIORITAS DIAGNOSA

1. Nyeri berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan aktivitas dan gerak

26
3. Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan luka yang tidak bersih

27
RENCANA KEPERAWATAN

Nama klien : Tn. M No. Register : 092096

Umur : 20 Tahun Dx. Medis : Fraktur Humerus Dextra

Ruang dirawat : Boegenville/ II Alamat :Sidoharjo, 1/3 Wedarijaksa Pati

Tgl/ jam No. NOC Intervention TTD


Dx NIC Activity Nama

17/1/15 I Setelah dilakukan Pain 1. Kaji skala nyeri


Jam tindakan selama managemen 2. Ajarkan tehnik
09.15 2x60 menit t analgesic relaksasi
WIB diharapkan: administrati 3. Kolaborasikan
 Nyeri on dengan
berkurang pemberian
atau hilang analgetik
 Klein tidak
merasa
kesakitan
 Skala nyeri
berkurang
17/12/15 II Setelah dilakukann ambulation 1. Kaji tingkat
Jam tindakan motivasi klien
09.15 keperawatan selama untuk
WIB 3x24 jam mempertahanka
diharapkan: n atau
Tingkat mobiltas meningkatkan
dengan kriteria mobilitas sendi
evaluasi: dan otot

28
1. Pasien dapat 2. Ajarkan tehnik
melakukan ambulasi dan
aktivitas perpindahan
sehari-hari yang aman
secara 3. Ajarkan dan
mandiri dukung pasien
2. Dapat dalam latihan
melakukan ROM pasif dan
perpindahan aktif untuk
(duduk, mempertahanka
berdiri, n atau
berjalan) meningkatakan
kekuatan dan
pertahanan otot
4. Awasi seluruh
kegiatan
mobiltas dan
bantu pasien jika
diperlukan
5. Kolaborasikan
dengan ahli
terapi fisik
untuk
meningkatkan
mobiltas
17/12/15 III Setelah dilakukann Kontrol 1. Kaji TTV pasien
Jam tindakan infeksi 2. Pantau tanda
09.30 keperawatan selama gejala infeksi
WIB 3x24 jam (misal: suhu
diharapkan: tubuh, denyut
1. Terbebas dari jantung,

29
tanda-tanda penampilan
gejala infeksi luka, sekresi,
2. Tanda-tanda penampilan
vital normal urine.
3. Tidak terjadi 3. Pantau hasil
peningkatan laboratorium
leukosit 4. Ajarkan kepada
pasien dan
keluarga tentang
tanda/ gejala
infeksi dan
kapan harus
melaporkan
kepada perawat.
5. Berikan terapi
antibiotik bila
diperlukan
Cefoperazone
(2x1 gram)

30
TGL/J KODI IMPLEMENTASI RESPON TTD /
AM NG NAMA

IMPLEMENTASI

Nama klien : Tn. M No. Register : 092096

Umur : 20 Tahun Dx. Medis : Fraktur Humerus Dextra

Ruang dirawat : Boegenville/ II Alamat :Sidoharjo, 1/3 Wedarijaksa Pati

31
17/12/1 1. Kaji skala nyeri . S: Pasien mau dilakukan pengkajian
5 1 2. Ajarkan tehnik nyeri
Jam relaksasi O: Didapatkan hasil pengkajian P:
09.00 3. Kolaborasikan dengan Nyeri pada paha
wib pemberian analgetik Q: Tersayat-sayat
R: Di femur dextra
S: 7
T: Timbul saat gerak
S:Pasien mampraktikanya
O: pasien terlihat rileks, dengan
diajarai tekhnik relaksasi tarik nafas
dalam untuk mengurangi nyeri
S:Pasien meminum obat anti nyeri
yang diberikan dari rumah sakit
O: Nyeri sedikit berkurang

17/11/1 1. Kaji tingkat S: Pasien mau melakukanya


5 2 motivasi klien O : pasien terlihat sangat antusias
Jam untuk diberikan motivasi untuk melakukan
09.15 mempertahanka mobilisasi
wib n atau
meningkatkan S: pasien antusias dan mau untuk
mobilitas sendi diajari mobilisasi
dan otot O: pasien sedikit demi sedikit
2. Ajarkan tehnik menggerakkan anggota tubuhnya
ambulasi dan secara perlahan
perpindahan S: Pasien mau menggerakkan
yang aman tubuhnya
3. Awasi seluruh O: terlihat memanfaatkan bed tempat
kegiatan untuk menjaga keseimbangan

32
mobiltas dan tubuhnya dalam mobilisasi
Berikan alat
bantu pasien
jika diperlukan

17/12/1 1. Kaji TTV S: Pasien mau


5 3 pasien dilakukan
Jam 2. Ajarkan kepada pengkajian vital
09.30 pasien dan sign
keluarga O:HR:92x/menit,R:22
tentang tanda/ x/menit,BP:140/70
gejala infeksi mmHg, Temperatur:
dan kapan harus 36,5C
melaporkan S: Pasien antusias
kepada perawat. memperhatikanya,
3. Berikan terapi mau menghindari
antibiotik bila hal-hal yang
diperlukan mengakibatkan
Cefoperazone (2x1 terjadinya infeksi
gram) O: gejala terjadinya infeksi
berkurang dan suhu mulai
mengakami penurunan
S: Pasien mau dilakukan pemberian
obat antibiotik
O: diberikam injeksi cefoperazone
untuk mengurangi infeksi

33
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Tn. M No. Register: 092096


Umur : 20 Tahun Dx. Medis: Fraktur Humerus Dextra
Ruang dirawat : Boegenville/ II Alamat:Sidoharjo, 1/3 Wedarijaksa Pati

34
TGL JAM DIAGNOSA EVALUASI TTD/NAMA
17/12/15 09.00 WIB Nyeri S: Pasien Mengatakan
berhubungan nyeri pada paha sebelah
dengan kanan
pergeseran O: Terlihat meringis
fragmen menahan Kesakitan,
tulang A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

17/12/15 09.30 WIB Gangguan S: Pasien sulit


mobilitas menggekkan kaki paha
fisik nya sebelah kanan
berhubungan O: Nampak kesulitan dan
dengan kesakitan untuk
keterbatasan menggerakkan paha
aktivitas dan kananya karna adanya
gerak fraktur
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

35
17/12/15 09.30 Resiko infeksi S: Merasakan Sakit
WIB berhubungan bila dilakukan
dengan perawatan pembersihan
luka yang tidak O: suhu 38C
bersih A:Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan
Intervensi

36
EVALUASI

Nama : Tn.A No Register : 092096

Umur : 20 tahun Dx.Medis : Fraktur Humerus Dextra

Ruang dirawat : Boegenville/II Alamat : Sidoharjo, 1/3 Wedarijaksa Pati

TGL/JAM DIAGNOSA EVALUASI TTD/NAMA


17/12/15 Nyeri berhubungan dengan S: Pasien Mengatakan nyeri
09.00
pergeseran fragmen tulang pada paha sebelah kanan
O: Terlihat meringis
menahan Kesakitan,
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

17/12/15 Gangguan mobilitas fisik S: Pasien sulit menggekkan


09.30
berhubungan dengan kaki paha nya sebelah kanan
keterbatasan aktivitas dan O: Nampak kesulitan dan
gerak kesakitan untuk
menggerakkan paha
kananya karna adanya
fraktur
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

37
17/12/15 Resiko infeksi berhubungan S: Merasakan Sakit bila
09.30
dengan perawatan luka yang dilakukan pembersihan
tidak bersih O: suhu 38C
A:Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

38
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. (smeltzer & Bare, 2002).

Femur merupakan tulang yang terpanjang pada badan, dimana fraktur dapat terjadi
mulai dari proksimal sampai distal tulang. Fraktur femur atau patah tulang paha adalah
rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

Smeltzer & bare (2002) menyebutkan penyebab fraktur dapat dibagi menjadi beberapa
bagian yaitu :

1. Trauma lansung : kecelakaan lalu lintas


2. Trauma tidak lansung : jatuh dengan ketinggian dengan berdiri atau duduk sehingga
terjadi fraktur tulang belakang
3. Proses penyakit (osteoporosis yang menyebabkan fraktur yang patologis)
4. Secara spontan di sebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
polio dan orang yang bertugas di kemiliteran
5. Serta kelainan bawaan sejak lahir, dimana tulang seseorang sangat rapuh sehingga mudah
patah.

4.2 Saran
Berdasarkan Hasil pembuatan makalah ini penyusun menyarankan terutama kepada
pembaca untuk selalu berhati-hati dan menjaga diri segala hal yang menyebabkan trauma
yang dapat mengakibatkan terjadinya fraktrur.

39
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M.1993.Medical Surgical Nursing.W.B. Sainders.Company:Philadelpia.


Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
FKUI.
Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskletal. Edisi 1.

40

Anda mungkin juga menyukai