Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Berliyana Dewi Fuji Astuti (20170610181)
2. Meli Meliani (20170610017)
Kelas : Akuntansi 3C
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KUNINGAN
Jl. Tjut Nyak Dhien No. 36A Cijoho Kuningan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia kepada kami sehingga kami senantiasa dapat menyelesaikan makalah
Pemeriksaan Akuntansi I tentang Teori Permintaan dan Penawaran Jasa Audit dan
Regulasi Audit. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah
Kewirausahaan yang diberikan oleh dosen mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi I.
Ucapan terimakasih kami sampaikan dosen mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi
I yang telah memberikan pengajaran kepada kami, serta kepada teman-teman
yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disajikan terutama kepada mahasiswa yang mengambil mata
kuliah Pemeriksaan Akuntansi I, baik yang ada di luar maupun di dalam lingkup
Universitas Kuningan. Makalah ini juga dapat digunakan sebagai referensi
tambahan bagi kalangan pelajar dan mahasiswa. Namun, makalah Pemeriksaan
Akuntansi I tentang Teori Permintaan dan Penawaran Jasa Audit dan Regulasi
Audit ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kemunculan pesat dari peran auditor dimulai sejak masa revolusi industri
yang bermula di Inggris Raya sekitar tahun 1780. Perkembangan tersebut
dipicu karena semakin pesatnya pertumbuhan industri berskala besar yang
memiliki modal dalam jumlah besar yang harus diatur di dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi para
stakeholders seperti pemegang saham atau investor, kreditur, dan pemerintah
yang memiliki masing-masing atas tersedianya laporan keuangan. Namun,
banyaknya skandal pelaporan keuangan menyebabkan para stekeholders
meragukan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan.
Kepercayaan mereka terhadap kredibilitas dan integritas para pelaku bisnis
semakin menurun karena adanya perilaku oportunis manajer. Para praktisi
menganggap perilaku ini sebagai sebuah kecurangan karena secara sadar
dilakukan oleh manajer perusahaan agar stakeholder yang ingin mengetahui
kondisi ekonomi perusahaan tertipu karena memperoleh informasi yang tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan. Sehingga, dibutuhkan suatu solusi atas
permasalahan tersebut, yaitu dengan mengadakan pemeriksaan atau audit
terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen, agar laporan
keuangan yang dibuat dapat meningkatkan kepercayaan para stakeholders
untuk melakukan aktivitas bisnis bersama perusahaan, karena mereka tidak
lagi meragukan kredibilitas dan integritas perusahaan dalam menyusun
laporan keuangan. Adanya aktivitas pemisahan kekayaan dan semakin
berkembangnya dunia bisnis saat itu mendorong pertumbuhan profesi
akuntan dan auditor, baik yang internal maupun eksternal.
Selain itu, banyak yang berpikir bahwa audit terhadap laporan keuangan
perusahaan timbul hanya karena ada keharusan dari regulator atau dengan
kata lain disyaratkan peraturan tertentu. Namun, bukti empiris menunjukkan
1
bahwa tuntutan dari regulator bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
kebutuhan akan audit. Chow (1982) mendokumentasikan bahwa pada tahun
1926 sebelum adanya peraturan yang mengharuskan perusahaan melakukan
audit terhadap laporan keuangannya, 82% dari perusahaan yang listed di
bursa saham New York, secara sukarela telah menerbitkan laporan keuangan
yang telah diaudit. Di dalam konteks ini, kegiatan audit dibutuhkan karena :
1. Untuk menilai kewajaran asersi manajemen dan sebagai salah satu bentuk
kontrol untuk manajemen perusahaan.
2. Untuk dapat meningkatkan keyakinan kepada investor, kreditur,
pemerintah dan pihak terkait lainnya atas asersi manajemen perusahaan,
umumnya pada laporan keuangannya.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
verifikasi bahwa subjek dan objek dari audit telah diselesaikan sesuai
dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
4
peusahaan yang diaudit dikelompokkan menjadi wajar tanpa pengecualian,
wajar dengan pengecualian, tidak membeikan pendapat, dan tidak wajar.
Menurut Standar Profesional Akuntan (PSA 29), opini audit terdiri dari lima
jenis yaitu:
a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Merupakan pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan sesuai
dengan Standar Auditing (SPAP), auditor tidak menemukan kesalahan
material secara keseluruhan laporan keuangan atau tidak terdapat
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Bentuk laporan
ini digunakan apabila terdapat keadaan berikut:
1) Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan
auditor telah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia
dapat memastikan kerja lapangan telah ditaati.
2) Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja.
3) Laporan keuangan yang di audit disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang lazim yang berlaku di Indonesia yang ditetapkan pula
secara konsisten pada laporan-laporan sebelumnya. Demikian pula
penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan kaki dan
bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
4) Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material
uncertainties) mengenai perkembangan di masa mendatang yang tidak
dapat diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan secara memuaskan
5
2) Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang
berlaku umum (SAK).
6
telah meneliti dan menjabarkannya dengan baik. Teori–teori lain yang
didasarkan pada persepsi publik seperti Policeman Theory dan Leading
Credbility Theory berperan lebih baik sebagai point reverensi dari pada
sebuah konsep untuk penelitian/riset.
1. Policeman Theory
Sampai tahun 1940-an telah dinyatakan secara luas bahwa pekerjaan
auditor adalah untuk fokus pada akurasi aritmatika dan pada pencegahan
dan pendeteksian kecurangan. Namun, dari tahun 1940 sampai pergantian
abad berikutnya terdapat perubahan makna pengauditan menjadi alat
verifikasi kebenaran dan kewajaran dari laporan keuangan. Sehingga,
policeman theory adalah teori yang menjelaskan bahwa pekerjaan auditor
berfokus pada ketepatan aritmatika serta pencegahan dan deteksi
kecurangan atau penipuan.
2. Leanding Credibility Theory
Persepsi publik lainnya terkait fungsi utama pengauditan adalah
penambahan kredibilitas pada laporan keuangan. Laporan keuangan
teraudit digunakan oleh manajemen untuk meningkatkan kepercayaan para
pemangku kepentingan atas pengelolaan manajemen. Jika Para
Pemangku Kepentingan (stakeholders) seperti pemegang saham,
pemerintah, atau kreditur harus membuat penilaian berdasarkan informasi
yang mereka terima, mereka harus memiliki kepercayaan bahwa hal ini
merupakan representasi wajar dari nilai ekonomi dan kinerja organisasi.
Dalam istilah penelitian/riset yang berkaitan dengan audit, audit
mengurangi ‘asimetri informasi (information asymmetry)’ manajemen
lebih banyak mengetahui hal ini daripada para pemangku kepentingan.
Sehingga, Leanding Credibility Theory adalah teori yang menjelaskan
bahwa fungsi utama dari audit yakni untuk menambah kredibilitas laporan
keuangan.
3. Theory Of Inspired Confidence
Teori ini dikembangkan pada akhir tahun 1920-an oleh profesor
Belanda, Theodore Limperg. Teori ini menyatakan permintaan untuk ini
7
ditunjukan, baik untuk permintaan maupun penawaran jasa audit. Menurut
Limperg, permintaan untuk jasa audit adalah konsekuensi langsung dari
partisipasi para pemangku kepentingan luar (pihak ketiga-third parties)
dalam perusahaan. para pemangku kepentingan ini menuntut pertanggung
jawaban dari manajemen, sebagai imbalan atas kontribusi mereka kepada
perusahaan. oleh karena informasi yang di berikan manajemen memiliki
kemungkinan bias sebagai akibat dari perbedaan yang mungkin ada antara
kepentingan manajemen dan para pemangku kepentingan luar, maka audit
atas informasi ini menjadi diperlukan. Sehingga, Theory Of Inspired
Confidence adalah teori yang menjelaskan bahwa permintaan untuk
layanan audit adalah konsekuensi langsung dari partisipasi pihak ketiga di
luar perusahaanyang menuntut akuntabilitas dari manajemen, sebagai
imbalan atas kontribusi mereka kepada perusahaan.
8
dengan tujuan meningkatkan kemakmuran pemilik atau laba
perudasahaan.
9
(independensi auditor). Biaya sebagai akibat dari kerusakan reputasi
telah di tunjukan dalam beberapa kajian empiris, yang menunjukan
bahwa kantor akuntan public setelah mendapatkan teguran publik,
dihadapkan pada penurunan dalam pangsa pasar mereka.
10
teknis tertentu yang terkait dengan pendidikan dan pengalaman. Hukum di
negara lain mengharuskan adanya audit pada perusahaan yang menerbitkan
ekuitas atau utang secara publik, perusahaan yang menerima dana
pemerintah, dan perusahaan di beberapa industri tertentu (seperti perbankan
dan utilitas). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa regulasi audit adalah suatu
cara atau tindakan yang berupa aturan yang dilakukan untuk mengendalikan
keadaan suatu perusahaan dengan pihak manajemen sebagai pembuat laporan
keuangan dengan diadakannya audit, untuk memastikan keadaan yang
sebenarnya di dalam suatu perusahaan dan dibuatnya aturan baru sebagai
evaluasi dari kegiatan audit yang telah dilakukan auditor terhadap
perusahaan dan kinerja manajemen.
1. Sarbanes-Oxley Act
Kegagalan Enron dan WorldCom, serta skandal akuntansi perusahaan
lainnya yang dipublikasikan secara luas memicu disahkannya Sarbanes-
Oxley Act of 2002 dengan hampir suara bulat oleh kongres dan ditanda
tangani menjadi undang–undang oleh presiden George W. Bush pada 30
Juli 2002 undang–undang tersebut dijelaskan oleh presiden Bush sebagai
penggabungan ‘reformasi paling besar yang dicapai dari praktik–praktik
bisnis Amerika sejak era Franklin Delano Roosevelt’, yang ditunjukan
untuk membangun kepercayaan investor dengan memperbaiki kualitas
pengungkapan dan pelaporan keuangan perusahaan, memperkuat
independensi kantor akuntan publik, dan meningkatkan peran dan
tanggung jawab para karyawan jajaran direksi perusahaan untuk laporan
keuangan dan pengungkapan perusahaan. Sarbanes-Oxley Act of 2002
mewajibkan Securities and Exchange Commision (SEC) untuk mendirikan
Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). Dewan
mengawasi dan menginvestigasi pelaksanaan audit dan auditor
perusahaan–perusahaan publik, dan sanksi baik untuk perusahaan
maupun personil, atas pelanggaran hukum, regulasi, dan aturan. Pada titik
ini, dewan telah memutuskan Standar–standar Pengauditan yang Berterima
11
Utama (Generally Accepted Audit Standards [GAAS]) yang ditetapkan
oleh American Institute of Certified Publik Accountants (AICPA) hanya
akan digunakan sementara.
12
5) Mengelola suatu sistem pengawasan publik yang efektif untuk auditor
atas statutory audit dan kantor akuntan publik atas dasar kendali
negara asal.
13
BAB III
RINGKASAN JURNAL YANG RELEVAN
14
Penelitian ini akan melakukan analisis berdasarkan argumen
monitoring dari pemegang saham dan mengusulkan bahwa pemegang
saham besar secara aktif mengawasi dan berpengaruh terhadap pilihan
metode akuntansi dan strategi untuk menghasilkan informasi keuangan.
Dalam mengembangkan argumen, peneliti mempertimbangkan pengaruh,
baik faktor supply maupun faktor demand karena keduanya
memungkinkan terjadinya hubungan yang bertentangan antara karakteristik
kepemilikan dengan biaya audit. Faktor supply terkait dengan permintaan
akan audit yang berkualitas tinggi yang diminta oleh pemegang saham
sedangkan faktor demand ter-kait dengan dimintanya audit berkualitas
tinggi karena manajemen ingin memberikan sinyal positif atas hasil
kinerjanya.
3.3 Kesimpulan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan bukti empiris
pengaruh karakteristik komite audit dan kepemilikan saham terhadap
15
audit fee. Sampel penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di BEI selama periode pengamatan 2010-2013. Analisis data yang di
gunakan yaitu analisis dengan jumlah observasi sebanyak 124. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model yang terbaik untuk menjelaskan
pengaruh variabel independen terhadap biaya audit adalah random effect
yang membuktikan aktivitas komite audit yang diukur oleh jumlah pertemuan
komite audit memiliki pengaruh yang positif terhadap besarnya biaya audit.
Sedangkan, kepemilikan saham institusional tidak terbukti mempengaruhi
biaya audit. Demikian juga tidak terdapat perbedaan pengaruh yang
signifikan antara kepemilikan institusional diffused dan blockholders
terhadap biaya audit. Hasil untuk variabel kontrol membuktikan bahwa
jumlah anak perusahaan yang dimiliki (SUB), adanya anak perusahaan
di luar negeri (FOREIGN), dan kualitas audit (QUALITY) berpengaruh
secara signifikan terhadap biaya audit.
16
2. Pada penelitian ini model fixed effect tidak terbentuk karena adanya
variabel kontrol yang datanya sama setiap tahunnya yaitu opini,
kualitas audit, foreign dan loss
3. Tidak tersedianya data biaya audit di laporan keuangan sehingga peneliti
menggunakan data profesional fee untuk digunakan sebagai data biaya
audit.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
18
4.2 Saran
Pada saat penulisan makalah penulis menyadari banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik serta
saran mengenai pembahasan makalah yang telah kami susun. Penulis
menyarankan agar beberapa hal mengenai pengenbangan audit di dalam suatu
perusahaan dapat di pertanggung jawabkan serta mengacu kepada standar
yang berlaku agar mengurangi tingkat kecurangan dalam hasil laporan yang
nantinya akan digunakan maupun menjadi acuan di masa mendatang.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/akuntansi/pengertian-audit.html
https://www.kajianpustaka.com/2013/10/pengertian-dan-jenis-opini-audit.html
20