Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“ TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN JASA AUDIT DAN


REGULASI AUDIT ”

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur


Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi I
Dosen Pengampu: Enung Nurhayati, S.E., M. Si., Ak., CA.

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Berliyana Dewi Fuji Astuti (20170610181)
2. Meli Meliani (20170610017)

Kelas : Akuntansi 3C

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KUNINGAN
Jl. Tjut Nyak Dhien No. 36A Cijoho Kuningan
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia kepada kami sehingga kami senantiasa dapat menyelesaikan makalah
Pemeriksaan Akuntansi I tentang Teori Permintaan dan Penawaran Jasa Audit dan
Regulasi Audit. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah
Kewirausahaan yang diberikan oleh dosen mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi I.
Ucapan terimakasih kami sampaikan dosen mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi
I yang telah memberikan pengajaran kepada kami, serta kepada teman-teman
yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disajikan terutama kepada mahasiswa yang mengambil mata
kuliah Pemeriksaan Akuntansi I, baik yang ada di luar maupun di dalam lingkup
Universitas Kuningan. Makalah ini juga dapat digunakan sebagai referensi
tambahan bagi kalangan pelajar dan mahasiswa. Namun, makalah Pemeriksaan
Akuntansi I tentang Teori Permintaan dan Penawaran Jasa Audit dan Regulasi
Audit ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Kuningan, 28 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 3


2.1 Pengertian Audit......................................................................................... 3
2.2 Jenis – Jenis Audit...................................................................................... 4
2.3 Jenis – Jenis Opini di Dalam Audit ............................................................ 4
2.4 Teori Permintaan dan Penawaran Jasa Audit ............................................. 6
2.5 Regulasi Audit ............................................................................................ 10
BAB III RINGKASAN JURNAL YANG RELEVAN ................................... 14
3.1 Latar Belakang ........................................................................................... 14
3.2 Kesimpulan ................................................................................................ 15
3.3 Metode Penelitian....................................................................................... 15
3.4 Kelebihan Penelitian .................................................................................. 16
3.5 Kekurangan Penelitian ............................................................................... 17
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 18
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 18
4.2 Saran .......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemunculan pesat dari peran auditor dimulai sejak masa revolusi industri
yang bermula di Inggris Raya sekitar tahun 1780. Perkembangan tersebut
dipicu karena semakin pesatnya pertumbuhan industri berskala besar yang
memiliki modal dalam jumlah besar yang harus diatur di dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi para
stakeholders seperti pemegang saham atau investor, kreditur, dan pemerintah
yang memiliki masing-masing atas tersedianya laporan keuangan. Namun,
banyaknya skandal pelaporan keuangan menyebabkan para stekeholders
meragukan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan.
Kepercayaan mereka terhadap kredibilitas dan integritas para pelaku bisnis
semakin menurun karena adanya perilaku oportunis manajer. Para praktisi
menganggap perilaku ini sebagai sebuah kecurangan karena secara sadar
dilakukan oleh manajer perusahaan agar stakeholder yang ingin mengetahui
kondisi ekonomi perusahaan tertipu karena memperoleh informasi yang tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan. Sehingga, dibutuhkan suatu solusi atas
permasalahan tersebut, yaitu dengan mengadakan pemeriksaan atau audit
terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen, agar laporan
keuangan yang dibuat dapat meningkatkan kepercayaan para stakeholders
untuk melakukan aktivitas bisnis bersama perusahaan, karena mereka tidak
lagi meragukan kredibilitas dan integritas perusahaan dalam menyusun
laporan keuangan. Adanya aktivitas pemisahan kekayaan dan semakin
berkembangnya dunia bisnis saat itu mendorong pertumbuhan profesi
akuntan dan auditor, baik yang internal maupun eksternal.
Selain itu, banyak yang berpikir bahwa audit terhadap laporan keuangan
perusahaan timbul hanya karena ada keharusan dari regulator atau dengan
kata lain disyaratkan peraturan tertentu. Namun, bukti empiris menunjukkan

1
bahwa tuntutan dari regulator bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
kebutuhan akan audit. Chow (1982) mendokumentasikan bahwa pada tahun
1926 sebelum adanya peraturan yang mengharuskan perusahaan melakukan
audit terhadap laporan keuangannya, 82% dari perusahaan yang listed di
bursa saham New York, secara sukarela telah menerbitkan laporan keuangan
yang telah diaudit. Di dalam konteks ini, kegiatan audit dibutuhkan karena :
1. Untuk menilai kewajaran asersi manajemen dan sebagai salah satu bentuk
kontrol untuk manajemen perusahaan.
2. Untuk dapat meningkatkan keyakinan kepada investor, kreditur,
pemerintah dan pihak terkait lainnya atas asersi manajemen perusahaan,
umumnya pada laporan keuangannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan audit?
2. Apa sajakah jenis-jenis audit?
3. Apa sajakah jenis-jenis opini di dalam audit?
4. Apa yang dimaksud dengan teori permintaan dan penawaran jasa audit?
5. Apa yang dimaksud dengan regulasi audit?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mampu untuk memahami apa yang dikasud dengan audit
2. Mampu untuk memahami jenis-jenis audit
3. Mampu untuk memahami jenis-jenis opini di dalam audit
4. Mampu untuk memahami apa yang dimaksud dengan teori permintaan dan
penawaran jasa audit
5. Mampu untuk memahami apa yang dimaksud dengan regulasi audit

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Audit


Beberapa pendapat menurut para ahli mengenai pengertian Audit
diantaranya sebagai berikut :
1. Arens and Loebbecke
Menurut Arens and Loebbecke, audit adalah kegiatan mengumpulkan dan
mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah
ditetapkan dimana proses audit dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
2. William F. Meisser, Jr
Menurut William F. Meisser, Jr, pengertian audit adalah proses yang
sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan
kejadian ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan
dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut
dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang berkepentingan.
3. Pernyataan Menurut Standar Audit Keuangan (PSAK)
Menurut PSAK, pengertian audit adalah suatu proses sistematik yang
bertujuan untuk mengevaluasi bukti yang dikumpulkan atas pernyataan
atau asersi mengenai berbagai aksi ekonomi, kejadian-kejadian dan
melihat tingkat hubungan antara pernyataan atau asersi dengan kenyataan,
serta mengomunikasikan hasilnya kepada yang berkepentingan.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa audit adalah Kegiatan


evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk yang
dilaksanakan oleh pihak-pihak (auditor) yang kompeten, objektif, dan tidak
memihak terhadap pihak manapun, dengan tujuan untuk melakukan

3
verifikasi bahwa subjek dan objek dari audit telah diselesaikan sesuai
dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.

2.2 Jenis-jenis Audit


Adapun beberapa jenis audit diantaranya sebagai berikut :
1. Audit keuangan
Audit keuangan adalah audit atas laporan keuangan suatu entitas
(perusahaan atau organisasi) yang akan menghasilkan pendapat (opini)
pihak ketiga mengenai relevansi, akurasi dan kelengkapan laporan-laporan
ini.
2. Audit operasional
Audit operasional adalah review dari setiap bagian dari prosedur operasi
standar organisasi dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan
tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas dan ekonomi (3E).
3. Audit ketaatan
Audit kepatuhan adalah proses bekerja untuk menentukan apakah auditee
telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan-aturan tertentu yang
ditetapkan oleh otoritas.
4. Audit investigatif
Investigasi audit adalah serangkaian kegiatan untuk mengenali,
mengidentifikasi, dan uji (check) secara rinci informasi dan fakta-fakta
yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka
pembuktian untuk mendukung penuntutan dugaan penyimpangan yang
dapat merugikan keuangan entitas (perusahaan, organisasi, negara, atau
wilayah).

2.3 Jenis-jenis Opini Di Dalam Audit


Opini audit menurut kamus standar akuntansi (Ardiyos, 2007) adalah
laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil
penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan.
Opini yang diberikan atas asersi manajemen dari klien atau instansi

4
peusahaan yang diaudit dikelompokkan menjadi wajar tanpa pengecualian,
wajar dengan pengecualian, tidak membeikan pendapat, dan tidak wajar.
Menurut Standar Profesional Akuntan (PSA 29), opini audit terdiri dari lima
jenis yaitu:
a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Merupakan pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan sesuai
dengan Standar Auditing (SPAP), auditor tidak menemukan kesalahan
material secara keseluruhan laporan keuangan atau tidak terdapat
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Bentuk laporan
ini digunakan apabila terdapat keadaan berikut:
1) Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan
auditor telah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia
dapat memastikan kerja lapangan telah ditaati.
2) Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja.
3) Laporan keuangan yang di audit disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang lazim yang berlaku di Indonesia yang ditetapkan pula
secara konsisten pada laporan-laporan sebelumnya. Demikian pula
penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan kaki dan
bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
4) Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material
uncertainties) mengenai perkembangan di masa mendatang yang tidak
dapat diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan secara memuaskan

b. Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)


Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan keuangan dikatan wajar
dalam hal yang material, tetapi terdapat sesuatu penyimpangan/ kurang
lengkap pada pos tertentu, sehingga harus dikecualikan. Dari pengecualian
tersebut yang dapat mungkin terjadi, apabila:

1) Bukti kurang cukup

5
2) Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang
berlaku umum (SAK).

Menurut SA 508 paragraf 20 (IAI, 2002:508.11), jenis pendapat ini


diberikan apabila:

1) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan


lingkup audit yang material tetapi tidak m,empengaruhi laporan
keuangan secara keseluruhan.
2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi
tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak
memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.

c. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)


Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan secara keseluruhan ini
dapat terjadi apabila auditor harus memberi tambahan paragraf untuk
menjelaskan ketidakwajaran atas laporan keuangan, disertai dengan
dampak dari akibat ketidakwajaran tersebut, pada laporan auditnya.

d. Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)


Adalah pendapat yang diberikan ketika ruang lingkup pemeriksaan yang
dibatasi, sehingga auditor tidak melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan
standar auditing yang ditetapkan IAI. Pembuatan laporannya auditor harus
memberi penjelasan tentang pembatasan ruang lingkup oleh klien yang
mengakibatkan auditor tidak memberi pendapat.

2.4 Teori Permintaan dan Penawaran Jasa Audit


Permintaan untuk jasa audit dapat di jelaskan oleh beberapa teori yang
berdeda. Beberapa teori, seperti Teori Mengenai Bangkitnya Kepercayaan
(Theory of Inspired Confidence) dan Teori Keagenan (Agency Theory)

6
telah meneliti dan menjabarkannya dengan baik. Teori–teori lain yang
didasarkan pada persepsi publik seperti Policeman Theory dan Leading
Credbility Theory berperan lebih baik sebagai point reverensi dari pada
sebuah konsep untuk penelitian/riset.
1. Policeman Theory
Sampai tahun 1940-an telah dinyatakan secara luas bahwa pekerjaan
auditor adalah untuk fokus pada akurasi aritmatika dan pada pencegahan
dan pendeteksian kecurangan. Namun, dari tahun 1940 sampai pergantian
abad berikutnya terdapat perubahan makna pengauditan menjadi alat
verifikasi kebenaran dan kewajaran dari laporan keuangan. Sehingga,
policeman theory adalah teori yang menjelaskan bahwa pekerjaan auditor
berfokus pada ketepatan aritmatika serta pencegahan dan deteksi
kecurangan atau penipuan.
2. Leanding Credibility Theory
Persepsi publik lainnya terkait fungsi utama pengauditan adalah
penambahan kredibilitas pada laporan keuangan. Laporan keuangan
teraudit digunakan oleh manajemen untuk meningkatkan kepercayaan para
pemangku kepentingan atas pengelolaan manajemen. Jika Para
Pemangku Kepentingan (stakeholders) seperti pemegang saham,
pemerintah, atau kreditur harus membuat penilaian berdasarkan informasi
yang mereka terima, mereka harus memiliki kepercayaan bahwa hal ini
merupakan representasi wajar dari nilai ekonomi dan kinerja organisasi.
Dalam istilah penelitian/riset yang berkaitan dengan audit, audit
mengurangi ‘asimetri informasi (information asymmetry)’ manajemen
lebih banyak mengetahui hal ini daripada para pemangku kepentingan.
Sehingga, Leanding Credibility Theory adalah teori yang menjelaskan
bahwa fungsi utama dari audit yakni untuk menambah kredibilitas laporan
keuangan.
3. Theory Of Inspired Confidence
Teori ini dikembangkan pada akhir tahun 1920-an oleh profesor
Belanda, Theodore Limperg. Teori ini menyatakan permintaan untuk ini

7
ditunjukan, baik untuk permintaan maupun penawaran jasa audit. Menurut
Limperg, permintaan untuk jasa audit adalah konsekuensi langsung dari
partisipasi para pemangku kepentingan luar (pihak ketiga-third parties)
dalam perusahaan. para pemangku kepentingan ini menuntut pertanggung
jawaban dari manajemen, sebagai imbalan atas kontribusi mereka kepada
perusahaan. oleh karena informasi yang di berikan manajemen memiliki
kemungkinan bias sebagai akibat dari perbedaan yang mungkin ada antara
kepentingan manajemen dan para pemangku kepentingan luar, maka audit
atas informasi ini menjadi diperlukan. Sehingga, Theory Of Inspired
Confidence adalah teori yang menjelaskan bahwa permintaan untuk
layanan audit adalah konsekuensi langsung dari partisipasi pihak ketiga di
luar perusahaanyang menuntut akuntabilitas dari manajemen, sebagai
imbalan atas kontribusi mereka kepada perusahaan.

4. Teori Keagenan (Agency Theory)


Dalam teori keagenan, yang awalnya diusulkan oleh Watts dan
Zimmerman, auditor terkemuka - auditor yang dianggap dapat memenuhi
ekspetasi – ditujuk tidak hanya untuk kepentingan pihak ketiga, tetapi juga
untuk kepentigan pihak manajemen. Perusahaan dipandang sebagai hasil
dari lebih atau kurang ‘kontrak – kontrak’ formal, yang mana beberapa
kelompok membuat beberapa tipe kontribusi bagi perusahaan dengan
tingkat ‘harga’ tertentu. Manajemen perusahaan mencoba untuk
mendapatkan kontribusi tersebut dalam kondisi optimal untuk manajemen;
suku bunga yang rendah dari para bankir, harga saham yang tinggi untuk
para pemegang saham, dan upah yang rendah bagi para karyawan.
Sehingga, teori keagenan adalah teori yang mendefinisikan hubungan
keagenan sebagai suatu kontrak kerjasama yang mana satu atau lebih
principal menggunakan orang lain atau agen untuk menjalankan aktivitas
perusahaan. Principal adalah pemegang saham, pemilik, atau investor.
Sedangkan agen adalah pihak yang berkewajiban mengelola perusahaan

8
dengan tujuan meningkatkan kemakmuran pemilik atau laba
perudasahaan.

1) Asimetri Informasi Dalam Teori Keagenan

Beberapa tipe konpleksitas yang muncul dalam hubungan agen–


principal ini, seperti asimetri informasi. Agen (manajemen) memiliki
keuntungan besar dari pada prinsipiel terkait informasi mengenai
perusahaan. pada dasarnya, manajemen lebih banyak mengetahui
kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pinjaman dari pada
informasi yang diketahui oleh bankir, dan manajemen mengetahui
secara lebih baik dari pada para pemegang saham terkait beberapa
besarnya keuntungan aktual perusahaan, atau apakah manajemen
menikmati bonus yang terlalu banyak. Selanjutnya, manajemen
mengetahui secara lebih baik dari pada para karyawan terkait apakah
kondisi keuangan perusahaan memungkinkan seluruh personil yang
ada di dalamnya akan tetap dipekerjakan di tahun mendatang. Namun,
manajemen memerlukan prinsipal untuk melihat mereka secara positif
karena pada akhirnya manajemen bergantung pada prinsipiel untuk
menjalankan aktivitas bisnis yang disupervisi oleh manajemen. Dalam
upaya agar prinsipiel (yang membeli saham–saham di perusahaan,
meminjam uang perusahaan, atau bekerja untuk mereka) memiliki
kepercayaan atas informasi yang diberikan oleh pihak manajemen,
maka informasi tersebut harus dapat diandalkan.
2) Sisi Penawaran Dari Teori Keagenan
Teori keagenan dapat juga digunakan untuk menjelaskan sisi
penawaran dari pasar audit. Konstribusi audit bagi pihak ketiga pada
dasarnya ditentukan oleh probabilitas bahwa auditor akan mendeteksi
kesalahan dalam laporan keuangan (atau penyimpangan lainnya,
seperti kecurangan atau tindakan ilegal) dan kesediaan auditor untuk
melaporkan kesalahan– kesalahan ini (misalnya dengan mengualifikasi
laporan auditor), meskipun bertentangan dengan keinginan auditee

9
(independensi auditor). Biaya sebagai akibat dari kerusakan reputasi
telah di tunjukan dalam beberapa kajian empiris, yang menunjukan
bahwa kantor akuntan public setelah mendapatkan teguran publik,
dihadapkan pada penurunan dalam pangsa pasar mereka.

2.5 Regulasi Audit


Di bagian besar Negara, permintaan ini telah lama di sandarkan pada asas
sukarela, yaitu diserahkan kepada perusahaan untuk memutuskan apakah
mereka memiliki laporan keuangan teraudit atau tidak. Dari sisi penawaran,
penyediaan jasa audit telah dibiarkan terbuka pada pasar bebas di beberapa
negara, tanpa persyaratan hukum resmi untuk para auditor. Meskipun regulasi
dan perundang–undangan berbeda, baik permintaan maupun penawaran dari
jasa audit saat ini diatur pada tingkat tertentu di sebagian besar negara. Bisa
terkait akuntansi dan keuangan terbaru menunjukan bahwa lingkungan
hukum nasional adalah salah satu kunci penentu dalam pengembangan pasal
keuangan, struktur kepemilikan perusahaan, dibiarkan perusahaan, dan
karekteristik informasi informasi di seluruh dunia.
Pada sebagian besar Negara audit saat ini disyaratkan secara hukum
untuk beberapa tipe perusahaan. misalnya, di Amerika Serikat dan Uni Eropa
perusahaan besar, dan dalam beberapa kasus merupakan perusahaan berkala
menengah yang diwajibkan oleh hukum untuk memberikan laporan keuangan
teraudit. Regulasi audit yang mensyaratkan adanya laporan keuangan teraudit
di Uni Eropa pelaku seluruh perusahaan yang berada di dalam wilayah
Negara-negara anggota. Persyaratan dapat bervariasi antarnegara. Bursa–
bursa saham yang utama (termasuk NYSE, NASDAQ, London Stock
Excange, Tokyo NIKKEI, dan Frankfurt DAX) memiliki regulasi yang
mengharuskan perusahaan terdaftar di bursa untuk memiliki laporan tahunan
(termasuk laporan keuangan) auditan.
Penawaran jasa audit sekarang ini juga diregulasi di sebagian besar
Negara. Uni Eropa, statutory audits merupakan audit yang disyaratkan oleh
hukum, hanya dapat dilakukan oleh auditor yang telah memenuhi persyaratan

10
teknis tertentu yang terkait dengan pendidikan dan pengalaman. Hukum di
negara lain mengharuskan adanya audit pada perusahaan yang menerbitkan
ekuitas atau utang secara publik, perusahaan yang menerima dana
pemerintah, dan perusahaan di beberapa industri tertentu (seperti perbankan
dan utilitas). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa regulasi audit adalah suatu
cara atau tindakan yang berupa aturan yang dilakukan untuk mengendalikan
keadaan suatu perusahaan dengan pihak manajemen sebagai pembuat laporan
keuangan dengan diadakannya audit, untuk memastikan keadaan yang
sebenarnya di dalam suatu perusahaan dan dibuatnya aturan baru sebagai
evaluasi dari kegiatan audit yang telah dilakukan auditor terhadap
perusahaan dan kinerja manajemen.

1. Sarbanes-Oxley Act
Kegagalan Enron dan WorldCom, serta skandal akuntansi perusahaan
lainnya yang dipublikasikan secara luas memicu disahkannya Sarbanes-
Oxley Act of 2002 dengan hampir suara bulat oleh kongres dan ditanda
tangani menjadi undang–undang oleh presiden George W. Bush pada 30
Juli 2002 undang–undang tersebut dijelaskan oleh presiden Bush sebagai
penggabungan ‘reformasi paling besar yang dicapai dari praktik–praktik
bisnis Amerika sejak era Franklin Delano Roosevelt’, yang ditunjukan
untuk membangun kepercayaan investor dengan memperbaiki kualitas
pengungkapan dan pelaporan keuangan perusahaan, memperkuat
independensi kantor akuntan publik, dan meningkatkan peran dan
tanggung jawab para karyawan jajaran direksi perusahaan untuk laporan
keuangan dan pengungkapan perusahaan. Sarbanes-Oxley Act of 2002
mewajibkan Securities and Exchange Commision (SEC) untuk mendirikan
Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). Dewan
mengawasi dan menginvestigasi pelaksanaan audit dan auditor
perusahaan–perusahaan publik, dan sanksi baik untuk perusahaan
maupun personil, atas pelanggaran hukum, regulasi, dan aturan. Pada titik
ini, dewan telah memutuskan Standar–standar Pengauditan yang Berterima

11
Utama (Generally Accepted Audit Standards [GAAS]) yang ditetapkan
oleh American Institute of Certified Publik Accountants (AICPA) hanya
akan digunakan sementara.

2. Regulasi Uni Eropa

Beberapa European Union Directives pada akun–akun tahunan dan


konsolidasian atas keuangan dan tanggungan perusahaan mengharuskan
akun–akun tahunan atau akun–akun konsolidasian diaudit oleh auditor–
auditor yang tersertifikasi. Kondisi–kondisi untuk persetujuan auditor–
auditor yang berkualifikasi dituangkan dalam Eighth Council Directive
84/253/EEC tertanggal 10 april 1984.

Sasaran–sasaran EU Directive 2006/43/EC pada tingkat tinggi meskipun


tidak sepenuhnya pada harmonisasi persyaratan statutory audit. Tujuan
dari arahan ini membutuhkan penerapan serangkaian standar pengauditan
internasional, memperbaharui persyaratan pendidikan, devinisi etika
professional, dan implementasi teknis dari kerja sama antar pihak yang
berkompeten dari negara–negara anggota Uni Eropa dan otoritas dari
Negara ketiga. Negara–negara Uni Eropa diberikan otoritasi oleh directive
2006/43 untuk :
1) Mendaftarkan seluruh auditor dan kantor akuntan publik, serta
membuat informasi tersebut dapat diakses oleh publik
2) Mengadopsi pernyataan taktik pengauditan Internasional (International
Auditing Practice Statement) atas dasar kasus per kasus
3) Mengadopsi laporan audit yang umum untuk audit akun–akun
tahunan atau akun–akun konsolidasian yang disusun atas dasar
standar akuntansi internasional yang berlaku
4) Memutuskan apakah setiap auditor memiliki kebijakan jaminan
kualitas yang umum

12
5) Mengelola suatu sistem pengawasan publik yang efektif untuk auditor
atas statutory audit dan kantor akuntan publik atas dasar kendali
negara asal.

13
BAB III
RINGKASAN JURNAL YANG RELEVAN

Judul Jurnal : Pengaruh Aktivitas Komite Audit dan Kepemilikan Institusional


Terhadap Biaya Audit Perusahaan Publik
Judul : Aktivitas Komite Audit, Kepemilikan Institusional dan Biaya
Audit
Volume : Vol. 17 No. 1, Mei 2015: 28-40
Tahun : 2015
Penulis : Linda Kusumaning Wedari
Reviewer :-
Tanggal :-

3.1 Latar Belakang


Perhatian ke masalah corporate governance mengalami peningkatan
pesat sejak beberapa kasus kegagalan perusahaan listing di BEI. Komite
audit dan kepemilikan saham dianggap menjadi alternatif yang dipilih
untuk mengatasi masalah corporate governance dan akuntabilitas
perusahaan yang lebih tinggi dan audit komite merupakan elemen penting
dalam corporate governance dan dalam menjamin kualitas pelaporan
keuangan. Telah ada berbagai penelitian mengenai pengaruh barbagai
faktor corporate governance atas pelaporan keuangan dan kualitas audit
dan tingkat biaya audit. Berbagai penelitian ini dilakukan karena adanya
pemisahan kepemilikan dan pengendalian sehingga terdapat masalah
keagenan (agency problems) atas kualitas angka-angka akuntansi yang
dilaporkan. Konflik keagenan muncul saat pihak manajemen terpisah dari
pemilik. Pihak manajemen bertindak atas kepentingan pribadi dan
memberikan hasil laporan keuangan yang keliru dengan alasan
”oportunistis” meski hal itu berarti merugikan kepentingan para pemegang
saham.

14
Penelitian ini akan melakukan analisis berdasarkan argumen
monitoring dari pemegang saham dan mengusulkan bahwa pemegang
saham besar secara aktif mengawasi dan berpengaruh terhadap pilihan
metode akuntansi dan strategi untuk menghasilkan informasi keuangan.
Dalam mengembangkan argumen, peneliti mempertimbangkan pengaruh,
baik faktor supply maupun faktor demand karena keduanya
memungkinkan terjadinya hubungan yang bertentangan antara karakteristik
kepemilikan dengan biaya audit. Faktor supply terkait dengan permintaan
akan audit yang berkualitas tinggi yang diminta oleh pemegang saham
sedangkan faktor demand ter-kait dengan dimintanya audit berkualitas
tinggi karena manajemen ingin memberikan sinyal positif atas hasil
kinerjanya.

3.2 Metode Penellian


Populasi penelitian ini meliputi semua perusahaan publik yang
sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan, sampel
yang akan dipergunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-
kriteria tertentu (purposive random sampling), yaitu perusahaan
manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dengan periode yang
berakhir 31 Desember selama periode pengamatan penelitian, tahun 2010
sampai 2013 (4 tahun), perusahaan yang mempunyai data kepemilikan
saham, jumlah rapat komite audit dalam setahun dan jumlah biaya audit
(karena mayoritas perusahaan tidak mencantumkan jumlah terinci biaya
audit maka yang digunakan adalah professional fee. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode penggabungan data
(pooling data).

3.3 Kesimpulan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan bukti empiris
pengaruh karakteristik komite audit dan kepemilikan saham terhadap

15
audit fee. Sampel penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di BEI selama periode pengamatan 2010-2013. Analisis data yang di
gunakan yaitu analisis dengan jumlah observasi sebanyak 124. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model yang terbaik untuk menjelaskan
pengaruh variabel independen terhadap biaya audit adalah random effect
yang membuktikan aktivitas komite audit yang diukur oleh jumlah pertemuan
komite audit memiliki pengaruh yang positif terhadap besarnya biaya audit.
Sedangkan, kepemilikan saham institusional tidak terbukti mempengaruhi
biaya audit. Demikian juga tidak terdapat perbedaan pengaruh yang
signifikan antara kepemilikan institusional diffused dan blockholders
terhadap biaya audit. Hasil untuk variabel kontrol membuktikan bahwa
jumlah anak perusahaan yang dimiliki (SUB), adanya anak perusahaan
di luar negeri (FOREIGN), dan kualitas audit (QUALITY) berpengaruh
secara signifikan terhadap biaya audit.

3.4 Kelebihan Penelitian


1. Penjelasan cukup detail
2. Dasar teori uyang tepat
3. Penelitian ini masih terbuka untuk penelitian lain di bidang yang
sama, karena nilai R2 masih bernilai 34,60% yang berarti masih
banyak variabel lain yang belum masuk dalam model penelitian ini.
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk
memasukkan variabel GCG lain, seperti karaktersitik komite audit
yang diukur dari independensi komite audit, keahlian komite audit,
dan aktivitas komite audit, karakteristik dewan komisaris dan
karakteristik kepemilikan saham.

3.5 Kekurangan Penelitian


1. Jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini cukup kecil, hal
ini disebabkan karena terbatasnya jumlah perusahaan yang memiliki
data yang lengkap sesuai yang diperlukan dalam penelitian ini

16
2. Pada penelitian ini model fixed effect tidak terbentuk karena adanya
variabel kontrol yang datanya sama setiap tahunnya yaitu opini,
kualitas audit, foreign dan loss
3. Tidak tersedianya data biaya audit di laporan keuangan sehingga peneliti
menggunakan data profesional fee untuk digunakan sebagai data biaya
audit.

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Laporan audit adalah media formal yang digunakan auditor dalam


mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan
atas laporan keuangan yang di audit dalam suatu perusahaan. Kegiatan
evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk yang
dilaksanakan oleh pihak–.pihak (auditor) yang kompeten, objektif, dan tidak
memihak terhadap pihak manapun, dengan tujuan untuk melakukan verifikasi
bahwa subjek dan objek dari audit tehah diselesaikan sesuai dengan standar,
regulasi, dan praktek yang telah disetujui dan diterima. Adapaun berikut ini
adalah jenis–jenis audit diantaranya audit keuangan, audit oprasional, audit
ketaatan, dan audit investigatif. Selain itu terdapat beberapa jenis opini di
dalam audit seperti opini wajar tanpa pengecualian, opini wajar dengan
pengecualian, opini tidak wajar,dan opini tidak memberikan pendapat yang
diberikan oleh para auditor .
Di dalam audit, terdapat teori permintaan dan penwaran jasa audit yang
dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan para stakeholders dan
meminimalisir terjadinya praktik kecurangan (fraud) dan manipulasi oleh
pihak manajemen atau agen yang mengelola usaha. Teori ini berisi policeman
theory, lending credibility theory, theory of inspired confidence, dan agency
theory yang banyak membahas mengenai pengauditan laporan keuangan yang
dilakukan oleh pihak audit eksternal yang membutuhkan biaya audit sebagai
konsekuensi keinginan para stakeholders untuk mengaudit kinerja manajemen
dalam menghasilkan laporan keuangan yang banyak mengalami asimetri
informasi dalam praktiknya, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para
stakeholders dengan adanya audit dan regulasi audit oleh para auditor
profesional yang kompeten di bidangnya.

18
4.2 Saran
Pada saat penulisan makalah penulis menyadari banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik serta
saran mengenai pembahasan makalah yang telah kami susun. Penulis
menyarankan agar beberapa hal mengenai pengenbangan audit di dalam suatu
perusahaan dapat di pertanggung jawabkan serta mengacu kepada standar
yang berlaku agar mengurangi tingkat kecurangan dalam hasil laporan yang
nantinya akan digunakan maupun menjadi acuan di masa mendatang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hayes, R., Wallage, P., dan Gortemaker, H. (2017). Prinsip-prinsip Pengauditan


International Standards on Auditing (edisi ketiga). Jakarta: Salemba
Empat
Linda Kusumaning Wedari, 2015. Aktivitas Komite Audit, Kepemilikan
Institusional dan Biaya Audit. Jakarta 12930

Sumber dari internet :

https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/akuntansi/pengertian-audit.html

https://www.kajianpustaka.com/2013/10/pengertian-dan-jenis-opini-audit.html

20

Anda mungkin juga menyukai