TINJAUAN PUSTAKA
menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi ransangan dari dalam dan luar
2008).
Tidak ada batasan yang pasti tentang lansia. Umur yang dijadikan batasan
6
7
2) Menurut Prof. Dr. dr. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.KJ., lansia (usia lebih
3) Menurut Hurlock (1979), perbedaan lansia terbagi dalam dua tahap, yakni :
Menurut para ahli, batasan lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas. Hal
kesejahteraan lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, bahwa yang disebut dengan lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, baik pria maupun
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
Teori Biologis mencakup teori genetik, teori somatik, teori sistem imun,
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai jam genetik di dalam inti sel yang telah
berputar menurut replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita
menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Diketahui bahwa radiasi dan zat kimia
dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif
peristiwa autoimun. Selain itu, sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya
mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker
meningkat dan berumur lebih pendek. Walaupun umurnya berbeda, namun jumlah
kalori yang dikeluarkan untuk metabolisme selama hidup adalah sama (Darmojo
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, dan di dalam tubuh jika
Superoksida (O2), (2) Hidroksil (OH), dan juga (3) Perioksida hidrogen (H 2O2).
Radikal bebas bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi
dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti membrane sel, dan dengan
berkurangnya interaksi sosial, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan
10
lahan menarik diri dari pergaulan sekitar. Proses penuaan mengakibatkan interaksi
sosial mulai menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas (Maryam dan
Ekasari, 2008).
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
dengan kehidupan akhir. Kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu
suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan
suatu keyakinan, cinta kasih, dan harapan. Perkembangan spiritual pada lansia
berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan (Maryam dan
Ekasari, 2008).
individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik
konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan
seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada,
kognitif, memori, dan belajar pada lansia menyebabkan mereka sulit untuk
11
maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan
merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi atau reaksi yang berbeda
dari stimulus yang ada. Selain itu, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan.
merupakan beban bagi orang lain dan keluarga (Maryam dan Ekasari, 2008).
progresif, dan intrinsik. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan fungsi tingkat
Di bidang mental atau psikis pada lansia, perubahan dapat berupa sikap
yang semakin egosentrik, mudah curiga, serta bertambah pelit terhadap sesuatu
yang dimiliki. Sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yakni
kepribadian yang drastis jarang terjadi. Lebih sering berupa ungkapan yang tulus
orang yang mengalami kehilangan ganda dalam periode waktu yang singkat
Menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit, tetapi suatu proses
menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant, di mana lansia
persepsi individu mengenai kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai
dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan dan standar yang
13
ditetapkan. Banyak definisi lain yang menjelaskan tentang kesehatan dan kualitas
hidup yang telah dicoba, keduanya saling berhubungan dan untuk kualitas hidup
dari kesempatan dan keterbatasan setiap orang dalam hidupnya dan merefleksikan
interaksi faktor personal dan lingkungan (Chang dkk., 2004). Hal tersebut
dipertegas oleh Yarbro dkk. (2005), bahwa kualitas hidup adalah perasaan
sejahtera dari seseorang yang timbul dari kepuasan dan ketidakpuasan dalam
bidang kehidupan.
yaitu:
(2) Kualitas hidup dari dimensi subjektif didasarkan pada respon psikologis
pada obat-obatan dan bantuan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit
dilakukan oleh individi dengan mudah dan cepat. Tidur dan istirahat yaitu
fisik, perasaan negatif, perasaan positif, harga diri dan berpikir, belajar,
(3) Domain hubungan sosial terdiri dari relasi personal, dukungan sosial, dan
untuk mengukur kualitas hidup dari segi kesehatan terhadap lansia dengan jumlah
lansia dikatakan baik tidak hanya didapat dari kesehatan akan tetapi ada beberapa
faktor lain yang mempengaruhi. Faktor tersebut antara lain hubungan sosial yang
17
baik dengan anak, keluarga, teman, dan tetangga; faktor lingkungan sosial
menyenangkan, rumah yang nyaman, dan pelayanan umum yang baik seperti
bebas fasilitas transportasi; faktor psikologi seperti selalu optimis dan sikap
positif, berfikir ke arah masa depan, penerimaan dan strategi koping yang lain;
aktif dalam kegiatan sosial; kondisi keuangan yang aman; dan tidak
kondisi optimal, sehingga mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh
seseorang lansia untuk tetap bisa berguna di masa tuanya, yakni; kemampuan
dialami, adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia
dan kondisi psikologis lansia dan tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk
gangguan komunikasi, depresi, kurang gizi, tidak punya uang, penyakit akibat
obat-obatan, gangguan tidur, daya tahan tubuh menurun, dan impotensi. Masalah
bahwa masalah yang ditimbulkan, baik karena kesehatan maupun kondisi sosial
2008).
lansia dalam kondisi sehat atau sakit. Penuaan dapat terjadi secara
2003).
Para lansia dapat terlihat sedih, menangis, cemas sensitif atau paranoid (Tamher
tunggal, tetapi biasanya bersifat multifaktorial. Pada usia lanjut, dimana stress
menurun, akibat depresi pada usia lanjut seringkali tidak sebaik pada usia muda
Menurut Sadock (2010), prevalensi gangguan depresif berat dua kali lebih
besar pada perempuan daripada laki-laki. Hal tersebut dipertegas kembali pada
19
penelitian Sidik, dkk. (2003), bahwa gangguan depresi pada lansia lebih besar
terjadi pada perempuan. Alasan perbedaan ini yang telah dihipotesiskan antara
yang dipelajari.
rerata awitan gangguan depresi berat sekitar 40 tahun, dengan 50% pasien
memiliki awitan usia 20 tahun dan 50 tahun. Gangguan depresif berat dapat juga
depresif berat paling sering terjadi pada orang tanpa hubungan antarpersonal yang
dekat atau pada orang yang mengalami perceraian atau perpisahan. Hal tersebut
dipertegas pada penelitian Sigit dkk. (2003), bahwa prevalensi depresi lebih besar
adrenergik dan respons antidepresan klinis mungkin adalah satu potongan yang
pasien dengan impuls bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang
yang rendah pada trombosit. Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah amin
juga pernah diteorikan memiliki peran. Data yang mendukung bahwa aktivitas
yang dialaminya, misal diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, penyakit
hati kronis, asma, stroke, rematik, osteoporosis, kanker, dan lain-lain. Gangguan
penglihatan maupun pendengaran yang umum terjadi pada lansia dapat juga
juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan tertentu dalam jangka waktu
lama, seperti golongan steroid, beberapa obat darah tinggi dan jantung, obat tidur,
anti rematik, dan lain-lain. Selain itu, kecanduan atau ketergantungan narkoba,
obat-obat terlarang, dan alkohol juga dapat menimbulkan depresi (Santoso dkk.,
2009).
terhadap berbagai perubahan dan kehilangan pada saat lanjut usia akan menjadi
pencetus depresi. Faktor resiko lain adalah pekerjaan, seseorang yang keluar dari
pekerjaan sebanyak tiga kali lebih cenderung memberikan laporan gejala episode
depresi berat daripada orang yang bekerja. Perubahan status ekonomi, struktur
jenis kehilangan sebagai bagian dari proses menua dapat menimbulkan depresi.
21
Masalah sosial yang dihadapi pada masa tua biasanya rumit, kompleks, dan saling
gangguan depresi berat apabila terdapat lima atau lebih gejala berikut, yang telah
sebelumnya; setidaknya satu gejalanya adalah (1) mood menurun atau (2)
(1) Mood menurun hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang
(2) Menurunnya minat atau kesenangan yang nyata pada semua, atau hampir
(3) Penurunan berat badan yang bermakna walaupun tidak diet atau berat badan
hari.
7) Perasaan tidak berarti atau rasa bersalah yang tidak sesuai atau berlebihan
suatu rencana yang spesifik, atau upaya bunuh diri atau suatu rencana spesifik
fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi lain, serta gejala tidak disebabkan
pengaruh fisiologi langsung zat, atau kondisi medis umum (Sadock, 2010)
memiliki tiga gejala utama yaitu : (1) afek depresif, (2) kehilangan minat dan
lainnya, seperti (1) konsentrasi dan perhatian berkurang, (2) harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, (3) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,
(4) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, (5) gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, (6) tidur terganggu, serta (7) nafsu makan
tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
episode depresif ringan, sedang, dan berat, dimana perbedaan antara episode
23
depresif ringan, sedang, dan berat terletak pada penilaian dari jumlah, berat, serta
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala depresi seperti tersebut di atas,
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya, (3) Tidak boleh ada
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala untuk depresi seperti pada
episode depresi ringan, (2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sekitar 4), dari
diagnostik, meliputi (1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada, (2) Ditambah
berintensitas berat, (3) Bila ada gejala penting (agitasi atau retardasi psikomotor)
sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset
sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu, (5) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu
24
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah tangga, kecuali pada
dan harus diarahkan pada pencarian terjadinya berbagai perubahan dari fungsi
depresi pada lansia dapat sering hanya berupa apatis dan penarikan diri dari
nyata. Tanda disfori atau sedih yang jelas seringkali tidak terdapat. Seringkali
sukar untuk mengorek adanya penurunan perhatian dari hal-hal yang sebelumnya
disukai, penurunan nafsu makan, aktivitas atau sukar tidur (Darmojo dan
Martono, 2004).
Depresi pada usia lanjut lebih sulit dideteksi karena (1) penyakit fisik
yang diderita sering mengacaukan gambaran depresi, antara lain mudah lelah dan
penurunan berat badan; (2) Usia lanjut sering menutupi rasa sedihnya dengan
justru menunjukkan dia lebih aktif; (3) Kecemasan, histeria, dan hipokondria yang
sering merupakan gejala depresi justru sering menutupi depresinya; dan (4)
Masalah sosial sering membuat depresi menjadi lebih rumit (Prabususeno dkk.,
2009).
Diagnosis awal dan terapi segera terhadap depresi pada pasien geriatri
dapat menaikkan kualitas hidup, status fungsional, dan mencegah kematian dini.
Ada beberapa cara penegakan diagnosis depresi, menurut DSM-IV atau menurut
ICD-10. Menurut DSM-IV kriteria depresi berat mencakup 5 atau lebih gejala
(6) Kelelahan (rasa lelah atau hilang energi), hampir setiap hari.
depresif harus ada. Penggunaan DSM IV mungkin tidak spesi fik, dan dianjurkan
dkk., 2009).
Depresi pada lansia dapat lebih efektif diobati dengan kombinasi terapi psikologis
Keputusan pertama dan yang paling penting yang harus dibuat seorang
dokter adalah pasien harus dirawat di rumah sakit atau sebaiknya terapi rawat
jalan. Indikasi yang jelas untuk rawat inap adalah kebutuhan prosedur diagnosis,
26
risiko bunuh diri atau membunuh, dan kemampuan pasien yang menurun drastis
dan terapi perilaku) telah dipelajari untuk menentukan efektivitasnya dalam terapi
depresi berat. Walaupun efektivitas ketiga terapi ini dalam mengobati gangguan
telah lama digunakan untuk gangguan depresi dan banyak klinisi menggunakan
(3) Farmakoterapi
sampai berat, episode depresi berulang, dan depresi dengan gambaran melankolia
atau psikotik. Pemilihan jenis obat antidepresi bagi pasien lansia lebih merujuk
pada profil efek samping obat. Antidepresi generasi lama, seperti golongan
efek samping yang kurang menguntungkan untuk digunakan pasien lansia. Saat
ini golongan SSRI merupakan obat antidepresi yang dianjurkan sebagai lini
pertama pengobatan depresi pada lansia. Dari golongan SSRI, sitalopram, dan
sertralin dianggap paling aman karena kedua obat ini sangat sedikit dimetabolisme
oleh isoenzim sitokrom P450, sehingga mengurangi resiko interaksi obat yang
hidup. Sebagai contoh, lansia yang depresi memiliki fungsi sosial yang tidak
memuaskan, tingkat kepuasan hidup yang rendah, serta persepsi yang buruk
mengenai kesehatan fisik dan mental. Banyak gejala depresi (ansietas, kelelahan,
kesejahteraan dan kualitas hidup. Selain itu, perasaan tidak berharga, yang
merupakan gejala umum depresi pada lansia, memiliki efek negatif yang
dihubungkan dengan kemampuan adaptasi sosial yang rendah, serta fungsi umum
(general functioning) yang buruk. Selain itu, lansia menunjukkan disabilitas yang
seharusnya juga bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan kualitas hidup lansia.
Dapat disimpulkan bahwa apabila kondisi depresi pada lansia dapat diatasi dengan