Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lunsi Okta Fitria

Nim : 16 01 01 134
Kelas : S1-C
Tugas : Patofisiologi III

Soal
1. Masalah tentang penggunaan obat Celecoxib dan solusinya !

Jawab

PENDAHULUAN

Celecoxib merupakan obat yang memiliki aktivitas antiinflamasi dan analgesik yang
selektif menghambat isoenzim COX-2 sehingga menghambat sintesis prostaglandin sebagai
mediator inflamasi. Isoenzim COX-2 adalah enzim yang bertanggung jawab dalam respon
inflamasi. Celecoxib diinsdikasikan meringankan symptom atau gejala osteoarthritis, rheumatoid
arthritis, serta untuk pengobatan jangka pendek nyeri akut setelah pembedahan atau nyeri akibat
trauma otot dan tulang. Celecoxib termasuk kedalam obat selektif COX-2 inhibitor yang
pembeliannya harus menggunkanakan resep dokter. Terapi farmakologi celecoxib untuk
menangani nyeri telah sesuai indikasi 100% berdasarkan acuan Malaysian Low Back Pain
Management Gudeline ,tetapi dari kesesuaian indikasi tersebut perlu memperhatikan faktor
risiko GI dan CV setiap individu.
Mekanisme kerja utama dari celecoxib (selektif COX-2 inhibitor) adalah menghambat
biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi, sedangkan OAINS tradisional
menghambat kedua enzim COX-1 dan COX-2. Secara rasional diharapkan penghambatan
aktivitas COX-2 akan mengurangi nyeri dan inflamasi dengan efek samping pada gastrointestinal
yang minimal. Dosis celecoxib yang sering digunakan adalah 100 mg dan 200 mg. Pada
penggunaan celecoxib menjadi perhatian terhadap keamanan kardiovaskular terutama setelah
muncul kejadian penarikan obat inhibitor COX-2 sejenis yaitu Rofecoxib dan Valdecoxib karena
terjadi efek samping serius dan fatal.
MASALAH :
1. Sebagaimana AINS lainnya, celecoxib dapat menyebabkan hipertensi atau memperburuk
hipertensi yang sudah ada.
Solusi : Celecoxib harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan hipertensi
sehingga tekanan darah harus dimonitor selama awal terapi dan secara berkala selama
terapi.
2. Celecoxib harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan tanda dan atau gejala
disfungsi fungsi hati. Kasus jarang reaksi hepatic berat, termasuk hepatitis fulminan,
nekrosis hati dan gagal hati, telah dilaporkan pada penggunaan celecoxib.
Solusi : Hentikan celecoxib saat pertama kali muncul ruam kulit atau tanda-tanda
hipersensitivitas lainnya.
3. -Pasien menerima obat celecoxib 200 mg/hari + PPI dengan kondisi risiko GI tinggi dan
CV rendah. Pasien mengalami kenaikan tekanan darah 150/90 mm Hg dari 130/80 mm
Hg.
- Pasien diberikan obat kenacort untuk megatasi penyakit alergi.
Solusi :
- Perlu pemantauan tekanan darah sekurangnya tekanan darah sistol <140 mm Hg atau
diastole <90 mm Hg. Apabila tekanan darah tetap tidak terkontrol maka pasien
direkomendasikan mengganti obat celecoxib dengan obat obat alternative lain seperti
meloxicam karena pasien tidak memiliki riwayat dyspepsia atau ulkus peptikum.
Obat nyeri selain OAINS seperti tramadol, Paracetamol juga dapat digunakan.
- Terdapat interaksi obat bersifat signifikan antara celecoxib-kenacort, selalu
memantau keluhan pasien jika terdapat ulkus peptikum akibat penggunaan obat
tersebut.
4. Penggunaan obat celecoxib pada pasien dengan gagal jantung sangat dihindarkan.
Solusi : Jika Celecoxib digunakan pada pasien dengan gagal jantung yang parah, monitor
pasien untuk tanda-tanda gagal jantung yang memburuk.
5. Pasien dengan pemakaian celecoxib dapat mengalami efek samping pendarahan,
ulseras, dan Perforasi Saluran pencernaan
Solusi : Anjurkan pasien untuk melaporkan gejala ulserasi dan perdarahan, termasuk
nyeri epigastrik, dyspepsia, melena, dan hematemesis tersebut. Dalam pennggunaan
bersamaan dengan aspirin dosis rendah untuk profilaksis jantung, beri tahu pasien tentang
risiko yang meningkat dan tanda-tanda gejala pendarahan GI.
6. - Obat yang diterima pasien adalah celecoxib 200 mg/hari dengan kondisi risiko GI
rendah dan CV rendah.
- Pasien mengalami kenaikan tekanan darah 140/90 mm Hg dari 120/80 mm Hg
Solusi : - Pasien direkomendasikan menggunakan OAINS non-selektif dahulu seperti
meloxicam.
- Tekanan darah pasien harus terus dipantau sekurang-kurangnya tekanan darah
sistol <140 mm Hg atau diastole <90 mm Hg (JNC VIII). Pasien
direkomendasikan mengganti obat celecoxib dengan obat alternatif lain
seperti meloxicam karena pasien tidak ada riwayat ulkus peptikum atau
dyspepsia. Obat nyeri selain OAINS seperti tramadol, paracetamol juga dapat
digunakan.
7. Ada seorang pasien diberikan obat celecoxib dan ginkgo force untuk mengobati nyeri
serta penyakit Alzheimer .
Solusi : Terdapat interaksi obat bersifat signifikan antara celecoxib-gingko force yang
dapat menyebabkan peningkatan antikoagulan/pendarahan sehingga perlu pemantauan
tehadap keluhan apabila terjadi pendarahan. Jika terjadi pendarahan maka celecoxib
harus diganti dengan obat nyeri yang lain contohnya paracetamol.
8. Ada seorang pasien yang memiliki riwayat penyakit pendarahan GI atau penyakit ulkus
peptikum yang menggunakan Celecoxib.
Solusi : -Gunakan dosis efektif terendah untuk durasi sesingkat mungkin.
-Hindari pemberian lebih dari satu NSAID sekaligus
-Jika dicurigai efek samping GI yang serius, segera lakukan evaluasi dan
pengobatan serta hentikan pemakaian celecoxib.
-Tetap waspadai tanda dan gejala ulserasi dan pendarahan GI selama terapi
NSAID.
-Hindari penggunaan pada pasien dengan risiko lebih tinggi kecuali
manfaatnya diharapkan lebih bsar daripada pengingkatan risiko
pendarahan. Untuk pasien yang mengalami pendarahan GI aktif,
pertimbangkan terapi alternative selain NSAID.
9. Jika ada ibu dalam proses ingin hamil dan sedang mengalami kehamilan menggunakan
celecoxib.
Solusi : Mengganti obat Celecoxib dengan obat anti nyeri yang aman terhadap kehamilan
contohnya paracetamol. Serta menjelaskan kepada pasien karena akan terjadi penutupan
premature Ductus Arteriosus janin atau bayi lahir dengan premature dan kelainan pada
jantung bayi.
DAFTAR PUSTAKA

 Eko, Thomas p. 2012. Penggunaan COXIB dalam Tatalaksana Nyeri Nosiseptif.


Denpasar. Medicina.
 Herawati. 2018. Celecoxib : Risiko Efek Samping Kardiovaskular. Jakarta
Selatan. Mandiri in Health.
 Cahyo, Hari Mulia Immanuel. 2017. Evaluasi Penggunaan Obat Celecoxib pada
Pasien Nyeri Punggung Bawah Di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai