Anda di halaman 1dari 3

Lintas Berita: Gagap

GloriaNet - ANAK saya (L, 8 tahun, kelas III sekolah dasar/SD) gagap, dia kurang
lancar mengucapkan kata yang diawali dengan huruf s dan d. Contohnya, dia
mengucapkan kata saya menjadi sssssaya, dalam menjadi ddddddalam.

Biasanya setelah berhasil mengucapkan kata saya, ia terlihat lega seperti lepas dari beban.
Sebenarnya, baru sekitar dua tahun yang lalu dia menjadi anak yang gagap. Awalnya ia
mengikuti salah satu temannya yang gagap, tetapi saat ini ia sendiri tidak dapat
mengendalikan gagapnya. Sudah saya tegur, saya marahi dengan keras, dan bahkan
sesekali saya cubit pantatnya kalau ia bicara gagap, tetapi sampai saat ini gagapnya
belum juga hilang. Dua hari yang lalu saya dipanggil guru kelasnya. Menurut gurunya,
kalau L diminta membaca bahasa Indonesia, maka gagapnya tampak semakin berat,
apalagi bila teman-teman sekelasnya menertawakan dan main-main menirukan gagapnya.
Biasanya ibu guru akan menegur kelas agar teman-temannya mendengarkan L yang
sedang membaca, dengan baik, baru gagapnya agak reda, walaupun tidak hilang sama
sekali. Demikian K (30 tahun), ibu dengan dua anak, L sebagai anak sulung, laki-laki,
dan adiknya J, perempuan kelas 2 SD di sekolah yang sama.

Penyebab
Gagap ditandai oleh pengulangan spasmodik atau terjadi pemblokan dalam suara pada
saat berbicara.
Kondisi gagap bervariasi dalam dimensi taraf yang ringan sampai berat. Anak kesulitan
dalam mengucapkan kata-kata tertentu atau bahkan sama sekali tidak mampu untuk
mengucapkan suara huruf awal (b, d, s, t) dari kata-kata tertentu. Huruf b, d, s, t adalah
huruf yang membutuhkan tenaga pada saat mengucapkannya dan justru kata-kata yang
diawali dengan huruf itulah yang sering mengalami gangguan pengucapan pada penderita
gagap.

Penderita gagap umumnya juga sering diikuti gerakan berulang bagian tubuh yang tidak
mampu dia kendalikan, seperti tics pada wajah atau gerak-gerak kecil pada bagian
punggung yang berulang tanpa terkendali. Kecuali itu, pada penderita gagap yang berat,
gagap sering diikuti napas relatif lebih cepat, wajah bergerak-gerak, dan bahkan gerakan-
gerakan hampir seluruh tubuh yang berulang. Sebenarnya gerakan tubuh yang berulang
dan tidak terkendali itu merupakan representasi perjuangan internal yang berat untuk
dapat berbicara lancar.

Kesulitan penderita gagap bervariasi dari satu situasi ke situasi lain. Misalnya, seseorang
penderita gagap dapat bicara normal dan lancar bila ia sedang sendiri, berbisik, atau
menyanyi, serta bila ia berada dalam lingkungan di mana yang hadir lebih muda daripada
dirinya, atau di antara orang-orang yang ia pikir lebih rendah posisinya daripada dirinya.

Serangan gagap yang berat pun akan terjadi bila ia harus berbicara di hadapan orang-
orang yang ia pikir memiliki kelebihan daripada dirinya. Frekuensi serangan gagap akan
menjadi lebih sering bila ia merasa malu, rendah diri, atau terlampau menyadari kondisi
dirinya.
Banyak pakar berpendapat bahwa gagap adalah penyakit keturunan, artinya para
penderita sudah membawa disposisi kondisi saraf yang membuat mereka rentan terhadap
perkembangan kesulitan bicara. Predisposisi ini ditentukan oleh faktor keturunan. Jadi,
bila kedua orangtua sehat dan normal dalam bicara, tetapi ada salah seorang paman atau
kakek yang gagap, anak membawa predisposisi untuk rentan terhadap serangan gagap
dalam berbicara. Ketegangan emosi yang dihayati seseorang pada saat ia berada di
sebuah lingkungan pergaulan yang masih dirasakan asing membuat serangan gagap
makin berkembang.

Beberapa pakar dalam ilmu saraf berpendapat, terdapat gangguan saraf yang
menyebabkan gangguan koordinasi dari fungsi motorik untuk bicara. Gangguan saraf ini
bisa disebabkan oleh luka otak sebagai hasil kesulitan saat dilahirkan. Atau banyak anak-
anak yang kemudian menjadi gagap setelah menderita infeksi yang serius. Pada saat
tersebut, terjadi proses penurunan kekuatan fungsi saraf secara menyeluruh, dan anak
yang membawa predisposisi gagap. Dalam kondisi yang melemah tersebut akan terpicu
perkembangan gagapnya.

Gagap pun dapat berkembang bila anak-anak yang kidal dipaksa untuk menggunakan
tangan kanan dalam melakukan aktivitas tertentu, seperti menulis atau makan. Pemaksaan
tersebut akan berpengaruh terhadap konflik emosional dan anak menjadi tertekan. Efek
emosi yang tertekan pada anak tertentu akan tertuju pada gangguan bicara.

Paduan antara faktor neurologis dan psikologis berperan penting dalam perkembangan
gagap, namun pada umumnya gagap adalah representasi kondisi ketidakmatangan emosi
seseorang. Jadi, gagap bukan gangguan dalam organ bicara, namun efek suatu kondisi
dari kelambanan perkembangan emosional seseorang. Ketidakseimbangan emosi tersebut
terefleksikan pada gangguan berbicara. Sebenarnya siapa pun yang berada dalam kondisi
tertekan dan tidak seimbang secara emosional sesekali akan terserang gagap. Namun,
pada orang gagap, serangan gagapnya terjadi hampir sepanjang waktu, terutama saat awal
terlibat dalam interaksi verbal.

Solusi
Anak-anak penderita gagap hendaknya dihindarkan dari situasi lingkungan yang
menekan.
Contohnya, tidak memaksa anak menggunakan tangan kanannya kalau memang anak
tersebut kidal. Kecuali itu, terapi seyogianya menyertakan ibu agar teknik terapi dapat
dilanjutkan ibu dalam kehidupan sehari-hari.

Khusus untuk L, sebaiknya dia diyakinkan bahwa sebenarnya dia bukan penderita gagap.
Tetapi karena main gagap-gagapan dan kemudian ditertawakan teman maka gagapnya
jadi berkelanjutan karena selanjutnya ia jadi malu dan tidak percaya diri saat berbicara di
depan orang. Memberikan hukuman fisik saat anak gagap harus dihentikan karena
hukuman fisik justru meningkatkan ketegangan emosi anak. Ibu justru diharapkan
membuat anak tidak ketakutan bila terserang gagap, namun mendukung dengan
kelembutan emosional agar anak merasa tenang saat mulai berbicara.
Bagi penderita gagap dewasa, perawatan lebih dipusatkan pada proses penguatan fungsi
kepribadian secara menyeluruh dan pemantapan rasa aman secara emosional. Kecuali itu
diberi pelatihan berbicara dan mengucapkan kata-kata yang diawali huruf s, b, d, t dengan
benar untuk menghilangkan kebiasaan bicara yang buruk. Hal ini disertai dengan
membiasakan menggunakan pola bicara yang baik.

Perawatan untuk penderita gagap dewasa memang membutuhkan waktu relatif lama, dan
diterapkan setelah sebelumnya dilakukan psikoterapi guna menghilangkan situasi
emosional yang memicu ketegangan emosional yang saat ini mengganggu kemampuan
dalam interaksi verbal. Sebenarnya tujuan utama dalam perawatan penderita gagap
dewasa adalah memperkuat struktur dan fungsi ego penderita karena setelah penderita
merasa yakin dan percaya diri, kondisi gagapnya akan hilang sendirinya. (GCM/ac)

Anda mungkin juga menyukai