Anda di halaman 1dari 4

PEMBUATAN SEDIAAN KAPSUL DARI BAHAN AKTIF EKSTRAK

DAUN JAMBU BIJI ( Psidium guajava L. ) SEBAGAI ANTIDIARE


Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain yakni set alat destilasi
sederhana, gelas beker, erlenmeyer, pipet volume, pipet tetes, pipet ukur, gelas ukur, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, pipa kapiler, plat KLT, mortir, stamfer, neraca analitik, alat uji
waktu hancur.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini anatara lain yakni simplisia daun
jambu biji, laktosa, avicel PH 102, Methtyl Paraben, cangkang kapsul no 00, butanol, etanol,
etil asetat, reagen dragendroff, air, castrol oil.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pembuatan Ekstrak Daun Jambu biji (Psidium guajavum )
Serbuk simplisia sebanyak 250 gram dimasukan maserator kemudian dibasahai
dengan etanol 96 % sampai terbasahi semua. Selanjutnya dituangi dengan etanol 96% hingga
volume 1000 ml, maserator ditutup rapat dan dibiarkan selama 24 jam. Kemudian dilakukan
penyarian dengan corong Buchner. Filtrat yang terkumpul diukur volumemya dan dipekatkan
dengan rotavapor hingga dapat ekstrak yang kental dan ditimbang. Selanjutnya ekstrak dibagi
menjadi dua bagian, ¼ bagian dikeringkan sampai kering, dan ¾ bagian dikeringkan dengan
bahan pengerinh

3.3.2 Uji Kandungan Ekstrak


Penapisan golongan kimia ekstrak diantaranya sebagai berikut :
1. Uji alkaloid
Uji alkaloid dengan plat KLT, dimana plat ditotolkan ekstrak lalu disemprotkan
dengan reagen dragendrof. Apabila ada noda yang naik yang memberikan perubahan
warna menjadi orange atau merah, diduga positif alkaloid.
2. Uji Flavonoid
Ekstrak ditambah Mg, lalu ditambahkan asam klorida pekat apabila terbentuk warna
orange atau merah positif alkaloid.
3. Uji Terpenoid dan Steroid
Ekstrak dimasukan sedikit dalam tabung reaksi kevil, lalu dikocok dengan sedikit
eter. Lapisan eter diambil lalu diteteskan pada plat tetes, dan dibiarkan sampai kering.
Setelah kering, ditambahkan dua tetes asam asetat anhidrat dan satu tetes asam sulfat
pekat. Apabila berbentuk orange merah atau kuning berarti positif terpenoid. Apabila
hijau berarti positif steroid
4. Uji Fenolik
Sejumlah kecil ekstrk dimasukan kedalam tabung reaksi kecil, lalu dikocok dengan
FeCl3. Terbentuk warna ungu positif fenolik.
5. Uji saponin
Lapisan air pada fraksi diatas diambil, lalu kocok vertikal. Apabila terbentuk busa
stabil selama 10 menit berarti positif saponin

3.3.3 Pembuatan Kapsul Daun Jambu Biji


Tabel 3.1 Formulasi Sediaan Kapsul Daun Jambu Biji sebagai Antidiare
NO NAMA ZAT KEGUNAAN Jumlah Tiap Jumlah 100
Kapsul (0.5 kapsul
gram) (gram)

1 Ekstrak Daun Zat aktif/ anti 0.1 10


Jambu Biji diare

2 Lakotsa Pembuatan 0.1 10


ekstrak kering

3 Avicel PH 102 Pengisi/pengikat 0.25 25

4 Methyl PABA Pengawet 0.005 0.5

5 Jumlah Berat - 0.455 45.5


Kapsul

Pembuatan Kapsul Daun Jambu Biji (Psidium guajava) sebagai berikut timbang
ekstrak kering daun jambu biji, avicel ph 102 methyl PABA sesuai berat yang dibutuhkan
pada formulasi, dicampurkan avicel PH102 , ekstrak kering, Methyl PABA daun jambu biji
hingga homogen, diayak dengan ayakan mesh yang sesuai, dimasukan kedalam cangkang
kapsul, periksa bobot masing-masing kapsul hasil pengisian dan masukan pada wadah
tertutup rapat.
3.3.4 Evaluasi Sediaan Kapsul Daun Jambu Biji
1. Uji keseragaman bobot
Timbang saksama 10 kapsul, satu per satu, beri identitas tiap kapsul, keluarkan isi tiap
kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang saksama tiap cangkang kapsul kosong dan hitung
bobot netto dari isi tiap kapsul dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari
masing-masing bobot kapsul. Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing-masing
monografi, hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul, dengan anggapan bahwa zat aktif
terdistribusi secara homogen. Untuk kriterianya kecuali dinyatakan lain dalam masing -
masing monografi, persyaratan keseragaman bobot dipenuhi jika tidak kurang dari 9 dari 10
satuan sediaan seperti di tetapkan dari cara keseragaman bobot terletak dalam rentang 85.0%
hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak di luar rentang 75,0%
hingga 125,0% yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 10 satuan sediaan
kurang dari atau sama dengan 6,0%.
2. Waktu Hancur
Sejumlah 6 kapsul, dimasukkan pada masing-masing tabung pada keranjang, yang
dibawahnya terdapat kasa baja berukuran 10 mesh. Digunakan media air bersuhu 37
±2°C.Dilakukan pengamatan terhadap kapsul, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari
cangkang kapsul. Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, pengujian diulangi dengan 12
kapsul lainnya, tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang diuji hancur sempurna. Dicatat
waktu yang di perlukan kapsul untuk hancur sempurna.
3. Uji Higroskopis
Merupakan cara menguji kemampuan bahan obat untuk menyerap uap dari udara setelah
di biarkan dalam kondisi tertentu selama beberapa waktu yang diamati. Sejumlah 3 kapsul
ditempatkan pada botol coklat di simpan dalam desikator. Masing-masing perlakuan diamati
setiap hari selama tujuh hari dan setiap minggu selama sebulan. Pengamatan dilakukan
terhadap perubahan bobot kapsul, bentuk kapsul, dan isi kapsul
4. Uji Aktivitas Antidiare
Tikus putih sebelumnya diadaptasikan terlebih dahulu di laboratorium selama satu
minggu. Sebanyak 20 ekor tikus putih (20-30 g) yang dipilih secara acak dibagi menjadi lima
kelompok (tiap kelompok terdiri dari empat ekor tikus putih). Tikus putih pada kelompok I
(kelompok kontrol) diberikan NaCl 0,9% sebanyak 20 mL/kgbb. Tikus putih pada kelompok
II (kelompok Loperamid diberikan Loperamid-HCl sebanyak 50 mg/kgbb. Sedangkan tikus
putih pada kelompok III-V yang merupakan kelompok uji diberikan ekstrak sebanyak 700,
800 dan 900 mg/kgbb. Setelah itu tikus putih didiamkan selama satu jam, lalu diberikan 1,0
mL castor oil peroral (Anas, 2012). Tikus putih kemudian diletakkan ke dalam kandang
plastik dengan ukuran 20x20x20cm. Kandang diberi alas kertas saring yang telah ditimbang
sebelumnya dan dibiarkan selama empat jam. Terjadinya diare pada tikus putih terlihat jika
ada feses yang cair dan tidak berbentuk. Feses yang tidak hancur (yang berbentuk padat)
dipisahkan dan kemudian feses cair dan tidak berbentuk beserta kertas saring yang digunakan
untuk menampung feses ditimbang. Berat feses cair dan tidak berbentuk dapat dihitung dari
berat kertas saring sesudah digunakan untuk menampung feses dan kertas saring awal.
Persentase efek antidiare EEDR dan EEDJB dihitung dengan menggunakan persamaan
seperti tercantum di bawah ini (Anas, 2012). 𝐸𝑓𝑒𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑑𝑖𝑎𝑟𝑒 % =𝑘−𝑝/𝑘𝑥100% Keterangan
: p : rata-rata berat feses cair dan tidak berbentuk tikus putih kelompok uji dan loperamid HCl
k : rata-rata berat feses cair dan tidak berbentuk tikus putih kelompok kontrol

Anda mungkin juga menyukai