Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktek kerja lapangan merupakan salah satu bagian dari proses


pembelajaran yang masuk dalam kurikulum di POLITEKNIK NEGERI
SEMARANG dan mempunyai nilai tersendiri untuk mahasiswa. Praktek
kerja lapangan itu sendiri mempunyai tujuan pembelajaran secara langsung
tentang ilmu yang telah didapatkan selama kuliah. Dengan ini diharapkan
mahasiswa dapat menambah ataupun membandingkan secara langsung ilmu
yang didapat di lapangan dengan ilmu yang didapatkan dikampus. Selain
untuk menambah ilmu praktek kerja lapangan ini juga bertujuan untuk
mengambil data yang nantinya akan dibuat dalam bentuk laporan yang
merupakan syarat awal dalam pengajuan Tugas Akhir.
Praktek Kerja Lapangan di PLTU selama kurang lebih 19 hari mulai
tanggal 1 juli 2013 sampai dengan 19 juli 2013. Dengan memilih
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Rembang sebagai tempat praktek.
Diharapkan penulis dapat menggali ilmu sebanyak-banyaknya tentang ilmu
tentang pembangkitan listrik yang telah dipelajari selama pembelajaran 4
semester di kampus politeknik negeri semarang.

Dalam hal ini penulis mengambil bab tentang “Siklus Pembakaran


dan Penanganan Limbah Gas Hasil Pembakaran pada PLTU
Rembang” sebagai materi yang didalami di PLTU Rembang selama 19
hari tersebut.

1
1.2. Pembatasan Masalah
Dalam membuat laporan ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas
yaitu:
a. Pembatasan tentang “Siklus Pembakaran dan Penanganan Limbah Gas
Hasil Pembakaran pada PLTU Rembang”.
b. Pembahasan mendalam pada siklus pembakaran dan penanganan
limbah gas hasil pembakarannya.
c. Pembahasan garis besar alat pada sistem bahan bakar, gas untuk
pemmbakaran dan penangannan limbah gas pembakaran pada PLTU
rembang.

1.3. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Adapun tujuan kerja praktek yang dilaksanakan di PLTU rembang ini


adalah :
a. Mengerti siklus pembakaran pada PLTU Rembang
b. Mengerti cara kerja penanganan gas hasil pembakaran pada PLTU
Rembang
c. Mengamati secara langsung proses pembakaran bahan bakar dan
penganganan limbahnya.
d. Mengamati macam macam proses dalam siklus pembakaran pada
PLTU Rembang.
e. Mengetahui komponen-komponen dalam siklus pembakaran dan
penganan limbah gas hasil pembakaran pada PLTU Rembang.

2
1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan praktek kerja lapangan yaitu di PLTU


rembang dibawah PT. PLN (Persero) dan dimanajemeni oleh PT. PJB yang
berlokasi di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 130 sluke, Rembang, Jawa
Tengah. Dan dilakukan dalam waktu 19 hari mulai tanggal 1 Juli 2013
sampai dengan 19 Juli 2013.

1.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan


praktek kerja lapangan di PLTU Rembang ini yaitu metode observasi
lapangan dan survey mencakup :
a. Pengamatan langsung dilokasi PLTU.
b. Konsultasi atau pembelajaran secara langsung dengan pembimbing.
c. Diskusi dengan pembing dan operator dilapangan.
d. Tinjauan pustaka dan studi literature.
e. Browsing di internet untuk mengetahui sumber lain lewat internet

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Dalam penulisan laporan praktek kerja lapangan ini penulis


membuat sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab. Pada bab 1
menjelaskan latar belakang,batasan masalah,tujuan,tempat dan waktu
pelaksanaan,metode pengumpulan data serta sistematika penulisan laporan
praktek kerja lapangan. Kemudian pada bab II menjelaskan sejarah
berdirinya PT. PLN (Persero) dan PT. PJB, perkembangannya dari awal
beroperasi sampai perkembangannya saat ini, produksi dan kapasitasnya,
struktur organisasi, manajemen PT. PLN (persero) jasa sertifikasi, Visi dan
Misi Perusahaan ,manajemen, akreditasi,lingkup usaha dan undang undang
sertifikasi.

3
Kemudian pada bab III menjelaskan tentang tinjauan pustaka
mengenai siklus pembakaran dan penanganan gas limbah hasil pembakaran
dari hasil pengamatan langsung dilapangan dan juga menjelaskan mengenai
proses kerja, system, komponen-komponen yang terdapat pada siklus
pembakaran dan penganan limbah gas hasil pembakaran pada PLTU Pada
bab IV berisi tentang kesimpulan yang selama melakukan praktek kerja
lapangan di PLTU Rembang, serta berisi saran-saran dari penulis untuk
PLTU Rembang.

4
BAB II

TINJAUAN UMUM PT. PLN (Persero)

Pembangkit Lontar

2.1. Sejarah PT. PLN (Persero) Pembangkit Lontar

PT. PLN (Persero) Pembangkit Lontar adalah salah satu PLN


Pembangkitan Direktorat Operasi Jawa Bali yang mengelola pembangunan
dan pengusahaan sebagai proyek percepatan 10.000 MW. PT. PLN
(Persero) Pembangkitan Lontar memiliki kapasitas terpasang + 2800 MW,
sebagai unit dengan kapasitas pembangkit terbesar dalam proyek 10.000
MW PT. PLN (Persero) Pembangkit Lontar memiliki Unit-unit Pelaksana
antara lain :
a. PLTU 3 Banten, lontar ( 3 x 315 MW )
b. PLTU 2 Banten, Labuan ( 2 x 300 MW )
c. PLTU 1 Jawa Tengah, Rembang ( 2 x 315 MW )
d. PLTU 1 Jawa Timur, Pacitan ( 2 x 315 MW )

Gambar 2.1. PLTU Rembang

5
Hal ini memberikan peluang yang sangat besar bagi PT PLN
(Persero) Pembangkitan Lontar untuk berkontribusi dalam mensuplai energi
listrik yang diperlukan. Keberadaan unit pembangkit yang dimiliki oleh PT
PLN (Persero) Pembangkitan Lontar sangat dinantikan untuk menambah
daya mampu pembangkit serta keandalan sistem kelistrikan Jawa Bali.
Energi listrik yang di produksi oleh PT PLN (Persero) Pembangkitan Lontar
ditransmisikan dari :

a. GI PLTU Lontar ke GI Teluk Naga sepanjang 22 km ke GI Tangerang


Baru sepanjang 22 km.
b. GI PLTU Labuan ke GI Menes sepanjang 6 km dan ke GI Saketi
sepanjang 18 km.
c. GI PLTU Rembang ke GI Rembang sepanjang 20 km dan ke GI Pati 50
km dan uprating ke Kudus, Jekulo, Pati, Rembang, Blora sepanjang 95
km.
d. GI PLTU Pacitan ke GI Pacitan Baru sepanjang 35,65 km dan ke GI
Wonogiri sepanjang 84,8 km.

2.2. Visi dan Misi Perusahaan


Adapun visi dan misi dari perusahaan PLN yaitu :
Visi

“Menjadi perusahaan pengelola Asset Pembangkitan Listrik yang


memenuhi standar kelas dunia yang tumbuh berkembang, unggul dan
terpercaya.”

Misi

a. Melaksanakan pengendalian pembangunan pembangkit dengan tepat


waktu, biaya dan memenuhi kualitas yang disyaratkan.

b. Mengelola pembangkit dengan mengacu standar pengelolaan untuk


mencapai kinerja yang berdaya saing.

6
c. Memperhatikan persyaratan keamanan dan pengelolaan pembangkit
yang ramah lingkungan.

d. Melakukan usaha-usaha tumbuh dan berkembang untuk mencapai


keunggulan sebagai pengelola pembangkit yang terpercaya.

2.3. Wilayah Kerja PT. PLN (Persero)

Berdasarkan surat keputusan Nomor 327.K/DIP/2008 tentang


organisasi PT. PLN (Persero) pembangkitan Lontar tanggal 24 november
2008, maka wilayah kerja PT. PLN (Persero) pembangkitan lontar terdiri
dari 4 Unit sector pembangkitan yaitu: Unit Sector Pembangkitan Labuan,
Unit Sektor Pembangkitan Lontar, Uni Sektor Pembangkitan Rembang,
Unit Sektor Pembangkitan Pacitan seperti terlihat pada gambar dibawah.

Gambar 2.2. Proyek PLTU di Jawa

2.4. Susunan Organisasi

Perusahaan PLN memilki struktur organisasi yang digunakan untuk


mempermudah pembagian tugas antar bagian dalam perusahaan tersebut.
Antara lain bidang engineering,bidang produksi,bidang keuangan dan SDM.

7
a. Bagan Susunan Organisasi PT. PLN (Persero)

Bagan dibawah ini menjelaskan tentang kedudukan pegawai


pada pembangkitan lontar dan skema koordinasi tiap manager.
GENERAL
MANAGER

KEPALA AUDIT PROJECT


INTERNAL MANAGEMENT GROUP

MANAJER MANAJER MANAJEMEN


ENGINERI PRODUKSI KEUANGAN DAN SDM
NG

KOORDINATOR MANAJER MANAJER KOORDINATOR


PROYEK PLTU SEKTOR SEKTOR PLTU PACITAN
LONTAR LABUAN REMBANG

Gambar 2.3. Bagan Susunan Organisasi PT. PLN Pembangkitan


Lontar

8
b. Bagan Struktur Bidang Enginering

Bidang Enginering dalam perusahaan PLN sangat penting


untuk pengoperasian perangkat dalam pembangkit. Sehingga perlu
pembagian tugas, seperti yang ditunjukan dalam bagan berikut.
MANAJER
ENGINERING

DM DM DM DM SISTEM
ENGINERING PERENCANAAN PERENCANAAN TEKNOLOGI
DAN PERUSAHAAN INFORMASI
ENG ANEV PENGENDALIAN
ENG PERENC & ANALYS ENG
SISTEM OPHAR
PENGENDALIA KINERJA & PENGELOLAAN
MEKANIKAL N OPERASI PELAPORAN HARDWARE
ENG ANEV MNJ
SISTEM ENG RENC& ANALYS
ELEKTRIKAL PENGEND ANALYS PENGELOLAAN
ENG ANEV PEMELIHARAAN PERENC SOFTWARE
SISTEM KONTR PERUSAHAAN
& INSTR

ASSENG
KINERJA
PEMBANGKIT

Gambar 2.4. Bagan Struktur Bidang Enginering

9
c. Bagan Struktur Bidang Produksi

Dibidang produksi terdapat 4 divisi manajer beserta tugasnya


dapat dilihat dalam bagan berikut .

MANAJER
ENGINERING

DM OPHAR DM LINGKUNGAN & DM ENERGI DM


KETENAGALISTRIKAN PRIMER LOGISTIK

ENG PENGEND ENG ANLYS


OPERASI RENC& ENG REC &
LINGKUNGAN
PENGEND PENGEND
BATU PERSEDIAAN
ENG TRANSAKSI
ENG BARA MATERIAL
TENAGA LISTRIK ANLYS
KESELAMATAN RENC&
KETENAGALIST PENGEND &
ENG PENGEND &
RIKAN PELUMASAN
PEMELIHAR
MEKANIKAL

ENG PENGEND &


PEMELIHAR
ELEKTRIKAL

ENG PENGEND &


PEMELIHAR
KONTROL DAN
INSTRUMEN

Gambar 2.5. Bagan Struktur Bidang Produksi

10
d. Bagan Struktur Bidang Keuangan dan SDM

Hampir disemua perusahaan memiliki struktur bidang keuangan


dan SDM yang berfungsi untuk mengelola keuangan dan SDM yang
dimiliki. Adapun struktur bidang keuangan dan SDM perusahaan PLN
sebagai Berikut.

MANAGER
KEUANGAN DAN SDM

 SENIOR SPESIALIST
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
 SENIOR SPESIALIST HUBUNGAN
INDUSTRI
 SENIOR SPESIALIST
MANAJEMEN MUTU

DM SDM DM UMUM DM HUKUM DM ANGGARAN DM


DAN KEUANGAN AKUTANSI
DAN HUMAS

 ANALIST PRNC ANALIS SPV


SDM & SUV ANALIS HUKUM ANGGARAN AKUNTANSI
ORGANISASI KESEKRETARIATAN Q/A HUMAS AKTIVA & PDP
 ANLIST DAN BINA
PENGEMBANGAN LINGKUNGAN  A/I OFFICER
KEUANGAN  MDA
& DIKLAT AKUNTANSI
 A/I OFFICER SDM  A/I
AKTIVA
KESEKRETARIAT ASSURANSI
TETAP
SUV ADMINITRASI AN & PAJAK
 MDA
SDM  A/I OFFICER RMH AKUNTANSI
TNGGA KANTOR PDP
 A/I OFFICER
 A/I OFFICER PENGELOLAAN
SISTEM KAS KANTOR
INFORMASI SPV
KEPEGAWAIAN AKUNTANSI
UMUM DAN
 A/I OFFICER GAJI
BIAYA
DAN DOKUMEN SUPV KEAMANAN
 A/I OFFICER DAN KETERTIBAN
KESEJAHTERAAN
MDA
SDM
AKUNTANSI
 A/I OFFICER AD OFFICER UMUM DAN
ADMINISTRASI PENGELOLAAN BIAYA
SDM KEAMANAN

Gambar 2.6. Bagan Struktur Bidang Keuangan dan SDM

11
2.5. Sektor Pembangkitan

Sektor pembangkitan PLTU Lontar di Pulau Jawa terdiri dari :

Tabel Pembangkitan PLTU Lontar.

No Pembangkitan Alamat Daya

1 PLTU Labuan Labuan, Banten 600 MW

2 PLTU Lontar Teluk Naga,Banten 630 MW


3 PLTU Rembang Rembang,Jawa tengah 630 MW

4 PLTU Pacitan Pacitan , Jawa Timur 630 MW

2.6. Lokasi PLTU Rembang

PLTU 1 Jawa Tengah, Rembang dibangun diatas lahan seluas 54.96 Ha,
berada di Desa Leran dan Des Trahan, kecamatan Sluke, Kabupaten
Rembang. Lokasi PLTU Berjarak 130 KM dari Semarang ke arah timur dan
sekitar 600 meter dari jalan utama pantai utara (Pantura) Jawa Tengah bagian
Timur.

Proyek PLTU 1 Jawa Tengah, Rembang memiliki dua unit pembangkit


dengan kapasitas masing masing unit sebesar 315 MW dan kapasitas total
tenaga yang dihasilkan adalah 630 MW. Energy Listrik yang dihasilkan
PLTU Rembang nantinya disalurkan melalui saluran udara tegangan tinggi
(SUTT) 150 KV ke Gardu Induk 150 KV Rembang dan Gardu Induk 150 KV
Pati. Lokasi di Jl. Raya Semarang - Surabaya Km. 130 desa leran dan Desa
Trahan, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang.

12
Gambar 2.7. Denah Lokasi PLTU Rembang

2.7. Proses Produksi Listrik PLTU Rembang

PLTU Rembang telah direncanakan dan dibangun untuk menggunakan


batubara sebagai bahan bakar utamanya. Sedangkan, High Speed Diesel
(HSD) sebagai bahan bakar. Ignitor atau pematik pada penyalaan awal
dengan bantuan udara panas bertekanan. Batubara diperoleh dari tambang
Bukit Asam, Sumatera Selatan. Transportasi batubara dari mulut tambang
Tanjung Enim ke pelabuhan Tarahan dilakukan dengan kereta api.
Selanjutnya dibawa dengan kapal laut ke jetty Rembang.

Pada gambar 2.8 ditunjukkan lokasi PLTU Rembang. Batubara yang


dibongkar dari kapal di coal jetty dengan menggunakan ship unloader atau
dengan peralatan pembongkaran kapal itu sendiri, dipindahkan ke hopper dan
selanjutnya diangkut dengan conveyor menuju penyimpanan sementara
(temporary stock) dengan melalui telescopic chute (2) atau dengan
menggunakan stacker/reclaimer (1) atau langsung batubara tersebut ditransfer
melalui junction House (3) ke scrapper Conveyor (4) lalu ke coal Bunker (5),
seterusnya ke Coal Feeder (6) yang berfungsi mengtur jumlah aliran ke

13
pulverizer (7) dimana batubara di giling dengan ukuran yang sesuai
kebutuhan menjadi serbu yang halus.

Gambar 2.8. Proses Produksi Energi Listrik pada PLTU

Keterangan :

1. Stacker reclaimer 14. Stack


2. Telescopic Chute 15. Super Heater
3. Junction House 16. High Preasure Turbine
4. Scraper Conveyor 17. Boiler Feed Pump
5. Coal Bunker 18. High Preasure Heater
6. Coal Feeder 19. Economizer
7. Pulverizer 20. Steam Drum
8. Primary Air Fan 21. Circuling Water Pump
9. Coal Burner 22. Reheater
10. Forced Draught Fan 23. Intermediate Pressure Turbin
11. Air Preheater 24. Low Pressure Turbin
12. Induced Draught Fan 25. Rotor Generator
13. Electro Static Precipitator 26. Stator Generator

14
27. Generator Transformator 32. Dearator
28. Condensor 33. Desal Plant
29. Condensate Excraction Pump 34. Raw Water Tank
30. Low Preasure 35. Make Up Water
31. Sea Water
Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari Primary Air Fan
(8) dan dibawa ke Coal Bunker (9) yang menyemburkan batubara tersebut ke
dalam ruang bakar untuk proses pembakaran dan terbakar seperti gas untuk
mengubah air menjadi uap. Udara pembakaran yang digunakan pada ruang
bakar dipasok dari Forced Draught Fan (FDF) (10) yang mengalirkan udara
pembakaran melalui Air Preheater (11). Hasil proses pembakaran yang
terjadi menghasilkan limbah berupa abu dalam perbandingan 14 : 1. Abu
yang jatuh ke bagian bawah boiler secara periodik dikeluarkan dan dikirim
Ash Valley. Gas hasil pembakaran dihisap keluar dari boiler oleh Induced
Draught Fan (IDF) (12) dan dilewatkan melalui Elektro Static Precipitator
(ESP) (13) yang menyerap 99,5 % abu terbang dan debu dengan sistem
elektroda, lalu dihembuskan ke udara melalui Stack/Cerobong (14). Di
elecktro Static Precipitator debu menempel di plat-plat dengan metode
elektroda, untuk merontokan Fly Ash (debu) plat di hammer(di pukul). Abu
kemudian dikumpulkan dan diambil dengan peneumatic gravity conveyor
yang digunakan sebagai material pembuat jalan, semen dan bahan bangunan
(Conblock).

Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap oleh pipa
penguap (Water Walls) yang berada di dindig-dinding boiler (Furnace Boiler)
menjadi uap jenuh atau uap basah yang kemudian dipanaskan di Super
Heater (SH) (15) yang menghasilkan uap kering. Kemudian uap tersebut
dialirkan ke Turbin bertekanan tinggi High Preassure Turbine (16), dimana
uap tersebut diexpansikan melalui Nozzels ke sudu-sudu turbin. Tenaga dari
uap mendorong sudu-sudu turbin dan membuat turbin berputar. Setelah
melalui HP Turbine, uap kembalikan kedalam Boiler untuk dipanaskan ulang

15
di Reheater (17) guna menambah kualitas panas uap sebelum uap tersebut
digunakan kembali di Intermediate Pressure (IP) dan Low Preasure Turbine
(LPT) (19).

Sementara itu, uap bekas dikembalikan menjadi air di Condensor (23)


dengan pendinginan air laut (26) yang dipasok oleh Circlation Water Pump
(32). Air kondensasi akan digunakan kembali sebagai air pengisi Boiler. Air
dimpompakan dari kondensor dengan menggunakan Condensate Extraction
Pump (24), pada awalnya dipanaskan melalui Low Preassure Heater (25),
dinaikkan ke Deaerator (27) untuk menghilangkan gas-gas yang terkandung
didalam air. Air tersebut kemudian dipompakan oleh Boiler Feed Pump (28)
melalui High Preassure Heater (29), dimana air tersebut dipanaskan lebih
lanjut sebelum ke Steam Drum (31). Siklus air dan uap ini berulang secara
terus menerus selama unit beroperasi. Poros turbin dikopel dengan Rotor
Generator (20), maka kedua poros memiliki jumlah putaran yang sama.

Ketika telah mencapai putaran nominal 3000 rpm, pada Rotor


Generator dibuatlah magnetasi dengan Brushless Exitation System dengan
demikian Stator Generator (21) akan membangkitkan tenaga listrik dengan
tenaga 23 KV. Listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan ke Generator
Transformer (22) untuk dinaikkan teganganya menjadi 500 kV. Sebagian
besar listrik tersebut disalurkan kesistem jaringan terpadu (interkoneksi) se
Jawa-Bali melalui saluran udara tegangan ekstra tinggi 500 Kv dan sebagian
lainnya disalurkan ke gardu induk Rembang, Pati dan Blora melalui saluran
udara tegangan tinggi 150 Kv.

2.8. Dampak Lingkungan

Untuk menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan yang di


sebabkan oleh adanya proses kerja PLTU Rembang, dilakukan pengendalian
dan pemantauan secara terus menerus agar memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini Keputusan Menteri Agama
Lingkungan Hidup no. 02/MENLH/1988 tanggal 19 Januari 1988 tentang

16
Nilai Ambang Batas dan no. 13/MENLH/1995 tanggal 07 Maret 1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Untuk itu PLTU Rembang ini
dilengkapi peralatan antara lain :

a) Electro Static Precipitator(ESP), yaitu alat penangkap abu sisa


pembangkaran dengan efisiensi 99,5 %.
b) Cerobong asap setinggi 218 m dan 275 m, agar kandungan debu dan gas
sisa pembangkaran sampai ground level masih dibawah ambang batas.
c) Sewage Treatment dan Neutralizing Basin yaitu pengolahan limbah cair
agar air buangan tidak mencemari lingkungan.
d) Peredam suara untuk mengurangi kebisingan oleh suara mesin produksi.
Di unit 5-7 kebisingan suara mencapai 85-90 Db.
e) Alat-alat pemantau lingkungan hidup yang ditempatkan di sekitar PLTU
Rembang.
f) CW Discharge Cannel sepanjang 1,9 km dengan sistem saluran terbuka.
g) Pemasangan Stack Emmision.
h) Penggunaan Low NOx Burners.

17
BAB III

Siklus Pembakaran dan Penanganan Limbah Gas Hasil


Pembakaran pada PLTU Rembang

3.1. Siklus Pembakaran dan Penanganan Limbah Gas Hasil Pembakaran


pada PLTU

3.1.1. Teori Dasar Siklus Pembakaran pada PLTU

Dalam pembakaran ada 3 komponen yang disebut segitiga


api dan harus terpenuhi agar pembakaran itu sempurna yaitu bahan
bakar, panas dan pemicu. Dan di PLTU proses pembakarannya ada
dua yaitu menggunakan High Speed Diesel (HSD) untuk proses Start
Up dan bahan bakar padat yaitu batubara untuk sekunder supaya
biaya operasionalnya lebih murah dan mengurangi konsumsi BBM
untuk pembakaran. Proses pembakaran pada PLTU terjadi didalam
boiler untuk memanaskan air menjadi uap yang digunakan untuk
menggerakkan turbin.

Pembakaran yang digunakan pertama menggunakan BBM


sebagai start up untuk menghasilkan panas yang cukup. Setelah
segitiga api sudah terpenuhi baru pergantian bahan bakar BBM yang
diseprotkan menggunakan oil gun diganti dengan batubara yang
berbentuk serbuk yang ditiupkan dengan udara bertekanan dan oil
gun ditarik secara bertahap karena batubara sulit untuk terbakar
dengan mudah.

18
3.1.2. Penanganan Gas Hasil Pembakaran pada PLTU

Penanganan limbah bagi suatu industri sangat penting karena


bila tidak ada penanganan limbah dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem sekitar industri tersebut. Limbah yang biasanya dihasilkan
idustri yang memerlukan pembakaran dalam proses produksinya
biasanya berupa debu, CO2, dan senyawa lainnya.

Dalam hal ini ada banyak cara penanganan limbahnya untuk


sistem pembakarannya dengan metode spray, elektroda ataupun
yang lainnya. Seperti contohnya metoda spray dengan cara diatas
cerobong dengan di spray air supaya debu dan asap hasil
pembakaran bisa terlarut kebawah dan ikut terbawa air, supaya asap
yang dihasilkan tidak menyebar ke langit dan mencemari udara
sekitar.

3.1.3. Siklus Pembakaran pada PLTU

3.1.3.1. Siklus Pembakaran pada PLTU Menggunakan HSD


(High Speed Diessel)

Siklus pembakaran menggunakan HSD biasanya


digunakan pada proses start up karena untuk pemanasan
awal, apabila proses pembakarannya mengunakan HSD
(High Speed Diessel) maka akan membengkak dioperasional
dan juga untuk saat ini bahan bakar minyak (BBM) didunia
akan segera habis dan cadangan minyak didunia tinggal
beberapa tahun lagi. Jadi pembangkit menggunakan HSD
sebagai start up saja, karena untuk menjaga cadangan energi
dan menghemat biaya operasional pada pembangkitan.

3.1.2.2. Siklus Pembakaran pada PLTU Menggunakan Gas

Siklus pembakaran pada PLTU juga ada menggunakan


Bahan Bakar Gas (BBG) dan ini juga digunakan pada

19
PLTU untuk proses start up untuk mendapatkan segitiga api
yang sempurna. Dan untuk penyalaannya menggunakan
bahan bakar gasnya lebih mudah karena hanya
membutuhkan pemicu dan segitiga akan cepat terpenuhi
karena cukup menyemprotkan gas ke boiler udara juga
disemprotkan ke dalam boiler akan langsung terbentuk
segitiga api yang sempurna. Namun, apabila pembangkit
menggunakan BBG maka konsumsi bahan bakarnya akan
cukup besar dan panasnya kurang maksimal.

3.1.2.3. Siklus Pembakaran pada PLTU Menggunakan


Batubara

Siklus pembakaran menggunakan batubara adalah


proses pembakaran sekunder karena batubara tidak bisa
terbakar langsung dengan mudah karena dalam pembakaran
batubara perlu perlakuan berbeda dengan bahan bakar
minyak ataupun gas. Kenapa dinamakan proses sekunder
karena dalam pembakaran batubara membutuhkan panas
yang cukup. Oleh karena itu dalam pembakaran batubara
memerlukan panas yang cukup terlebih dahulu.

Saat ini batubara sangat populer karena mempunyai


kelebihan mampu menghasilkan panas yang tinggi dan sangat
cocok untuk bahan bakar pemanas dan juga karena jumlah
batubara untuk saat ini sangat banyak dibandingkan BBM
ataupun BBG. Dan di Indonesia banyak terdapat tambang
batubara sehingga tidak perlu kuatir kekurangan suplai bahan
bakar untuk pembangkitan dan untuk biaya operasionalnya
lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar yang lain.

20
3.1.4. Skema Siklus Pembakaran dan Penanganan Limbah Hasil
Pembakaran pada PLTU Rembang

Gambar 3.1. Skema Siklus Pembakaran dan Penanganan Limbah Hasil


Pembakaran

3.2. Komponen pada Siklus Pembakaran PLTU Rembang

3.2.1. Boiler

Boiler adalah salah satu komponen penting di dalam PLTU


Rembang yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pembakaran dan
tempat untuk mengubahh air menjadi uap untuk memutar turbin.
Boiler pada proyek PLTU Rembang menggunakan bahan bakar
utamanya menggunakan batubara karena untuk mengurangi
konsumsi BBM. Didalam boiler banyak sekali terjadi siklus yaitu
proses pembakaran bahan bakar, proses penguapan air menjadi uap
yang digunakan untuk memutar turbin.

21
Pada boiler yang digunakan di PLTU rembang proses
pembakarannya menggunakan sistem start up dengan menggunakan
solar yang di semprotkan ke boiler menggunakan oil gun. Proses
pembakarannya membutuh udara yang disuplai dari Forced Draught
Fan (FD Fan) yang di by pass melalui wind box dan didalam boiler
ada pemicu/pematik yang digunakan untuk menyulut api. Setelah
segitiga api terpenuhi dan panas juga sudah terpenuhi makan akan
dimasukkan serbuk batubara yang ditiupkan Primary Air Fan (PA
Fan) dari mill menuju furnace boiler secara bertahap satu persatu
sampai menggunakan bahan bakar batubara sepenuhnya.

Gambar 3.2. Boiler pada PLTU Rembang (dalam kotak merah)

22
3.2.2. Coal Yard

Yaitu tempat untuk menampung sementara batubara berasal


dari tongkang (Jetty PLTU )yang akan digunakan untuk bahan bakar
pada pembangkitan PLTU.

3.2.3. Coal bunker

Untuk menampung sementara dari coal yard yang dikirim


menggunakan conveyor dan meneruskan ke Coal Feeder .

Gambar 3.3. Coal Bunker

3.2.4.Coal feeder

Berfungsi untuk mensuplai mill dan mengatur jumlah batubara


yang akan masuk ke mill. Dan supaya batu bara tidak langsung ke
mill dan bertahap prosesnya. Dan dibawah ini gambar Coal Feeder:

23
Gambar 3.4. Skema Coal Feeder

Gambar 3.5. Coal Feeder di PLTU Rembang

3.2.5. Mill (Pulverizer)

Pulverizer atau juga disebut mill berfungsi untuk menggiling


atau menghancurkan batubara menjadi ukuran yang kecil menjadi
ukuran serbuk untuk memudahkan adalah proses pembakarannya.
Karena batubara itu sulit untuk terbakar sehingga dibuat serbuk
untuk mempermudahkan dalam proses pembakaran. Di mill batubara
digiling menjadi serbuk batubara dengan Grinding Roll. Dan hasil
dari mill berupa serbuk batubara ditiup udara udara panas bertekanan
dari Primary Air Fan (PA Fan) menuju boiler untuk proses

24
pembakaran. Dan sisa gilingan yang berupa batu dan batubara yang
jelek kemudian dibuang melalui scraper.

Gambar 3.6. Mill pada PLTU Rembang

25
Gambar 3.7. Skema Mill/ Pulverizer

Bagian-Bagian Mill/Pulverizer :

a. Lube Oil Sistem


Berfungsi untuk mensirkulasi oli pendingin
bearing.
b. Sealing Air Fan
Berfungsi untuk melindungi innerpart supaya
serbuk batubara tidak masuk ke innerpart mill seperti pada
spring mill. Sealing Air Fan (SA Fan) mengambil udara
dari Primary Air Fan (PA Fan) pada cool air.
c. Innerting Steam
Berfungsi untuk menurunkan suhu didalam mill
supaya tidak terjadi ledakan.
d. Scrapper
Berfungsi untuk membuang Pyrite ( batubara sisa
penggilingan).

26
e. Grinding
Berfungsi untuk menggiling batu bara dari Coal
Feeder.
f. Heat Exchanger
Berfungsi untuk mendinginkan oli dari lube oil
supaya tidak teruapkan.
g. Bowl
Berfungsi untuk wadah/tempat menggiling batu
bara.

3.2.6. APH (Air Preheater)

Berfungsi untuk memanaskan udara pembakaran untuk supply


boiler yaitu udara dari Primary Air Fan (PA Fan) dan Forced Draught
Fan (FD Fan). Disini juga untuk lewat udara hasil pembakaran dari
boiler yang dihisap oleh Induced Draught Fan (ID Fan) yang
berfungsi sebagai pemanas udara Primary Air Fan (PA Fan) dan
Forced Draught Fan (FD Fan).

Gambar 3.8. Skema Air Pre Heater

27
Bagian-bagian pada Air Preheater yaitu :

a. Plat Berjajar Didalam Air Pre Heater (APH)


Berfungsi sebagai menyerap panas dari udara hasil
pemanasan boiler supaya panasnya merata.
b. Motor Penggerak
Berfungsi sebagai menggerakkan plat-plat yang ada
di Air Pre Heater (APH) supaya penyerapan panas merata
dan motor bergerak dengan kecepatan 4 Rpm.

3.2.7. Wind Box

Berfungsi untuk menampung udara pembakaran dari Forced


Draught Fan (FD Fan) dan mengatur jumlah udara yang masuk ke
boiler melalui Furnace Boiler.

Gambar 3.9. Wind Box pada PLTU Rembang

28
3.2.8. PA Fan (Primary Air Fan)

Berfungsi untuk supply udara primer ke boiler dan juga untuk


meniupkan serbuk batubara dari mill ke furnace boiler sebagai bahan
bakar pembakaran. Dan Primary Air Fan (PA Fan) di by pass
menjadi dua bagian yaitu menjadi cooling air fan dan hot air fan.
Yang hot air fan masuk terlebih dahulu masuk ke Air Pre Heater
(APH). Setelah keluar dari Air Pre Heater hot air fan di mix dengan
cool air fan selanjutnya diteruskan ke mill untuk meniupkan serbuk
batubara ke furnace boiler. Cool air fan di mix dengan hot air fan
supaya tidak terjadi combusting di mill karena udara terlalu panas.

Gambar 3.10. Primary Air Fan (PA Fan)

29
Bagian-bagian pada Primary Air Fan (PA Fan) yaitu :

a. Lube Oil Circulation Sistem


Berfungsi sebagai sistem untuk mendinginkan /
mensirkulasi oli pendingin bearing.
b. Filter udara

Berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk ke


Primary Air Fan agar sampah tidak ikut masuk kedalah
Primary Air Fan (PA Fan).

c. Heat Exchanger
Berfungsi sebagai mendinginkan oli dari lube oil
supaya tidak teruapkan.
d. Motor
Berfungsi untuk menarik udara atmosfir untuk
supply udara pembakaran boiler dan juga untuk meniupkan
serbuk batu bara yang sebelumnya sudah digiling terlebih
dahulu di mill.

3.2.9. FD Fan (Forced Draught Fan)

Berfungsi sebagai supply udara pembakaran yang sekunder,


sebelum digunakan sebagai udara pembakaran udara dari atmosfir
kemudian dihisap oleh Forced Draught Fan (FD Fan) masuk ke Air
Pre Heater (APH) dahulu. Di Air Pre Heater, udara dari Forced
Draught Fan (FD Fan) dipanaskan terlebih dahulu setelah itu mask
ke Wind Box dahulu untuk ditampung dahulu. Kemudian disalurkan
ke furnace boiler digunakan sebagai udara pembakaran.

30
Gambar 3.11. Forced Draught Fan(FD Fan)

Bagian-bagian pada Forced Draught Fan (FD Fan) yaitu :

a. Hidraulic Oil Sistem


Berfungsi sebagai sistem hidraulic untuk moving
blade. Untuk mengatur besarnya udara dari atmosfir
masuk kedalam.
b. Heat Exchanger
Berfungsi untuk mendinginkan oli dari lube oil
supaya oli tidak teruapkan.

31
c. Hidraulic
Berfungsi untuk membuka menutup blade yang
digerakkan oleh motor untuk mengatur jumlah udara yang
masuk untuk udara pembakaran pada boiler.

3.2.10. ID Fan(Induced Draught Fan)

Berfungsi untuk menghisap udara hasil pembakaran dari


boiler. Tetapi udara hasil pembakaran dari boiler dimanfaatkan
terlebih dahulu di ekonomiser dan juga Air Pre Heater (APH) yang
berguna untuk memanaskan udara pembakaran yang akan masuk ke
boiler. Setelah itu baru udara yang keluar dari Air Pre Heater
dilewatkan Elektro Static Precipitator (ESP) baru setelah itu dibuang
ke udara melalui Stack/Cerobong.

Gambar 3.12. Induced Draught Fan pada PLTU Rembang

3.2.11. ESP (Elektro Static Precipitator)

Elektro Static Precipitator berfungsi sebagai menangkap


debu-debu hasil pembangkaran (Fly Gas) dengan teknik
pengumpulan elektrostatik. Dengan memberikan muatan negative
pada partikel-partikel debu yang dilakukan oleh suatu elektroda

32
pemberi muatan negatif (Negative Discharge Elektrode) yang
kemudian partikel ini ditarik oleh suatu elektroda pengumpul yang
bermuatan positif (Positive Collector Electode) yang kemudian
dirontokkan jatuh ke hopper dengan cara Rapping (dipukul dan
digetarkan) atau dengan cara washing (dicuci dengan air), sehingga
diharapkan gas buang lebih bersih dan cukup aman untuk dibuang
melalui Stack/Chimney, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 3.13. Proses Elektrosasi

33
Gambar 3.14. Elektro Static Precipitator (ESP)

3.2.12. Fly Ash Silo

Berfungsi menanmpung debu hasil pembakaran dari Elektro


Static Precipitator (ESP) dengan air compresor. Setelah debu hasil
pembakaran terkumpul biasanya di ambil oleh perusahaan lain untuk
dimanfaatkan kembali seperti campuran semen.

Gambar 3.15. Fly Ash Silo

34
3.2.13. SSC

Berfungsi untuk menampung abu berat (Bottom Ash) yang


turun langsung dari hasil pembakaran di boiler. SSC ini berada
dibawah boiler untuk menampung bottom ash langsung dari boiler
dan kemudian baru di tampung ke Bottom Ash Silo.

Gambar 3.16. SSC

3.2.14. Bottom Ash Silo

Berfungsi untuk menampung abu berat hasil pembakaran


kemudian baru di buang ke penampungan abu.

Gambar 3.17. Boottom Ash Silo

35
3.2.15. Stack (Cerobong)

Berfungsi untuk membuang Flue Gas hasil pembakaran,


setelah dibersihkan di Elektro Static Precipitator (ESP) baru dibuang
ke Atmosfir. Pembuangan Flue Gas ini masih dibantu oleh Induced
Draft Fan yang terletak tepat disamping Stack guna mempermudah
Dispersi penyebaran gasnya dan juga untuk mengurangi penyebaran
limbah ke sekitar.

Gambar 3.18. Stack/Cerobong

36
3.3. Siklus Pembakaran pada PLTU Rembang

3.3.1. Siklus pembakaran pada PLTU Rembang Saat Start Up

Pada proses start up / memulai produksi untuk menggerakkan


turbin Proyek PLTU Rembang menggunakan High Speed Diessel
(HSD) dalam proses pembakarannya. Pertama bahan bakar High
Speed Diessel(HSD) dari HSD Tank dialirkan menuju furnace Boiler
menggunakan pompa bahan bakar. Setelah itu bahan bakar High
Speed Diesel (HSD) disemprotkan menggunakan Oil Gun untuk
proses pembakaran. Setelah panas sudah mencukupi dan juga sudah
siap untuk pergantian dengan batubara baru diganti. Proses
perpindahannya dengan cara menarik satu persatu oil gun dari
furnace boiler dan diganti secara perlhan dengan batubara yang
ditiupkan oleh Primary Air Fan (PA Fan). Mengapa menggunakan
High Speed Diessel (HSD) pada saat Start Up karena bahan bakar
High Speed Diessel (HSD) ini mudah untuk terbakar dengan cepat
karena hanya membutuhkan bahan bakar High Speed Diessel (HSD),
udara yang bertekanan dan pematik/pemicu api. Pada proses Start Up
pada PLTU Rembang ataupun PLTU lainnya prosesnya hampir terjadi
minimal samapi 8 jam itu yang paling tercepat dan paling lama sampai
2 hari itu hanya untuk proses Start Up.

3.3.2. Siklus Pembakaran Lanjutan Menggunakan Batubara

Siklus pembakaran menggunakan bahan bakar batubara ini


digunakan setelah pada start up selesai dan menghasilkan panas yang
cukup untuk pembakan menggunakan batubara. Pertama batubara dari
coal yard atau penampungan sementara dari tongkang atau jetty.
Kemudian dengan conveyor di supplykan ke coal bunker diteruskan
ke coal feeder untuk mengatur besarnya batubara yang akan digiling
di mill. Di mill batu bara digiling menggunakan Grinding Roll

37
menjadi serbuk batu bara untuk bahan bakar lanjutan setelah proses
Start Up menggunakan bahan High Speed Diessel (HSD). Setelah
digiling dan menjadi serbuk batu bara kemudian ditiup oleh Primary
Air Fan (PA Fan) menuju ke furnace boiler.

Untuk proses pembakaran di boiler menggunakan batubara tidak


bisa secara langsung di masukkan secara sekaligus karena sifat
batubara tidak bisa terbakar secara langsung walaupun dibakar dengan
api. Karena batubara membutuhkan panas yang cukup besar supaya
bisa terbakar. Proses pembakarannya dengan cara High Speed Diessel
(HSD) yang disemprotkan oleh Oil Gun ditarik satu dahulu diganti
dengan serbuk batu bara yanng ditiupkan oleh Primary Air Fan (PA
Fan). Apabila setelah dimasukkan panasnya turun kita menunggu dulu
sampai panasnya terpenuhi dahulu baru selanjutnya Oil Gun
selanjutnya ditarik dari Furnace Boiler diganti dengan bahan bakar
batubara dan begitu seterusnya.

3.3.3. Sistem Penanganan Gas Hasil Pembakaran

Hasil pembakaran di boiler menghasilkan udara hasil


pembakaran dan Bottom Ash. Untuk penanganan Bottom Ash pada
PLTU Rembang ada penampung dibawah Boiler yang bernama SSC
yang berfungsi untuk mendinginkan abu hasil pembakaran dengan
cara di spray air abunya dan kemudian baru di tampung dulu ke
Bottom Ash Silo dan setelah itu baru di buang Bottom Ash Storage.

Sedangkan untuk penanganan gas hasil pembakarannya pada


PLTU Rembang ada Elektro Static Precipitator (ESP) yang berfungsi
menangkap debu-debu hasil pembakaran (Fly Ash) dengan sistem
elektrosasi. Udara hasil pembakaran ini dihisap oleh Induced Draught
Fan (ID Fan) kemudian dimanfaatkan terlebih dahulu untuk
memanaskan kembali uap di ekonomiser dan juga memanaskan udara
pembakaran untuk pembakaran pada Boiler di Air Pre Heater (APH)

38
setelah itu baru ke Elektro Static Precipitator (ESP). Di Elektro Static
Precipitator (ESP) udara hasil pembakaran di elektrosasi dengan cara
mengalirkan aliran arus listrik disepanjang plat besi supaya debu-debu
hasil pembakaran (Fly Ash) menempel pada dinding-dinging plat
datar tersebut dan gas-gas yang tidak mengandung debu itu keluar
melalui Stack / Cerobong dengan di dibantu dengan Induced Draught
Fan (ID Fan).

Gambar 3.19. Proses Elektrosasi

Sedangkan debu-debu (Fly Ash) yang menempel pada dinding-


dinding plat datar pada Elektro Static Precipitator (ESP) kemudian di
rontokkan dan jatuh ke hopper dengan cara di Rapping (dipukul
ataupun digetarkan). Setelah jatuh ke Hopper kemudian di tiupkan
udara dengan Air Compressor menuju ke Fly Ash Silo. Debu-debu sisa
hasil pembakaran ini kemudian dimanafaatkan oleh perusahaan semen
untuk bahan campuran semen.

39
BAB IV

KESIMPULAN / RINGKASAN

4.1. Kesimpulan

Dari uraian materi dan observasi selama Praktek Kerja Lapangan


dapat disimpulkan :

1. Pada PLTU Rembang menggunakan dua siklus pembakaran yaitu


siklus pembakaran Start Up menggunakan High Speed Diessel (HSD)
dan siklus pembakaran Sekunder dengan menggunakan batu bara.
2. Proses penanganan limbah gas menggunakan proses elektrosasi.
3. Untuk kapasitas PLTU Rembang membangkitkan daya sebesar 630
MW.

4.2. Saran

Selama melaksanakan praktek kerja lapangan industri kurang lebih


3 minggu di PLTU Rembang penulis mendapatkan banyak pengalaman
dan pengetahuan baru, maka demi kemajuan bersama penulis ingin
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Untuk dapat mengetahui dan mengamati dengan cepat dan akurat


proses yang terjadi dilapangan, diperlukan akses data-data dan sumber
informasi, sehingga akan menghasilkan sistem operasi yang tepat.
2. Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, perlu dilakukan
pengecekan pada alat yang digunakan pada unit desalinasi, sehingga
tidak terjadi kekeliruan yang tidak diinginkan.

40

Anda mungkin juga menyukai