Anda di halaman 1dari 17

Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Pemerintah Indonesia:

Apakah Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Meningkat?


Asaprima Putra Karunia, Payamta, Sutaryo.

Abstrak: Makalah ini berupaya untuk menemukan bukti pelaksanaan akuntansi akrual dalam
pemerintah daerah di Indonesia. Buktinya diperoleh dari kualitas laporan keuangan yang
diterbitkan oleh pemerintah daerah di Indonesia. Laporan keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan yang diterbitkan dari tahun 2007 hingga 2016 oleh
pemerintah daerah di Indonesia, termasuk provinsi, kota, dan kabupaten. Sebanyak 5.080
laporan keuangan digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan peraturan tersebut, laporan
keuangan yang diterbitkan antara tahun 2007 dan 2013 diterbitkan berdasarkan standar
akuntansi Cash Toward Accrual. Laporan keuangan yang diterbitkan sejak 2014 dan seterusnya
menggunakan standar akuntansi akrual penuh. Dari 5.080 laporan keuangan tersebut, ada 3.515
laporan keuangan yang diterbitkan menggunakan basis Cash Toward Accrual (CTA), dan 1.565
laporan keuangan yang menggunakan basis akrual. Penelitian ini menggunakan pengujian
Mann-Whitney sebagai teknik analisis. Penelitian ini menemukan bahwa laporan keuangan
berbasis akrual memiliki perbedaan yang signifikan dalam kualitas total, relevansi, reliabilitas,
dan nilai yang dapat dipahami dibandingkan dengan laporan keuangan berbasis CTA. Penelitian
ini juga menemukan bahwa kualitas laporan keuangan meningkat setiap tahun. Meskipun telah
terjadi peningkatan, peningkatan tersebut belum dimaksimalkan. Pemerintah daerah harus
berusaha untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan mereka sehingga transparansi dan
akuntabilitas yang disampaikan oleh pemerintah daerah dimaksimalkan.

Intoduction

Indonesia seperti pemerintah lain di dunia telah melakukan gerakan besar dalam dua dekade
terakhir dalam hal manajemen keuangan mereka. Perubahan besar ini adalah dalam bentuk
perubahan dalam standar akuntansi yang digunakan dalam manajemen keuangan mereka, dari
akuntansi berbasis kas ke akuntansi berbasis akrual (Carlin, 2003). Perubahan ini terjadi tidak
hanya di tingkat pemerintah pusat tetapi juga di tingkat pemerintah daerah. Gerakan ini terjadi
seiring dengan adaptasi Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional (IPSAS) oleh negara-
negara di dunia.Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional yang merupakan sistem berbasis
akrual kemudian menjadi dasar untuk pengembangan berbasis akrual dalam akuntansi sektor
publik. Gerakan atau reformasi yang terjadi di pemerintahan di dunia dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas publik (Pilcher, 2005).
Informasi yang dihasilkan oleh standar akuntansi berbasis akrual dianggap lebih unggul
dibandingkan dengan standar berbasis kas karena informasi akrual dianggap lebih mampu
memberikan gambaran yang akurat tentang semua pembiayaan dan penyediaan layanan.
Informasi akrual juga dianggap lebih mampu meningkatkan akuntabilitas pemerintah (Carlin,
2005; Guthrie, 1998). Keunggulan basis akrual dibandingkan dengan basis kas dapat dijelaskan
dalam beberapa aspek. Aspek-aspek ini termasuk transparansi, efisiensi, relevansi, dan
akuntabilitas.

Pemerintah daerah sebagai pengelola kekayaan di daerah tentu memiliki kewajiban untuk
memberikan bentuk pertanggungjawaban dan transparansi kepada masyarakat untuk
memastikan terjadinya pemerintahan yang baik (Thoha, 1999: 55-56). Salah satu bentuk
akuntabilitas dan transparansi yang wajib diterbitkan oleh pemerintah daerah adalah bentuk
laporan keuangan pemerintah daerah. Kewajiban pemerintah daerah untuk mempublikasikan
laporan keuangan dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Penyajian laporan
keuangan diharapkan dapat memberikan gambaran umum dari semua kegiatan, dan
penyediaan layanan publik yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah.

Laporan keuangan yang diterbitkan menggunakan basis akrual dianggap dapat memberikan
transparansi yang lebih baik dibandingkan dengan laporan keuangan yang diterbitkan
menggunakan basis kas (Likierman, 2000). Penerapan standar akuntansi berbasis akrual juga
dipertimbangkan untuk meningkatkan kinerja pemerintah, terutama dalam hal efisiensi alokasi
anggaran (Bastida & Benito, 2007). Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan berbasis
akrual dianggap lebih relevan daripada laporan keuangan berbasis kas (Paulsson, 2006).
Keunggulan yang dijelaskan dalam paragraf ini menunjukkan bahwa penerapan akuntansi
berbasis akrual dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Implementasi sistem akuntansi berbasis akrual kepada pemerintah daerah di Indonesia


dilakukan bersamaan dengan penerbitan Standar Akuntansi Pemerintahan yang tercantum
dalam Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010. Penerbitan standar tersebut menandai
dimulainya penerapan akuntansi berbasis akrual di dalam pemerintah daerah di Indonesia.
Standar akuntansi menyatakan bahwa dasar akuntansi akrual digunakan dalam pengakuan
pendapatan, pengeluaran, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam standar ini, dasar akrual disebut
sebagai dasar di mana semua transaksi yang mempengaruhi posisi pendapatan, pengeluaran,
aset, kewajiban, dan ekuitas diakui pada saat transaksi atau ketika peristiwa itu memiliki efek
pada keuangan pemerintah daerah .

Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan bukti empiris tentang keberhasilan
implementasi akuntansi berbasis akrual di pemerintah daerah di Indonesia. Penerapan
akuntansi berbasis akrual dapat dikatakan berhasil jika implementasi tersebut dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah (Pilcher,
2005). Peningkatan kualitas laporan keuangan dalam makalah ini adalah peningkatan dalam
bentuk karakteristik kualitatif seperti yang dijelaskan oleh Standar Akuntansi Pemerintah
Indonesia yang berasal dari Statement of Financial Accounting Consepts No. 2. Karakteristik ini
adalah relevansi, dapat diandalkan, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. (FASB, 1980;
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005; Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010).

Penelitian sebelumnya yang mempelajari penerapan akuntansi akrual di pemerintah daerah di


Indonesia tidak memberikan bukti yang jelas tentang dampak adaptasi akuntansi akrual di
tingkat pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan oleh McLeod dan Harun (2014) hanya
membahas latar belakang, sifat, dan tantangan implementasi akuntansi akrual dalam
pemerintah daerah di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Harun, Van Peursem dan
Eggleton (2012) hanya mempelajari bagaimana dan mengapa sistem akuntansi akrual diadopsi
pemerintah di Indonesia. Makalah ini juga membahas bagaimana sistem akuntansi akrual telah
diterapkan di pemerintah daerah di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Harun dan Kamase (2012) hanya membahas bagaimana
akuntansi akrual telah digunakan oleh pemerintah di Indonesia terutama di pemerintah tingkat
provinsi. Penelitian ini juga membahas bagaimana penerapan akuntansi akrual di Indonesia
berbeda dari penerapan akuntansi akrual yang dilakukan oleh pemerintah Australia. Penelitian
ini tidak memberikan bukti pasti tentang dampak penerapan akuntansi akrual di pemerintah
Indonesia. Serupa dengan penelitian tersebut, penelitian oleh Harun, An dan Kahar (2013) juga
tidak memberikan bukti yang tepat tentang implementasi akrual yang dilakukan dalam
pemerintah daerah di Indonesia. Penelitian ini hanya membahas tantangan yang dihadapi oleh
Pemerintah Indonesia dalam implementasi akrual.

Penelitian yang dapat memberikan bukti yang jelas tentang dampak penerapan akuntansi
berbasis akrual dalam pemerintah daerah di Indonesia terbatas dan sangat sulit ditemukan.
Penelitian sebelumnya dilakukan hanya membahas tantangan atau cara akuntansi akrual sedang
dilaksanakan. Penelitian ini mencari jawaban apakah penerapan akuntansi berbasis akrual di
dalam pemerintah daerah Indonesia dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang
diterbitkan oleh pemerintah daerah di Indonesia dibandingkan dengan kualitas laporan
keuangan sebelum penerapan akuntansi berbasis akrual ?

Sangat menarik untuk menyelidiki apakah penerapan akuntansi berbasis akrual pada
pemerintah daerah mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan. Penerapan akuntansi
berbasis akrual di dalam pemerintah daerah di Indonesia dapat dikatakan berhasil jika aplikasi
itu mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan, karena diyakini bahwa penerapan
akuntansi berbasis akrual di dalam pemerintah daerah akan memberikan hasil maksimal.
informasi yang relevan, dapat diandalkan, dapat dibandingkan, dan berguna (Komite Sektor
Publik, 2002). Laporan keuangan yang berkualitas baik merupakan faktor penting bagi publik
karena laporan keuangan adalah salah satu media yang digunakan oleh pemangku kepentingan
publik di wilayah ini dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat sebagai salah satu
pembuat keputusan akan dapat membuat keputusan yang lebih baik jika mereka disajikan
dengan laporan keuangan yang berkualitas baik (Mardiasmo, 2005). Peningkatan kualitas
laporan keuangan yang terjadi di pemerintah daerah memicu pengambilan keputusan yang
lebih efektif dan efisien oleh pengguna laporan keuangan. Keputusan yang lebih efektif dan
efisien yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan menunjukkan peningkatan akuntabilitas
dan transparansi publik (Connolly & Hyndman, 2006). Peningkatan akuntabilitas dan
transparansi ini adalah tujuan akhir yang harus dipenuhi oleh setiap pemerintah daerah.

Penelitian ini akan membawa sesuatu yang baru yang belum pernah dilakukan dalam penelitian
sebelumnya. Penelitian ini akan membawa beberapa bukti tentang dampak implementasi
akuntansi berbasis akrual dalam pemerintah daerah di Indonesia. Sulit untuk menemukan studi
sebelumnya yang dapat memberikan beberapa bukti tepat yang dapat menjelaskan dampak
adaptasi akuntansi berbasis akrual dalam pemerintah daerah di Indonesia. Dengan demikian, ini
akan memberikan beberapa wawasan baru tentang penerapan akuntansi berbasis akrual dalam
pemerintah daerah di Indonesia. Penelitian ini juga dapat membawa beberapa perspektif baru
tentang penerapan akuntansi berbasis akrual oleh pemerintah daerah, apakah ini benar-benar
langkah yang baik? atau itu hanya membawa kompleksitas baru kepada pemerintah daerah?

Literature Review and Hypotheses Development

New Publick Management in Public Sector

Manajemen Publik Baru (NPM) telah diperkenalkan ke sektor publik sejak akhir 1970 (Cohen,
Duberley, & McAuley, 1999). Gerakan ini berjanji untuk meningkatkan layanan publik dengan
memasukkan beberapa manajemen 'seperti bisnis' ke sektor publik (Diefenbach, 2009). Tujuan
utama NPM adalah untuk memberikan orientasi baru ke sektor publik. Orientasi baru ini akan
memberikan beberapa perubahan pada cara sektor publik beroperasi (Hoggett, 1996).

Salah satu reformasi yang dibawa oleh gerakan ini adalah dalam bentuk adaptasi akuntansi
berbasis akrual dalam sektor publik (Adhikari & Mellemvik, 2011). Gerakan ini diharapkan dapat
membawa peningkatan menuju efisiensi, efektivitas, daya tanggap, dan akuntabilitas untuk
sektor publik (Pilcher, 2005). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa NPM adalah salah satu
tindakan pemicu yang menyebabkan penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintah
daerah.

Accounting Standard Development in Indonesian Local Government


Administrasi keuangan di Indonesia dimulai setelah kemerdekaan pada tahun 1945. Manajemen
keuangan pada masa awal kemerdekaan dilakukan dengan mengadopsi sistem keuangan
pemerintah kolonial Belanda, yaitu Indische Comptabiliteitswet staatsblad 448, 1925. Peraturan
yang mengatur manajemen dan akuntabilitas manajemen keuangan pemerintah. Manajemen
keuangan sesuai dengan aturan ini diimplementasikan menggunakan cash basis.

Pemerintah daerah sesuai dengan aturan ini tidak melakukan proses penganggaran. Proses
penganggaran dilakukan oleh pemerintah pusat sehingga pemerintah daerah hanya perlu
melakukan kegiatan pemerintah sesuai dengan anggaran yang telah dibuat oleh pemerintah
pusat. Hal yang sama juga terjadi dalam proses akuntabilitas. Pemerintah daerah tidak perlu
menyiapkan laporan keuangan, mereka hanya perlu memberikan catatan tentang penggunaan
anggaran kepada pemerintah pusat.

Peraturan mengenai pengelolaan keuangan negara mengalami perubahan yang signifikan pada
tahun 2003. Pemerintah Indonesia pada saat itu sedang melakukan reformasi dan reformasi
besar di berbagai sektor termasuk dalam manajemen keuangan pemerintah. Periode ini sering
disebut sebagai era pasca reformasi yang terjadi pada tahun 1998. Pemerintah Indonesia
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Reformasi manajemen keuangan yang dimulai pada tahun 2003 mengarah pada pembentukan
komite standar akuntansi pemerintah. Tugas komite ini adalah menyusun standar akuntansi
yang akan digunakan oleh pemerintah, terutama pemerintah daerah.

Ketiga undang-undang tersebut mengatur tata kelola keuangan dan akuntabilitas untuk
manajemen keuangan di Indonesia. Aturan mengenai tata kelola keuangan secara lebih rinci
dijelaskan dalam bentuk Standar Akuntansi Pemerintahan yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah No. 24 tahun 2005. Standar tersebut menyatakan bahwa dasar yang digunakan
dalam pengakuan pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan adalah basis kas. Dasar yang
digunakan dalam mengakui aset, kewajiban, dan ekuitas adalah dasar akrual. Dasar yang
digunakan dalam standar-standar ini sering merujuk pada cash basic toward acrual. Standar ini
mulai berlaku pada tahun fiskal 2005. Penerapan standar ini bersifat sementara sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2003. Penerapan standar ini berlaku selama
5 tahun sejak diberlakukan.

Perubahan berikutnya dalam standar akuntansi pemerintah terjadi pada tahun 2010 dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 71 pada tahun 2010. Peraturan tersebut
memperbaharui standar akuntansi yang digunakan oleh pemerintah daerah. Standar ini
dimaksudkan untuk menggantikan standar sebelumnya. Standar ini berbasis akrual penuh.
Standar ini mulai berlaku pada tahun anggaran 2010, tetapi bagi pemerintah daerah diberikan
waktu untuk dapat menerapkan cash toward acrual hingga tahun fiskal 2013. Dimulai dengan
tahun fiskal 2014, pemerintah daerah diwajibkan untuk menggunakan sistem berbasis akrual
penuh dalam menyusun laporan keuangan. Penerbitan peraturan ini menjadi titik awal untuk
penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintah daerah di Indonesia. Penerapan akuntansi
berbasis akrual penuh untuk pemerintah daerah di Indonesia dimulai pada tahun fiskal 2014.

Kualitas Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen keuangan pastinya
memiliki kualitas yang baik. Kualitas yang baik dimaksudkan untuk menghasilkan laporan
keuangan yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pengguna laporan keuangan (Efendi,
Darwanis, & Abdullah, 2017). Laporan keuangan berkualitas baik juga menjamin kualitas
informasi yang dihasilkan dari laporan itu (Cohen, Krishnamoorthy, & Wright, 2004). Satu
bentuk yang bisa menjamin realisasi kualitas laporan keuangan adalah mewujudkan karakteristik
kualitatif laporan keuangan (Cohen et al., 2004).
Jonas dan Blanchet (2000) berpendapat bahwa pengukuran laporan keuangan kualitas harus
komprehensif dan harus dapat membantu setiap pemangku kepentingan dan pengguna laporan
keuangan untuk menilai kualitas laporan keuangan. Berdasarkan pemikiran ini, Jonas dan
Blanchet (2000) mengembangkan kerangka tentang bagaimana caranya mengukur laporan
keuangan (gambar 1). Kerangka kerja ini berasal dari FASB karakteristik kualitatif dari kerangka
kerja informasi keuangan. Usulan baru framework memberikan penekanan pada setiap pengguna
laporan keuangan, tidak hanya pada kepentingan pemegang saham / investor. Kerangka kerja ini
kemudian digunakan oleh Beest, Braam, & Boelens (2009) sebagai dasar berpikir untuk
mengembangkan pengukuran dan langkah operasionalisasi kualitas laporan keuangan. Model ini
kemudian digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas laporan keuangan.
Gambar 1 Kerangka Pengukuran Kualitas Laporan Keuangan

Sumber: Jonas and Blanchet (2000), p.

Standar Akuntansi Pemerintah menyatakan bahwa karakteristik kualitatif adalah sebuah


pengukuran yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah dalam proses menyiapkan laporan
keuangan. Karakteristik kualitatif ini merujuk pada Pernyataan Konsep Akuntansi Keuangan No.
2 FASB (1980). Ini karakteristiknya relevan, dapat diandalkan, dapat dibandingkan, dan dapat
dimengerti. Informasi relevansi adalah informasi yang dapat memengaruhi keputusan
berdasarkan mengevaluasi peristiwa masa lalu, kondisi saat ini, dan prediksi di masa depan
(Jonas & Blanchet, 2000). Informasi yang relevan juga berarti kemampuan informasi menjadi
digunakan sebagai pengambilan keputusan dan dapat dikaitkan dengan tujuan pengguna (Ghosh
& Tang, 2015). Karakteristik ini dapat diukur nilai prediktif, nilai umpan balik, konsep
kelengkapan, dan garis waktu. Nilai prediksi berarti kemampuan informasi tentang penghasilan
masa lalu untuk memprediksi pendapatan masa depan (Schipper & Vincent, 2003). Nilai
prediktif juga berarti nilai yang dapat digunakan untuk menghasilkan sebuah perkiraan (Bartov
& Mohanram, 2004). Item pengukuran kedua adalah umpan balik-nilai. Nilai umpan balik berarti
bahwa setiap informasi yang dapat mengkonfirmasi atau mengubah harapan berdasarkan
evaluasi sebelumnya (Jonas & Blanchet, 2000). Informasi juga harus lengkap dan tepat waktu
tersedia bagi pengguna untuk dikatakan informasi yang relevan (Burgstahler, Hail, & Leuz,
2004).

Informasi yang dapat dipercaya adalah kemampuan informasi untuk memberikan keyakinan
bahwa informasi itu benar (Suwardjono, 2013: 171). Keandalan informasi dapat diartikan
sebagai informasi yang bebas dari salah saji material yang bisa mempengaruhi keputusan.
Karakteristik yang andal dapat diukur menggunakan konsep tersebut verifikasi, netralitas dan
presentasi jujur (Dechow & Dichev, 2002). Verifikasi berarti informasi dapat diverifikasi dan
bebas dari bias bahwa informasi itu dapat digunakan sebagai argumen yang valid dari perkiraan
yang dihasilkan (Maines & Wahlen, 2006). Konsep netralitas adalah tentang keseimbangan dan
objektivitas dari informasi yang disediakan dalam laporan keuangan. Konsep ini terkait erat
dengan konsep presentasi yang jujur. Sepotong informasi itu netral terkait dengan kejujuran
informasi (Holland, 1999). Keuangan pernyataan yang dipublikasikan dengan setia dapat
diwakili oleh audit yang tidak memenuhi syarat laporan (Kim, Simunic, Stein, & Yi, 2011), di
mana laporan audit yang tidak memenuhi syarat dapat memberikan jaminan bagi pengguna
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material (McMullen, 1996).

Laporan keuangan yang baik harus dapat dibandingkan dengan pernyataan keuangan dari entitas
yang sama dalam periode yang berbeda dan dibandingkan dengan yang lain entitas serupa.
Informasi yang sebanding tentu akan memberikan gambaran yang lebih baik kinerja dan
pencapaian entitas-entitas ini (Sean, 1999). Laporan keuangan yang baik juga harus mudah
dipahami sehingga menjadi pengguna keuangan memahami isi dan informasi yang terkandung
dalam laporan. Laporan yang mudah dipahami juga dapat mengurangi kemungkinan
kesalahpahaman dari isi laporan.

Pemerintah memiliki kewajiban untuk menyiapkan laporan keuangan yang memenuhi semua
karakteristik kualitatif dari laporan keuangan. Kewajiban untuk memenuhi ini karakteristik
kualitatif dimaksudkan agar pengguna jasa keuangan mendapatkan informasi yang akurat
sehingga mereka dapat mengambil keputusan dengan tepat sesuai dengan informasinya.
Pemenuhan karakteristik ini adalah satu manifestasi dari memberikan transparansi publik.
Laporan keuangan disusun yang dapat memenuhi karakteristik kualitatif ini dapat menjamin
bahwa informasi yang terkandung dalam laporan ini baik dari segi kualitasnya.
Dampak Akuntansi Akrual pada Kualitas Laporan Keuangan

Perubahan dalam standar akuntansi dari awalnya menggunakan akuntansi berbasis kas untuk
akuntansi berbasis akrual memiliki beberapa tujuan. Tujuan-tujuan ini, antara yang lain,
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas informasi yang disajikan kepada masyarakat dan
pemangku kepentingan publik, serta untuk membuat masyarakat lebih baik memahami anggaran
dan pengeluaran yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan publik (Caperchione, 2003).
Perubahan pada standar ini dapat dikatakan sebagai suatu bentuk peningkatan akuntabilitas
publik dan transparansi yang dilakukan oleh daerah pemerintah.

Penerapan akuntansi berbasis akrual dapat meningkatkan transparansi pemerintah daerah karena
akuntansi akrual memberikan lebih rinci informasi kepada publik, walaupun untuk dapat
memahami informasi membutuhkan sedikit latihan (Pina, Torres, & Yetano, 2009). Ketersediaan
informasi yang lebih rinci adalah keuntungan dari akuntansi berbasis akrual. Itu informasi yang
tersedia untuk komunitas akan lebih bermanfaat jika informasi tersebut berasal dari sumber
berkualitas baik. Satu sumber informasi tersedia untuk publik adalah laporan keuangan
pemerintah daerah. Kualitas laporan ini harus dijaga agar kualitas informasi yang dihasilkan dari
ini laporan juga dijamin. Sepotong informasi berkualitas baik dapat memastikan yang baik
keputusan dibuat berdasarkan informasi tersebut (FASB, 1980; IASB, 2008).

Beberapa deskripsi ini menunjukkan bahwa akuntansi berbasis akrual yang diterapkan oleh
pemerintah daerah dapat mempengaruhi transparansi dan akuntabilitas untuk masyarakat.
Transparansi dan akuntabilitas sangat dipengaruhi oleh informasi yang disajikan oleh pemerintah
daerah. Standar akuntansi di Indonesia menyatakan bahwa pemerintah daerah memiliki
kewajiban untuk memberikan informasi dalam berupa laporan keuangan pemerintah daerah,
dimana laporan keuangan tersebut harus memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan. Ini
menarik untuk melihat apakah ada perbedaan dalam kualitas informasi yang disajikan oleh
pemerintah daerah sebelum penerapan akuntansi berbasis akrual dan setelah penerapan akuntansi
berbasis akrual. Berdasarkan penjelasan ini, hipotesis dapat dibentuk:

H 1 : Ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas laporan keuangan sebelumnya dan setelah
penerapan akuntansi berbasis akrual.
Salah satu karakter yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah dalam mempersiapkan laporan
keuangan relevan. Sepotong informasi dapat dikatakan relevan bagi pengguna laporan keuangan
jika informasi tersebut dapat memberikan sebuah gambaran masa depan pemerintah daerah (nilai
prediktif). Informasi yang relevan juga harus tepat waktu, memiliki nilai umpan balik, dan
lengkap. Akuntansi akrual dapat dikatakan meningkatkan nilai relevan dari laporan keuangan
karena akuntansi akrual dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Informasi itu
berdasarkan akuntansi berbasis akrual juga akan memiliki umpan balik dan prediksi yang lebih
baik nilai dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas.

Penerapan akuntansi berbasis akrual juga dinilai lebih andal bila dibandingkan dengan akuntansi
berbasis kas (Carlin, 2005). Laporan keuangan dihasilkan oleh akuntansi berbasis akrual
dianggap lebih netral dan lebih mudah untuk memverifikasi. Asumsi bahwa ini adalah akuntansi
berbasis akrual yang lebih dapat diandalkan standar menarik untuk dipelajari lebih lanjut.
Laporan keuangan yang disusun menggunakan basis akrual juga dianggap lebih mudah untuk
dibandingkan dan dipahami.

Asumsi ini berasal dari kebiasaan pembaca laporan keuangan dalam membaca laporan keuangan
yang disajikan oleh perusahaan swasta. Kebiasaan ini dapat menyebabkan kecenderungan
pembaca laporan keuangan untuk berpikir bahwa akuntansi akrual akan mampu meningkatkan
keterbandingan dan pemahaman laporan keuangan.

Berdasarkan penjelasan ini, empat hipotesis dapat dibentuk:

H 2 : ada perbedaan signifikan dalam nilai yang relevan untuk keuangan pernyataan yang
disajikan sebelum dan sesudah implementasi berbasis akrual akuntansi.

H 3 : ada perbedaan signifikan dalam nilai yang dapat diandalkan untuk laporan keuangan
disajikan sebelum dan sesudah penerapan akuntansi berbasis akrual.

H 4 : ada perbedaan signifikan dalam nilai komparatif untuk keuangan pernyataan yang disajikan
sebelum dan sesudah implementasi berbasis akrual akuntansi.

H 5 : ada perbedaan yang signifikan dalam nilai-nilai pemahaman untuk keuangan pernyataan
yang disajikan sebelum dan sesudah implementasi berbasis akrual akuntansi.
Metode penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan beberapa bukti yang mampu menjelaskan apakah ada
perbedaan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia setelah penerapan
akuntansi berbasis akrual. Penelitian itu dilakukan terhadap kualitas laporan keuangan dari
pemerintah daerah di Indonesia diterbitkan antara 2007 dan 2016. Data yang digunakan dalam
makalah ini adalah diperoleh dari laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
termasuk Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota diterbitkan antara 2007 dan 2016.

laporan keuangan yang digunakan dalam makalah ini dalam laporan keuangan yang diaudit
diperoleh dari Dewan Audit Indonesia. Tidak setiap laporan keuangan dikeluarkan oleh
pemerintah daerah saat itu periode dapat digunakan sebagai sampel penelitian. Beberapa laporan
keuangan agak tidak lengkap atau tidak dapat ditemukan karena ada beberapa yang baru
didirikan pemerintah daerah dalam periode waktu itu. Ada sekitar 81 pemerintah daerah laporan
keuangan yang tidak lengkap atau tidak dapat ditemukan pada 2007. Di tahun 2008, ada 70
laporan keuangan yang tidak lengkap atau tidak dapat ditemukan. Dari tahun 2009 hingga 2012,
30 laporan keuangan tidak dapat ditemukan atau tidak lengkap. Ada 32 dan 27 laporan keuangan
yang tidak dapat ditemukan atau tidak lengkap pada 2013 dan 2014. Dari tahun 2015 hingga
2016, ada 26 laporan keuangan yang tidak bisa ditemukan atau tidak lengkap. Itu tidak dapat
ditemukan atau tidak lengkap secara finansial pernyataan dari dikecualikan dari pemilihan
sampel. Ringkasan singkat dari pemilihan sampel dapat dilihat pada Tabel 1.

Laporan keuangan yang disusun berdasarkan kas menuju berbasis akrual standar akuntansi
diwakili oleh laporan keuangan yang dikeluarkan sejak 2007 hingga 2013. Laporan keuangan
yang disusun menggunakan standar akrual terwakili oleh laporan keuangan disusun dari 2014
hingga 2016. Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
pemerintah daerah yang dimiliki telah diaudit oleh Dewan Audit Indonesia. Laporan keuangan
datang dari semua pemerintah daerah di Indonesia dari 2007 hingga 2016. pemerintah daearah
yang dimaksud adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintah kota.

Kualitas laporan keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan model
dikembangkan oleh Beest, Braam and Boelens (2009). Model ini mengukur kualitas laporan
keuangan sesuai dengan semua karakteristik kualitatif sebagai terkandung dalam standar
akuntansi pemerintah. Karakteristik yang relevan adalah diukur menggunakan konsep nilai
prediktif, nilai umpan balik, kelengkapan, dan ketepatan waktu. Karakteristik yang andal diukur
menggunakan konsep verifikasi, netralitas dan presentasi yang jujur. Karakteristik yang dapat
dimengerti adalah diukur menggunakan konsep dapat dimengerti. Karakteristik yang sebanding
adalah diukur menggunakan konsep konsistensi dan komparabilitas. Ini pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini karena pengukuran (kualitatif karakteristik) yang digunakan
dalam model ini diyakini mempengaruhi kualitas laporan keuangan (Barth, Landsman, & Lang,
2008; J. Cohen, Krishnamoorthy, & Wright, 2004). Operasionalisasi terperinci yang digunakan
dalam penelitian ini juga ditemukan menjadi fundamental dan meningkatkan karakteristik
kualitatif sejalan dengan hasil ditemukan oleh Bennett, Bradbury dan Prangnell (2006). Detail
operasionalisasi pengukuran kualitatif dapat dilihat pada Tabel 2.

Setiap karakteristik memiliki lima pengukuran terperinci yang kemudian diukur dengan
menggunakan skala penilaian lima poin. Hasil standar dihitung untuk setiap kualitatif
karakteristik (relevansi, dapat diandalkan, dapat dimengerti, dan dapat diperbandingkan) oleh
menambahkan skor pada item terkait dan membaginya dengan jumlah total item.

Nilai total kualitas diperoleh dengan rata-rata jumlah poin untuk semua karakteristik untuk setiap
laporan keuangan. Poin yang didapat dari hasil dari perhitungan ini kemudian digunakan dalam
pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis adalah dilakukan dengan menggunakan uji Mann-
Whitney. Titik yang dihasilkan oleh pengukuran tersebut dikategorikan ke dalam skala penilaian
lima poin. Menurut Jonas dan Blanchet (2000), skala penilaian lima poin dapat dikategorikan
sebagai berikut:

• Poin 4.00-5.00 berarti bahwa laporan keuangan memiliki Kualitas "baik"

Poin 3,00-3,99 berarti bahwa laporan keuangan memiliki kualitas "cukup baik"

• Poin 2,00-2,99 berarti bahwa laporan keuangan memiliki Kualitas "memadai"

• Poin 1,00-1,99 berarti bahwa laporan keuangan memiliki kualitas "rendah"


• 0,00-0,99 poin berarti bahwa laporan keuangan memiliki kualitas "buruk"

Tabel 2 Detail pengukuran karakteristik qualitatif

Relevance Reliable
No Pertanyaan N Pertanyaan
o
R1 Sejauh mana kehadiran pernyataan F1 Sejauh mana argumen yang valid
berwawasan ke depan membantu diberikan untuk mendukung
membentuk harapan dan prediksi keputusan untuk asumsi dan
mengenai masa depan perusahaan? estimasi tertentu dalam laporan
tahunan?
R2 Sejauh mana kehadiran informasi F2 Sejauh mana perusahaan
non-keuangan dalam hal peluang mendasarkan pilihannya untuk
bisnis dan risiko melengkapi prinsip akuntansi tertentu pada
informasi keuangan? argumen yang valid?
R3 Sejauh mana perusahaan F3 Sejauh mana perusahaan, dalam
menggunakan nilai wajar dan bukan pembahasan hasil tahunan,
biaya historis? menyoroti peristiwa positif dan juga
peristiwa negatif?
R4 Sejauh mana hasil yang dilaporkan F4 Jenis laporan auditor yang mana
memberikan umpan balik kepada termasuk dalam laporan tahunan?
pengguna laporan tahunan tentang
bagaimana berbagai peristiwa pasar
dan transaksi signifikan
mempengaruhi perusahaan?
T1 Berapa hari yang dibutuhkan auditor F5 Sejauh mana perusahaan
untuk menandatangani laporan memberikan informasi tentang tata
auditor setelah akhir tahun buku? kelola perusahaan?
Understandability Comparability
No Pertanyaan N Pertanyaan
o
Sejauh mana laporan tahunan Sejauh mana catatan untuk
disajikan secara terorganisasi dengan perubahan dalam kebijakan
baik? akuntansi menjelaskan implikasi dari
perubahan?
Sejauh mana catatan pada neraca Sejauh mana catatan untuk revisi
dan laporan laba rugi cukup jelas? dalam estimasi akuntansi dan
penilaian menjelaskan implikasi dari
revisi?
Sejauh mana keberadaan grafik dan Sejauh mana perusahaan
tabel mengklarifikasi informasi yang menyesuaikan angka periode
disajikan? akuntansi sebelumnya, untuk efek
penerapan perubahan kebijakan
akuntansi atau revisi dalam estimasi
akuntansi?
Sejauh mana penggunaan bahasa Sejauh mana perusahaan
dan jargon teknis dalam laporan memberikan perbandingan hasil
tahunan mudah diikuti? periode akuntansi saat ini dengan
periode akuntansi sebelumnya?
Berapa ukuran glosarium? Sejauh mana perusahaan
menyajikan angka dan rasio indeks
keuangan dalam laporan tahunan?

Hasil dan Pembahasan

Statistic Deskriptif

Tabel 3 menyajikan statistik deskriptif dari 5.080 laporan keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini. Sebanyak 5.080 laporan keuangan tersebut dibagi menjadi dua kelompok dengan 3.515
laporan keuangan disusun menggunakan basis Cash Toward Accrual (CTA), dan 1.565 laporan keuangan
disusun menggunakan basis akrual penuh. Dari rata-rata perspektif kualitas total, dapat dikatakan bahwa
laporan keuangan yang disusun menggunakan basis akrual memperoleh peringkat yang sama dengan
laporan keuangan yang disusun menggunakan basis akrual. Dengan nilai rata-rata 2,91 dan 2,98 yang
berada antara 2,00-2,99, dapat dikatakan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah hanya dapat
mencapai kualitas "memadai". Hasil ini tentu masih jauh dari "baik" yang membutuhkan perolehan lebih
dari 4 poin.
Jika kami menilai kualitas hanya menggunakan karakteristik yang relevan, kedua laporan
keuangan akan mendapatkan kategori yang lebih baik. Dengan nilai rata-rata yang terletak antara 3,00-
3,99, karakteristik yang relevan akan membawa laporan keuangan ke arah kualitas yang "cukup baik".
Hasil ini mungkin terlihat bagus, tetapi jika kita perhatikan lebih dekat, nilai minimum untuk karakteristik
yang relevan hanya menunjukkan skor 2,60. Nilai minimum ini memiliki perbedaan yang sangat besar jika
kami membandingkannya dengan nilai maksimum 4,00 dan 4,20. Untuk karakteristik yang dapat
diandalkan, kami melihat bahwa laporan keuangan yang disusun menggunakan basis akrual memiliki
perbedaan besar dalam nilai rata-rata dibandingkan dengan laporan keuangan yang disiapkan
menggunakan CTA. Ada peningkatan 0,2643 dalam nilai rata-rata dari karakteristik yang dapat
diandalkan. Perbedaan dalam nilai rata-rata adalah perbedaan terbesar jika kita membandingkannya
dengan karakteristik lain. Karakteristik andal juga menunjukkan nilai minimum 1,20, yang dinilai jika kita
membandingkannya dengan karakteristik lain. Skor terbaik diperoleh dengan karakteristik yang
sebanding. Dengan skor 4,40, skor maksimum karakteristik yang sebanding ini adalah skor terbaik yang
diperoleh oleh laporan keuangan pemerintah daerah.

Grafik kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dari tahun ke tahun dapat dilihat pada
Gambar 2. Grafik menunjukkan bahwa selama sepuluh tahun telah terjadi peningkatan skor kualitas
laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Meskipun ada peningkatan kualitas,
peningkatan masih memerlukan perhatian serius dari pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas
laporan keuangan mereka lebih tinggi. Pencapaian kualitas rata-rata tertinggi dicapai pada tahun 2016,
tetapi skor dapat dikatakan masih rendah karena hanya mampu mencapai level "cukup baik" dengan skor
rata-rata 3.0172. Pencapaian kualitas ini masih jauh dari sempurna. Pemerintah daerah masih perlu
meningkatkan kualitas laporan keuangan mereka untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas
publik.

Hasil tes yang ditunjukkan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa Kualitas memiliki nilai Z -15,496
dengan P-nilai 0,00 yang <0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam kualitas laporan
keuangan antara basis CTA dan basis akrual, sehingga H1 didukung. Hasil pada Tabel 4 juga menunjukkan
bahwa relevan memiliki nilai Z -4,357 dengan nilai-P 0,00, sehingga H2 didukung. Dengan H2 yang
didukung dapat dikatakan bahwa ada perbedaan dalam nilai yang relevan antara laporan keuangan yang
disusun menggunakan basis CTA berdasarkan basis akrual.

Reliable dan Understandable, mendapatkan P-value 0,00 dan 0,001. Kedua variabel ini memiliki
nilai Z masing-masing -26,262 dan -3,324. Kedua variabel memiliki nilai <0,05, sehingga dapat dikatakan
bahwa hasil tes mendukung H3 dan H4. Ada perbedaan antara nilai yang Reliable dan Understandable
dari laporan keuangan yang disusun menggunakan basis CTA dibandingkan dengan laporan keuangan
yang disusun dengan menggunakan dasar akrual. Hipotesis 5 tidak dapat didukung karena komparatif
memiliki nilai P 0,064 yaitu> 0,05. Dari hasil ini tidak ada perbedaan yang signifikan antara laporan
keuangan yang disusun menggunakan basis CTA dan basis akrual dalam hal komparabilitasnya.

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam kualitas laporan
keuangan sebelum dan sesudah penerapan akuntansi berbasis akrual. Perbedaannya juga ditemukan
pada tiga karakteristik kualitatif yang relevan dan dapat diandalkan. Hasilnya juga menunjukkan bahwa
sebenarnya ada peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Peningkatan ini merupakan
pertanda baik bagi masyarakat dan pemangku kepentingan publik karena dapat membuat masyarakat
lebih memahami anggaran dan pengeluaran yang dibuat oleh pemerintah daerah (Caperchione, 2003).
Transparansi dan akuntabilitas publik dapat dicapai jika masyarakat sebagai salah satu pemangku
kepentingan publik diberikan informasi yang memadai tentang pengelolaan keuangan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah. Informasi yang disampaikan kepada publik harus memiliki kualitas yang baik
sehingga masyarakat dapat mengambil keputusan yang tepat. Informasi berkualitas tinggi dapat
diberikan jika media untuk pengiriman informasi juga memiliki kualitas yang baik (Cohen,
Krishnamoorthy, & Wright, 2004). Salah satu media untuk menyampaikan informasi tentang manajemen
keuangan pemerintah daerah adalah laporan keuangan, sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan
dalam basis akuntansi yang dilakukan oleh pemerintah daerah akan berdampak pada peningkatan
kualitas laporan keuangan (McDaniel, Martin, & Daya, 2002).

Bertentangan dengan harapan, langkah menuju penerapan akuntansi berbasis akrual tidak
benar-benar membuat perbedaan yang signifikan dalam nilai-nilai pemahaman. Temuan ini
menunjukkan bahwa penggunaan akuntansi berbasis akrual tidak benar-benar membuat laporan
keuangan pemerintah daerah lebih mudah dipahami. Penerapan akuntansi berbasis akrual di tingkat
pemerintah daerah mungkin meningkatkan kompleksitas sistem akuntabilitasnya, sehingga akan
membuat laporan keuangan sebagai salah satu output akuntabilitas menjadi kurang mudah dipahami
(Pilcher, 2005).
Kesimpulan

Penelitian ini berupaya untuk menemukan bukti empiris dari penerapan akuntansi berbasis
akrual untuk pemerintah daerah di Indonesia. Pencarian untuk bukti empiris didasarkan pada
pertanyaan "apakah ada perbedaan dalam kualitas laporan keuangan yang disiapkan menggunakan basis
CTA dengan laporan keuangan yang disusun menggunakan basis akrual?". Pertanyaan ini sejalan dengan
semangat perubahan yang diproklamasikan oleh implementasi akuntansi berbasis akrual kepada
pemerintah daerah di Indonesia. Semangat perubahan adalah untuk meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi publik. Studi ini menemukan bahwa ada peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Peningkatan juga terjadi pada tiga dari empat karakteristik kualitatif. Peningkatan terjadi pada
karakteristik yang relevan, dapat diandalkan, dan dapat dimengerti Karakteristik yang dapat
dibandingkan dari laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan basis akrual tidak memiliki
perbedaan yang signifikan terhadap laporan keuangan yang disusun menggunakan basis CTA. Relevan
untuk penggunaan publik Pernyataan resmi atas dasar akrual juga lebih dapat diandalkan, dan lebih
dapat dibandingkan. Hasil ini sejalan dengan hasil temuan oleh Cohen, Kaimenakis dan Venieris (2013)
yang menemukan bahwa penerapan akuntansi akrual dapat meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas. Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia meskipun menunjukkan
peningkatan yang signifikan, tetapi kualitas laporan keuangan dapat dikatakan rendah. Pemerintah
daerah hanya dapat menghasilkan laporan keuangan berkualitas "cukub baik" dengan skor rata-rata
3.0172. Skor tersebut masih jauh dari "baik" dengan skor lebih dari 4. Pemerintah daerah harus
meningkatkan kualitas laporan keuangan mereka untuk memberikan transparansi dan akuntabilitas
publik yang lebih baik.

Studi ini hanya berfokus pada perbedaan kualitas laporan keuangan yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah di Indonesia. Studi ini tidak menggunakan jenis pengukuran lain untuk mengukur
keberhasilan implementasi akuntansi berbasis akrual di tingkat pemerintah daerah. Penelitian
selanjutnya dapat menambahkan pengukuran lain seperti kemampuan pemerintah daerah untuk
memahami standar, kemampuan pemerintah daerah untuk mengelola keuangannya, dan pengukuran
lain yang mungkin mempengaruhi keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual di tingkat
pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai