Anda di halaman 1dari 13

Nama : Christyandita Wulansari

: 186020300011002

LATAR BELAKANG
Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukkan alokasi sumber
daya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi
jawaban untuk digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggung jawaban kinerja pemerintah. Program
pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah/ lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan
serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordanasikan oleh instansi
pemerintah.
Mewujudkan sebuah sistem penganggaran berbasis kinerja yang efektif perlu terus diperjuangkan
secara bertahap dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah. Pengalaman yang
terjadi selama ini menunjukkan bahwa anggaran daerah masih harus disempurnakan. Anggaran daerah
khususnya pengeluaran daerah belum mampu berperan sebagai insentif dalam mendorong laju
pembangunan di daerah. Banyak ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pengalokasian
anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas serta kurang mencerminkan aspek
ekonomi, efisien dan efektif. Oleh karena itu pengelolaan keuangan daerah harus berdasarkan sistem
pendekatan kinerja dan berorientasi pada kepentingan pada kepentingan publik.
Peraturan Kementrian Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
Peraturan Kementrian Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah mulai Bab IV sampai dengan bab VIII.
Penyusunan Rancangan APBD (Bab IV)
Dasar Pemerintah Daerah untuk menyusun APBD adalah RKPD (Rancangan kerja Pemerintah
Daerah) yang merupakan penjabaran dari RP3MD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah. Penyusunan RKPD
diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun anggaran berkenaan. Rancangan PPAS yang
telah dibahas dan disepakati menjadi PPA paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.
Berdasarkan nota kesepakatan TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman
penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD. RKA-SKPD disusun
dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu
dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja. kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan
kegiatan 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan.
Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD wajib memuat penjelasan sebagai
berikut:

1
a. pendapatan mencakup dasar hukum, target/volume yang direncanakan, tarif pungutan/harga;
b. dasar hukum, satuan volume/tolok ukur, harga satuan, lokasi kegiatan dan sumber pendanaan kegiatan;
c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, sumber penerimaan pembiayaan dan tujuan
pengeluaran pembiayaan.
Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disusun oleh PPKD disampaikan kepada
kepala daerah. Sosialisasi rancangan peraturan daerah tentang APBD kepada masyarakat bersifat
memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat dalam
pelaksanaan APBD tahun anggaran yang direncanakan.
Penetapan APBD
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta lampirannya
kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun
yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pengambilan keputusan bersama kepala
daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sebelum
tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang
telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sebelum
ditetapkan oleh gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Dalam
Negeri untuk dievaluasi. Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD yang telah disetujui
bersama DPRD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan
oleh bupati/walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi.
Penyusunan dan Penetapan APBD bagi daerah Non DPRD
Rancangan KUA dan rancangan PPAS dikonsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri bagi provinsi
dan kepada gubernur bagi kabupaten/kota. RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh SKPD disampaikan
kepada PPKD sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD. RKA-SKPD
yang telah disempurnakan oleh SKPD disampaikan kepada PPKD sebagai bahan penyusunan rancangan
peraturan kepala daerah tentang APBD. Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk
memperoleh pengesahan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak KUA dan PPA
dikonsultasikan dengan Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota.
Pelaksanaan APBD
Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan
daerah dikelola dalam APBD. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas
umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja. Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban
anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD. Pengeluaran belanja daerah
menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang

2
APBD ditetapkan. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6
(enam) hari kerja setelah pemberitahuan.
TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD paling
lama 15 (lima betas) hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.
Semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah. Sisa lebih perhitungan
anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk:
a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja;
b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung;
c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.
Beban belanja langsung pelaksanaan kegiatan lanjutan didasarkan pada DPA-SKPD yang telah
disahkan kembali oleh PPKD menjadi DPA Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) tahun anggaran berikutnya,
yang mana dapat dijadikan dasar pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan penyelesaian pembayaran. Dana
cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah daerah yang
dikelola oleh BUD. Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan
lain diluar yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan. Dana
cadangan dipindahbukukan ke rekening kas umum daerah untuk pelaksanaan program dan kegiatan.
Pemindahbukuan dilakukan dengan surat perintah pemindahbukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan
PPKD.
Perubahan APBD
Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA dapat berupa
terjadinya pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah,
sumber dan penggunaan pembiayaan yang semula ditetapkan dalam KUA. Kepala daerah
memformulasikan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan APBD ke dalam rancangan
kebijakan umum perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD. Dalam rancangan kebijakan umum
perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD disajikan secara lengkap penjelasan mengenai:
a. perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan sebelumnya;
b. program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan APBD dengan
mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun anggaran berjalan
c. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD apabila
asumsi KUA tidak tercapai
d. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam perubahan APBD apabila
melampaui asumsi KUA.
Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD setelah
dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan

3
APBD paling lambat minggu kedua bulan Agustus tahun anggaran berjalan, masing-masing dituangkan ke
dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD.
RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan dianggarkan
dalam perubahan APBD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lebih
lanjut oleh TAPD. Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD
dan DPPA- SKPD dengan kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD, prakiraan maju
yang direncanakan atau yang telah disetujui dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja,
indikator kinerja, standar analisis belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.
Anggaran Berbasis Kinerja
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang nomor 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membuka
peluang besar bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan
dan prioritasnya masing-masing. Kedua Undang-undang tersebut membawa konsekuensi untuk melakukan
pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efisien dan efektif. Hal
tersebut dapat dipenuhi dengan menyusun rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah
(RKA-SKPD) seperti yang disebut dalam Undang-undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
pasal 19 (1) dan (2) yaitu pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
Arti Penting Anggaran Daerah
Arti penting anggaran daerah mencakup aspek-aspek berikut:
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah daerah untuk mengarahkan dan menjamin kesinambungan
pembangunan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran sebagai alat pengendalian, alat kebijakan fiskal, alat politik, alat koordinasi antar unit kerja
dalam organisasi Pemda yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran, alat evaluasi kinerja, alat untuk
memotivasi manajemen pemda.
3. Anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk menciptakan ruang publik (public share), yaitu proses
penyusunan anggaran harus melibatkan seluas mungkin masyarakat.
Definisi Anggaran Berbasis Kinerja
Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukkan alokasi
sumberdaya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Anggaran berbasis kinerja merupakan metode
penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan
dengan manfaat yang dihasilkan. Menurut (Marc and Jim, 2005) Anggaran Berbasis Kinerja dapat diartikan
sebagai prosedur atau mekanisme untuk memperkuat keterkaitan antara dana yang diberikan kepada
instansi/lembaga pemerintah dengan outcome (hasil/dampak) dan/atau output (keluaran), melalui
pengalokasian anggaran yang didasarkan pada informasi formal (ukuran kinerja, ukuran biaya untuk

4
masing-masing output dan outcome, dan penilaian atas efektivitas dan efisiensi belanja melalui berbagai
alat analisis).
Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi penggunaan
anggaran berbasis kinerja, yaitu:
1. Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi
2. Faktor penyempurnaan administrasi secara terus menerus
3. Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, watu, dan orang)
4. Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas
5. Keinginan yang kuat untuk berhasil
Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja perlu diperhatikan prinsip-prinsip penganggaran,
aktivitas utama dalam penyusunan ABK, peranan legislatif, siklus perencanaan anggaran daerah, struktur
APBD, Penggunaan ASB. Prinsip-prinsip pokok dalam penganggaran (World Bank, 1998), antara lain:
a. Komprehensif dan disiplin
b. Fleksibilitas
c. Terprediksi
d. Kejujuran
e. Informasi
f. Transparasi dan akuntabilitas
Aktivitas Utama Dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK)
Aktivitas utamanya adalah untuk mendapatkan data kuantitatif dan membuat keputusan
penganggaranny. Proses mendapatkan data kuantitatif bertujuan untuk memperoleh informasi dan
pengertian tentang berbagai proggram yang menghasilkan output dan outcome yang diharaspka.
Peranan Legislatif dalam Penyusunan Anggaran
Alokasi anggaran disetiap unit kerja sangat dipengaruhi oleh kesepakatan legislatif dan eksekutif.
Prioritas dan pilihan pengalokasian anggaran pada setiap unit kerja dihasilkan setelah melalui koordinasi
diantara bagian dalam lembaga eksekutif dan legislatif.
Siklus Perencanaan Anggaran Daerah
Bagan 1. Siklus Perencanaan Anggaran

5
Penyusunan Rancangan APBD
Penyusunan APBD adalah dokumen perencanaan jangka pendek yang merupakan penjabaran
perencanaan jangka menengah sebagai bagian dari perencanaan jangka panjang yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Perencanaan jangka pendek merupakan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan rencana kegiatan pemerintah daerah untuk jangka
waktu 1 tahun. RKPD ditetapkan dengan keputusan kepala daerah yang merupakan penjabaran target
tahunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Penyusunan RKA-SKPD merupakan bentuk pengalokasian sumber daya keuangan pemerintah
daerah berdasarkan struktur APBD & kode rekening yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagan 2. Penyusunan Rancangan APBD

Proses Penyusunan Kebijakan Umum APBD dan Plafon Anggaran Sementara


Kebijakan Umum APBD
Pengertian
Kebijakan Umum APBD (KUA) adalah sasaran dan kebijakan daerah dalam suatu tahun anggaran
yang menjadi petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman penyusunan RAPBD dan
RP-APBD. Kebijakan umum APBD merupakan dokumen perencanaan yang dijadikan pedoman dalam
rangka penyusunan rancangan APBD. KUA disusun berdasarkan RKPD yang telah ditetapkan.
Pedoman penyusunan APBD yang dikeluarkan oleh menteri dalam negeri yang memuat antara lain:
pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerah, prinsip

6
dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan, teknis penyusunan APBD, dan hal-hal khusus
lainnya. Berdasarkan hal tersebut kepala daerah menyusun rancangan KUA.
Bagan 3. Penyusunan KUA dan PPAS

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Prioritas


Prioritas adalah suatu upaya mengutamakan sesuatu dari pada yang lain. Prioritas merupakan proses
dinamis dalam pembuatan keputusan yang saat ini dinilai paling penting dengan dukungan komitmen untuk
melaksanakan keputusan tersebut.
a. Tujuan Prioritas
Terpenuhinya skala dan lingkup kebutuhan masyarakat yang dianggap paling penting dan paling luas
jangkauannya, agar alokasi sumber-sumber dapat dilakukan secara ekonomis, efisien dan efektif,
mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian tersusunnya program atau kegiatan yang lebih realistis.
b. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
PPAS adalah jumlah rupiah batas tertinggi yang dapat dianggarkan oleh tiap-tiap fungsi dan atau
tiap-tiap satuan kerja prangkat daerah. Plafon anggaran yang disepakati oleh pemda dengan DPRD bersifat
sementara dalam arti bahwa plafon anggaran harus ditindaklanjuti dengan peraturan kepala daerah agar
dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan rencana anggaran satuan kerja perangkat daerah.
Penyusunan Rancangan APBD
Berdasarkan KUA serta PPA yang telah ditetapkan, pemerintah daerah melalui PPKD menyusun
rancangan APBD. Rancangan APBD pada dasarnya merupakan agregasi dari RKA-SKPD yang ada
dilingkungan pemda. Usulan program, kegiatan, dan anggaran satuan kerja prangkat daerah merupakan
bagian utama dari rancangan APBD yang dalam tahap perencanaan anggaran daerah termasuk kategori
perumusan anggaran operasional.
Agar setiap SKPD dapat menyusun anggarannya, pemerintah daerah melalui PPKD dan TAPD
menerbitkan pedoman penyusunan usulan program, kegiatan, dan anggaran SKPD berdasarkan prinsip-
prinsip kinerja. Materi pedoman tersebut meliputi antara lain : Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan
Plafon Anggaran, Standar Analisa Belanja, Tolok Ukur Kinerja, Standar Biaya, dan formulir RKA-SKPD
yang digunakan oleh SKPD untuk menyusun usulan program, kegiatan dan anggarannya.

7
PENDAHULUAN
Salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah
Analisis Rasio Keuangan. Analisis Rasio Keuangan adalah suatu ukuran untuk mengidentifikasi ciri-ciri
keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Analisis Rasio Keuangan terhadap Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dilakukan dengan cara menghitung Kinerja Keuangan Daerah dan
Kemampuan Keuangan Daerah. Ada beberapa cara untuk menghitung Kinerja Keuangan Daerah,
diantaranya adalah dengan mengitung Rasio Kemandirian, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio
Efektifitas, Rasio Efisiensi dan Rasio Keserasian Belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diharapkan dapat menjadi
suatu alat ukur untuk menilai kinerja keuangan Pemerintah Daerah yang memiliki andil terbesar dalam
upaya perkembangan suatu daerah.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah sistem yang bertujuan untuk membantu
manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non-finansial. Pengukuran
kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik
dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Kedua, ukuran kinerja sektor publik
digunakan untuk mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor
publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan (Ulum, 2009:19-21).
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports), laporan
finansial dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan pelaksaaan anggaran terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL). Laporan finansial terdiri
dari Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Laporan Arus Kas.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Menurut Mahsun, Firma dan Heribertus (2011:81), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah
daftar yang memuat rincian penerimaan daerah dan pengeluaran/belanja daerah selama satu tahun.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah untuk masa satu tahun,
mulai dari 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Analisis Laporan Keuangan
Salah satu teknik untuk melakukan Analisis Laporan Keuangan, yaitu dengan melakukan perhitungan
Rasio Keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos
laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio

8
keuangan ini hanya menyederharnakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu
dengan pos lainnya. Analisis Rasio Keuangan digunakan untuk mengukur Kinerja Keuangan Daerah dan
Kemampuan Keuangan Daerah.Analisis Kinerja Keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri
keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Dalam organisasi pemerintah untuk mengukur
kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu :

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dilakukan dengan cara

9
a. Penelitian Terdahulu
Penelitian Aulia Zhufinsa Nur Rahmatina (2011) yang berjudul "Analisis Rasio Keuangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2005-2009". Hasil yang didapat
dalam penelitian tersebut adalah: a. Kemandirian Pemerintah Kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan
dana untuk penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial
masyarakat masih berada pada kemampuan keuangan yang rendah; b.Dalam merealisasikan pendapatan
daerahnya, Pemerintah Kota Bandung sudah dapat dikategorikan efektif dan efisien; c.Berdasarkan
perhitungan pada rasio aktivitas, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Bandung masih
memprioritaskan anggarannya untuk mencukupi Belanja Rutin dibandingkan Belanja Pembangunan; d.
Menurut hasil perhitungan DSCR yang memenuhi syarat untuk melakukan pinjaman adalah Tahun
Anggaran 2006, dengan maksimal angsuran pokok pinjaman sebesar Rp 32.394.659.049,60. Sedangkan
untuk Tahun Anggaran yang lain, tidak boleh meminjam lagi karena DSCR di bawah 2,5; e. Rasio
Pertumbuhan PAD menunjukkan angka yang meningkat setiap tahunnya.
Kerangka Konseptual
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah
Kota Manado Tahun Anggaran 2011-2015 dan akan dianalisis menggunakan Rasio Kemandirian, Rasio
Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Efektivitas, Rasio Efisiensi, Rasio Keserasian Belanja, Share dan
Growth APBD, Peta Kemampuan Keuangan Daerah dan Indeks Kemampuan Keuangan (IKK). Hasil
perhitungan analisis ini akan digunakan untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Kota Manado, yang
kemudian akan disimpulkan dengan cara melihat grafik perbandingan rasio-rasio dari setiap periode selama
5 (lima) tahun.
Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitian
dengan menggunakan metode ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi,
berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek
penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda
atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007:68). Pendekatan yang
digunakan adalah studi kasus, dimana merupakan penelitian mengenai manusia (dapat suatu kelompok,
organisasi maupun individu), peristiwa, latar secara mendalam dan tujuan dari penelitian ini untuk
mendapatkan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang diteliti.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tidak berpusat di satu tempat yang biasanya menjadi objek penelitian karena data
yang dioleh merupakan data sekunder yang diperoleh melalui website.Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Juni sampai dengan Agustus 2016.
Jenis dan Sumber Data

10
Penelitian ini menggunakan data yang bersifat historis, yakni data sekunder berupa Laporan
Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Manado tahun 2011-2015 yang dipublikasikan melalui website bpk-
bmd.manadokota.go.id. Selanjutnya untuk mencari sumber teori dan pelaksanaannya diperoleh dari riset
pustaka dan penelitian sejenis yang dipublikasikan lewat jurnal penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Penelusuran data dari dokumen-dokumen instansi yang relevan dengan masalah pokok dan
materi penelitian sebagai pendukung data penelitian yang tidak diperoleh dalam observasi dan wawancara.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada berupa; gambaran umum Kota Manado dan Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) Pemerintah Kota Manado Tahun Anggaran 2011 - 2015 serta data lain yang
diperlukan terkait dengan metode analisis yang digunakan.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Analisis Rasio Keuangan terhadap APBD Kota Manado Tahun
Anggaran 2011-2015. Tahap-tahap yang dilakukan dalam menganalisis data ini antara lain:
1. Menghitung rasio keuangan berdasarkan data yang diperoleh dengan membuat tabel.
2. Membuat grafik dari hasil perhitungan rasio keuangan dari setiap periode.
3. Mendeskripsikan data dari hasil perhitungan rasio keuangan atau dengan melihat grafiknya.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah


1. Share and Growth

11
2. Peta Kemampuan Keuangan Daerah
Dari hasil perhitungan Share dan Growth terhadap LRA Pemerintah Kota Manado Tahun Anggaran
2011 sampai dengan 2015, maka diperoleh data rata-rata Share sebesar 18,792% dan rata-rata Growth
sebesar 120,503%. Kemudian dengan pemetaan kemampuan keuangan daerah berdasarkan Metode
Kuadran, posisi Kota Manado berada pada kuadran II, yaitushare rendah dan growth tinggi.
Indeks Kemampuan Keuangan Daerah

Dilihat dari hasil perhitungan Indeks Kemampuan Keuangan Kota Manado Tahun Anggaran 2011 sampai
dengan 2015, skala indeks menunjukkan angka 0,577.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi yang dijumpai dalam penelitian, maka kesimpulan
yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bahwa pola hubungan tingkat kemandirian daerah berada pada kriteria instruktif. Kemandirian
Pemerintah Kota Manado berada pada kemampuan keuangan yang masih sangat rendah dalam
memenuhi kebutuhan dana untuk penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan sosial masyarakat. Ini terlihat dari hasil rata-rata Rasio Kemandirian Kota Manado Tahun
Anggaran 2011-2015, berdasarkan pengolahan data yang berasal dari LRA Pemerintah Kota Manado
Tahun Anggaran 2011-2015 adalah sebesar 20,877%. Ini terlihat dari rata-rata Rasio Derajat
Desentralisasi Fiskal selama periode 5 tahun yaitu sebesar 17,240%.
2. Kondisi kemampuan keuangan Kota Manado masih belum ideal. Dilihat dari hasil perhitungan share dan
growth terhadap LRA Pemerintah Kota Manado Tahun Anggaran 2011 sampai dengan 2015, maka
diperoleh nilai rata-rataShare sebesar 18,792% dan rata-rata Growth sebesar 120,503%, sehingga posisi
Kota Manado berada pada kuadran II yang berarti berada pada kondisi belum ideal.
Saran
Berdasarkan penarikan kesimpulan yang didapatkan dari hasil perhitungan normatif dan analisis,
maka saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah seharusnya lebih meningkatkan pengelolaan terhadap potensi daerah yang dimiliki oleh
Kota Manado, karena mempunyai dampak yang besar, tidak hanya bagi Pemerintah, tetapi juga bagi
masyarakat.
2. Pemerintah Daerah seharusnya lebih cenderung menggunakan dana untuk kegiatan Belanja Langsung yang
terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa dan Belanja Modal untuk meningkatkan
kualitas output, sehingga fungsi anggaran sebagai alat distribusi, alokasi dan stabilisasi bisa berjalan

12
dengan baik.

13

Anda mungkin juga menyukai