Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI KEUANGAN II

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENYUSUTAN, PENURUNAN NILAI DAN


DEPLESI

OLEH :

KELOMPOK 3

1. 1807311002 NI PUTU LIA ARTASARI

2. 1807311011 PUTU AYU MANIK KARINA SANI

3. 1807311013 I PUTU AGUS KRISNA WIDIADNYANA

4. 1807311017 JOSEPHA RENANTI LALUS

PROGRAM DIPLOMA III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyusutan dan Deplesi


Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 16.2) “Penyusutan adalah alokasi
jumlah suatu asset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi.
Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung
maupun tidak langsung”. Istilah penyusutan digunakan sebagai aktiva tetap yang
dibuat manusia dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, contoh : gedung,
pabrik dan lain-lain.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (2004 : 5) penyusutan adalah
“alokasi secara sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang
masa manfaat”.
Menurut Zaki Baridwan (2004 : 305) bahwa : “Depresiasi adalah sebagian dari
harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap
periode tertentu”
Menurut Zaki Baridwan (1999 : 324) bahwa deplesi adalah : “Berkurangnya harga
perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam seperti tambang dan hutan kayu yang
di sebabkan oleh perubahan-perubahan (pengelolan) sumber-sumber alam tersebut
sehingga menjadi persediaan”.
Sedangkan menurut Haryono Yusuf (2001 : 205) dikatakan bahwa :“Deplesi
adalah penghapusan harga perolehan sumber alam secara sistematis”. Istilah ini
digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva
tersebut tidak dapat dipakai secara berulang-ulang dan karena sifat alamiahnya justru
menjadi produksi untuk dijual, contoh : lokasi tambang.
Sedangkan menurut Haryono Yusuf (2001 : 205) dikatakan bahwa : “Deplesi
adalah penghapusan harga perolehan sumber alam secara sistematis”.

1
Perbedaan depresiasi dengan deplesi adalah sebagai berikut:

2.2 Metoda-Metoda Penyusutan


Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan metode penyusutan dapat
dikelompokkan menurut kriteria (PSAK No. 17 : paragraf 9) :
1. Berdasarkan waktu
a) Metode garis lurus (straight line method)
Metode garis lurus merupakan metode yang paling banyak digunakan karena
sangat sederhana dalam penggunaannya. Dalam metode ini aktiva tetap dianggap
sama penggunaannya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan
sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya
sama setiap periode (kecuali ada penyesuaian-penyesuaian). Kelemahan metode ini
adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakin lama semakin menurun serta biaya
pemeliharaan dan reperasi dari suatu peiode ke periode berikutnya akan semakin
besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut.
Menurut Zaki Baridwan (2001 : 309) depresiasi yang konstan setiap periode
seolah-olah menunjukan bahwa kemampuan aktiva relatif sama dalam suatu periode
padahal aktiva tetap semakin lama mempunyai kemampuan semakin menurun dan
karenanya sangat tidak logis kalau beban penyusutan diperlakukan sama dengan
peiode sebelumnya.

2
Besarnya penyusutan tiap periode ditentukan dengan rumus berikut :

Dimana :
D = depreciation (beban penyusutan)
C = cost (harga perolehan)
S = salvage value (nilai residu)
n = useful life (taksiran masa manfaat)
Contoh :
Pada awal tahun 2000 PT Nusa Citra Perdana membeli sebuah aktiva tetap dengan
harga perolehan sebesar Rp 10.000.000,- Masa manfaat aktiva tersebut diestimasi
selama 5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 500.000,-
Dari data tersebut maka penyusutan setiap tahunnya dihitung sebagai berikut:
Penyusutan = Rp 10.000.000 – 500.000 = = Rp 1.900.000
5
Besarnya penyusutan aktiva tersebut sampai dengan akhir masa manfaatnya
disajikan dalam tabel berikut ini:

Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan perusahaan yang produknya dari tahun
ke tahun tidak banyak mengalami fluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat
bervariasi, maka penggunaan metode ini kurang sesuai, karena pengahapusan selalu
sama setiap tahun. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per

3
unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya. Fluktuasi beban penyusutan
mempengaruhi tingkat penjualan, pada saat pasar sedang sepi dimana produksi kecil,
harga pokok produk tersebut bisa menjadi tinggi. Demikian sebaliknya pada saat
pasar sedang ramai, harga pokok justru rendah.
b) Metode pembebanan menurun (decreasing charge depreciation)
• Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method)
Metode ini beban penyusutan akan menurun secara bertahap dari tahun ke tahun,
karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya dengan harga perolehan dan
dikurangi dengan nilai sisa. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva tersebut.
Pembilangannya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun, sedangkan
penyebutnya adalah hasil jumlah angka tahun dari awal sampai akhir. Misal suatu
aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :

Contoh :
Pada awal tahun 2000 PT Nusa Citra Perdana membeli sebuah aktiva tetap dengan
harga perolehan sebesar Rp 10.000.000,- Masa manfaat aktiva tersebut diestimasi
selama 5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 500.000,-, maka penyebut pecahannya
adalah :

Besarnya penyusutan aktiva tersebut dengan menggunakan metode ini dapat dilihat
dalam tabel berikut :

4
• Metode saldo menurun / saldo menurun ganda (declining / double declining balance
method)
Metode Saldo menurun ganda adalah perhitungan beban penyusutan dalam satu
periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku
aktiva tetap. Penetapan tarif penyusutan dalam metode ini dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Contoh :
Pada awal tahun 2000 PT Nusa Citra Perdana membeli sebuah aktiva tetap dengan
harga perolehan sebesar Rp 10.000.000,- Masa manfaat aktiva tersebut diestimasi
selama 5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 500.000,- , maka tarif penyusutan
aktiva tersebut berdasarkan metode ini adalah :

Besarnya beban penyusutan aktiva tersebut untuk setiap tahun dengan


menggunakan metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

5
Metode saldo menurun ganda hampir sama dengan metode saldo menurun yang
mengalokasikan harga perolehan dengan tarif tetap dengan nilai buku. Perbedaannya
adalah pada penentuan tarif penyusutan. Tarif penyusutan pada metode ini adalah dua
kali dari tarif metode garis lurus dengan tidak memperhitungkan nilai sisa.
Keuntungan dari metode ini adalah apabila aktiva tersebut rusak atau dihentikan
pemakaiannya sebelum masa manfaatnya habis, jumlah penyusutan yang telah
dibebankan sudah cukup besar, sehingga kerugian yang diderita tidak terlalu besar
dibandingkan dengan metode garis lurus.
Contoh :
Pada awal tahun 2000 PT Nusa Citra Perdana membeli sebuah aktiva tetap dengan
harga perolehan sebesar Rp 10.000.000,- Masa manfaat aktiva tersebut diestimasi
selama 5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 500.000,- , maka tarif penyusutan
menurut metode garis lurus adalah : 100% x 5 = 20 %. Untuk memperoleh tarif
penyusutan saldo menurun ganda, tarif tersebut dikalikan dua. Maka, tarif
penyusutannya adalah 20 % x 2 = 40 %
Besarnya beban penyusutan aktiva tersebut untuk setiap tahun dengan menggunakan
metode ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

2. Berdasarkan penggunaan
a) Metode jam jasa (service hour method)
Metode di atas diasumsikan bahwa penurunan umur aktiva tetap dihubungkan
langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga dalam estimasi umur
aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. Besarnya
beban penyusutan menurut metode di atas adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap

6
dengan tingkat penyusutan per jam. Perhitungan besar beban penyusutan per jam
adalah dengan rumus berikut :
Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa / Jumlah Jam Jasa
Contoh :
PT. XYZ membeli sebuah pesawat terbang dengan harga Rp. 200.000.000, - nilai sisa
10%. Jumlah jam jasa pesawat terbang tersebut diestimasi sebesar 1000 jam.
Beban penyusutan pesawat terbang per jam dapat dihitung sebagai berikut :
Penyusutan = Rp. 200.000.000 – Rp. 20.000.000 / 1000 jam = 180.000/jam
Jika dalam tahun pertama pesawat terbang tersebut telah bekerja selama 100 jam
kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah :
100 jam x 180.000 jam = Rp. 18.000.000,-
b) Metode jumlah unit produksi (productive output method)
Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Perbedaannya pada metode
sebelumnya menggunakan jam sebagai dasar maka pada metode unit produksi jumlah
jam tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk
mencari besarnya penyusutan per unit adalah sebagai berikut:
Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa / Output
Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah jumlah produksi
setahun dikali besarnya penyusutan per unit.

3. Berdasarkan kriteria lainnya


a) Metode kelompok dan gabungan (combine and group method)
Pada pembahasan sebelumnya, diasumsikan bahwa beban penyusutan
dihubungkan dengan aktiva individual dan diperlakukan sebagai unit yang terpisah.
Praktik ini disebut dengan penyusutan per unit. Dari sudut pandang praktis,
dimungkinkan untu menghitung penyusutan atas sekelompok aktiva solah-olah
kelompok aktiva tersebut adalah satu aktiva. Prosedur pengalokasian harga perolehan
kelompok disebut dengan penyusutan kelompok ketika aktivaaktiva dalam kelompok

7
tersebut sejenis atau misalkan semua mobil van perusahaan dan penyusutan
gabungan. Jika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut.
berbeda-beda (misalnya meja, kursi dan komputer perusahaan).
b) Metode Anuitas (annuity method)
Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan
kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap
sebagai present value yang akan didiskontokan atau jasa yang akan diberikannya
secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode ini penyusutan merupakan
angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan
ditambah akumulasi penyusutan. Angka yang dibebankan ke akumulasi penyusutan
merupakan beban bersih (biaya perusahaan) yang menunjukkan peningkatan tiap
tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi nilai residu. Metode ini
sangat cocok digunakan dalam mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang
diperoleh secara leasing
c) Sistem persediaan (inventory system)
Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambah persediaan awal aktiva
yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian
dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode ini biasanya dipakai untuk
menilai sejumlah aktiva tetap yang nilainya relatif kecil, seperti perkakas, peralatan
dan lain-lain. Metode persediaan ini cukup ringkas digunakan, namun tidak sistematis
dan tidak rasional. Disamping itu juga sulit menentukan nilai sesungguhnya dari
aktiva tetap tersebut pada akhir tahun.

2.3 Penurunan Nilai Aktiva Tetap


Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan ketika menetapkan
penurunan nilai aktiva:
1. Penggunaan aktiva. Aktiva merupakan atau akan mengganggur atau dihentikan.
2. Kerusakan. Aktiva tersebut mengalami kerusakan.

8
3. Dividen. Dividen dari anak perusahaan atau entitas yang dikendalikan bersama
melebihi jumlah total penghasilan komprehensif dari entitas tersebut ketika
deviden diumumkan.
4. Perubahan lingkungan. Telah ada atau akan terjadi perubahan negatif yang
signifikan terhadap entitas yang berkaitan dengan hukum, ekonomi, teknologi,
atau lingkungan pasar.
5. Perubahan suku bunga. Tingkat suku bunga pasar telah meningkat, yang
mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan entitas untuk menghitung
penilaian aktiva. Ini tidak berlaku untuk perubahan suku bunga jangka pendek
dimana tidak mempengaruhi tingkat diskonto untuk aktiva yang memiliki sisa
umur yang panjang.
6. Masa manfaat. Aktiva ini direklasifikasikan dari yang mempunyai masa manfaat
yang tidak terbatas hingga aktiva yang memiliki masa manfaat yang terbatas.
7. Nilai pasar. Nilai pasar aktiva telah menurun secara signifikan lebih dari yang
diharapkan melalui penggunaan biasa atau perjalanan waktu.
8. Ketinggalan zaman. Aktiva tersebut telah ketinggalan zaman.
9. Kinerja. Kinerja ekonomi suatu aktiva baik merupakan atau akan lebih buruk dari
yang diharapkan. Ini mungkin termasuk biaya penggunaan meningkat.
Jika analisis sebelumnya menunjukkan nilai aktiva yang dapat dipulihkan tidak
sensitif terhadap beberapa item di atas, maka faktor-faktor tersebut perlu
dipertimbangkan lagi.
Jika perhitungan penilaian aktiva sebelumnya menyatakan jumlah yang dapat
dipulihkan lebih besar dari nilai yang tercatat, dan tidak ada peristiwa yang akan
mengubah selisih, maka tidak perlu adanya estimasi kembali terhadap jumlah yang
dapat dipulihkan.

2.4 Deplesi
Dalam pehitungan deplesi, setidaknya perhatikan aspek-aspek berikut ini:
a. Harga perolehan aktiva.

9
Jika sumber daya alam, harga perolehannya adalah pengeluaran dimulai sejak
mendapatkan izin sampai sumber daya alam itu dapat diambil hasilnya. Jika
pengeluaran itu terlalu kecil, maka dilakukan penilaian atas sumber daya alam
tersebut.
b. Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai di eksploitasi.
c. Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat di eksploitasi.
Deplesi dihitung dari tiap unit hasil sumber alam (barrel dantonase).
Contoh:
Sebidang lahan (tanah) yang terdapat kandungan tambang dibeli seharga
Rp20.000.000,00. Taksiran isinya sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut setelah
dieksploitasi nilainya ditaksir sebesar Rp2.000.000,00. Deplesi per ton dihitung
sebagai berikut:
Deplesi = Rp. 20.000.000,00 – Rp 2.000.000,00 = Rp. 120,00 / ton
150.000 ton
Jika di tahun pertama, lahan tersebut bisa di eksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka
total deplesi pada tahun tersebut sebesar = 40.000 x Rp. 120.000 = Rp. 4.800.000
Jurnal untuk mencatat deplesi:
Deplesi Rp4.800.000,00
Akumulasi deplesi `Rp4.800.000,00
Apabila perusahaan telah menaksir di muka biaya deplesi dan kenyataannya
perhitungan taksiran berbeda degan kenyataannya, maka perlu diadakan revisi.
Koreksi deplesi ini bisa dilakukan dengan cara berikut ini:
 Deplesi pada tahun lalu dan masa yang akan datang sudah dicatat dikoreksi. Pada
saat adanya perubahaan. Dihitung lagi deplesi perunit kemudian dilakukan
koreksi.
Contohnya deplesi yang terlalu besar, jurnal koreksinya sebagai berikut:
Akumulasi deplesi Rp. Xxx
Laba tidak dibagi (koreksi laaba tahun lalu) Rp. Xxx

10
 Deplesi tahun lalu sudah dicatat tidak di koreksi, tetapi deplesi tahun yang akan
datang dilakukan dengan data yang terakhir. Deplesi pada tahun lalu tidak
dikoreksi, tetapi deplesi untuk tahun berjalan dan tahun yang akan datang
dilakukan revisi.
Contoh biaya pembangunan bertambah sebesar Rp. l.800.000,00. Setelah di
eksploitasi dalam tahun kedua sebanyak 30.000 ton, tambang ditaksir masih
mengandung 90.000 ton. Perhitungan deplesi pada tahun kedua didapat sebagai
berikut:

Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua

Deplesi per ton dalam tahun kedua = Rpl5.000.000,00 :120.000 = Rp125,00.


Deplesi tahun kedua = 30.000 ton x Rp125,00 = Rp3.750.000,00.
Pada aktiva tetap milik perusahaan yang mengolah sumber daya alam, kegunaan
aktiva terbatas sampai selesainya eksploitasi sumber alam. Maka depresiasi aktiva
tetap dapat dihitung dengan taksiran hasil sumber alam.

2.5 Penyajian dan Analisis Aktiva Tetap


Menurut buku Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 1.3) laporan keuanganyang
lengkap meliputi komponen-komponen berikut ini :

11
1) Neraca
2) Laporan laba rugi
3) Laporan perubahan ekuitas
4) Laporan arus kas
5) Catatan atas laporan keuangan
Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca
dan berada pada sisi debit neraca. Menurut penulis Harahap (2002 : 123), bentuk
penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunakan oleh
perusahaan adalah :
1. Di neraca hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-
masing dan kemudian dikurangi akumulasi penyusutan secara global.
2. Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangan.
Disini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan akumulasi penyusutan masing-
masing.
3. Informasi lebih lanjut dan lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva
tetap.

12
DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. Intermediate Accounting. BPFE,2004.


Kartikahadi, Hans; Uli Sinaga,Rosita; Syamsul, Merliyana dan Siregar, Sylvia
Veronica. Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS. Salemba Empat.
2012
Sandi Ma’ruf. 2019. Pengertian Deplesi Beserta Metode, Contoh Soal Dan Jawaban.
(https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-deplesi-beserta-metode-
contoh-soal-dan-jawaban/). Diakses pada Selasa, 24 September 2019, pukul 15.23.
Pelajaran Akuntansu, 2018. Metode Penyusutan Dan Contoh Soal Akuntansi
Akumulasi Penyusutan(https://akuntansiz.blogspot.com/2017/12/metode-penyusutan-
dan-contoh-soal.html). Diakses pada Selasa, 24 September 2019, pukul 16.35

13

Anda mungkin juga menyukai