PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, dalam bentuk dasar, visi,
misi, arah dan kebutuhan sumber daya pembangunan nasional di bidang kesehatan untuk
masa 20 tahun ke depan, yang mencakup kurun waktu sejak tahun 2005 sampai dengan tahun
2025.
dari dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk: 1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: “Indonesia Sehat 2025”. Dalam Indonesia Sehat
2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan
yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana
1
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku
yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan: mencegah risiko
terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya;
sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan,
Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi
kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi.
bermutu, maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang
setinggi-tingginya
Visi Indonesia Sehat 2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan, yaitu:
2
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja
keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi
positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja serta
kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai
asas pokok program pembangunan nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari
seperti dimaksud di atas, maka seluruh unsur atau subsistem dari Sistem Kesehatan
kesehatan.
Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk
dan partisipasi lintas sektor, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan,
3
5) sumberdaya, diperlukan sumberdaya memadai seperti SDM, sistem informasi dan
dana.
dan Terjangkau.
baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan yang bermutu,
bagi segenap warga negara Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit
masyarakat termasuk swasta. Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan
diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga.
Di daerah yang sangat terpencil, masih diperlukan upaya kesehatan perorangan oleh
Puskesmas.
pembiayaan kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya kesehatan
data dan informasi yang makin penting peranannya. Pembiayaan kesehatan yang
4
bersumber dari masyarakat, swasta, dan pemerintah harus tersedia dalam jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil-guna serta berdaya-
guna. Jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara nasional dengan prinsip asuransi
sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat
Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat harus tersedia
secara merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, makanan dan minuman
yang aman, bermutu serta dengan pengawasan yang baik. Upaya dalam meningkatkan
serta penggunaan teknologi di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
minuman. bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan
sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
bangsa.
termasuk kedalam poin nawacita 5 yang berbunyi “meningkatkan kualitas hidup manusia
indonesia” dengan salah satu programnya yaitu kartu indonesia sehat yang lebih dikenal dengan
JKN. Sedangkan, dalam RPJMN III 2015-20191 arah pembangunan kesehatan dari kuratif
bergerak ke arah promotif dan preventif dengan visi masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan, yang berarti promkes adalah salah satu agenda utama dalam pembangunan
kesehatan nasional.
5
Kebijakan nasional promosi kesehatan adalah suatu peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan sebagai landasan dalam penyelenggaraan upaya promosi kesehatan yang dilakukan
oleh berbagai pihak terkait dalam meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber
kemampuan tersebut.
hidup bersih dan sehat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai dengan sosial budaya setempat, dan didukung oleh kebijakan publik yang
promosi kesehatan masyarakat tersebut, maka upaya promosi kesehatan pada prinsipnya adalah
mencegah terjadinya masalah kesehatan, melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat.
jangka panjang bidang kesehatan 2005-2025 yaitu, meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
6
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah
perilaku. Upaya pemberdayaan masyarakat agar mau dan mampu melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat adalah melalui promosi kesehatan. Upaya promosi kesehatan pada prinsipnya
serta mencegah terjadinya masalah kesehatan, melalui penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat.
2.3.1 Kesehatan
Indonesia, yaitu “sehat” atau “kesehatan”. Sehat menjelaskan kondisi atau keadaan dari
subjek, misalkan anak sehat, orang sehat, ibu sehat, dan sebagainya. Sedangkan kesehatan
menjelaskan tentang sifat dari subjek, misalnya kesehatan manusia, kesehatan binatang,
kesehatan masyarakat, kesehatan individu, dan sebagainya. Sehat dalam pengertian kondisi
mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat diartikan keadaan seseorang
dalam kondisi yang tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kegiatan sehari-hari,
dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat atau kesehatan telah dirumuskan dalam
Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 sebagai berikut: “Keadaan sempurna baik
fisik, mental dan sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara
Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) yang paling baru ini, memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan
sebelumnya yang mengatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental,
maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Apabila pada batasan yang
7
terdahulu kesehatan itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni fisik, mental, dan
sosial. Namun, dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009, kesehatan mencakup 4 aspek,
yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Hal ini berarti, kesehatan seseorang
tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari
produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja
(pensiun) atau manula, berlaku produktif secara sosial. Misalnya, produktif secara sosial-
ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedangkan
bagi lanjut usia atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang
bermanfaat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.
mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Itulah sebabnya,
maka kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh yang mengandung keempat aspek. Wujud
atau indikator dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan individu antara lain sebagi
berikut:
a. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasakan sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara klinis tidak ada penyakit. Semua organ tubuh berfungsi
1) Pikiran yang sehat itu tercermin dari cara berpikir seseorang, atau jalan pikiran. Jalan
pikiran yang sehat apabila seseorang mampu berpikir logis (masuk akal).
8
3) Spiritual yang sehat tercermin dari seseorang yang mengekspresikan rasa syukur,
pujian atau penyembahan keagungan, dan sebagainya terhadap sesuatu dibalik alam ini,
yakni Sang Pencipta alam dan seisinya. Secara mudah, spiritual yang sehat dapat
dilihat dari praktik keagamaan, keyakinan atau kepercayaan sesuai dengan agama yang
dianut. Dalam perkataan lain yaitu apabila orang melakukan ibadah dan aturan-aturan
dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok
lain tanpa membedakan ras, suku, agama, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya,
d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari seseorang (dewasa) produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong secara finansial
terhadap hidupnya sendiri dan keluarganya. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan) dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku.
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Hal ini berarti, bahwa dalam
rangka mewujudkan derajat kesehatan ini, baik individu, kelompok, maupun masyarakat
harus diupayakan. Upaya untuk mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu,
kelompok, masyarakat, baik secara melembaga oleh pemerintah, ataupun swadaya masyarakat
(LSM). Dilihat dari sifat, upaya mewujudkan kesehatan tersebut dapat dilihat dari dua aspek,
yaitu pemeliharaan kesehatan yang mencakup dua aspek, yakni: kuratif (pengobatan
penyakit), rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedangkan
9
peningkatan kesehatan mencakup dua aspek juga, yakni: preventif (pencegahan penyakit) dan
promotif (peningkatan kesehatan) itu sendiri. Kesehatan perlu ditingkatkan karena kesehatan
pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan atau pelayanan kesehatan (health
services). Jadi pelayanan kesehatan adalah tempat atau sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Dilihat dari sifat upaya penyelenggara kesehatan, pada
Adalah sarana atau pelayanan kesehatan bagi kasus-kasus atau penyakit ringan. Sarana
kesehatan primer ini adalah yang paling dekat bagi masyarakat, artinya pelayanan
Adalah sarana atau pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit dari
pelayanan kesehatan primer. Artinya, sarana pelayanan kesehatan ini melayani kasus-kasus
yang tidak atau belum bisa ditangani oleh sarana kesehatan primer. Misalnya, Puskesmas
dengan rawat inap, Rumah Sakit Kabupaten, Rumah Sakit tipe D dan C, Rumah Bersalin.
Adalah sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak dapat ditangani
oleh sarana pelayanan kesehatan primer. Misalnya, Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit
tipe B dan A.
10
Sarana pelayanan kesehatan primer seperti telah diuraikan di atas, disamping
promotif. Oleh sebab itu, Puskesmas khususnya, melakukan pelayanan kesehatan yang
Secara umum kesehatan dikelompokkan mejadi dua, yaitu kesehatan individu dan
kesehatan agregat (kumpulan individu atau kesehatan masyarakat). Ilmu yang mempelajari
masalah kesehatan individu ini adalah ilmu kedokteran (medicine), sedangkan ilmu yang
mempelajari masalah kesehatan agregat adalah ilmu kesehatan masyarakat (public health).
Dari pengalaman-pengalaman praktik kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai abad
ke-20, Winslow (1920) seorang ahli kesehatan masyarakat, membuat batasan sampai sekarang
masih relevan, yaitu: kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah
pengobatan, dan
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin agar setiap orang terpenuhi kebutuhan
mampunyai dua aspek teoritis (ilmu atau akademi) dan praktisi (aplikasi), kedua aspek ini
11
masing-masing mempunyai peran dalam kesehatan masyarakat. Secara teoritis, kesehatan
masyarakat perlu didasari dan didukung dengan hasil penelitian. Artinya, dalam
based) dan hasil kajian ilmiah (penelitian). Sebaliknya, kesehatan masyarakat juga harus
terapan (applied), artinya hasil studi kesehatan masyarakat harus mempunyai manfaat bagi
Dilihat dari ruang lingkup atau bidang garapannya, kesehatan masyarakat tersebut
masyarakat sampai dewasa ini mencakup epidemiologi dan biostatistik, sebagai “toll” analisis
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam
diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal ini pun terdiri
dari faktor fisik dan psikis. Demikian pula faktor eksternal, terdiri dari berbagai faktor yang
antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dan
sebagainya. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan baik individu,
12
a. Lingkungan (environment), yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik,
b. Perilaku (behavior),
d. Keturunan (heredity).
Keempat faktor tersebut dalam mempengaruhi kesehatan tidak berdiri sendiri, namun
masing-masing saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain langsung
perilaku juga mempengaruhi pelayanan kesehatan, dan seterusnya. Melihat keempat faktor
pokok yang mempengaruhi kesehatan masyarakat tersebut, maka dalam rangka memelihara
kesehatan masyarakat, hendaknya intervensi juga diarahkan kepada empat faktor tersebut.
Dengan kata lain, kegiatan atau upaya kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4,
yakni intervensi terhadap faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan herediter.
lingkungan, sedangkan intervensi tergadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan ekonomi
masyarakat, penstabilan politik dan keamanan, dan sebagainya. Intervensi terhadap faktor
pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan atau perbaikan fasilitas pelayanan
perkawinan, dan penyuluhan kesehatan, khususnya bagi kelompok yang mempunyai resiko
13
terhadap faktor perilaku. Namun demikian, faktor ketiga yang lain (lingkungan, pelayanan
Orang tua, baik ayah atau ibu mempunyai resiko untuk mewariskan kesehatan atau
penyakit terhadap anak-anak mereka. Orang tua (ayah atau ibu) yang menderita penyakit yang
dapat diturunkan atau diwariskan kepada anak-anaknya seperti diabetes melitus, jantung
mereka agar siap menghadapi penyakit-penyakit tersebut, serta berupaya mencegah keparahan
penyakitnya. Di samping itu, bagi orang-orang yang mempunyai resiko mewaris suatu
penyakit dari orang tua mereka harus waspada, dan melakukan cek kesehatan lebih teratur
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak mempunyai resiko warisan penyakit dari orang
tua mereka. Untuk itu promosi kesehatan baik kepada orang tua (ayah dan ibu) yang
mempunyai penyakit keturunan, ada dua hal yang perlu diperhatikan, pertama harus
menyadari penyakitnya tersebut tidak dapat dihindari, dan yang kedua harus berupaya untuk
meminimalkan atau mengurangi tingkat keparahan dari penyakit tersebut bagi dirinya,
Secara konsep definisi promosi kesehatan dapat kita pahami dari beberapa rangkaian
sesuai perkembangan promosi kesehatan itu sendiri, adapun beberapa definisi promosi
a. WHO (1984), merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah promosi kesehatan, kalau
pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan perilaku maka promosi kesehatan
14
tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang menfasilitasi
b. Menurut Lawrence Green (1984): “segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk
Promosi kesehatan juga berarti upaya yang besifat promotif (peningkatan) sebagai
(pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang kompherensif. Promosi kesehatan juga
merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan atau menjual yang bersifat persuasif,
karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan “sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat
perlu dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat (Depkes RI, 1997).
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,
sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya, bahwa masyarakat mampu berperilaku
15
berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di
upaya untuk membangun daya atau mengembangkan kemandirian yang dilakukan dengan
perilaku yang aman atau paling tidak beresiko rendah. Program Promosi kesehatan tidak
dirancang “di belakang meja”. Supaya efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas
bertujuan untuk mengembangkan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat agar mereka
berperilaku hidup sehat. Mengembangkan perilaku disini mencakup mengubah perilaku yang
kurang atau tidak sehat menjadi perilaku sehat, meningkatkan perilaku sehat, atau
pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak terlepas dari pengalaman empiris,
bahwa pendidikan kesehatan sebelum tahun 1980-an hanya menekan perubahan perilaku
16
praktik pendidikan kesehatan seperti ini perubahan perilaku masyarakat tentang kesehatan
sangat lamban dan sangat kecil. Dari beberapa hasil studi yang ada, termasuk yang dilakukan
oleh WHO, terungkap bahwa meskipun pengetahuan masyarakat telah tinggi, namun praktik
kurang atau tindakannya tentang kesehatan masih rendah. Hal ini berarti bahwa perubahan
atau peningkatan pengetahuan tentang kesehatan tidak diimbangi dengan tindakan atau
praktiknya.
kesehatan belum “memampukan” (praktik atau tindakan) masyarakat untuk berperilaku sehat,
tetapi baru dapat men-“tahukan” (pengetahuan) dan me-“maukan” (sikap). Hal ini terjadi
karena memang dengan dicukupinya pengetahuan dan sikap saja tidak otomatis akan berubah
menjadi praktik atau tindakan. Untuk melakukan hidup sehat diperlukan faktor pendukung
berupa sarana dan prasarana untuk melakukannya. Contoh: untuk makanan bergizi bukan
hanya perlu pengetahuan tentang gizi, tetapi perlu tersedianya makanan bergizi, atau tersedia
hanya mengubah perilaku saja, direvitalisasi menjadi promosi kesehatan yang tidak hanya
melakukan perubahan perilaku, tetapi juga perubahan determinan perilaku yang lain, yakni
lingkungan, baik itu fisik, sosial, ekonomi, kebijakan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam
kurun waktu sekitar seperempat abad (1984-kini) konsep dan prinsip tentang promosi
a. Pada 1984 berkembang konsep bahwa aktivitas promosi kesehatan dilakukan dengan
17
pada upaya meningkatkan peran serta masyarakat, dan meningkatkan peran tenaga
b. Pada 1986 piagam Ottawa menyatakan bahwa promosi kesehatan diselenggarakan dengan
d. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991), konferensi ini
3) Membangun aliansi,
18
e. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan IV di Jakarta, Indonesia (Jakarta Declaration
f. Promosi kesehatan pada abad ke-21 mempunyai dasar tujuan adalah sebagai berikut:
maka batasan promosi kesehatan juga mengalami berbagai ragam perkembangan, antara lain:
Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Ottawa Charter antara lain merumuskan batasan promosi
kesehatan yang lebih luas dan padat: ”Health Promotion is the process of enabling people
to increase control over, and to improve their health.” (Promosi Kesehatan adalah suatu
proses untuk membuat orang atau masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya).
b. Yayasan kesehatan dari Victoria Australia (VicHealth, 1996) merumuskan definisi yang
lebih tegas, jelas, dan komprehensif, yakni: “Health Promotion is a program are design to
bring about change within people, organization, communities, and their environment.”
(Promosi Kesehatan adalah suatu proses untuk melakukan perubahan perilaku, organisasi,
19
c. Promosi kesehatan terus berkembang yang menyebabkan WHO harus merumuskan
kembali batasan promosi kesehatan sebagai berikut, “Health Promotion is the process of
enabling individuals and communities to increase control over the determinants of health
Batasan ini lebih luas lagi, bahwa promosi kesehatan tidak hanya berurusan dengan
perilaku sebagai salah satu determinan kesehatan, tetapi berkepentingan terhadap semua
determinan kesehatan dalam rangka peningkatan kesehatan individu dan masyarakat. Promosi
kesehatan adalah suatu proses untuk membuat individu dan masyarakat mampu dalam
Dari tiga kutipan batasan tersebut, secara implisit diartikan bahwa promosi kesehatan
tidak hanya terfokus pada perubahan perilaku saja, melainkan juga melakukan upaya
organisasi dimana orang tersebut berada. Promosi kesehatan menyakini bahwa dengan
terjadinya perubahan perilaku saja tidak akan efektif. Perubahan perilaku harus disertai
Oleh sebab itu dapat dirumuskan dalam bentuk lain, bahwa promosi kesehatan adalah
segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,
politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan terjadinya perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Sejalan dengan perkembangan batasan promosi
kesehatan tersebut, dapat ditarik beberapa kata-kata kunci promosi kesehatan sebagai berikut:
20
a. Strategi yang diarahkan menyampaikan informasi, mempengaruhi, serta membantu
individu dan kelompok sehingga lebih aktif dan bertanggung jawab dalam kesehatan fisik
dan mental.
c. Kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi organisasi, politik, dan ekonomi yang
meningkatkan kesehatannya.
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (Notoatmodjo, 2007). Promosi
Promosi kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi, dan strategi yang jelas,
sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1193/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Visi, misi, dan strategi tersebut
sejalan bersama program kesehatan lainnya dalam mengisi pembangunan kesehatan serta
terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut adalah benar-
21
benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian, tetapi bukannya tidak
mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan dinamika atau gerak maju dari
suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana baru (yang ingin dicapai). Visi tersebut juga
menunjukkan bahwa bidang garapan promosi kesehatan adalah aspek budaya (kultur), yang
menjanjikan perubahan dari dalam diri manusia dalam interaksinya dengan lingkungannya
b. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya PHBS di masyarakat,
Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu dilakukan oleh promosi
kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga menjelaskan fokus upaya, dan kegiatan
yang perlu dilakukan. Dari misi tersebut jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan
serempak.
Strategi Promosi Kesehatan yang selama ini dikenal dengan ABG, yaitu: Advokasi,
Bina Suasana, dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga strategi tersebut dengan jelas
menunjukkan bagaimana cara menjalankan misi dalam rangka mencapai visi. Strategi tersebut
juga menunjukkan ketiga strata masyarakat yang perlu digarap, yaitu strata primer adalah
masyarakat langsung perlu digerakan peran aktifnya melalui upaya gerakan atau
UKS, dan lain-lainnya). Strata sekunder adalah para pembuat opini di masyarakat, perlu
dibina atau diajak bersama untuk menumbuhkan norma perilaku atau budaya baru agar
diteladani masyarakat. Ini dilakukan oleh media massa, media tradisional, adat, atau media
22
apa saja sesuai dengan keadaan, masalah, dan potensi setempat. Sedangkan strata tertier
adalah para pembuat keputusan dan penentu kebijakan, yang perlu dilakukan advokasi,
melalui berbagai cara pendekatan sesuai keadaan masalah dan potensi yang ada. Ini dilakukan
agar kebijakan yang dibuat berwawasan sehat, yang memberikan dampak positif bagi
kesehatan.
Dengan visi, misi, dan strategi seperti ini, promosi kesehatan juga jelas akan
kesehatan yang disebutkan di muka, visi, misi, dan strategi tersebut juga harus dapat
dioperasionalkan secara lebih membumi di lapangan, sesuai keadaan, masalah, dan promosi
setempat.
Untuk mencapai visi, perlu upaya-upaya yang harus dilakukan, dan inilah yang
disebut “MISI”. Jadi yang dimaksud misi pendidikan kesehatan adalah upaya yang harus
dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Misi promosi kesehatan secara umum dapat
a. Advokat (Advocate)
Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan di berbagai program dan
sektor yang terkait dengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya
agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini
b. Menjembatani (Mediate)
Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang
23
kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun sektor lain yang terkait.
Oleh sebab itu, dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini, peran promosi kesehatan
diperlukan.
c. Memampukan (Enable)
memelihara dan meningkatakan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini berarti
kepada masyarakat diberikan kemampuan atau keterampilan agar mereka mandiri dibidang
juga meningkat.
Guna mewujudkan atau mencapai visi dan misi tersebut secara efektif dan efisien,
diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara yang sering disebut “strategi”, yakni
teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan
tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna. Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi
a. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut
membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi
kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu
24
kebijakan diberbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut mau
mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat
Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal.
Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan
program yang ingin diharapkan dukungan dari pejabat yang terkait. Kegiatan secara
informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang
diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau
mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa
sasaran advoksi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui
tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan
utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor
kesehatan). Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah
berpartisipsi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat
dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain, pelatihan-pelatihan para toma,
seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian, maka
25
sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk
kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, anatar lain:
terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah
dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan yang mencakup 5 butir, yaitu:
Kebijakan berwawasan kebijakan adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan
kepada para penentu atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-
kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan perkataan lain,
26
sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik. Misalnya, ada
peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk
mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, setiap
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum, termasuk pemerintah kota, agar
tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum antara lain:
tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang air besar/kecil, tersedianya air
bersih, tersedianya ruangan bagi perokok dan non-perokok, dan sebagainya. Dengan
perkataan lain, para pengelola tempat-tempat umum, pasar, terminal, stasiun kereta api,
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam pelayanan kesehatan
itu ada “provider” dan “custumer”. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah
pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan
kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah, harus direorientasi lagi bahwa
masyarakat bukan hanya sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi
sekaligus juga sebagai penyelenggara dalam batas-batas tertentu. Realisasi dari reorientasi
pelayanan kesehatan ini adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah
27
maupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga
dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi juga sebagai
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari individu, keluarga, dan
(personnel skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penitng.
dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual
daripada massa.
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh
bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan, atau
masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.
28
2.4.6 Pendekatan pencegahan dalam promosi kesehatan
Pathogenesis Phase).
prevention merupakan suatu usaha agar masyarakat yang berada dalam stage of optimum
health tidak jatuh ke dalam stage yang lebih buruk. Primary prevention dilakukan dengan
dua cara:
1) Health Promotion
Health education
Marriage counseling
Sex education
Askep prenatal
Perlindungan gizi
Imunisasi, personal hygiene, accidental safety, kesehatan kerja perlindungan diri dari
b. Pathogenesis Phase
29
1) Secondary prevention (pencegahan sekunder)
Yaitu pencegahan terhadap masyarakat yang masih sakit, dengan dua kegiatan:
Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera/
Yaitu usaha pencegahan terhadap masyarakat yang setelah sembuh dari sakit dan
lain-lain.
masyarakat, baik individu, maupun kelompok agar mereka berperilaku hidup sehat. Dari
batasan terlihat bahwa dari promosi kesehatan hanya perilaku, utamanya perubahan perilaku
(behavior changing). Akan tetapi, untuk perubahan perilaku tidak hanya sekedar diberikan
perubahan perilaku diperlukan faktor lain yang berupa fasilitas atau sarana dan prasarana
untuk mendukung terjadinya perilaku tersebut (enabling factors), dan dorongan-dorongan dari
luar yang memperkuat terjadinya perubahan perilaku ini, atau disebut juga reinforcing factors
(Green, 1980).
30
Oleh sebab itu, perlunya dipahami ruang lingkup maupun sasaran dalam upaya
Ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan pada dua dimensi, yaitu dimensi aspek
sasaran pelayanan kesehatan, dan dimensi tempat pelaksanaan promosi kesehatan atau
tatanan (setting).
yang sehat agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat status
kesehatan masyarakat.
sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya.
masyarakat, maka harus dimulai pada tatanan masing-masing keluarga. Dalam teori
anggota masyarakat. Karena itu, bila persemaian itu jelek maka jelas akan
kondusif untuk tumbuhnya perilaku sehat bagi anak-anak sebagai calon anggota
31
masyarakat, maka promosi kesehatan sangat berperan. Dalam pelaksanaan promosi
kesehatan keluarga ini, sasaran utamanya adalah orang tua terutama ibu, karen aibu
lah di dalam keluarga itu yang sangat berperan dalam meletakkan dasar perilaku
tempat lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi anak, termasuk perilaku
kesehatan. Peran guru dalam promosi kesehatan di sekolah sangat penting, karena
guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh anak-anak dari pada orang tuanya. Sekolah
dan lingkungan sekolah yang sehat sangat kondusif untuk berperilaku sehat bagi
anak-anak. Agar guru dan lingkungan sekolah tersebut kondusif bagi perilaku sehat
Tempat kerja adalah tempat dimana orang dewasa memperoleh nafkah untuk
kurang 8 jam perhari para pekerja ini menghabiskan waktunya untuk menjalankan
oleh masing-masing pekerja ini berbeda satu sama lainnya, tergantung pada jenis
dan lingkungan kerja masing-masing karyawan tersebut. Oleh sebab itu promosi
kesehatan di tempat kerja ini dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau
tempat kerja dengan memfasilitasi tempat kerja yang kondusif bagi perilaku sehat
32
bagi karyawan atau pekerjanya, misalnya tersedianya air bersih, tempat
waktu tertentu, misalnya pasar, terminal bus, stasiun kereta api, bandara, mall, dan
pembuangan air kotor, ruang tunggu bagi perokok dan non-perokok, kantin, dan
poliklinik, tempat praktik dokter, dan sebagainya adalah tempat yang paling
strategis untuk promosi kesehatan. Sebab pada saat orang baru sakit atau
33
keluarganya. Dengan kata lain, mereka akan mudah menerima informasi, bahka
terhadap individual oleh para petugas kesehatan kepada para pasien atau keluarga
1) Sasaran primer
atas, merupakan sasaran primer dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Akan tetapi,
dalam praktik promosi kesehatan, sasaran primer ini dikelompokkan menjadi kelompok
kepala keluarga, ibu hamil, ibu menyusui, ibu anak balita, anak sekolah, remaja,
2) Sasaran sekunder
Sasaran sekunder adalah tokoh masyarakat setempat (formal maupun informal) dapat
34
bagi masyarakatnya, perilakunya selalu menjadi acuan bagi masyarakat di sekitarnya.
Oleh karena itu, tokoh masyarakat dapat dijadikan sasaran sekunder dengan cara
samping mereka sendiri dapat menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakat di
sekelilingnya.
3) Sasaran tertier
(enabling) untuk berperilaku sehat, yakni sarana dan prasarana untuk terwujudnya
perilaku tersebut. Namun, untuk pengadaan sarana dan prasarana untuk berperilaku
sehat ini sering kali masyarakat sendiri tidak mampu. Untuk itu perlu dukungan dari
penentu atau pembuat keputusan di tingkat lokal, misalnya lurah, camat, bupati, atau
pejabat pemerintah setempat. Misalnya, di daerah yang sangat kekurangan air bersih,
padahal masyarakatnya tidak mampu mengadakan sarana air bersih tersebut. Oleh
sebab itu, kegiatan promosi kesehatan dapat menjadikan para pejabat setempat ini
sebagai sasaran tertier. Caranya, bupati atau camat dapat menganggarkan melalui
Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara atau
metode dan alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan promosi
kesehatan. Dengan kata lain, metode dan teknik promosi kesehatan adalah dengan cara dan
alat apa yang digunakan oleh pelaku promosi kesehatan untuk menyampaika pesan-pesan
Berdasarkan sasarannya, metode teknik promosi kesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu:
35
a. Metode promosi kesehatan individual
Metode ini digunakan apabila promotor kesehatan dan sasaraan atau klien dapat
berkomunikasi langsung, baik bertatap muka maupun sarana komunikasi lainnya, misalnya
telepon. Cara ini paling efektif karena antara petugas dan klien dapat saling berdialog,
saling merespon dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan masalah kesehatan
bagi kliennya petugas kesehatan dapat menggunakan alat bantu atau peraga yang relevan
dengan masalahnya. Metode dan teknik promosi kesehatan individual ini dikenal dengan
“councelling”
Teknik dan metode promosi kesehatan kelompok ini digunakan untuk sasaran kelompok.
Sasaran kelompok dibedakan menjadi dua, yakni kelompok kecil dan kelompok besar.
Disebut kelompok kecil jika sasarannya terdiri antara 6-15 orang, dapat berupa diskusi
kelompok, metode curah pendapat (brain storming), bola salju (snow ball), bermain peran
(role play), metode permainan simulasi (simulation game), dan sebagainya dibantu oleh
alat media misalnya lembar balik, alat peraga, slide, dan sebagainya. Sedangkan, kelompok
besar sasarannya terdiri antara 15-50 orang, dapat berupa metode ceramah yang diikuti
atau tanpa diikuti tanya jawab, seminar, loka karya, dan sebaginya dibantu oleh alat media
misalnya overhead projector, slide projector, film, sound system, dan sebagainya.
Apabila sasaran promosi kesehatan adalah massal atau publik, maka metode dan teknik
promosi kesehatan yang dilakukan adalah massa. Merancang metode kesehatan massal
memang yang paling sulit, sebab sasaran publik sangat heterogen, baik dilihat dari
kelompok umur, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, sosio-budaya, dan sebagainya.
36
Kita memahami masing-masing kelompok sasaran yang sangat variatif tersebut
pesan kesehatan, padahal kita harus merancang dan meluncurka pesan-pesan kesehatan
tersebut kepada massa tersebut dengan metode, teknik, dan isi yang sama. Metode dan
teknik yang digunakan untuk massa yang sering digunakan adalah: ceramah umum
dan televisi), penggunaan media cetak (koran, majalah, selembaran, poster, dll),
kesehatan. Salah satu strategi global promosi kesehatan pemberdayaan atau empowerment
dengan sasaran masyarakat atau komunitas. Masyarakat sebagai sasaran primer promosi
kesehatan harus diberdayakan agar mereka mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri. Sudah tentu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri terdiri dari individu-individu dan kelompok-kelompok atau komunitas-
kesehatan sesungguhnya merupakan perwujudan dari tanggung jawab mereka agar hak-hak
kesehatan mereka terpenuhi. Hak-hak setiap anggota kesehatan masyarakat ialah hak untuk
dilindungi dan dipeliharanya kesehatan mereka sendiri oleh mereka sendiri, tanpa tergantung
kepada pihak lain, baik pemerintah maupun organisasi masyarakat yang lain. Peran pemerintah
dalam memelihara dan melindungi masyarakat hanyalah sebagai fasilitator, motivator, dan
stimulator.
37
2.5.1 Tujuan pemberdayaan masyarakat dan Promosi Kesehatan
a. Tujuan umum
berperan aktif dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat melalui upaya promosi kesehatan
yang terintegrasi secara lintas program, lintas sektor, swasta, dan masyarakat.
b. Tujuan khusus
2) Meningkatkan kerjasama antar masyarakat, antar kelompok, serta antar lembaga dalam
masyarakat dengan seluruh program dan sektor terkait, di pusat, provinsi, dan
a. Meningkatka kemitraan dan pemberdayaan dalam mewujudkan perilaku hidup bersih dan
b. Menempatkan upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan menjadi salah satu
38
c. Melaksanakan peningkatan akses informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang
e. Melaksanakan upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan secara holistik dan
terpadu.
promosi kesehatan.
sebagai berikut:
a. Pembinaan PHBS di 5 tatanan, yaitu: PHBS di rumah tangga, PHBS di sekolah, PHBS di
tempat-tempat umum, PHBS di tempat kerja, PHBS di institusi kesehatan. Setiap tatanan
b. Pengembangan Desa Siaga Aktif, yaitu: mengupayakan pencapaian Desa Siaga Aktif
dengan melalui tahapan dari Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri serta pengembangan
UKBM.
2014 dan Penetepan Kinerja Pusat Promosi Kesehatan, telah ditetapkan 6 indikator dalam
39
mencapai sasaran hasil program. Sasaran strategis yang disusun untuk mencapai target pada
a. Indikator utama
b. Indikator tambahan
kesehatan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 – 2025.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta.
41
42