Anda di halaman 1dari 17

Sistem Pemerintahan Indonesia:……….

(Ahmad Yani)

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA: PENDEKATAN TEORI


DAN PRAKTEK KONSTITUSI UNDANG-UNDANG DASAR 1945
(Indonesian Government System:
Theory and Practice Approaches of 1945’ Constitution)

Ahmad Yani
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
(SAY n’ Partners Lawfirm)
Menara MTH, Lantai 11-Suite 1107, Jl.Letjen MT.Haryono, Kav 23,
Tebet-Pancoran, Jakarta Selatan 12820
Handphone: 081368772044,Faksimili: (62-21)83788532,
e-mail: a.ahmadyani287@gmail.com

Tulisan Diterima: 1 Maret 2018; Direvisi: 18 Juli 2018;


Disetujui Diterbitkan: 19 Juli 2018

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/kebijakan.2018.V12.119-135

Abstrak
Indonesia saat ini menganut sistem pemerintahan Presidensil, dimana adanya pemisahan
kekuasaan yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif yang berdasarkan prinsip “checks and balances”,
ketentuan ini tertuang dalam konstitusi, namun tetap diperlukan langkah penyempurnaan, terutama
pengaturan atas pembatasan kekuasaan dan wewenang yang jelas antara ketiga lembaga Negara
tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, yang menggunakan pendekatan
yuridis normatif. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui dan membahas berbagai teori dan
praktek berdasarkan UUD 1945 atas pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara teoritis kewenangan lembaga-lembaga negara di Indonesia mengarah
pada sistem pemerintahan presidensil, namun kemudian secara praktek dalam menjalankan fungsi
dan kewenangan, lembaga negara tidak mencerminkan bahwa sistem pemerintahan Indonesia
menganut pemisahan kekuasaan yang ada dalam sistem pemerintahan presidensil akan tetapi
lebih dekat pada sistem pembagian kekuasaan. Dengan demikian, ketentuan yang diterapkan
berdasarkan UUD 1945 diperlukan kembali upaya penyempurnaan, agar secara konsepsional dan
prakteknya dapat berjalan secara ideal.
Kata Kunci: Teori, Praktek, Pemerintahan, Konstitusi, Indonesia

Abstract
Indonesia currently adopts the presidential government system, that recognizes the separation of
powes among the Executive, Legislative and Judicative branches based on the principles of “checks
and balances”. These rules are provided for in the constitution, howwver, improvements are always
be required, in particular those regulating the clear boundaries of the powers and authorities among
the three institutions of the state. This research is a normative legal research, that employs juridical
normative approach method. In this research, it is the author’s intention to identify and review some
theories and practices of the implementation of the Indonesian government system based on the
1945’s Constitution. Theoretically the powers of the state institutions in Indonesia are guided by
the presidential government system, however the practices show that in performing the functions
and authorities, the state institutions have failed to reflect that Indonesian government system that

119
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 119 - 135

separates the powers as dictated by the presidential government system but, closer to the power
distribution sistem. Therefore, the provisions set out in the 1945’s Constitution should be improved,
so that the concepts and the practices can operate in a synchronous way.
Keywords: Theory, Practice, Government, Constitution, Indonesia

PENDAHULUAN Bandung. Menurutnya, ketidaksempurnaan


itu patut dipahami karena proses pembuatan
Latar Belakang UUD 1945 hanya berlangsung 45 hari dan itu
Pembukaan Undang-Undang Dasar pun dilakukan dalam suasana bulan puasa.
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Akan tetapi, hal itu tidak harus dipahami
(hasil amandemen), untuk selanjutnya bahwa proses pembuatan dalam waktu yang
disebut UUD 1945, merupakan norma dasar cukup panjang akan menghasilkan UUD
bernegara (staatsfundamentalnorm) yang yang sempurna, sebab pada prinsipnya
menggambarkan cita-cita negara bangsa sebuah UUD harus terus disesuaikan
yang di dalamnya juga terdapat pernyataan dengan perkembangan zaman. Lembaga
Kemerdekaan. Pembukaan UUD 1945 yang berhak menyesuaikan UUD sebagai
yang dirumuskan dan ditetapkan oleh para hukum tertinggi dengan tuntutan zaman
founding fathers menjadi sumber dan dasar ialah lembaga tertinggi negara, yakni MPR.
bagi penyusunan berupa pasal-pasal dan Kemudian Sri Soemantri, menjelaskan dalam
ayat dalam UUD 1945. Dalam kenyataannya tulisannya bahwa salah satu akibat dari
masih ada norma-norma dasar yang harus UUD yang tidak mengikuti perkembangan
dituangkan dalam pasal-pasal namun belum zaman ialah munculnya produk hukum
dituangkan dalam pasal-pasal. Hal tersebut yang tidak responsif. Selama pemerintahan
merupakan hal yang wajar mengingat Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto
pada saat persidangan Panitia Persiapan karakter produk hukum yang dihasilkan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mayoritas justru menindas. Selama lebih dari 30 tahun
anggota menghendaki segera merdeka. sebelum adanya reformasi tahun 1998,
Soekarno sendiri sebagai ketua PPKI sejarah mencatat bahwa konfigurasi politik
mengatakan sifat sementara UUD 1945, yang dibangun secara tidak demokrtatis
karena disadari kurang lengkap dan kurang telah menjadikan hukum terpuruk. Fungsi-
sempurnanya Undang-Undang Dasar (UUD) fungsi kelembagaan Negara yang diatur
bersifat sementara.1 berdasarkan hukum yang lahir dalam kondisi
yang demikian pun secara tidak langsung
Ketidaksempurnaan UUD 1945 juga
harus mengikuti konfigurasi politik tersebut.
diungkapkan Sri Soemantri Guru Besar
Demikian pula dengan fungsi kelembagaan
Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran
yang dimiliki DPR.2

1. ..Undang-Undang Dasar yang buat sekarang ini, adalah Undang-Undang Dasar Sementara. Kalau boleh saya
memakai perkataan: ini adalah Undang-Undang Dasar kilat. Nanti kalau kita telah bernegara di dalam suasana
yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis Perwakilan Rakyat yang dapat membuat
UndangUndang Dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurna. Tuan-tuan tentu mengerti, bahwa ini adalah sekedar
Undang-Undang Dasar Sementara, Undang-Undang Dasar kilat, bahwa barangkali boleh dikatakan pula, inilah
revolutie grondwet. Lihat dalam, Hadji Muhammad Yamin, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Djilid
Pertama, Cet Ke-2, (Jakarta: Siguntang, 1971), hlm. 410.
2. Zulkarnain Ridlwan, “Cita Demokrasi Indonesia dalam Politik Hukum Pengawasan DPR terhadap Pemerintah” Jurnal
Konstitusi, Volume 12, No. 2, Juni 2015. hlm. 307.

120
Sistem Pemerintahan Indonesia:………. (Ahmad Yani)

Jika keadaan ingin berubah, dalam arti 1. Kekuasaan legislatif sebagai pembuat
produk hukum benar-benar bisa memberikan undang-undang;
keadilan bagi seluruh rakyat, konfigurasi 2. Kekuasaan eksekutif untuk
politik harus diubah dari otoriter ke melaksanakan undang-undang.
demokrasi. Ide negara demokrasi bukanlah 3. Kekuasaan untuk menghakimi atau
hal yang baru bagi Indonesia karena sejak yudikatif.5
negara ini berdiri, ide utama yang diajukan Hal ini sejalan dengan penegakan prinsip-
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan prinsip kedaulatan rakyat, prinsip checks and
pola hubungan pemerintah-rakyat sudah balances. Istilah checks and balances adalah
didasarkan pada konsep demokrasi. Namun prinsip saling mengimbangi dan mengawasi
demokrasi yang dimaksud ialah sebuah antarcabang kekuasaan, biasanya dalam
model demokrasi yang bukan liberal, konteks kekuasaan Negara,6 maka Presiden
melainkan terikat dengan nilai bangsa.3 harus memperhatikan sungguh-sungguh
Dengan demikian, akan dihasilkan produk suara DPR dalam hal fungsi legislasi, fungsi
hukum yang berkarakter responsif.4 Oleh pengawasan terhadap jalannya pemerintahan
karena itu, gelombang tuntutan perubahan dan fungsi Anggaran Pendapatan dan
di tahun 1998 merupakan salah satu bentuk Belanja Negara (APBN). Untuk itu perlu ada
tuntutan zaman agar Indonesia melakukan mekanisme hubungan yang lebih jelas antara
berbagai penyesuaian-penyesuaian secara lembaga Kepresidenan (eksekutif) dan DPR
konstitusi. Untuk menghasilkan produk hukum (legislatif) maupun dengan lembaga-lembaga
yang berkarakter responsif dan tidak otoriter, Negara lainnya.
tentu sesuai atas keinginan rakyat diperlukan
Sejak awal perumusan MPR merupakan
adanya peningkatan peranan Lembaga
lembaga yang didesain sebagai lembaga
Negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat
tertinggi, jadi MPR tidak kalah pentingnya,
(DPR). Secara mendasar kekuasaan lazimnya
selain hubungan DPR dengan Presiden.
dipetakan ke dalam beberapa fungsi yang
Oleh karena itu, kedudukan Majelis
berkaitan satu sama lain. John Locke dalam
Permusyawaratan Rakyat (MPR) juga
bukunya “Two Treatises of Government”,
perlu diberdayakan, dengan diadakannya
membagi kekuasaan negara dalam tiga
pengaturan yang lebih jelas dan tegas
fungsi, tetapi berbeda isinya. Menurut Locke
pengaturan tentang wewenang dan
fungsi-fungsi kekuasaan negara terdiri dari;
tanggung jawab antara DPR dan MPR.
fungsi legislatif, fungsi eksekutif, dan fungsi
Karena berdasarkan ketentuan UUD 1945,
federatif. Dengan mengikuti jalan pikiran John
kedaulatan rakyat merupakan lembaga yang
Locke, Montesquieu dalam bukunya “L’Espirit
meliputi kekuatan sosial politik, utusan daerah
des Lois” yang ditulis tahun 1784 atau versi
dan golongan dilembagakan di dalam MPR,
bahasa Inggris-nya dikenal “The Spirit of The
untuk melakukan kedaulatan rakyat atas
Laws“, mengklasifikasikan kekuasaan negara
nama rakyat. Kedaulatan adalah ditangan
ke dalam tiga cabang, yaitu:
rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
MPR. Frase “sepenuhnya” harus diartikan

3. Ibid., hlm. 306.


4. Sri Soemantri: “UUD 1945 Memang Belum Sempurna”, Harian Kompas, tanggal 20 Oktober 1998
5. Masnur Marzuki, “Pemisahan Kekuasaan dan Prinsip Checks and Balances dalam UUD 1945”, 25 Desember 2011.
Makalah pada Acara Pendidikan Kesadaran Berkonstitusi Untuk Guru SMP di Kota Yogyakarta, tanggal 18 Desember
2010. (http://masnurmarzuki.blogspot. co.id/2011/12/pemisahan-kekuasaan-dan prinsip-checks.html), diunduh pada
27 Februari 2018
6. Zulkarnain Ridlwan., Op.cit., hlm. 312.

121
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 119 - 135

tidak terbagi dengan lembaga lain, akan penyempurnaan, terutama pengaturan atas
tetapi kita bertendensi mengambil alih pembatasan kekuasaan dan wewenang
kekuasaan rakyat (akibat dari penjelmaan yang jelas dari Presiden/eksekutif sehingga
seluruh rakyat). MPR sebagai pemegang Presiden/eksekutif tidak sewenang-wenang.
kedaulatan rakyat berkedudukan lebih tinggi Selanjutnya, perlu ada kejelasan peran dan
dari lembaga lainnya dan tidak membagi fungsi DPR dalam hal fungsi perundang-
kedaulatannya dengan lembaga lain sehingga undangan, fungsi pengawasan kekuasaan
pengaturan tentang kedudukan dan susunan pemerintahan dan fungsi perwakilan rakyat.
MPR, ditetapkan oleh MPR sendiri.7 Sehingga DPR atau legislatif dapat benar-
Hal yang tidak boleh dilupakan, struktur benar melaksanakan fungsinya sebagai
negara Indonesia, selain eksekutif dan pengemban kedaulatan rakyat. Di samping
legislatif juga memiliki lembaga yudikatif yaitu itu juga perlu kejelasan fungsi dan peran
Mahkamah Agung (MA). Sebagai lembaga MPR dalam rangka memberdayakan
peradilan, peran MA memerlukan ketegasan lembaga negara yang berdasarkan konstitusi
dalam UUD 1945. Kekuasaan Kehakiman kita dianggap sebagai pegejewantahan
harus diberikan ketegasan sebagai lembaga kedaulatan rakyat Indonesia. Masalah
peradilan yang memiliki independensi. peningkatan wewenang lembaga kehakiman
Meminjam pemikiran yang diusulkan (yudikatif) juga menjadi perhatian dalam
oleh Sri Soemantri bahwa Mahkamah sistem pemerintahan yang digunakan dalam
Agung semestinya diberi wewenang untuk rangka menegakkan “checks and balances”
melakukan hak uji terhadap undang-undang di antara tiga cabang kekuasaan yang sesuai
(judicial review) sebelum lahirnya Mahkamah dengan sistem presidensil yang dianut oleh
Konstitusi.8 Indonesia.
Dengan demikian, pembagian Tidaklah berlebihan jika Harun Alrasid
kekuasaan yang jelas di antara tiga cabang memberikan pemikiran bahwa di Indonesia
kekuasaan yang disebutkan dalam trias perlunya dilakukan reformasi konstitusi
politika yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif dengan menetapkan UUD yang bersifat tetap,
berdasarkan prinsip “checks and balances” sebab selama 53 tahun Indonesia merdeka
sudah tertuang sejak perumusan sampai belum memiliki UUD yang bersifat tetap.
pengesahan. Akan tetapi diperlukan langkah UUD 1945 yang dijadikan UUD Indonesia
masih bersifat sementara, tidak lengkap, dan

7. Sri Soemantri menyatakan disamping adanya faktor politik yang berpengaruh, menurut sejarah pembentukan dan
penetapannya UUD tersebut merupakan hasil perpaduan pandangan golongan-golongan yang terdapat dalam
masyarakat dan oleh karena itu dapat mempersatukan bangsa Indonesia. Kemudian UUD 1945 sebagai konstitusi
tertulis berisi: hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau, yang terlihat dari isi Pembukakaan UUD 1945.
Selain itu, UUD 1945 berisi pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu sekarang
maupun untuk masa yang akan datang. Lihat dalam, Sri Soemantri Martosoewignyo, Persepsi Terhadap Prosedur
dan Sistem Perubahan Konstitusi dalam Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Bandung: Alumni, 1979, hlm.
41-43.
8. Dalam hal ini penjelasan Sri Soemantri menjelaskan saat perumusan UUD 1945 yudicial review sebelumnya pernah
ditolak. Manakala, Prof. Soepomo pada waktu menanggapi usul almarhum Mr. Mohammad Yamin, agar dalam
Undang-Undang Dasar, Prof Soepomo di dalam sidang itu menolak, dengan dua alasan. Alasan yang pertama, kita
masih kekurangan sarjana hukum yang memahami itu, beliau lupa bahwa Undang-Undang Dasar itu berlaku untuk
jangka waktu yang panjang. Nah, sekarang ini hampir setiap kabupaten ada Fakultas Hukum. Jumlah sarjana hukum
ini sudah banyak, walaupun kualitasnya masih perlu mendapat perbaikan. Lalu yang kedua, dikatakan oleh beliau
Bahwa hak uji materiil itu tidak bisa dilepaskan dari teori trias politica. Dikutip dalam Mahkamah Konstitusi, Naskah
Komprehensif Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Latar Belakang, Proses,
dan Hasil Pembahasan, 1999-2002; Buku I Edisi Revisi, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, 2010, hlm. 225.

122
Sistem Pemerintahan Indonesia:………. (Ahmad Yani)

tidak sempurna. Oleh karena itu, UUD 1945 kata lain, penelitian hukum yang dilakukan
perlu diganti atau diperbaiki. Kalau UUD 1945 dengan cara meneliti bahan pustaka
dipandang sebagai UUD yang bersifat tetap, atau data sekunder belaka.10 Penelitian
ketentuan di dalamnya yang bersifat baik hukum normatif atau kepustakaan tersebut
perlu dipertahankan dan yang bersifat tidak mencakup penelitian terhadap asas-asas
baik perlu dihilangkan atau disempurnakan.9 hukum, penelitian terhadap sistematik hukum,
penelitian terhadap taraf singkronisasi vertical
Rumusan Masalah
dan horizontal, perbandingan hukum dan
Berdasarkan uraian dalam latar belakang Sejarah Hukum.11
di atas, penelitian ini akan menjelaskan
Dalam penelitian hukum normatif
berbagai teori dan prakteknya berdasarkan
ini penulis menggunakan pendekatan
UUD 1945 atas pelaksanaan sistem
perundang-undangan (statute approach),
pemerintahan Indonesia. Oleh karena itu dua
hal ini dilakukan dengan menelaah semua
pertanyaan besar dalam penulisan ini yaitu
undang-undang dan regulasi yang terkait
bagaimana secara konsepsional sebagai
dengan isu hukum yang sedang ditangani.12
dasar pelaksanaan sistem presidensil di
Pendekatan peraturan perundang-undangan
Indonesia dan bagaimana secara praktek
adalah pendekatan dengan menggunakan
pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia
legislasi dan regulasi.13 Dengan metode
berdasakan pendekatan Konstitusi Undang-
ini diharapkan penulis dapat menganalisis
Undang Dasar 1945.
regulasi tersebut, mengidentifikasi dan
Tujuan menyesuaikan dengan regulasi terkait yang
Berdasarkan rumusan masalah di atas, lainnya. Sehingga penulis dapat mengetahui
adapun tujuan dari penelitian ini adalah kelemahan dan kekurangan peraturan yang
pertama untuk mengetahui, menganalisis terkait dan memperoleh jawaban tentang isu-
dan mengkaji secara konsepsional atau isu antara ketentuan produk hukum dengan
teori sebagai dasar pelaksanaan sistem filosofi yang melahirkan produk hukum itu.
presidensil berdasarkan konstitusi di Bahan dasar penelitian hukum normatif
Indonesia. Kedua, untuk mengetahui, yakni bahan hukum primer, bahan hukum
menganalisis dan mengkaji secara praktek sekunder dan bahan hukum tersier atau
pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia penunjang.14 Sumber bahan hukum primer
berdasakan pendekatan Konstitusi Undang- yang penulis gunakan dalam penelitian
Undang Dasar 1945. hukum normatif ini diantaranya Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Metode Penelitian
Tahun 1945 sebagai konstitusi dan Peraturan
Berdasarkan rumusan masalah dan terkait lainnya. Bahan hukum sekunder
tujuan penelitian maka metode yang yang penulis gunakan antara lain, literatur-
digunakan penulis dalam penelitian ini literatur berupa buku teks yang berkaitan
adalah metode penelitian hukum normatif dengan judul penelitian, hasil simposium/
atau penelitian hukum kepustakaan. Dengan seminar, karangan ilmiah, jurnal hukum, dan

9. “Konstitusi Perlu Direformasi”, Suara Karya, tanggal 16 Juni 1998.


10. Soerjono Soekanto, Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 13.
11. Ibid, hlm. 14.
12. Ibid, hlm. 11.
13. Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, edisi revisi, Jakarta: Prenadamedia, 2005, hlm.13.
14. Ibid, hlm. 38.

123
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 119 - 135

teori-teori hukum. Selanjutnya bahan hukum terdapat perbedaan yang jelas antara
tersier, yaitu bahan yang yang memberikan sistem pemerintahan presidensil dan
penjelasan atau yang mendukung bahan sistem pemerintahan parlementer. Masing-
hukum primer dan bahan hukum sekunder masing memiliki ciri-ciri sebagaimana
seperti Black’s Law Dictionary dan Kamus diungkapkannya dalam kutipan berikut.
Hukum. Pertama, masalah sistem pemerintahan yang
Dalam penelitian ini prosedur dianut oleh Undang-Undang Dasar. Memang
pengumpulan bahan hukum yang di kalangan kita ini ada dua pendapat bahkan
digunakan yakni studi dokumentasi dengan tiga mungkin. Yang pertama, mengatakan
mengumpulkan bahan hukum berupa bahwa yang berlaku sekarang ini sistem
penelusuran literatur hukum dan catatan pemerintahan presidensil. Yang kedua,
untuk memuat kutipan serta informasi lainnya mengatakan itu bukan, bahkan ini dikatakan
yang dilakukan baik secara off line dan ada semacam campuran. Dan ketiga ini
secara on line. Bahan hukum tersebut lalu mencari solusi, itu yang dikemukan oleh
didefinisikan, ditelaah dan diklasifikasikan almarhum Prof. Padmo Wahyono yang
agar menjadi data sekunder yang valid. mengatakan sistem MPR.15
Kemudian bahan hukum tersebut di Indonesia merupakan negara dengan
kelola yang dimulai dengan cara pemeriksaan sistem pemerintahan Presidensial. Hal
data (editing), yaitu mengoreksi apakah data ini didasarkan pada kesepakatan pendiri
yang terkumpul sudah cukup lengkap, benar bangsa (founding father) dalam siding Badan
dan sesuai dengan masalah; penandaan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
data (coding), yaitu memberikan catatan (BPUPK) pada 29 Mei- 1 Juni dan 10-17 Juli
atau tanda yang menyatakan jenis sumber 1945.16 Sistem pemerintahan presidensil itu
data seperti buku, literatur, perundangan- mempunyai ciri-ciri yang khas sebagaimana
undangan atau dokumen; klasifikasi data dianut di Amerika Serikat. Pertama, sistem itu
(classification), yaitu penempatan dapat didasarkan atas asas pemisahan kekuasaan.
mengelompokan data yang melalui proses Seorang pakar ilmu politik Amerika Serikat
pemeriksaan serta penggolongan data; menyatakan it is based upon the separation
penyusunan data (systematizing), yaitu of power principle. Yang kedua, tidak ada
menyusun data yang telah diperiksa secara pertanggungjawaban bersama antara
sistematis sesuai dengan urutannya sehingga Presiden sebagai pemimpin eksekutif dengan
pembahasan lebih mudah dipahami, sehingga anggota anggotanya. Anggota-anggota
terakhir bahan dianalisis, didefinisikan dan yang bernama menteri itu sepenuhnya
diklasifikasikan secara sistematis. bertanggungjawab kepada Presiden. Yang
ketiga, Presiden tidak dapat membubarkan
PEMBAHASAN DPR dan yang keempat, Presiden itu
dipilih oleh Dewan Pemilih. Jadi ini sistem
1. Konsepsi Dasar Sistem Pemerintahan pemerintahan presidensil sebagaimana
Sri Seomantri menyatakan bahwa berlaku di Amerika Serikat lalu bagaimana
Sistem Pemerintahan adalah hubungan dengan sistem pemerintahan presidensil di
antara lembaga legislatif dan eksekutif Indonesia?.

15. Sri M Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Alumni, 1992, hlm. 90
16. Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi, Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial
Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm. 4 dikutip di M. Yasin al-arif “Anomali Sistem Pemerintahan Presidensial
Pasca Amandemen UUD 1945” hlm. 239. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM No.2 Vol.22 April 2015, hlm. 238-254.

124
Sistem Pemerintahan Indonesia:………. (Ahmad Yani)

Sedangkan yang dimaksud dengan sistem pemerintahan, pada umumnya


sistem pemerintahan parlementer didasarkan dibedakan kedalam dua sistem utama, yaitu
atas asas defusion of powers. Jadi presidensil sistem presidensil dan parlementer, diluar
separation of powers, parlementer defusion kedua sistem tersebut merupakan sistem
of powers. Pada sistem parlementer, baik campuran atau kuasa parlementer atau
pemerintah maupun parlemen itu dapat kuasa presidensil, ada juga menyebut sistem
saling membubarkan. Pemerintah dapat referendum.
dibubarkan oleh parlemen apabila tidak Sebelum membahas konsep sistem
mendapat dukungan mayoritas dari anggota pemerintahan di Indonesia tersebut, terdapat
parlemen, parlemen pun dapat dibubarkan beberapa pemikiran dan teori tersendiri
oleh pemerintah melalui kepala negara yang dikemukaan oleh para tokoh mengenai
apabila dianggap tidak mencerminkan lagi pembagian kekuasaan, yaitu19 :
aspirasi rakyatnya. Dan yang keempat, sistem a. Teori John Locke
parlementer kepala pemerintahan adalah
John Locke menyatakan bahwa
Perdana Menteri, sebagai kepala eksekutif
kekuasaan dalam Negara dibagi menjadi
yang ditetapkan oleh kepala negara, apakah
3 (tiga), yaitu kekuasaan legislative,
itu Presiden, atau dengan sebutan seperti
kekuasaan eksekutif dan kekuasaan
raja.17 Sistem parlementer menjadi bagian
federative. Kekuasaan legislative adalah
dari sistem pemerintahan yang digunakan
kekuasaan untuk membuat undang-undang,
oleh Indonesia sejak tahun 1949-1959
kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan
dengan konstitusi berbeda, yaitu Konstitusi
untuk melaksanakan undang-undang, dan
RIS 1949 dan UUD 1950.
kekuasaan federative adalah kekuasaan
Dari rangkaian perjalanan sistem yang berkenaan dengan perang dan damai,
pemerintahan Indonesia, kalau dikatakan membuat perserikatan dan aliansi, serta
sistem pemerintahan presidensil, Indonesia segala tindakan dengan semua orang
tidak menganut asas pemisahan kekuasaan. dan badan-badan di luar negeri. Adanya
Begitupun, kalau dikatakan sistem kekuasaan federative yang menyangkut
parlementer, tidak terdapat mekanisme hubungan dengan negara-negara lain
pembagian kekuasaan yang jelas, bahkan dilatarbelakangi dengan keberadaan Negara
cenderung mengadopsi kedua sistem. Inggris pada waktu itu, sebagai Negara yang
Sistem pembagian kekuasaan yang dianut memiliki banyak wilayah jajahan.
itu tidak terpisah antara lembaga negara
b. Teori Montesquieu
yang satu dengan lembaga negara lainnya.
Sejalan dengan itulah, Ismail Suny18 Diilhami oleh John Locke dengan
mempunyai pendapat bahwa sistem teorinya sebagaimana dikemukakan di atas,
pemerintahan adalah suatu sistem tertentu Montesquieu mengemukakan bahwa dalam
yang menjelaskan bagaimana hubungan pemerintahan Negara terdapat 3 (tiga)
antara alat-alat perlengkapan negara yang jenis kekuasaan, yaitu legislatif, eksekutif,
tertinggi di suatu negara. Berkaitan dengan dan yudikatif. Kekuasaan legislatif adalah

17. Ibid. Lihat Juga Dalam David Marsh Dan Gerry Stoker, Teori Dan Metode Dalam Ilmu Politik (Terj.), Bandung: Penerbit
Nusa Media, 2010, hlm. 240.
18. Ismail Sunny, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Jakarta: Aksara Baru, cet vi, 1987, hlm. 9-10.
19. Sunarto, “Prinsip Checks and Balances Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, 2016”, Jurnal Masalah-Masalah
Hukum, Jilid 45, No. 2, April 2016, hlm. 159.

125
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 119 - 135

kekuasaan untuk membuat undang-undang. d. Teori Logemann


Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan untuk Menurut Logemann, fungsi kekuasaan
melaksanakan undang-undang. Kekuasaan Negara dapat dibagi menjadi 5 (lima) bidang,
yudikatif adalah kekuasaan untuk mengadili yaitu fungsi perundang-undangan (fungsi
pelanggaran terhadap undang-undang. untuk membuat undang-undang); fungsi
Kekuasaan federatif menurut Montesquieu pelaksanaan (fungsi melaksanakan undang-
bukanlah kekuasaan yang berdiri sendiri undang); fungsi pemerintahan (dalam arti
melainkan bagian dari kekuasaan eksekutif. khusus); fungsi kepolisian (fungsi menjaga
Menurut Montesquieu, ketika kekuasaan ketertiban, melakukan penyelidikan dan
legislative dan eksekutif disatukan pada orang penyidikan); dan fungsi peradilan (fungsi
atau badan yang sama, maka tidak akan ada mengadili pelanggaran terhadap undang-
lagi kebebasan sebab terdapat bahaya bahwa undang).
raja atau badan legislatif yang sama akan Kemudian menurut Sunarto dalam
memberlakukan undang-undang tirani dan artikelnya mengenai prinsip checks and
melaksanakannya dengan cara yang tiran balances. Prinsip ini merupakan prinsip
pula.20 Montesquieu juga menyatakan bahwa ketatanegaraan yang menghendaki agar
ketiga kekuasan itu terpisah satu sama lain, kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan
baik mengenai fungsi maupun lembaga yang kekuasaan yudikatif sama-sama sederajat
menyelenggarakannya.21 Praktek pemisahan dan saling mengontrol satu sama lain.
kekuasaan sebagaimana yang dimaksud
Kekuasaan negara dapat diatur, dibatasi,
oleh Montesquieu sulit untuk dilaksanakan.
bahkan dikontrol dengan sebaik-baiknya,
c. Teori Van sehingga penyalahgunaan kekuasaan oleh
Menurut Van Vollenhoven, dalam aparat penyelenggara Negara ataupun
pelaksanaan tugas Negara terdapat 4 (empat) pribadi-pribadi yang sedang menduduki
fungsi, yaitu regeling (membuat peraturan), jabatan dalam lembaga-lembaga negara
bestuur (pemerintahan dalam arti sempit), dapat dicegah dan ditanggulangi.22
rechtspraak (mengadili), politie (kepolisian). Kembali ke konsep sistem pemerintahan
Di Negara modern, tugas pemerintah meliputi yang ada di Indonesia, seperti yang dijelaskan
tugas Negara dalam menyelenggarakan dalam teori di atas, sebenarnya konsep sistem
kepentingan umum, kecuali mempertahankan pemerintahan tersebut tidak bisa dilepaskan
hukum secara preventif (preventive dari pemikiran politik Montesqieu yang
rechtszorg), mengadili, dan membuat menawarkan gagasan pemisahan kekuasaan
peraturan (regeling). Tugas pemerintah bukan serta John Locke yang menawarkan
sekedar melaksanakan undang-undang gagasannya pembagian kekuasaan. Inti dari
dalam rangka penyelenggaraan kepentingan konsep Montesqieu ini adalah agar tidak terjadi
umum. Pada kondisi yang mendesak justru pemusatan kekuasaan dan terbentuknya
pemerintah harus dapat mengambil tindakan kekuasaan mutlak yang sewenang-wenang,
yang cepat untuk menyelesaikan persoalan maka kekuasaan perlu dipisahkan. Dalam
yang timbul tanpa harus menunggu perintah hal ini Montesqieu memisahkan kekuasaan
undang-undang. negara menjadi tiga bentuk kekuasaan yaitu,

20. CF. Strong, Konstitusi-konstitusi Politik Modern, Bandung: Nusa Media, 2008, hlm.330.
21. Sofyan Hadi, Fungsi Legislasi dalam Sistem Pemerintahan Presidensil (Studi Perbandingan Indonesia dan Amerika
Serikat), Jurnal Ilmu Hukum DIH, Vol. 9, No. 18, Februari 2013,hlm.78.
22. Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm.61.

126
Sistem Pemerintahan Indonesia:………. (Ahmad Yani)

kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan dan eksekutif disatukan pada tangan yang
kekuasaan yudikatif. Walaupun gagasan ini sama ataupun pada badan penguasa-
bukan gagasan baru karena J. J. Rousseau penguasa yang sama, tidak mungkin terdapat
maupun John Locke telah membahasnya kemerdekaan, juga tidak akan bisa ditegakkan
secara mendalam. Hanya dalam beberapa kemerdekaan itu bila kekuasaan mengadili
aspek terdapat perbedaan pemahaman tidak dipisahkan dari kekuasaan legislatif
atau penekanan mengenai ketiga lembaga dan eksekutif. Apabila kekuasaan mengadili
kekuasaan itu di antara mereka.23 Mekanisme disatukan dengan dua kekuasaan itu,
checks and balances dalam suatu demokrasi kemerdekaan rakyat akan terancam karena
merupakan hal yang wajar, bahkan sangat hakim akan menjadi orang yang membuat
diperlukan. Hal itu untuk menghindari hukum. Maka bila kekuasaan mengadili
penyalahgunaan kekuasan oleh seseorang digabungkan pada kekuasaan eksekutif,
ataupun sebuah institusi, atau juga untuk hakim itu akan bersikap dan bertindak dengan
menghindari terpusatnya kekuasaan pada kekerasan dan penindasan.
seseorang ataupun sebuah institusi, karena Prinsip checks and balances ini dapat
dengan mekanisme seperti ini, antara institusi dioperasionalkan melalui cara-cara, sebagai
yang satu dengan yang lain akan saling berikut:26
mengontrol atau mengawasi, bahkan bisa a. Pemberian kewenangan untuk
saling mengisi.24 melakukan tindakan kepada lebih dari
Mengapa gagasan pemisahan itu satu lembaga. Misalnya kewenangan
muncul? Gagasan apa yang ada di balik pembuatan undang-undang diberikan
pemisahan kekuasaan? Pertama adalah kepada pemerintah dan parlemen;
gagasan bahwa demi terjaminnya kebebasan b. Pemberian kewenangan pengangkatan
politik rakyat (political liberty) perlu ada pejabat tertentu kepada lebih dari
pemisahan kekuasaan negara. Kebebasan satu lembaga, misalnya eksekutif dan
merupakan hal penting dalam pemikiran legislatif;
Montesqieu. Gagasan keharusan adanya c. Upaya hukum impeachment lembaga
jaminan kebebasan inilah diantaranya yang yang satu terhadap lembaga lainnya;
menyebabkan Montesqieu merumuskan d. Pengawasan langsung dari satu lembaga
konsep perlunya pembatasan kekuasaan. terhadap lembaga Negara lainnya,
seperti eksekutif diawasi oleh legislatif;
Menurut Montesqieu kebebasan politik
sulit dijaga atau dipertahankan bila kekuasaan e. Pemberian kewenangan kepada
negara tersentralisasi atau dimonopoli oleh pengadilan sebagai lembaga pemutus
perkara sengketa kewenangan antara
seorang penguasa atau lembaga politik
lembaga eksekutif dan legislatif.
tertentu. Kekuasaan negara menurutnya perlu
dibagi-bagi. Inilah yang kemudian dikenal Dengan berdasar uraian tersebut, maka
sebagai gagasan pemisahan kekuasaan sistem pemerintahan adalah hubungan antara
negara (separation of power). penyelengara negara atau lembaga-lembaga
yang melaksanakan kegiatan pemerintah
Montesqieu seperti yang diutarakan
dalam arti luas dalam suatu tatanan untuk
Deliar Noer,25 apabila kekuasaan legislatif
mencapai tujuan negara dengan adanya

23. Ismail Sunny., Op.cit.


24. Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hlm. 89.
25. Deliar Noer, Pemikiran Politik Di Negeri Barat, Bandung: Mizan, 1998, hlm. 136.
26. Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern, Bandung: Refika Aditama, 2009, hlm. 124

127
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 119 - 135

pemisahan kekuasaan yang dapat menjamin penafsiran itu sebagai kebenaran final yang
kehidupan bernegara. Secara lebih khusus tidak dapat diubah atau diperbarui.28 Bahkan
lagi, hubungan tersebut akan dikaitkan antara Adnan Buyung Nasution, menegaskan bahwa
lembaga eksekutif dan lembaga legislatif UUD 1945 yang hanya terdiri atas 37 pasal
yang kemudian dituangkan dalam naskah itu terlalu sederhana. Kesederhanaan ini
konstitusi. dimaksudkan supaya fleksibel, mudah diubah,
Dari sisi berbeda, Bambang dalam dan pelaksanaannya bisa diatur lebih lanjut
artikelnya menyampaikan beberapa hal dengan undang-undang. Hal itu berbahaya
yang harus disebut secara limitatif dalam karena dapat memberikan peluang kepada
konstitusi ialah (1) public authority hanya siapa pun yang berkuasa untuk bersekongkol
dapat dilegitimasi sesuai dengan ketentuan dengan DPR membuat undang-undang yang
konstitusi; (2) pelaksanaan kedaulatan rakyat menguntungkan kekuasaan.29
dilakukan dengan menggunakan prinsip Oleh karena itu secara realitas politik
universal and equal suffrage dan pemilihan maupun secara konseptual atau teoritis
eksekutif secara demokratis (popular kewenangan lembaga negara selalu
sovereignty and democratic government); terkooptasi oleh satu lembaga politik
(3) pemisahan kekuasaan serta pembatasan tertentu yang menyebabkan tidak mampu
kewenangan yang diberikannya; (4) adanya menjalankan fungsi dan kewenangannya yang
kebebasan kekuasaan kehakiman yang mencerminkan sistem check and balances.
mampu menegakkan rule of law dan Seperti halnya kewenangan DPR yang selalu
melaksanakan law enforcement terhadap lemah dalam menjalankan kewenangan
constitutional order, (5) sistem konstitusi pembuatan undang-undang, bahkan terdapat
mempunyai sistem yang bisa mengontrol kecenderungan tidak mencerminkan bahwa
lembaga kepolisian dan militer untuk sistem pemerintahan Indonesia menganut
mewujudkan hukum yang demokratis pemisahan kekuasaan akan tetapi lebih dekat
dan menghormati hak-hak rakyat; dan (6) pada sistem pembagian kekuasaan. Secara
negaramemberikan jaminan terhadap hak- konseptual maka Indonesia dalam sistem
hak asasi manusia.27 kenegaraannya lazim digunakan oleh negara
Untuk itulah agar menghidari adanya dengan sistem pemerintahan parlementer
penafsiran sepihak yang dapat dilakukan bukan negara presidensil.
oleh salah satu lembaga negara, Yusril Ihza
Mahendra dalam pidato pengukuhannya 2. Praktek Sistem Pemerintahan
sebagai Guru Besar Hukum Tata Negara berdasarkan Konstitusi
Universitas Indonesia pada 24 April 1998 Distribusi kekuasaan merupakan suatu
mengemukakan bahwa penafsiran terhadap hal yang penting dalam membangun system
konstitusi bukanlah sesuatu yang mutlak. ketatanegaraan. Distribusi kekuasaan yang
Kalimat yang tercantum dalam Penjelasan baik diharapkan akan terwujud keseimbangan
UUD 1945 telah mengingatkan semua pihak kekuasaan antara satu lembaga dengan
agar jangan memutlakkan penafsirannya lembaga lainnya dan terdapatnya saling
terhadap UUD 1945 serta menganggap kontrol untuk menghindari terjadinya

27. Bambang Wijojanto, “Reformasi Konstitusi: Sebuah Keniscayaan” Detak, No. 014 Tahun ke-1, tanggal 13–19 Oktober
1998.
28. “Perlu Pendekatan Baru dalam Pemikiran Konstitusi Kenegaraan”, Republika, tanggal 15-10-1998.
29. “UUD 1945 Hanya Bisa Diubah dengan Amandemen”, Detak, No. 014 Tahun ke-1, 13–19 Oktober 1998.

128
Sistem Pemerintahan Indonesia:………. (Ahmad Yani)

penyimpangan.30 sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dapat


Meskipun usia negara Indonesia mengambil tindakan dengan kehendaknya.31
terbilang tidak lagi muda, akan tetapi dalam Sehingga lembaga-lembaga negara lainnya
menyelenggarakan sistem pemerintahan sperti kehilangan independensinya karena
seakan Indonesia masih dalam tahap pengaruh kekuasaan eksekutif.
mencari format ideal yang sesuai dengan Menurut Mahfud MD, salah satu
nilai-nilai masyarakat Indonesia. Praktek kelemahan dari UUD 1945 sebelum
ketatanegaraan yang terjadi kurang amandemen adalah tidak adanya mekanisme
mencerminkan jiwa dan semangat UUD checks and balances. Presiden menjadi pusat
1945. Dengan rumusan singkat dan aturan- kekuasaan dengan berbagai hak prerogatif.
aturan yang hanya bersifat pokok dalam Selain menguasai bidang eksekutif, Presiden
UUD 1945, semula diharapkan akan memiliki setengah dari kekuasaan legislatif
mempermudah praktek penyelenggaraan yang dalam prakteknya Presiden juga menjadi
pemerintahan negara melalui pengaturan ketua legislative. Presiden dalam kegentingan
undang-undang. Namun, pada sisi lain yang memaksa juga berhak mengeluarkan
ternyata mudah disimpangi sesuai selera PERPU, tanpa kriteria yang jelas tentang apa
penyelenggara negara sehingga terjadilah yang dimaksud “kegentingan yang memaksa”
praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang tersebut. UUD 1945 juga tidak mengatur
pada gilirannya telah menyengsarakan rakyat mekanisme judicial review, padahal seringkali
dan merusak etika, moral dan semangat para lahir produk legislative yang dipersoalkan
penyelenggara negara dan seluruh rakyat konsistensinya dengan UUD karena lebih
Indonesia. banyak didominasi oleh keinginan-keinginan
Sejarah ketatanegaraan di Indonesia politik dari pemerintah.32
sebelumnya telah menunjukkan Salah satu yang menilai perluanya
adanya ketidakseimbangan kekuasaan perubahan UUD 1945 adalah hasil penelitian
dalam pemerintahan, dimana terlihat yang dilaksanakan LIPI (Lembaga Ilmu
kekuasaan yang terpusat pada satu Penelitian Indonesia) di tahun 1999
tangan atau satu lembaga saja, sehingga menyimpulkan perlunya perubahan
menimbulkan penyimpangan dalam praktek terhadap UUD 1945. LIPI menganggap
ketatanegaraan. Presiden sebagai pemegang adanya cacat bawaan dalam UUD 1945,
kekuasaan eksekutif memiliki kekuasaan seperti minimnya pengaturan terhadap
yang sedemikian besar. Hal itu menjadikan muatan Pasal menyangkut HAM, tiadanya
lembaga-lembaga Negara lainnya tidak dapat mekanisme check and balance, lemahnya
berfungsi dengan baik, karena ”terkooptasi” sistem distribution of power antara lembaga
oleh kekuasaan eksekutif. Lembaga legislatif eksekutif, legislatif, dan yudikatif, bahkan
yang seharusnya melakukan kontrol atau UUD 1945 menempatkan eksekutif sebagai
pengawasan terhadap kekuasaan eksekutif, pengendali utama jalannya pemerintahan
tetapi pengawasan itu tidak dapat berjalan atau executive heavy33 dan UUD 1945
sebagaimana mestinya, sehingga Presiden selama diberlakukan oleh dua pemerintahan

30. Sunarto. Op.cit., hlm. 157.


31. Ibid.
32. Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia: Studi tentang Interaksi Politik dan Kehidupan
Ketatanegaraan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm.147.
33. Executive heavy artinya adalah memberikan bobot kekuasaan yang lebih besar kepada lembaga eksekutif. Lihat
Sunarto. Lihat artikel Sunarto berjudul “Prinsip Checks and Balances Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia”.
Dalam Jurnal Masalah-Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2. April 2016, hlm.160.

129
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 119 - 135

sebelumnya (Order Lama dan Order Baru) lembaga-lembaga negara sesuai prinsip
tidak pernah melahirkan pemerintahan yang permusyawaratan/perwakilan dengan pe-
demokratis.34 nerapan mekanisme cheks and balances.
Berbeda dengan, umpamanya di dalam DalamartikelyangditulisSunarto35,disebutkan
Undang-Undang Dasar Sementara tahun bahwa prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh
1950. Kedaulatan rakyat itu dilakukan oleh MPR sebagai salah satu tujuan perubahan
Pemerintah bersama-sama dengan Dewan UUD 1945, yaitu menyempurnakan aturan
Perwakilan Rakyat, yang produknya itu dasar penyelenggaraan Negara secara
adalah undang-undang. Oleh karena itu, di demokrasi dan modern, melalui pembagian
dalam sistem Undang-Undang Sementara, kekuasaan, sistem saling mengawasi
undang-undang tidak dapat diganggu gugat. dan saling mengimbangi (checks and
Tidak dapat undang-undang itu diuji secara balances) yang lebih ketat dan transparan.36
materiil. UUDS 1950 merupakan undang- Suatu pendapat menyatakan bahwa
undang dasar transisi yang dimaksudkan salah satu tujuan perubahan UUD 1945
untuk kembali pada bentuk negara kesatuan. adalah untuk menyempurnakan aturan
Sehubungan dengan itu dalam UUDS 1950 dasar penyelenggaraan Negara secara
terdapat ketentuan tentang Konstituante demokratis dan modern, antara lain melalui
sebagai lembaga yang dibentuk atas dasar pembagian kekuasaan yang lebih tegas,
Pemilu dan bertugas untuk membentuk system saling mengawasi dan saling
undang-undang dasar yang baru. mengimbangi (check and balances) yang
lebih ketat dan transparan, dan pembentukan
Berbeda ketika praktek sistem
pemerintahan berdasarkan UUD 1945 Hasil lembaga-lembaga Negara yang baru untuk
mengakomodasi perkembangan kebutuhan
perubahan. mendasar antara lain perubahan
bangsa dan tantangan zaman.37
Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945; sebelum
perubahan menetapkan, “Kedaulatan berada MPR yang ditetapkan terdiri atas DPR
di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya dan DPD yang masing-masing dipilih oleh
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat” rakyat melalui pemilihan umum. Selain itu,
menjadi rumusan baru yaitu “Kedaulatan Presiden dan Wakil Presiden dipilih sebagai
adalah di tangan rakyat dan dilaksanakan satu pasangan secara langsung oleh rakyat
menurut Undang-Undang Dasar”. Perubahan dan dicalonkan oleh partai politik atau
ini menegaskan asas kedaulatan rakyat, gabungan partai politik peserta Pemilu.
akan tetapi sekaligus juga meneguhkan asas Kemudian Kekuasaan Kehakiman dilakukan
negara yang konstitusional, demokratis dan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan
berdasarkan hukum. UUD 1945 sebagai dibawahnya dan oleh Mahkamah Konstitusi.
pencerminan kehendak rakyat yang tertinggi Dengan demikian, secara struktural sistem
menetapkan berlakunya kedaulatan rakyat pemerintahan secara ketatanegaraan
yang pelaksanaannya diserahkan kepada sangat berbeda dengan UUD 1945

34. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Dan Permasalahan, Jakarta: Penerbitan PMB-LIPI No. 15 Tahun 1999.
35. Sunarto., Op.cit. hlm.160-161.
36. Hamdan Zoelva, Pemakzulan Presiden di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011. hlm.64. Lihat artikel Sunarto
berjudul “Prinsip Checks and Balances Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia”. Dalam Jurnal Masalah-Masalah
Hukum, Jilid 45 No. 2. April 2016,hlm.160
37. Pataniari Siahaan, Politik Hukum Pembentukan Undang-undang Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta:
Konstitusi Press, 2012, hlm. 264. Lihat dalam artikel Sunarto berjudul “Prinsip Checks and Balances Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia”. Dalam Jurnal Masalah-Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2. April 2016,hlm.160

130
Sistem Pemerintahan Indonesia:………. (Ahmad Yani)

sebelum perubahan. Banyak perbaikan dan Negara yang dipersepsikan oleh UUD 1945,
penegasan fungsi serta kewenangan dari yaitu konsep Negara integralistik sementara
lembaga tertentu, perubahan UUD 1945 kelemahan dari segi konstruksi hukumnya
juga melahirkan lembaga negara baru yang adalah kesederhanaan UUD 1945. Dengan
secara kelembagaan tergolong lembaga adanya kesederhanaan ini, pelaksanaan dari
legislatif yaitu Dewan Perwakilan Daerah dan UUD 1945 diatur lebih lanjut dengan undang-
Mahkamah Konstitusi. undang. Kondisi ini membuka peluang akan
Posisi kedudukan MPR yang terdiri atas terjadinya penyelewengan-penyelewengan
DPR dan DPD secara konseptual maupun oleh pembuat undang-undang, sebagaimana
struktural bukan lagi sebagai lembaga yang terjadi selama pemerintahan Orde
tertinggi negara setelah kewenangan dan Baru.38
komposisi keanggotaan MPR mengalami Sejalan dengan pemikiran tersebut,
perubahan. MPR seperti sebuah forum, perubahan UUD 1945 yang telah
forum antara DPR dan DPD. Ketika DPD menempatkan DPR sebagai lembaga
dan DPR itu berkumpul itu sebenarnya ada pembuat undang-undang, secara
sebuah institusi yang berbentuk secara konsepsional sangatlah ideal, karena
insidentil. Atas dasar itulah, kemudian bisa memang lembaga perwakilan merupakan
mengeluarkan suatu produk hukum, karena lembaga legislatif, ini berlaku tidak saja dalam
kalau tidak akhirnya tidak ada produk hukum. sistem pemerintahan presidensil, namun juga
Meskipun masih mempertahankan eksistensi pada sistem pemerintahan parlementer. Akan
MPR. Tetapi untuk memahami MPR itu bukan tetapi pada level pengajuan undang-undang,
sebuah lembaga yang punya otoritas seperti eksekutif (Presiden) diberikan haknya untuk
masa yang lalu, untuk itulah kalau saya bisa mengusulkan suatu rancangan undang-
katakan ini adalah sebuah badan kenegaraan undang. Selain itu saat pembahasan,
yang sifatnya sangat insidentil. Dengan Presiden dan DPR harus melalui mekanisme
demikian, perubahan MPR sejak perumusan, pembahasan dan persetujuan bersama untuk
perubahan dan ke depan keberadaan MPR suatu rancangan undang-undang. Kemudian
memerlukan pemikiran lebih modern dalam dalam mekanisme pembahasan, persetujuan
konsep yang akan datang. sampai penetapan harus melalui mekanisme
Meskipun mengalami berbagai yang kemudian diatur dalam undang-undang.
perubahan, untuk mencapai suatu tujuan Hal ini memberikan kerancuan, karena
negara modern secara konstitusi masih secara substantive kekuasaan pembentukan
memerlukan berbagai perbaikan kembali undang-undang masih di tangan eksekutif dan
untuk mencapai suatu kesempurnaan legislative secara bersama-sama. Dengan
sistem pemerintahan baik secara konseptual demikian, hubungan antara DPR dan Presiden
maupun secara praktek ketatanegaraan. ini tidak menunjukkan adanya sistem check
Bahkan seorang Adnan Buyung Nasution and balances, yang terjadi adalah pembagian
mensistematisasikan kelemahan-kelemahan kekuasaan dan kewenangan Presiden dapat
tersebut menjadi dua jenis, yaitu kelemahan dipastikan lebih besar daripada DPR.
konseptual dan kelemahan dari segi Manakala tidak terdapat persetujuan
konstruksi hukumnya. Kelemahan dari segi bersama, Presiden dalam UUD 1945 masih
konseptual di antaranya adalah konsep memiliki hak istimewanya dalam Pasal 22

38. Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional Di Indonesia Jakarta: Graffiti Press, 1995, hlm.125.

131
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 119 - 135

ayat (1) UUD 1945 disebutkan “dalam hal tersebut ditafsirkan berbeda oleh hakim-
ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden hakim di Mahkamah Konstitusi, sehingga
berhak menetapkan peraturan pemerintah terjadi pergeseran kewenangan MK, dari
pengganti undang-undang”,39 penatapan negatif legislator ke positif legislator. Dalam
Perpu yang dilakukan oleh Presiden juga konteks ketatanegaraan kewenangan khusus
tertulis dalam Pasal 1 angka 4 Undang- MK merupakan pengejewantahan judicial
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang control dalam kerangka check and balances
Pembentukan Peraturan Perundang- diantara cabang-cabang kekuasaan negara.
Undangan yang disebutkan “Peraturan Terlalu jauhnya peran MK yang menjelma
Pemerintah Pengganti undang-undang seperti DPR sebagai lembaga yang memiliki
adalah peraturan perundang-undangan yang kewenangan dalam pembuat undang-
ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal undang. MK terkadang overlapping dalam
kegentingan yang memaksa”40 namun dalam menjalankan kewenangannya hingga
prakteknya Perpu yang diajukan oleh Presiden mengeluarkan norma-norma baru dari produk
untuk dimintai persetujuan DPR selalu dalam yang dikeluarkan.
kondisi normal tidak ada kegentingan yang
memaksa. Seperti halnya Perpu tentang PENUTUP
Ormas yang kemudian disetujui oleh DPR
menjadi undang-undang. Kesimpulan
Kemudian, kewenangan lembaga Berdasarkan pada uraian di atas, dapat
Yudikatif, harus diakui dengan adanya disimpulkan bahwa pertama, dari rangkaian
Mahkamah Konstitusi (MK) secara perjalanan sistem pemerintahan Indonesia,
kelembagaan suatu kemajuan bagi jika dikatakan sistem pemerintahan
kelangsungan hukum bangsa Indonesia. presidensil, Indonesia tidak menganut asas
Dibukanya ruang judicial review atas suatu pemisahan kekuasaan. Begitupun, jika
undang-undang apakah bertentangan dikatakan sistem parlementer, tidak terdapat
dengan UUD 1945. Selain menyangkut mekanisme pembagian kekuasaan yang
keadilan, lembaga yudikatif yang terdiri dari jelas, bahkan cenderung mengadopsi kedua
MA dan MK ini, semakin membuka ruang bagi sistem tersebut. Adanya sistem pembagian
masyarakat Indonesia untuk menyampaikan kekuasaan seperti itu di Indonesia, tidak
ketidakadilan, baik secara peradilan umum terpisah antara lembaga negara yang satu
maupun peradilan konstitusi. Akan tetapi, dengan lembaga negara lainnya. Ketentuan-
yang harus dipahami, MK adalah negatif ketentuan inilah yang ada dalam UUD 1945.
legislator yaitu hanya berfungsi sebagai Dengan demikian, secara konseptual atau
penguji undang-undang atas Undang-Undang teoritis kewenangan lembaga-lembaga
Dasar. Maka MK, dalam putusannya hanya negara dalam sistem pemerintahan yang
mengabulkan atau tidak mengabulkan atas diterapkan berdasarkan UUD 1945 diperlukan
uji materiil suatu hasil undang-undang yang kembali upaya penyempurnaan, agar secara
sudah disetujui bersama oleh Presiden dan konsepsional dapat berjalan secara ideal.
DPR. Dalam perkembangannya, ketentuan Kedua, kemudian secara praktek dalam
menjalankan fungsi dan kewenangan,

39. Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 setelah Perubahan


40. Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234)

132
Sistem Pemerintahan Indonesia:………. (Ahmad Yani)

lembaga negara tidak mencerminkan bahwa


sistem pemerintahan Indonesia menganut
pemisahan kekuasaan akan tetapi lebih
dekat pada sistem pembagian kekuasaan.
Secara kenegaraan sistem yang demikian
lazim digunakan oleh negara dengan sistem
pemerintahan yang bukan presidensil seperti
yang digunakan di Indonesia.

133
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 119 - 135

DAFTAR PUSTAKA Tubuh Undang-Undang Dasar 1945,


Bandung: Alumni, 1979.

Buku: Jurnal/Makalah/Artikel:
Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju
Pemerintahan Konstitusional Di Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Indonesia Jakarta: Graffiti Press, 1995. 2006. Dikutip dalam Sunarto, “Prinsip
David Marsh Dan Gerry Stoker, Teori Dan Checks and Balances Dalam Sistem
Metode Dalam Ilmu Politik (Terj.), Ketatanegaraan Indonesia, 2016”, Jurnal
Bandung: Penerbit Nusa Media, 2010. Masalah-Masalah Hukum, Jilid 45, No.
2, April 2016.
Deliar Noer, Pemikiran Politik Di Negeri Barat,
Bandung : Mizan, 1998. Bambang Wijojanto, “Reformasi Konstitusi:
Sebuah Keniscayaan” Detak, No. 014
Hadji Muhammad Yamin, Naskah Persiapan
Tahun ke-1, 13–19 Oktober 1998.
Undang-Undang Dasar 1945, Djilid
Pertama, Cet Ke-2, Jakarta: Siguntang, CF. Strong, Konstitusi-konstitusi Politik
1971. Modern, Bandung: Nusa Media,
2008. Dikutip dalam Sunarto, “Prinsip
Ismail Sunny, Mekanisme Demokrasi
Checks and Balances Dalam Sistem
Pancasila, Jakarta: Aksara Baru, cet
Ketatanegaraan Indonesia, 2016”, Jurnal
vi, 1987.
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 45, No.
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan 2, April 2016.
Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta:
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi,
Sinar Grafika, 2010.
Menguatnya Model Legislasi
Mahkamah Konstitusi, Naskah Komprehensif Parlementer dalam Sistem Presidensial
Perubahan Undang-Undang Dasar Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2010,
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hlm. 4 dikutip di M. Yasin al-arif “Anomali
Latar Belakang, Proses, dan Hasil Sistem Pemerintahan Presidensial
Pembahasan, 1999-2002; Buku I Edisi Pasca Amandemen UUD 1945”. Jurnal
Revisi, Jakarta: Sekretariat Jenderal Hukum IUS QUIA IUSTUM No.2 Vol.22
dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, April 2015.
2010.
Sofyan Hadi, Fungsi Legislasi dalam Sistem
Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi Pemerintahan Presidensil (Studi
di Indonesia: Studi tentang Interaksi Perbandingan Indonesia dan Amerika
Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan, Serikat), Jurnal Ilmu Hukum DIH, Vol. 9,
Jakarta: Rineka Cipta, 2000. No. 18, Februari 2013.
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, Sunarto,“Prinsip Checks and Balances Dalam
edisi revisi, Jakarta: Prenadamedia, Sistem Ketatanegaraan Indonesia,
2005 2016”, Jurnal Masalah-Masalah Hukum,
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji. Penelitian Jilid 45, No. 2, April 2016.
Hukum Normatif. Jakarta: PT. Raja Zulkarnain Ridwan, “Cita Demokrasi Indonesia
Grafindo Persada, 2012. dalam Politik Hukum Pengawasan DPR
Sri Soemantri M, Bunga Rampai Hukum Tata terhadap Pemerintah” Jurnal Konstitusi,
Negara Indonesia, Bandung: Alumni Volume 12, No. 2, Juni 2015
1992.
Sri Soemantri Martosoewignyo, Persepsi
Terhadap Prosedur dan Sistem
Perubahan Konstitusi dalam Batang

134
Sistem Pemerintahan Indonesia:………. (Ahmad Yani)

Media:
Amandemen UUD 1945 Dan Permasalahan,
Penerbitan PMB-LIPI No. 15 Tahun
1999.
Konstitusi Perlu Direformasi, Suara Karya,
tanggal 16 Juni 1998.
Sri Soemantri: “UUD 1945 Memang Belum
Sempurna”, Kompas, 20 Oktober 1998.
“Perlu Pendekatan Baru dalam Pemikiran
Konstitusi Kenegaraan”, Republika,
tanggal 15 Oktober 1998.
“UUD 1945 Hanya Bisa Diubah dengan
Amandemen”, Detak, No. 014 Tahun ke-
1, 13–19 Oktober 1998.

Peraturan Perundang-Undangan:
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar
1945 setelah Perubahan.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234).

Internet:
Masnur Marzuki, “Pemisahan Kekuasaan
dan Prinsip Checks and Balances dalam
UUD 1945”, 25 Desember 2011. Makalah
pada Acara Pendidikan Kesadaran
Berkonstitusi Untuk Guru SMP di Kota
Yogyakarta, tanggal 18 Desember
2010. (http://masnurmarzuki.blogspot.
co.id/2011/12/pemisahan-kekuasaan-
dan prinsip-checks. html), diunduh pada
27 Februari 2018.

135

Anda mungkin juga menyukai